TINJAUAN PUSTAKA
C. Etiologi
Kehamilan dapat terjadi karena adanya sperma yang membuahi sel telur
pada masa ovulasi. Saat terjadi ejakulasi kurang lebih 3cc sperma
dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang berisi kurang lebih 300 juta
sel sperma. Setelah masuk ke organ genetalia interna wanita, sperma akan
menghadapi beberapa rintangan dan hanya satu sperma yang mengalami
proses kapitasi dan mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.
Setelah itu akan terjadi proses nidasi, yaitu tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Setelah bernidasi selama kurang lebih 10 hari
maka akan dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin
(Sarwono, 2009).
D. Patofisiologi
Konsepsi secara formal didefinisikan sebagai satuan antara sebuah telur
dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu kehamilan. Peristiwa ini
bukan merupakan peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian
kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan
gamet, ovulasi, penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam
uterus. Hanya jika semua peritiwa ini berlangsung baik, maka proses
perkembangan embrio dan janin dapat dimulai. Berikut patofisiologi
kehamilan (Bobak dkk., 2005) :
1. Ovum
Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau ovum.
Proses ini terjadi di dalam ovarium, khususnya pada folikel
ovarium. Setiap bulan satu ovum menjadi matur, dengan sebuah
pejamu mengelilingi sel-sel pendukung. Saat ovulasi, ovum keluar
dari folikel ovarium yang pecah. Kadar estrogen yang tinggi
meningkatkan gerakan tuba uterine, sehingga silia tuba tersebut
dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba
menuju rongga rahim. Ovum tidak dapat berjalan sendiri. Ada dua
lapisan jaringan pelindung yang mengelilingi ovum. Lapisan
pertama berupa membrane tebal tidak berbentuk, yang disebut zona
pelusida. Lingkaran luar yang disebut korona radiate, terdiri dari
sel-sel oval yang dipersatukan oleh asam hialuronat. Ovum
dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak
difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorpsi.
2. Sperma
Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal
mengakibatkan pengeluaran satu sendok teh semen, yang
mengandung 200 sampai 500 juta sperma ke dalam vagina. Sperma
berenang dengan gerakan flagella pada ekornya. Beberapa sperma
dapat mencapai tempat fertilisasi dalam lima menit, tetapi rata-
ratawaktu yang dibutuhkan ialah empat sampai enam jam. Sperma
akan tetap hidup dalam sistem reproduksi wanita selama dua
sampai tiga hari. Kebanyakan sperma akan hilang di vagina, di
dalam servik, di endometrium atau sperma memasuki saluran yang
tidak memiliki ovum. Sewaktu sperma berjalan melalui tuba
uterine, enzim-enzim yang dihasilkan disana akan membantu
kapasitasi sperma. Kapasitasi adalah perubahan fisiologis yang
membuat lapisan pelindung lepas dari kepala sperma, sehingga
terbentuk lubang kecil di akrosom, yang memungkinkan enzim
(seperti hialuronidase) keluar. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar
sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum sebelum
fertilisasi.
Fertilisasi berlangsung di ampula (sepertiga bagian luar)
tuba uterine. Apabila sebuah sperma berhasil menembus membrane
yang mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada
di dalam membrane dan membrane tidak lagi dapat ditembus oleh
sperma lain. Hal ini disebut reaksi zona. Pembelahan meiosis
kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi pronukleus ovum.
Replikasi sel mitosis yang disebut pembelahan, dimulai saat zigot
berjalan di sepanjang tuba uterin menuju uterus. Perjalanan ini
membutuhkan waktu tiga sampai empat hari. Karena telur yang
difertilisasi membelah dengan cepat, sedangkan ukurannya tidak
bertambah, terbentuk sel kecil-kecil, yang disebut blastomer,
terbentuk pada setiap pembelahan. Morula masih dikelilingi oleh
lapisan pelindung zona pelusida. Perkembangan selanjutnya terjadi
sewaktu morula mengapung bebas di dalam uterus. Cairan masuk
ke dalam zona pelusida dan menyusup ke dalam ruang interseluler
di anatara blastomer. Selanjutnya, terbentuk ruangan di dalam
massa sel karena ruang-ruang interseluler itu menyatu dan
terbentuklah struktur yang disebut blastosis. Pembentukan blastosis
menandai diferensiasi utama pertama embrio. Massa padat sel
bagian dalam berkembang mejadi embrio dan membrane embrio,
yang disebut amnion. Lapisan sel luar yang mengelilingi rongga,
disebut trofoblas, akan berkembang menjadi membrane embrio
lain, yaitu korion, bagian embrionik plasenta.
3. Implantasi
Zona pelusida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan
dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada daerah fundus
anterior atau posterior. Antara tujuh sampai sepuluh hari setelah
konsepsi, trofoblas menyekresi enzim yang membantunya
membenamkan diri dalam endometrium sampai seluruh bagian
blastosis tertutup. Proses ini dikenal sebagai implantasi. Pembuluh
darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami
pendarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atu pendarhan
ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili
korion, yang berbentuk seperti jari, terbentuk di luar trofoblas dan
menyusup masuk ke dalam daerah yang mengandung darah pada
endometrium.Vili ini adalah tonjolan yang mengandung banyak
pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darh ibu
serta membuang karbondioksida dan produk sisa ke dalam darah
ibu. Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Bagian yang
langsung berada di bawah blastosis, tempat vili korion mengetuk
pembuluh darah, disebut desidua basalis. Bagian yang menutup
blastosis ialah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa
uterus ialah desidua vera.
4. Embrio dan Janin
Kehamilan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar
atau 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari. Lama
kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi terkahir
(LMP Last Menstrual Period). Konsepsi terjadi sekitar dua
minggu setelah hari pertama periode menstruasi terakhir. Dengan
demikian, umur janin pascakonsepsi lebih kurang dua minggu,
yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi akan
digunakan untuk membahas perkembangan janin. Perkembangan
intrauterine dibagi dalam tiga tahap yaitu ovum, embrio dan janin.
Tahap ovum berlangsung sejak konsepsi sampai hari ke-14. Pada
periode ini terjadi replikasi seluler, pembentukan blastosis,
perkembangan awal selaput embrio lapisan germinal primer.
5. Perkembangan Embrio
Tahap embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai sekitar 8
minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran embrio sekitar 3 cm,
dari puncak kepala sampai bokong. Tahap ini merupakan masa
yang paling kritis dalam perkembangan system organ dan
penampilan luar utama janin. Daerah yang sedang berkembang dan
mengalami pembelahan sel yang cepat sangat rentan terhadap
malaformasi akibat teratogen.
Plasenta
Struktur
Selama minggu ketiga setelah konsepsi, sel-sel trofoblas
vili korion menyusup ke dalam desidua basalis. Karena kapiler
uterus digunakan, arteri spiralis endometrium (ruang yang
terbentuk) terisi darah ibu. Vili korion membentuk ruang-ruang
yang memiliki dua lapisan sel : sinsisium luar dan sitofoblas
dalam. Lapisan ketiga berkembang menjadi septum-septum yang
menancap, membagi desidua yang menonjol menjadi daerah-
daerah yang terpisah, yang disebut kotiledon. Pada setiap 15
sampai 20 kotiledon terdapat cabang vili korion dengan sistem
pembentukan pembuluh darah janin yang rumit. Setiap kotiledon
merupakan unit yang fungsional. Keseluruhan struktur ini disebut
plasenta. Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terbentuk pada hari ke-17,
saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada akhir minggu ketiga,
darah embrio bersirkulasi di anatara embrio dan vili korion. Pada
ruang intervilosa, darah ibu menyuplai oksigen dan makanan ke
kapiler embrio di dalam vili. Produksi limbah dan karbondioksida
berdifusi ke dalam darah ibu. Plasenta berfungsi sebagai alat
pertukaran metabolic. Pada saat ini pertukaran masih minimal
karena kedua lapisan sel membrane vilus masih terlalu tebal.
Permeabilitas meningkat dengan menipisnya dan menghilangnya
sitotroblas pada bulan kelima dan hanya terdapat selapis sinsisium
antara darah ibu dan kapiler janin. Sinsisisum adalah lapisan
fungsional plasenta. Pada minggu ke-8, tes genetika dapat
dilakukan dengan mengambil sampel akan lengkap pada minggu
ke-12. Plasenta terus meluas sampai minggu ke-20 dan menutupi
sekitar setengah permukaan uterus, kemudian plasenta akan
menebal. Percabangan vili terus berlangsung di dalam badan
plasenta sehingga memperluas daerah permukaan yang fungsional.
Fungsi :
Salah satu fungsi dini plasenta ialah sebagai kelenjar
endokrin yang memproduksi empat hormone yang diperlukan
untuk mempertahankan kehamilan dan menunjang embrio-janin.
Hormon diproduksi oleh sinsisisum. Hormon protein, human
chorionic gonadotropin (hCG) dapat dideteksi dalam serum ibu
pada hari ke-8 sampai hari ke-10 setelah konsepsi, tidak lama
setelah implantasi. Hormon ini menjadi dasar tes kehamilan.
Hormon hCG mempertahankan fungsi korpus uteum ovarium,
menjamin suplai estrogen dan progesterone yang kontinu untuk
mempertahankan kehamilan.
Hormon lain yang diproduksi plasenta ialah human
plasental lactogen (hPL), suatu substansi sejenis hormone yang
menstimulasi metabolism ibu dan digunakan untuk menyuplai
nutrient yang dibutuhkan untuk perkembangan janin. Hormon ini
meningkatkan transportasi glukosa melalui membrane plasenta dan
merangsang perkembangan payudara untuk mempersiapkan
laktasi. Pada minggu ke-7, plasenta menghasilkan sebagaian besar
estrogen ibu, yaitu hormone-hormon steroid. Estrogen utama yang
dihasilkan plasenta ialah estriol, sedangkan ovarium kebanyakan
menghasilkan ekstradiol. Fungsi metabolic plasenta dapat
diringkas sebagai fungsi respirasi, nutrisi, eksresi, dan
penyimpanan. Oksigen berdifusi dari darah ibu melalui membrane
plasenta ke dalam darah janin, sedangkan karbondioksida berdifusi
ke arah yang berlawanan. Dengan demikian, plasenta berfungsi
sebagai paru-paru janin.
Membran
Pada saat implantasi, dua membrane janin yang
mengelilingi embrio yang berkembang mulai terbentuk korion
yang terdapat pada permukaannya. Vili menyusup ke dalam
desidua basalis dan ukuran serta kompleksitasnya meningkat,
sementara tonjolan pembuluh darah berkembang ke dalam
plasenta. Korion menjadi penutup sisi janin plasenta. Korion
mengandung pembuluh darah umbilicus utama yang bercabang ke
permukaan plasenta. Seiring pertumbuhan janin, desidua kapsularis
menjadi teregang. Vili korion pada sisi ini akan menjadi atrofi dan
berdegenerasi, menyisakan membrane korion yang licin. Membran
sel bagian dalam, amnion, terbentuk dari sel-sel bagian dalam
blastosis. Ruang yang terbentuk antara massa sel bagian dalam dan
sel lapisan luar disebut rongga amnion. Sejalan dengan
meningkatnya ukuran, amnion terbentuk pada sisi yang berhadapan
dengan blastosis yang berkembang. Embrio yang berkembang akan
menarik amnion mengelilingi dirinya, sehingga terbentuk kantong
yang penuh cairan. Amnion menjadi pelapis korda umbilicus dan
menutupi korion pada permukaan janin plasenta. Seiring
membesarnya embrio, amnion juga membesar untuk menyesuaikan
diri dengan embrio-janin dan cairan amnion disekelilingnya.
Amnion pada akhirnya akan bertemu dengan korion disekeliling
janin.
Cairan Amnion
Pada tahap awal, rongga amnion memperoleh cairan dari
darah ibu melalui proses difusi. Jumlah cairan meningkat setiap
minggu, sehingga pada aterm antara 800 sampai 1200 ml cairan
bening agak kekuningan. Volume cairan amnion terus berubah.
Janin menelan cairan dan cairan mengalir masuk dan keluar paru
janin. Janin mengeluarkan urine ke dalam cairan, sehingga volume
cairan meningkat. Jumlah cairan amnion kurang dari 300
ml/oligohidramion dikaitkan dengan kelainan ginjal janin. Ada
banyak fungsi cairan amnion untuk embrio janin. Cairan ini
merupakan bantalan bagi janin terhadap trauma, yakni dengan
menumpulkan dan menyebarkan kekuatannya. Cairan ini
memungkinkan muskuloskletal janin bergerak bebas selama janin
berkembang. Cairan amnion mengandung albumin, urea, asam
urat, kreatinin, lesitin, sfingomielin, bilirubin, fruktosa, lemak,
leukosit, protein, sel epitel, enzim, dan rambut lanugo.
Penyelidikan cairan amnion melalui amniosentesis memberi
banyak informasi tentang janin. Studi genetika memberi
pengetahuan tentang jenis kelamin, dan normalitas jumlah dan
struktur kromosom. Dari hasil penyelidikan lain ditemukan bahwa
cairan amnion menentukan kesehatan/maturitas janin.
Yolk Sac
Sementara rongga amnion dan amnion terbentuk sebuah
rongga blastosis juga terbentuk pada sisi lain diskus embrio yang
berkembang. Rongga ini dikelilingi membrane sehingga
membentuk yolk sac. Pada minggu ketiga sel-sel darah dan plasma
diproduksi didalam yolk sac. Pada akhir minggu ketiga, jantung
primitive mulai berdenyut untuk mengalirkan darah melalui
embrio, tangkai penyambung, konekting stalk, korion, dan yolk
sac. Pada minggu kelima atau keenam sisa yolk sac terpisah dari
embrio. Pada sekitar 2% orang dewasa, bagian intra abdominal
yolk sac menetap dan disebut Divertikulum ileum/divertikulum
meckel.
Lapisan Germ Primer
Pada minggu kedua setelah konsepsi, diskus embrio
berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germ : ekstoderm, mesoderm, dan
endoderm.
Ekstoderm adalah lapisan luar diskus embrio membentuk
epidermis, kelenjar, kuku dan rambut, system saraf perifer,
lensa mata, email gigi, dan dasar rongga amnion.
Mesoderm berkembang menjadi tulang dan gigi, otot (rangka,
polos, jantung), kulit dan jaringan ikat, system kardiovaskuler
dan limfa, serta system urogenital.
Endoderm membentuk lapisan epitel yang melapisi saluran
pernafasan dan saluran cerna mencakup orofaring, hati,
pancreas, uretra, kandung kemih, dan vagina wanita. Endoderm
membentuk atap yolk sac.
Korda Umbilikalis
Pada hari ke-14 setelah konsepsi, diskus embrio, kantong
amnion, dan yolk sac menyatu dengan vili korion melalui
konecting salk. Selama minggu ketiga pembuluh darah
berkembang untuk menyuplai embrio dengan nutrient dan oksigen
dari ibu. Selama minggu kelima, setelah embrio menekuk pada
kedua ujungnya, konecting stalk berada pada sisi ventral embrio.
Korda cepat bertambah panjang. Pada saat aterm, panjang korda
berkisar antara 30-90 cm dengan diameter 2 cm. Korda ini
terplintir seperti spiral dan rongga disekitar embrio janin. Simpul
sejati jarang ditemukan, tetapi simpuls palsu muncul, jika terdapat
lipatan atau lekukan pada korda. Jaringan ikat, mencegah kompresi
pembuluh darah sehingga pemberian makanan yang continue untuk
embrio janin dapat dijamin. Kompresi dapat terjadi, jika korda
terletak diantara kepala janin dan pelvis atau terpelintir disekitar
tubuh janin. Korda yang melilit leher janin disebut Korda Nukal.
6. Maturasi Janin
Tahap janin berlangsung sejak minggu ke-9 sampai akhir
masa hamil. Perubahan pada periode janin tidak sedramatis
perubahan pada masa embrio karena pada tahap ini hanya terjadi
peristiwa pematangan struktur dan fungsi. Viabilitas adalah
kemampuan janin untuk bertahan hidup diluar uterus. Pada waktu
yang lampaui, usia terdini janin dapat hidup ialah 28 minggu
setelah konsepsi. Dengan teknologi modern dan kemajuan
perawatan ibu dan neonatus, viabilitas kini dimungkinkan pada
usia 20 minggu setelah konsepsi. Terbatasnya daya tahan janin
diluar uterus didasarkan pada fungsi sitem saraf pusat dan
kemampuan oksigenasi paru (Bobak dkk., 2005).
E. Klasifikasi
a. Kehamilan normal
Tidak ada riwayat kelainan obsetri, ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan.
b. Kehamilan dengan masalah khusus
Masalah khusus yang dimaksud seperti masalah keluarga atau
psikososial, kekerasan dalam rumah tangga dan kebutuhan finansial.
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan
untuk konsultasi atau kerjasama penanganan
Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, pertumbuhan janin
terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dll
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan
rujukan
Seperti perdarahan, eklamsia, ketuban pecah dini atau kondisi
kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi
(Mitayani, 2009).
F. Gejala dan Tanda Kehamilan
Tanda – tanda kehamilan :
a. Tanda kehamilan presumptive
Perubahan yang dirasakan oleh wanita hamil itu sendiri dan masih
bersifat tidak pasti, seperti : amenorea, mual dan muntah, ngidam,
syncope, payudara membesar dan mengencang, sering miksi,
konstipasi, pigmentasi kulit dan varises.
b. Tanda kehamilan probable
Tanda kehamilan yang masih bersifat mungkin, diketahui melalui hasil
dari pemeriksaan petugas kesehatan, seperti : pembesaran perut, tanda
hegar, tanda chadwicks, tanda piscaseck, tanda ballotement, kontraksi
braxton hicks, dan pemeriksaan tes biologis kehamilan (positif).
c. Tanda kehamilan positive
Tanda kehamilan pasti yang dinilai dari adanya gerakan janin dalam
rahim, denyut jantung janin dan teraba bagian – bagian janin
(Lowdermilk et al., 2006).
Leopold 2 :
Tujuan : untuk menentukan letak punggung janin.
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan
telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar
dan pada ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan
(simultan) telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah
bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang
(punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).
Leopold 3 :
Tujuan : untuk menentukan bagian tubuh janin yang terdapat dibagian
bawah, apakah kepala janin sudah atau belum mencapai pintu atas
panggul.
Pemeriksa tetap menghadap ke muka klien
Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin
(kepala) dan tentukan sudah terfiksir atau belum.
Leopold 4 :
Tujuan : untuk menentukan usia kehamilan dan sejauh mana kepala
janin sudah memasuki pintu atas panggul.
Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki klien
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada
pada tepi atas simfisis
Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua
jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen atau divergen).
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin mencangkup pemeriksaan hemoglobin,
protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi atau kelompok perilaku terhadap
HIV, sifilis, malaria, tuberkolosis, cacingan dan thalasemia (Mitayani,
2009).
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG untuk melihat jenis kelamin, tafsiran kehamilan,
tafsiran berat janin dan jumlah cairan amnion (Mitayani, 2009).
I. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis kehamilan yang harus diperhatikan adalah
tanda pasti kehamilan (Handerson, 2009) :
a. Adanya DJJ
Terdeteksi umur kehamilan 10 minggu dengan doppler sedangkan
dengan funandoskop umur kehamilan 18-20 minggu. (DJJ rendah 110-
120 kali permenit, tinggi 150-160 kali permenit).
b. Fetal movement, dengan palpasi trimester ketiga
c. Gerakan janin ini lebih cepat diketahui dengan USG
J. Penanganan
Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care (Sarwono, 2006) :
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 - 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah
minggu 36).
K. Komplikasi Kehamilan
Jika tidak melaksanakan ANC sesuai dengan aturan maka dikhawtirkan
akan terjadi komplikasi selama kehamilan.
a. Komplikasi obstetrik langsung
Perdarahan
Preeklamsia / eklampsia
Kelainan letak
Hidramnion
Ketuban pecah dini
b. Komplikasi obstetrik tidak langsung
Anemia
Malaria
c. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik
Kecelakaan, keracunan, kebakaran.
(Manuaba, 2008)
DAFTAR PUSTAKA