Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Antenatal Care


 Antenatal care (ANC) adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan berupa pengawasan yang diberikan kepada ibu hamil untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan janin, baik berupa kesehatan fisik
maupun kesehatan mental (Manuaba 2008).
 Antenatal care merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui masalah atau komplikasi yang terjadi selama masa
kehamilan agar dapat diatasi dengan segera untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak (Handerson, 2009).
 Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan(Depkes
RI, 2010).
Jadi antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang diberikan
kepada ibu hamil untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin serta untuk
mengetahui masalah atau komplikasi yang terjadi selama kehamilan.

Tujuan dilakukannya antenatal care yaitu :


Tujuan umum antenatal care terpadu menurut Depkes (2010) untuk
memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat. Adapun tujuan khusus
dari antenatal care adalah sebagai berikut Depkes (2010) :
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan ibu secara fisik dan mental
dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan memantau kondisi
kehamilan secara berkala.
b. Mendeteksi secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama proseskehamilan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak.
c. Memberikan penanganan yang tepat dan cepat jika terdapat
ketidaknormalan atau komplikasi selama masa kehamilan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
pada ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dapat berjalan nomal serta mampu
memberikan ASI eksklusif.
f. Memaksimalkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal
(Manuaba, 2008).
B. Epidemiologi

Asuhan perawatan pada fase antenatal diupayakan untuk menurunkan


angka morbilitas dan mortalitas pada wanita hamil. Rasio kematian ibu di
negara berkembang ini ditemukan lebih tinggi daripada negara maju.
SDKI tahun 2007, angka kematian ibu saat hamil atau melahirkan adalah
228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).

C. Etiologi

Kehamilan dapat terjadi karena adanya sperma yang membuahi sel telur
pada masa ovulasi. Saat terjadi ejakulasi kurang lebih 3cc sperma
dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang berisi kurang lebih 300 juta
sel sperma. Setelah masuk ke organ genetalia interna wanita, sperma akan
menghadapi beberapa rintangan dan hanya satu sperma yang mengalami
proses kapitasi dan mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.
Setelah itu akan terjadi proses nidasi, yaitu tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Setelah bernidasi selama kurang lebih 10 hari
maka akan dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin
(Sarwono, 2009).
D. Patofisiologi
Konsepsi secara formal didefinisikan sebagai satuan antara sebuah telur
dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu kehamilan. Peristiwa ini
bukan merupakan peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian
kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan
gamet, ovulasi, penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam
uterus. Hanya jika semua peritiwa ini berlangsung baik, maka proses
perkembangan embrio dan janin dapat dimulai. Berikut patofisiologi
kehamilan (Bobak dkk., 2005) :
1. Ovum
Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau ovum.
Proses ini terjadi di dalam ovarium, khususnya pada folikel
ovarium. Setiap bulan satu ovum menjadi matur, dengan sebuah
pejamu mengelilingi sel-sel pendukung. Saat ovulasi, ovum keluar
dari folikel ovarium yang pecah. Kadar estrogen yang tinggi
meningkatkan gerakan tuba uterine, sehingga silia tuba tersebut
dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba
menuju rongga rahim. Ovum tidak dapat berjalan sendiri. Ada dua
lapisan jaringan pelindung yang mengelilingi ovum. Lapisan
pertama berupa membrane tebal tidak berbentuk, yang disebut zona
pelusida. Lingkaran luar yang disebut korona radiate, terdiri dari
sel-sel oval yang dipersatukan oleh asam hialuronat. Ovum
dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak
difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorpsi.
2. Sperma
Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal
mengakibatkan pengeluaran satu sendok teh semen, yang
mengandung 200 sampai 500 juta sperma ke dalam vagina. Sperma
berenang dengan gerakan flagella pada ekornya. Beberapa sperma
dapat mencapai tempat fertilisasi dalam lima menit, tetapi rata-
ratawaktu yang dibutuhkan ialah empat sampai enam jam. Sperma
akan tetap hidup dalam sistem reproduksi wanita selama dua
sampai tiga hari. Kebanyakan sperma akan hilang di vagina, di
dalam servik, di endometrium atau sperma memasuki saluran yang
tidak memiliki ovum. Sewaktu sperma berjalan melalui tuba
uterine, enzim-enzim yang dihasilkan disana akan membantu
kapasitasi sperma. Kapasitasi adalah perubahan fisiologis yang
membuat lapisan pelindung lepas dari kepala sperma, sehingga
terbentuk lubang kecil di akrosom, yang memungkinkan enzim
(seperti hialuronidase) keluar. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar
sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum sebelum
fertilisasi.
Fertilisasi berlangsung di ampula (sepertiga bagian luar)
tuba uterine. Apabila sebuah sperma berhasil menembus membrane
yang mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada
di dalam membrane dan membrane tidak lagi dapat ditembus oleh
sperma lain. Hal ini disebut reaksi zona. Pembelahan meiosis
kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi pronukleus ovum.
Replikasi sel mitosis yang disebut pembelahan, dimulai saat zigot
berjalan di sepanjang tuba uterin menuju uterus. Perjalanan ini
membutuhkan waktu tiga sampai empat hari. Karena telur yang
difertilisasi membelah dengan cepat, sedangkan ukurannya tidak
bertambah, terbentuk sel kecil-kecil, yang disebut blastomer,
terbentuk pada setiap pembelahan. Morula masih dikelilingi oleh
lapisan pelindung zona pelusida. Perkembangan selanjutnya terjadi
sewaktu morula mengapung bebas di dalam uterus. Cairan masuk
ke dalam zona pelusida dan menyusup ke dalam ruang interseluler
di anatara blastomer. Selanjutnya, terbentuk ruangan di dalam
massa sel karena ruang-ruang interseluler itu menyatu dan
terbentuklah struktur yang disebut blastosis. Pembentukan blastosis
menandai diferensiasi utama pertama embrio. Massa padat sel
bagian dalam berkembang mejadi embrio dan membrane embrio,
yang disebut amnion. Lapisan sel luar yang mengelilingi rongga,
disebut trofoblas, akan berkembang menjadi membrane embrio
lain, yaitu korion, bagian embrionik plasenta.
3. Implantasi
Zona pelusida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan
dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada daerah fundus
anterior atau posterior. Antara tujuh sampai sepuluh hari setelah
konsepsi, trofoblas menyekresi enzim yang membantunya
membenamkan diri dalam endometrium sampai seluruh bagian
blastosis tertutup. Proses ini dikenal sebagai implantasi. Pembuluh
darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami
pendarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atu pendarhan
ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili
korion, yang berbentuk seperti jari, terbentuk di luar trofoblas dan
menyusup masuk ke dalam daerah yang mengandung darah pada
endometrium.Vili ini adalah tonjolan yang mengandung banyak
pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darh ibu
serta membuang karbondioksida dan produk sisa ke dalam darah
ibu. Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Bagian yang
langsung berada di bawah blastosis, tempat vili korion mengetuk
pembuluh darah, disebut desidua basalis. Bagian yang menutup
blastosis ialah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa
uterus ialah desidua vera.
4. Embrio dan Janin
Kehamilan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar
atau 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari. Lama
kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi terkahir
(LMP  Last Menstrual Period). Konsepsi terjadi sekitar dua
minggu setelah hari pertama periode menstruasi terakhir. Dengan
demikian, umur janin pascakonsepsi lebih kurang dua minggu,
yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi akan
digunakan untuk membahas perkembangan janin. Perkembangan
intrauterine dibagi dalam tiga tahap yaitu ovum, embrio dan janin.
Tahap ovum berlangsung sejak konsepsi sampai hari ke-14. Pada
periode ini terjadi replikasi seluler, pembentukan blastosis,
perkembangan awal selaput embrio lapisan germinal primer.
5. Perkembangan Embrio
Tahap embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai sekitar 8
minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran embrio sekitar 3 cm,
dari puncak kepala sampai bokong. Tahap ini merupakan masa
yang paling kritis dalam perkembangan system organ dan
penampilan luar utama janin. Daerah yang sedang berkembang dan
mengalami pembelahan sel yang cepat sangat rentan terhadap
malaformasi akibat teratogen.
Plasenta
Struktur
Selama minggu ketiga setelah konsepsi, sel-sel trofoblas
vili korion menyusup ke dalam desidua basalis. Karena kapiler
uterus digunakan, arteri spiralis endometrium (ruang yang
terbentuk) terisi darah ibu. Vili korion membentuk ruang-ruang
yang memiliki dua lapisan sel : sinsisium luar dan sitofoblas
dalam. Lapisan ketiga berkembang menjadi septum-septum yang
menancap, membagi desidua yang menonjol menjadi daerah-
daerah yang terpisah, yang disebut kotiledon. Pada setiap 15
sampai 20 kotiledon terdapat cabang vili korion dengan sistem
pembentukan pembuluh darah janin yang rumit. Setiap kotiledon
merupakan unit yang fungsional. Keseluruhan struktur ini disebut
plasenta. Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terbentuk pada hari ke-17,
saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada akhir minggu ketiga,
darah embrio bersirkulasi di anatara embrio dan vili korion. Pada
ruang intervilosa, darah ibu menyuplai oksigen dan makanan ke
kapiler embrio di dalam vili. Produksi limbah dan karbondioksida
berdifusi ke dalam darah ibu. Plasenta berfungsi sebagai alat
pertukaran metabolic. Pada saat ini pertukaran masih minimal
karena kedua lapisan sel membrane vilus masih terlalu tebal.
Permeabilitas meningkat dengan menipisnya dan menghilangnya
sitotroblas pada bulan kelima dan hanya terdapat selapis sinsisium
antara darah ibu dan kapiler janin. Sinsisisum adalah lapisan
fungsional plasenta. Pada minggu ke-8, tes genetika dapat
dilakukan dengan mengambil sampel akan lengkap pada minggu
ke-12. Plasenta terus meluas sampai minggu ke-20 dan menutupi
sekitar setengah permukaan uterus, kemudian plasenta akan
menebal. Percabangan vili terus berlangsung di dalam badan
plasenta sehingga memperluas daerah permukaan yang fungsional.
Fungsi :
Salah satu fungsi dini plasenta ialah sebagai kelenjar
endokrin yang memproduksi empat hormone yang diperlukan
untuk mempertahankan kehamilan dan menunjang embrio-janin.
Hormon diproduksi oleh sinsisisum. Hormon protein, human
chorionic gonadotropin (hCG) dapat dideteksi dalam serum ibu
pada hari ke-8 sampai hari ke-10 setelah konsepsi, tidak lama
setelah implantasi. Hormon ini menjadi dasar tes kehamilan.
Hormon hCG mempertahankan fungsi korpus uteum ovarium,
menjamin suplai estrogen dan progesterone yang kontinu untuk
mempertahankan kehamilan.
Hormon lain yang diproduksi plasenta ialah human
plasental lactogen (hPL), suatu substansi sejenis hormone yang
menstimulasi metabolism ibu dan digunakan untuk menyuplai
nutrient yang dibutuhkan untuk perkembangan janin. Hormon ini
meningkatkan transportasi glukosa melalui membrane plasenta dan
merangsang perkembangan payudara untuk mempersiapkan
laktasi. Pada minggu ke-7, plasenta menghasilkan sebagaian besar
estrogen ibu, yaitu hormone-hormon steroid. Estrogen utama yang
dihasilkan plasenta ialah estriol, sedangkan ovarium kebanyakan
menghasilkan ekstradiol. Fungsi metabolic plasenta dapat
diringkas sebagai fungsi respirasi, nutrisi, eksresi, dan
penyimpanan. Oksigen berdifusi dari darah ibu melalui membrane
plasenta ke dalam darah janin, sedangkan karbondioksida berdifusi
ke arah yang berlawanan. Dengan demikian, plasenta berfungsi
sebagai paru-paru janin.
Membran
Pada saat implantasi, dua membrane janin yang
mengelilingi embrio yang berkembang mulai terbentuk korion
yang terdapat pada permukaannya. Vili menyusup ke dalam
desidua basalis dan ukuran serta kompleksitasnya meningkat,
sementara tonjolan pembuluh darah berkembang ke dalam
plasenta. Korion menjadi penutup sisi janin plasenta. Korion
mengandung pembuluh darah umbilicus utama yang bercabang ke
permukaan plasenta. Seiring pertumbuhan janin, desidua kapsularis
menjadi teregang. Vili korion pada sisi ini akan menjadi atrofi dan
berdegenerasi, menyisakan membrane korion yang licin. Membran
sel bagian dalam, amnion, terbentuk dari sel-sel bagian dalam
blastosis. Ruang yang terbentuk antara massa sel bagian dalam dan
sel lapisan luar disebut rongga amnion. Sejalan dengan
meningkatnya ukuran, amnion terbentuk pada sisi yang berhadapan
dengan blastosis yang berkembang. Embrio yang berkembang akan
menarik amnion mengelilingi dirinya, sehingga terbentuk kantong
yang penuh cairan. Amnion menjadi pelapis korda umbilicus dan
menutupi korion pada permukaan janin plasenta. Seiring
membesarnya embrio, amnion juga membesar untuk menyesuaikan
diri dengan embrio-janin dan cairan amnion disekelilingnya.
Amnion pada akhirnya akan bertemu dengan korion disekeliling
janin.
Cairan Amnion
Pada tahap awal, rongga amnion memperoleh cairan dari
darah ibu melalui proses difusi. Jumlah cairan meningkat setiap
minggu, sehingga pada aterm antara 800 sampai 1200 ml cairan
bening agak kekuningan. Volume cairan amnion terus berubah.
Janin menelan cairan dan cairan mengalir masuk dan keluar paru
janin. Janin mengeluarkan urine ke dalam cairan, sehingga volume
cairan meningkat. Jumlah cairan amnion kurang dari 300
ml/oligohidramion dikaitkan dengan kelainan ginjal janin. Ada
banyak fungsi cairan amnion untuk embrio janin. Cairan ini
merupakan bantalan bagi janin terhadap trauma, yakni dengan
menumpulkan dan menyebarkan kekuatannya. Cairan ini
memungkinkan muskuloskletal janin bergerak bebas selama janin
berkembang. Cairan amnion mengandung albumin, urea, asam
urat, kreatinin, lesitin, sfingomielin, bilirubin, fruktosa, lemak,
leukosit, protein, sel epitel, enzim, dan rambut lanugo.
Penyelidikan cairan amnion melalui amniosentesis memberi
banyak informasi tentang janin. Studi genetika memberi
pengetahuan tentang jenis kelamin, dan normalitas jumlah dan
struktur kromosom. Dari hasil penyelidikan lain ditemukan bahwa
cairan amnion menentukan kesehatan/maturitas janin.
Yolk Sac
Sementara rongga amnion dan amnion terbentuk sebuah
rongga blastosis juga terbentuk pada sisi lain diskus embrio yang
berkembang. Rongga ini dikelilingi membrane sehingga
membentuk yolk sac. Pada minggu ketiga sel-sel darah dan plasma
diproduksi didalam yolk sac. Pada akhir minggu ketiga, jantung
primitive mulai berdenyut untuk mengalirkan darah melalui
embrio, tangkai penyambung, konekting stalk, korion, dan yolk
sac. Pada minggu kelima atau keenam sisa yolk sac terpisah dari
embrio. Pada sekitar 2% orang dewasa, bagian intra abdominal
yolk sac menetap dan disebut Divertikulum ileum/divertikulum
meckel.
Lapisan Germ Primer
Pada minggu kedua setelah konsepsi, diskus embrio
berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germ : ekstoderm, mesoderm, dan
endoderm.
 Ekstoderm adalah lapisan luar diskus embrio membentuk
epidermis, kelenjar, kuku dan rambut, system saraf perifer,
lensa mata, email gigi, dan dasar rongga amnion.
 Mesoderm berkembang menjadi tulang dan gigi, otot (rangka,
polos, jantung), kulit dan jaringan ikat, system kardiovaskuler
dan limfa, serta system urogenital.
 Endoderm membentuk lapisan epitel yang melapisi saluran
pernafasan dan saluran cerna mencakup orofaring, hati,
pancreas, uretra, kandung kemih, dan vagina wanita. Endoderm
membentuk atap yolk sac.
Korda Umbilikalis
Pada hari ke-14 setelah konsepsi, diskus embrio, kantong
amnion, dan yolk sac menyatu dengan vili korion melalui
konecting salk. Selama minggu ketiga pembuluh darah
berkembang untuk menyuplai embrio dengan nutrient dan oksigen
dari ibu. Selama minggu kelima, setelah embrio menekuk pada
kedua ujungnya, konecting stalk berada pada sisi ventral embrio.
Korda cepat bertambah panjang. Pada saat aterm, panjang korda
berkisar antara 30-90 cm dengan diameter 2 cm. Korda ini
terplintir seperti spiral dan rongga disekitar embrio janin. Simpul
sejati jarang ditemukan, tetapi simpuls palsu muncul, jika terdapat
lipatan atau lekukan pada korda. Jaringan ikat, mencegah kompresi
pembuluh darah sehingga pemberian makanan yang continue untuk
embrio janin dapat dijamin. Kompresi dapat terjadi, jika korda
terletak diantara kepala janin dan pelvis atau terpelintir disekitar
tubuh janin. Korda yang melilit leher janin disebut Korda Nukal.
6. Maturasi Janin
Tahap janin berlangsung sejak minggu ke-9 sampai akhir
masa hamil. Perubahan pada periode janin tidak sedramatis
perubahan pada masa embrio karena pada tahap ini hanya terjadi
peristiwa pematangan struktur dan fungsi. Viabilitas adalah
kemampuan janin untuk bertahan hidup diluar uterus. Pada waktu
yang lampaui, usia terdini janin dapat hidup ialah 28 minggu
setelah konsepsi. Dengan teknologi modern dan kemajuan
perawatan ibu dan neonatus, viabilitas kini dimungkinkan pada
usia 20 minggu setelah konsepsi. Terbatasnya daya tahan janin
diluar uterus didasarkan pada fungsi sitem saraf pusat dan
kemampuan oksigenasi paru (Bobak dkk., 2005).

E. Klasifikasi
a. Kehamilan normal
Tidak ada riwayat kelainan obsetri, ukuran uterus sesuai dengan usia
kehamilan.
b. Kehamilan dengan masalah khusus
Masalah khusus yang dimaksud seperti masalah keluarga atau
psikososial, kekerasan dalam rumah tangga dan kebutuhan finansial.
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan
untuk konsultasi atau kerjasama penanganan
Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, pertumbuhan janin
terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dll
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan
rujukan
Seperti perdarahan, eklamsia, ketuban pecah dini atau kondisi
kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi
(Mitayani, 2009).
F. Gejala dan Tanda Kehamilan
Tanda – tanda kehamilan :
a. Tanda kehamilan presumptive
Perubahan yang dirasakan oleh wanita hamil itu sendiri dan masih
bersifat tidak pasti, seperti : amenorea, mual dan muntah, ngidam,
syncope, payudara membesar dan mengencang, sering miksi,
konstipasi, pigmentasi kulit dan varises.
b. Tanda kehamilan probable
Tanda kehamilan yang masih bersifat mungkin, diketahui melalui hasil
dari pemeriksaan petugas kesehatan, seperti : pembesaran perut, tanda
hegar, tanda chadwicks, tanda piscaseck, tanda ballotement, kontraksi
braxton hicks, dan pemeriksaan tes biologis kehamilan (positif).
c. Tanda kehamilan positive
Tanda kehamilan pasti yang dinilai dari adanya gerakan janin dalam
rahim, denyut jantung janin dan teraba bagian – bagian janin
(Lowdermilk et al., 2006).

Pada proses kehamilan terjadi beberapa perubahan pada tubuh wanita :


a. Uterus
 Uterus bertambah besar dengan panjang 32 cm, lebar 24 cm dan
ukuran muka belakang 22 cm. Uterus membesar maka peredaran
darah ke rahim bertambah.
 Melunaknnya servik dan berwarna ungu kebiruan
“Godells sign” : keadaan servik yang lunak dan akibat dari
peningkatan vaskularisasi.
“Chadwiks sign” : keadaan kebiruan pada servik dan vagina juga
diakibatkan oleh peningkatan vaskularisasi.
“Hegars sign” : keadaan melunaknya bagian uterus bagian bawah.
Terjadi pada usia kehamilan 2-3 bulan.
“Uterine enlargement” : terjadi selama masa bertambahnya umur
kehamilan.
b. Serviks
Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan pada serviks karena
peningkatan hormon estrogen dan progesteron.
c. Vagina
Vagina berwarna kebiruan, elastisitas vagina bertambah dan sekresi
berwarna putih dan bersifat sangat asam.
d. Ovarium
Ovulasi berhenti dan pada trimester pertama ditemukan corpus luteum
graviditas.
e. Dinding perut
 Striae Gavidarum : garis –garis pada abdomen yang berwarna putih
keabuan terjadi akibat peregangan pada jaringan bawah kulit.
 Striae Lividae : garis - garis seperti strie gavidarum namun
berwarna biru dan sering terjadi pada primigravida.
 Striae Albicans : garis – garis serupa namun berwarna putih.
 Pembesaran abdomen
f. Payudara
Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon
estrogen dan progesteron. Selain itu terjadi peningkatan hormon
somatomamotropin untuk produksi ASI.
g. Berat badan
Peningkatan berat badan yang drastis disebabkan oleh berat janin,
berat rahim, penimpunan lemak di pantat atau payudara, edema kaki.
Trimester pertam naik 1 kg, trimester kedua 5kg dan trimester ketiga
kira kira naik 5.5kg.
h. Kardiovaskuler
 Tekanan darah
Tekanan darah sistolik umumnya tidak ada perubahan, tetapi akan
cenderung menurun pada usia kehamilan yang semakin tua.
Tekanan darah diastolik cenderung menurun mulai trimester
pertama dan semakin menurun sampai usia kehamilan 24 sampai 32
minggu, tetapi secara bertahap semakin meningkat samapai aterm.
 Komposisi darah dan volume darah
Volume darah ibu cenderung meningkat samapai 40% - 45 % dari
total volume darah saat sebelum hamil. Sel darah merah (SDM)
meningkat sekitar 20% - 30%, tetapi karena volume plasma
meningkat melebihi peningkatan SDM, atau terjadi hemodelusi,
maka niali Hb akan cenderung lebih rendah serta nilai hematokrit
37% - 47%. Sel darah putih, terutama granulosit, cenderung
meningkat mulai trimester kedua.
 Cardiac output
Cardiac output meningkat 30%-50% pada 32 minggu, dan
peningkatannya sekitar 20% pada usia kehamilan 40 miinggu.
i. Respiratory system
Respiratory rate biasanya tidak ada perubahan tetapi bisa sedikit
meningkat terutama pada usia kehamilan yang semakin tua. Pada usia
kehamilan 10 minggu PCO2 akan menurun.
j. Renal System
Frekuensi berkemih cenderung meningkat berkaitan dengan
peningkatan desakan pembesaran abdomen pada vesika urinary.
k. Integumentary System
Pada beberapa ibu hamil menungkinkan akan ada chloasma
gravidarum (hiperpigmentasi pada wajah dan leher). Hiperpigmentasi
juga terjadi pada papila dan areola mamae ibu. Line atau garis vertikal
di tengah perut ibu juga mengalami hiperpigmentasi atau disebut linea
nigra. Pada kulit ibu juga bisa mengalami striae gravidarum yaitu
garis-garis seperti guratan pada kulit terutama pada perut, paha, pantat
atau mamae ibu yang dapat disebabkan oleh terlepasnya elastisitas
kolagen kulit yang dapat dipengaruhi oleh reaksi adrenocorticosteroid.
l. Musculoskeletal system
Pembesaran abdomen membuat tulang belakang melengkung dan
semakin sulit untuk berjalan.
m. Neurologic System
Dorsolumbar lordosis mungkin akan menimbulkan rasa nyeri. Selain
itu, edema pada ekstremitas akan mungkin menimbulkan carpal tunnel
syndrome pada trimester 3.
n. Gastrointestinal System
Nafsu makan pada ibu hamil biasanya mengalami perubahan ynag
fluktuatif. Mulut biasanya akan mengalami kemerahan dan sedikit
bengkak. Pada usia kehamilan memasuki bulan ke 7 dan ke 8 bagian
saluran pencernaan bagian atas akan mengalami herniasi (hiatal
hernia). Pada lambung terjadi relaksasi otot-otot pencernaan sehingga
bising usus menurun, dan pencernaan lebih lama sehingga lebih
mudah mengalami mual dan muntah. Kondisi liver umumnya tidak
mengalami perubahan, tetapi mungkin akan terjadi perubahan minimal.
o. Endocrine system
Selama proses kehamilan, hormon estrogen dan progesteron
mengalami peningkatan pada masa awal kehamilan sampai UK 14
minggu sebelum digantikan fungsi hormon tersebut oleh placenta.
Prolactin mulai diproduksi mulai trimester pertama dan jumlahnya
semakin meningkat sampai aterm. Produksi oxytocin oleh pituitary
posterior semakin meningkat seiring pertumbuhan dan perkembangan
fetus. Kelenjar tiroid sedikit membesar selama kehamilan karena
peningkatan fungsi kelenjar tersebut
(Lowdermilk et al., 2006).
G. Prosedur Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Periode
Antenatal
a. Pemeriksaan Leopold
1) Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa
pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir
atau tidak enak tetapi tidak akan membahayakan bayi yang ada
dalam kandungan
2) Persilahkan ibu untuk berbaring
3) Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh perut ibu tampak jelas sampai
batas dibawah proc. Xypoideus, kemudian minta ibu untuk
meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit
fleksi pada sendi paha (coxae) dan lutut (genu), untuk mengurangi
ketegangan dinding perut
4) Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
5) Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat
kemudian keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk
6) Pemeriksa berada disisi kanan ibu mengahadap bagian lateral kanan
7) Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses
pemeriksaan
(Sarwono, 2009)
Pemeriksaan leopold terdiri sebagai berikut (Mitayani, 2009) :
Leopold 1 :
 Tujuan : untuk mengetahui bagian tubuh janin yang berada di bagian
fundus.
Bila kepala : bulat, keras, dan dapat digerakkan (balotemen).
Bila bokong : lunak, bentuk tidak spesifik, tidak dapat digerakkan.
Bila letak lintang maka palpasi didaerah fundus akan teraba kosong.
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke
bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus bawah denga meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi atas simfisis).
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala
ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan
rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan
menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan
secara bergantian.
 Pemeriksaan usia kehamilan dan tinggi fundus :
- Sebelum bulan ketiga fundus uteri tidak dapat diraba
- (12 minggu) : tinggi fundus 1-2 jari diatas sympisis
- (16 minggu) : tinggi fundus pertengahan sympisis
- (20 minggu) : tinggi fundus 3 jari dibawah pusat
- (24 minggu) : tinggi fundus setinggi pusat
- (28 minggu) : tinggi fundus 3 jari diatas pusat
- (32 minggu) : tinggi fundus pertengahan prosesus xipoideus dan
pusat
- (36 minggu) : tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus
- (40 minggu) : tinggi fundus pertengahan prosesus xipoideus dan
pusat
Usia kehamilan (bulan) = Tinggi fundus (cm)/ 3.5 cm
Keterangan :
Tinggi Fundus (cm) Usia Kehamilan (bulan)
20 5
23 6
27 7
30 8
33 9

Leopold 2 :
 Tujuan : untuk menentukan letak punggung janin.
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan
telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar
dan pada ketinggian yang sama.
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan
(simultan) telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah
bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang
(punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).
Leopold 3 :
 Tujuan : untuk menentukan bagian tubuh janin yang terdapat dibagian
bawah, apakah kepala janin sudah atau belum mencapai pintu atas
panggul.
 Pemeriksa tetap menghadap ke muka klien
 Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
 Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin
(kepala) dan tentukan sudah terfiksir atau belum.
Leopold 4 :
 Tujuan : untuk menentukan usia kehamilan dan sejauh mana kepala
janin sudah memasuki pintu atas panggul.
 Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki klien
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada
pada tepi atas simfisis
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua
jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen atau divergen).

b. Pengukuram Denyut Jantung Janin (DJJ)


DJJ dapat dipantau dengan stetoskop Laenec atau Doppler.DJJ
dihitung secara penuh dalam 1 menit dengan memperhatikan
keteraturan serta frekuensinya(Baety, 2012).Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
 Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
 Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan *
 Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin
 Funandoskop diletakkan secara tegak lurus terhadap dinding perut
 Raba nadi ibu pada pergelangan tangan
 Pastikan DJJ dengan cara membedakan bunyi yang didengar dengan
nadi ibu
 Hitung jumlah DJJ permenit dengan benar (hitung DJJ selama 5
detik, istirahat 5 detik lakukan sampai 3 kali dan hasilnya dijumlah
dan dikalikan 4. DJJ yang normal kurang lebih 120-140 permenit.
 Beri penjelasan pada klien hasil pemeriksaan detak jantung janin

c. Penentuan Taksiran Berat Janin


Taksiran berat janin melalui pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)
dengan menggunakan rumus Niswander yaitu :
Taksiran Berat Badan Janin (TBJ) = 1,12 (TFU – 7,7) x 100 gr (Bobak,
2005).

d. Penentuan Taksiran Usia Kehamilan


Untuk dapat menghitung usia kehamilan anda berdasar HPHT hanya
dapat dilakukan oleh ibu hamil yang memiliki siklus haid normal dan
teratur (28-30 hari). Untuk taksiran usia kehamilan berdasar HPHT
dapat menggunakan rumus Neagele, selain dapat menghitung usia
kehamilan, rumus ini juga dapat digunakan untuk menghitung hari
perkiraan lahir (HPL). Penggunaan rumus ini adalah dengan
menambahkan 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir, kemudian
mengurangi bulan dengan 3 dan menambahkan 1 pada tahunnnya,
sedangkan untuk bulan yang tidak bisa dikurangi 3, misalnya Januari,
Februari, dan Maret, maka bulannya ditambah 9, tapi tahunnya tetap
tidak ditambah atau dikurangi (Sarwono, 2006).

e. Pemeriksaan Antropometri pada Ibu Hamil


Menurut Shoutheast Asian Food and Agricultural Science and
Technology, IPB menjelaskan pemeriksaan antropometri meliputi :
1) Berat Badan :
- Tempatkan timbangan berskala pada permukaan lantai yang
datar
- Pastikan skala timbangan berada pada jangka nol (0,0) sebelum
penimbangan dimulai
- Responden diminta untuk berdiri diatas timbangan dengan
posisi badan tegak dan pandangan mata lurus ke depan
- Baca skala
- Catat hasil pengukuran
2) Tinggi Badan :
- Gantungkan microtoise pada dinding dan lantai yang datar pada
ketinggian 200 cm dari bawah lantai)
- Pastikan skala 0 (garis merah) berada pada tepat pada saat
menyentuh lantai
- Mintalah ibu hamil untuk berdiri membelakangi dinding,
punggung dan bokong menempel ke dinding, tangan tegak ke
bawah, tanpa alas kaki
- Geser microtoise persis menempel diatas kepala responsden,
baca skala dan catat hasilnya.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA) :
- Pengukuran menggunakan pita, pita pengukur dilingkarkan ke
lengan subjek dan dibaca skalanya serta dicatat.
(Sarwono, 2006).

f. Mengukur tekanan darah


Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara teratur untuk
melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.
Tekanan darah tinggi, protein urin positif, pandangan kabur atau
oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah mengalami kenaikan
15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau tekanan
darah > 140/90 mmHg, maka ibu hamil mengalami preeklamsi.
(Mufdillah, 2009).
g. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap (Mufdillah, 2009):
Antigen Interval Lama Perlindungan % Perlindungan
TT1 Pada Kunjungan - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setalah 3 tahun 80
TT1
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99
hidup

h. Pemberian tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan


Pemberian tablet penambah darah dimulai setelah rasa mual hilang
satu tablet setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung
FeSO4 30mg dan asam folat 500. Tablet besi sebaiknya tidak diminum
bersamaan dengan teh atau kopi, karena dapat mengganggu
penyerapan (Sarwono, 2006).
Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care “7T” yaitu :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
 Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian
yang seringan-ringannya
 Peningkatan berat badan pada masa kehamilan sangat penting,.
Setidak-tidaknya antara 9-11 kg sampai menjelang bayi lahir
 Berat badang < 45 kg pada trimester II atau di bawah kurva pada
KMS ibu hamil menunjukkan ibu kurus, besar kemungkinan ibu
akan melahirkan bayi dengan BBLR.
 Bila berat badan ibu jauh diatas kurva pada KMS ibu hamil, perlu
dicurigai adanya kemungkinan melahirkan bayi besar dan
menimbulkan gangguan dalam persalinan
b. Ukur Tekanan Darah
 Tekanan darah normal adalah 110/80-140/90 mmHg. Bila > 140/90
mmHg hati-hati adanya preeklamsia
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri
 Tinggi fundus uteri ditentukan dalam sentimeter (cm), yaitu jarak
antara symphisis pubis dengan puncak tinggi fundus uteri
 Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk memeriksa
kehamilan, menentukan letak janin dalam kandungan normal atau
tidak, memperkirakan berat badan janin dan dapat menentukan detak
jantung janin
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap
 Bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum. Imunisasi pertama
diberikan mulai hamil 3 bulan dan imunisasi kedua diberikan
minimal 1,5 bulan sesudah imunisasi pertama
e. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan
 Ibu hamil harus minum tablet zat besi satu tablet sehari atau paling
sedikit 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
(Saifudin, 2006).

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin mencangkup pemeriksaan hemoglobin,
protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi atau kelompok perilaku terhadap
HIV, sifilis, malaria, tuberkolosis, cacingan dan thalasemia (Mitayani,
2009).
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG untuk melihat jenis kelamin, tafsiran kehamilan,
tafsiran berat janin dan jumlah cairan amnion (Mitayani, 2009).

I. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis kehamilan yang harus diperhatikan adalah
tanda pasti kehamilan (Handerson, 2009) :
a. Adanya DJJ
Terdeteksi umur kehamilan 10 minggu dengan doppler sedangkan
dengan funandoskop umur kehamilan 18-20 minggu. (DJJ rendah 110-
120 kali permenit, tinggi 150-160 kali permenit).
b. Fetal movement, dengan palpasi trimester ketiga
c. Gerakan janin ini lebih cepat diketahui dengan USG

J. Penanganan
Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care (Sarwono, 2006) :
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 - 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah
minggu 36).

Kunjungan Waktu Infomasi penting


Trimester I sebelum 14  Membangun hubungan saling percaya
minggu antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
 Mendeteksi masalah dan menanganinya
 Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatus, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat, dsb.)
Trimester II 14 - 28minggu  Sama seperti di atas , ditambah
kewaspadaan khusus mengenai pre-
eklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
pre-eklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
Trimester III 28 - 36 minggu  Sama seperti di atas, ditambah palpasi
abdominal untuk mengetahui apakah
kehamilan ganda
Trimester IV sesudah minggu  Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak
36 bayi tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit

K. Komplikasi Kehamilan
Jika tidak melaksanakan ANC sesuai dengan aturan maka dikhawtirkan
akan terjadi komplikasi selama kehamilan.
a. Komplikasi obstetrik langsung
 Perdarahan
 Preeklamsia / eklampsia
 Kelainan letak
 Hidramnion
 Ketuban pecah dini
b. Komplikasi obstetrik tidak langsung
 Anemia
 Malaria
c. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik
Kecelakaan, keracunan, kebakaran.
(Manuaba, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC) 6th


edition. USA: Mosby
Bobak, I.M. dkk., (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :
EGC
Handerson, C. (2009). Buku ajar konsep kebidanan.EGC : Jakarta.
Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T. H. dan Kamitsuru, S. (Eds). (2015-2017). NANDA international
nursing diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford:
Wiley Blackwell
Lowdermilk, Deitra Leonard & Perry, Shannon. (2006). Maternity Nursing.
Seventh Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Manuaba, I.B.G .(2008). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan.EGC.Jakarta
Mitayani. (2009).Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika.
Moorhead, S., et al. (2013).Nursing outcomes classification (NOC) 5th edition.
USA: Mosby
Mufdillah. (2009).Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Prawirohardjo.
Sarwono. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai