Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER


(MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI)
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I (Satu)
Dosen Koordinator : Ns. Chrisyen Damanik S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 1
Anis Azizah : 16.0427.762.01

Bayu Helga C.B : 16.0432.767.01

Dorkas Norma .Y. : 16.0438.773.01

Fitrianingsih : 16.0445.780.01

M.Novan Ahadinata : 16.0459.794.01

Maria Novayana : 16.0464.799.01

Maudina Wulandari : 16.0466.801.01

Nilam Sari : 16.0471.806.01

Nuzul Prima Dyella : 16.0478.813.01

Robby Dwi Mas .P. : 16.0483.818.01

Sri Wahyuni : 16.0489.824.01

Zukri Fauza : 16.0499.834.01

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2017

PENYUSUN

NAMA NIM TUGAS

Anis Azizah 16.0427.762.01 Pengetikan, mencari glosarium


Bayu Helga Candra Buana 16.0432.767.01 Pengetikan, Penyaji materi,
Editing

Dorkas Norma Yunita 16.0438.773.01 Glosarium

Fitrianingsih 16.0445.780.01 Pengetikan Askep

M.Novan Ahadinata 16.0459.794.01 Pengetikan Kata Kunci & Askep

Maria Novayana 16.0464.799.01 Penyaji materi, Pengetikan


Materi

Maudina Wulandari 16.0466.801.01 Pengetikan Kata Kunci

Nilam Sari 16.0471.806.01 Editor Makalah, Pengetikan


materi

Nuzul Prima Diyella 16.0478.813.01 Membuat Askep, Membuat


Anatomi Fisiologi : Pneumonia,
Hipertensi, Anemia, Penyaji
materi

Robby Dwi Mas.P 16.0483.818.01 Pengetikan Kata Kunci&Askep

Sri wahyuni 16.0489.824.01 Pengetikan Kata Kunci, Askep &


Print

Zukri Fauza 16.0499.834.01 Membuat Askep, Penyaji Materi,


editing,
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

DiSusun Oleh :

Kelompok 1

NAMA NIM

1. Anis Azizah 16.0427.762.01

2. Bayu Helga C.B 16.0432.767.01

3. Dorkas Norma .Y. 16.0438.773.01

4. Fitrianingsih 16.0445.780.01

5. M.Novan Ahadinata 16.0459.794.01

6. Maria Novayana 16.0464.799.01

7. Maudina Wulandari 16.0466.801.01

8. Nilam Sari 16.0471.806.01

9. Nuzul Prima Dyella 16.0478.813.01

10. Robby Dwi Mas .P. 16.0483.818.01

11. Sri Wahyuni 16.0489.824.01

12. Zukri Fauza 16.0499.834.01

Telah disetujui oleh dosen koordinator dan dosen pembimbing

Pada Tanggal ................................................ 2017

SUSUNAN DOSEN PEMBIMBING

Dosen Koordinator Dosen Pembimbing

Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Medikal Bedah


Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep

NIK : 113072.83.11.023 NIK : 113072.83.11.023


Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini degan
judul “ Hipertensi “.
Makalah ini kami buat berdasarkan berbagai macam sumber buku-buku refrensi, media
elektronik, dan dari hasil pemikiran kami sendiri. Kami mengharapkan agar para pembaca
dapat mengetahui dan memahami tentang hak dan kewajiban pasien.
Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat masukan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Chriyen Damanik S.Kep, M.kep selaku dosen coordinator mata kuliah keperawatan
medical bedah
2. Ns. Chriyen Damanik S.Kep, M.kep selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan
medical bedah
3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis baik bersifat moril maupun material
4. Rekan-rekan yang sama-sama melakukan penyusunan dan penelitian dalam makalah ini
5. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusunan masih banyak kekurangan semoga yang
membacanya dapat memberikan kritik atau pun saran untuk memperbaiki makalah ini
sehingga kedepannya lagi dapat lebih sempurna dalam penyusunnya
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan acuhan
terhadap penyusun makalah berikut-berikutnya .

Samarinda, Desember 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Definisi Hipertensi 3
2. Konsep Dasar Anatomi Dan Fisiologi 3
3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Biokimia Dan Fisika 4
B. Konsep Medik Asuhan Keperawatan
1. Etiologi/ Faktor Resiko Hipertensi 6
2. Klasifikasi Hipertensi 6
3. Manifestasi Klinis Hipertensi 7
4. Patofisiologi 8
5. Derajat Hipertensi 9
6. Tanda dan Gejala Hipertensi 13
7. Factor Penyebab 14
8. Pemeriksaan Diagnostik 14
9. komplikasi 16
10. Penatalaksanaan 17
11. Manajemen Asuhan Keperawatan 20
12. Essai EBN Hipertensi 34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 43
B. Saran 43
Daftar Pustaka

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Biokimia dan Fisika 4


Tabel 1.2 Etiologi Hipertensi 6
Tabel 1.3 Faktor Penyebab 14
Tabel 1.4 Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi 14
Table 1.5 Penatalaksanaan Hipertensi 17
Tabel 1.6 Pemeriksaan Fisik 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Anatomi dan Fisiologi 3

iv
DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Skema Algoritma Penanganan Hipertensi JNC 8 12

Skema 1.2 Pathway 49

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH (perhimpunan
hipertensi Indonesia), untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100
mmHg (Gardia, 2012). Organ berpengaruh terhadap Hipertensi ada Jantung, Pembuluh
Darah, Ginjal, Otak, Dan Mata (Retina). Hipertensi bisa terjadi karena Faktor usia, Obesitas,
Kurangnya olahraga, Gangguan ginjal tiroid, Stress, Makanan makanan yang banyak
mengandung garam, Genetik/ keturunan, Alkohol, Dan Merokok.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab morbiditas dan
mortalitas pada penyakit kardiovaskuler (Kearney dkk., 2005). Sejak tahun 1999 hingga 2009,
angka kematian akibat hipertensi meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka
kematian akibat komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta pertahunnya (WHO, 2013).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai perawat
pendidik. Merubah gaya hidup yang sudah menjadi kebiasaan seseorang membutuhkan
suatu proses yang tidak mudah. Untuk merubah perilaku biasanya ada beberapa faktor
yang sangat mempengaruhi, salah satunya adalah pengetahuan seseorang tentang objek
baru tersebut. Diharapkan dengan baiknya pengetahuan seseorang terhadap objek baru
dalam kehidupannya maka akan lahir sikap positif yang nantinya kedua komponen ini
menghasilkan tindakan yang baru yang lebih baik. Dengan mendapatkan informasi yang
benar, diharapkan penderita hipertensi mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk
dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif
terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Hipertensi.
2. Mengetahui Peran Perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien yang mengalami
Hipertensi.
3. Mengetahui Evidance Based Nursing terkait intervensi keperawatan pada pasien yang
mengalami Hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan Asuhan Keperawatan
pasien yang mengalami “Hipertensi”.
1
2. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan pengkajian
keperawatan dan membuat Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami
“Hipertensi”.

2
MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN GANGGUAN HIPERTENSI
KONSEP DASAR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140
mmHg atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut
InaSH(perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu
dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan
darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg (Price, 2005).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal
seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli, yaitu> 140/90 mmHg (Sudoyo, 2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi, 2008).

2. Anatomi dan Fisiologi


Hipertensi atau tekanan darah, jantung didalam tubuh memompa kedalam sel
pembuluh darah yang kemudian membawa darah keseluruh tubuh. Normal tekanan
darah 120/80 mmHg, pada saat terjadinya hipertensi jantung bekerja keras memompa
darah keseluruh tubuh yang diakibatkan karena dampak pengerasan pembuluh darah,
penyempitan arteri juga gangguan jantung.

Gambar 1.1 Anatomi dan Fisiologi

(https://search.yahoo.com)
Organ yang berpengaruh terhadap hipertensi adalah:
a. Pembuluh Darah
Pembuluh darah menjadi keras, sempit dan kehilangan elastisitasnya. Pada
akhirnya akan mengakibatkan penyumbatan dan robek. Terjadi seiring bertambahnya
usia meskipun tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
menyebabkan gangguan pembuluh darah, akibat lain tekanan darah tinggi
berpengaruh terhadap proses perkembangan arteroklerosis (penebalan didnding
pembuluh darah akibat penumpukan lemak, kolesterol).
Jika pembuluh darah semakin kecil dan keras tekanan yang ada didalam
pembuluh darah semakin meningkat dan jantung berusaha keras memompa untuk
mengalirkan darah keseluruh tubuh. Akibat jantung terlalu keras bekerjaakan
mengganggu fungsi jantung yang menyebabkan kelainan jantung.
b. Jantung
Jantungnya membesar dan sebagian darah yang seharusnya dipompa untuk
diedarkan keseluruh tubuh tertinggal di dalam bilik atau ventrikel jantung dan terjadi
jantung kongestif, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang ada dibilik atau
ventrikelnya.Gejala dari kelainan gagal jantung kongestif, adanya akumulasi cairan
dalam paru dan rongga dada.
c. Otak
Penyumbatan atau robekan pada pembuluh darah otak, pembuluh darah di otak
dapat mengalami stroke dan pendarahan diotak yang mempengaruhi fungsi normal
otak, terjadi perdarahan dan gangguan fungsi otak.
d. Ginjal
Jika pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ginjal rusak, maka jaringan
ginjal tidak akan mendapatkan darah yang diperlukan yang menyebabkan kehilangan
fungsi ginjal.
e. Mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan retina pada mata yang
menyebabkan perubahan retina pada mata, tempat dimana mata mendapatkan
gambar visual yang menyebabkan mata kabur, katarak, bahkan bisa menyebabkan
kebutaan.Pembuluh darah pada retina semakin menyempit, robek dan terjadi
perdarahan.

3. Biokimia dan Fisika


Pada Tabel 1.1 Menjelaskan bagaimana Biokimia dan Fisika pada penyakit Hipertensi.
Tabel 1.1 Biokomia dan Fisika
Rasional

Biokimia a. Kadar hormon- hormon renin- angiotensin-aldosteron

b. Hormon adrenalin & noradrenalin


c. Sistem saraf simpatik & parasimpatik dan lain sebagainya

Penyebab perbedaan dengan orang lain: genetik, pola diet, kualitas


pembuluh darah, adanya penyakit lain (hiperlipidemia, diabetes,
gagal ginjal), faktor psikologis, obat-obatan yang sedang dipakai.

Fisika a. Osmolaritas- makin tinggi osmolaritas, makin tinggi BP.


Osmolaritas paling dipengaruhi oleh kadar Na.

b. Volume- makin rendah volume, makin tinggi osmolaritas -> makin


tinggi BP.

c. Tahanan parifer ( dipengaruhi oleh luas penampangan pembuluh


darah) – makin tinggi tahanan perifer, makin tinggi BP.

d. Volume sekuncup ( stroke volume ) – makin tinggi stroke volume,


makin tinggi BP.

(sumber : Ns.kiki 2017)


MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN GANGGUAN HIPERTENSI
KONSEP MEDIK
B. Konsep Medik
1. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.Hipertensi
terjadi sebagai respons penigkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada berapa faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
Tabel 1.2 Etiologi Hipertensi
Etiologi Penjelasan

Genetik Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau


transpor Na.

Obesitas Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan


tekanan darah meningkat.

Stress Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang


mengendalikan pikiran seseorang. Jika mengalami stress hal
tersebut dapat mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi
dan meningkat.

Usia Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan


terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia
20 tahun kemampuan jantung memopa darah menurun 1% tiap
tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume.
Elastisitas pembuluh darah menghilang karena
terjadinya kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.

2. Klasifikasi Hipertensi
a. Hiprtensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.Jenis
hipertensi ini diderita oleh sekitar 95% orang.Oleh sebab itu, penelitian dan
pengobatan lebih ditunjukan bagi penderita ensesial. (sumber : Ns. Reny 2014).
Hipertensi primer di perkirakan disebabkan oleh fakor berikut ini.
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untik mendapatkan hiprtensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi
dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbul hiprtensi adalah konsumsi garam
yang tinggi (lebih dari 30 g), kegmukan atau makan yang berlebihan,stres,
merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (efedri, prdnison, epinefrin).
b. Hipertensi skunder
Hipertensi skunder terjadi akibat penyebab yang jelas.Salah satu contoh
hipertensi skunder adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis.Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin 11.Angiotensin 11 secara langsung meningkatkan tekanan
darah, dan secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andotro dan reasorpsi natrium. Apabila dapat di
lakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan
darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertnsi skunder, antara lain feokromositoma, yaitu tumor
penghasilan epinefri di kelenjar adrenal, yang menyebabkan meningkatnya kecepatan
denyut jantungdan volume sekucup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekucup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersentivitas sistem saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa di ketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
konstrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder. (sumber : Ns. Reny
2014).
c. Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis hipertensi
sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥140 mmHg
pada sistoli; >90 mmHg pada diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada
wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu pascapartum. Hipertensi jenis
ini tampak terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah jantung dan pningkatan
total peripheral resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12 minggu
pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu, masuk ke dalam kategori
hipertensi kronik.
Pada preeklampsia, tekanan darah tinggi di sertai dengan proteinuria (dari
dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam). Preeklampsia biasanya terjadi
setelah usia kehamilan 20 minggu dan dihubungan dengan penurunan aliran darah
plasenta dan peleasan mediator kimiawi yang dapat penuluran aliran darah plasenta
dan pelepasan mediator kimiaw yang dapat menyebabkan difungsi sel endotel
vaskular di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius,
seperti halnya preeclampsia superimposed pada hipertnsi kronis. (sumber : Ns. Reny
2014)

3. Manifestasi Klinis Hipertensi


Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Ada
kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi
selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataanya justru sebagian besar penderita
hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi terkadang menimbulkan
gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis.
Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur
keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).

4. Patofisiologi Hipertensi
a. Hipertensi Primer
Dasar-dasar patologis yang tepat dari hipertensi primer tetap harus disusun.
Factor apa saja yang menghasilkan perubahan pada resistansi vaskuler perifer,
denyut jantung atau curah jantung yang memengaruhi tekanan darah arteri
sistemik. Empat sistem kontrol yang memainkan peran utama dalam menjaga
tekanan darah adalah sistem baroreseptor dan kemoreseptor arteri, pengaturan
volume cairan tubuh, sistem Renin-angiostensin, autoregulasi vascular. Hipertensi
primer kemungkinan besar terjadi karena kerusakan atau malfungsi pada beberapa
atau semua sistem ini. Agaknya bukan kerusakan tunggal yang menyebabkan
hipertensi esensial pada semua orang yang terkena. Baroreseptor dan
kemoreseptor arteri bekerja secara refleks, baroreseptor, reseptor peregangan
utama, ditemukan disinus karotis, aorta, dan bilik jantung kiri. Mereka memonitor
tekanan arteri dan mengatasi peningkatan melalui vasodilatasi dan memperlambat
denyut jantung melalui saraf vagus. Kemoreseptor, berada di medulla dan tubuh
karotis dan aorta, sensistif dalam perubahan konsentrasi oksigen, karbondioksida,
ion hydrogen (pH) dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen arteri atau pH
menyebabkan kenaikan refleksif pada tekanan sementarakenaikan konsentrasi
karbondioksida menyebabkan penurunan tekanan darah. Perubahan-perubahan
pada volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Dengan demikian
kelainan dalam transport natrium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan
hipertensi esensial. Meningkat, dengan demikian meningkatkan tekanan darah.
Perubahan-perubahan patologis yang mengubah ambang tekanan dimana ginjal
mengekskresikan garam dan air mengubah tekana darah sistemik. Selain itu,
produksi hormone penahan natrium yang berlebih menyebabkan hipertensi.
Renin dan angiotensin memainkan peran dalam pengaturan tekanan darah.
Rennin adalah enzim Yang diproduksi oleh ginjal yang mengatalisis subtract protein
plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang dihilangkan oleh enzim mengubah
keparu-paru untuk membentuk angiotensin II dan III bertindak sebagai
vasokonstriktor dan nuga merangsang pelepasan aldosteron. Dengan meningkatnya
aktivitas sistem saraf simpatik, angiotensin II dan III tampaknya juga menghambat
ekskresi natrium, yang menghasilkan naiknya tekanan darah. Sekresi renin yang
bertambah telah diteliti sebagai penyebab meningkatnya resisten vascular periferal
pada hipertensi primer. Sel endotel vascular terbukti penting dalam hipertensi. Sel
endotel memproduksi nitrat oksida yang mendilatasi arteriol dan endothelium yang
mengontriksikannya disfungsi endothelium telah berimplikasi pada hipertensi
esensial manusia. (Sumber : JoyceM.black, Jane hokanson hawks.,2014)
b. Hipertensi Sekunder
Banyak masalah pada ginjal, vascular, neurulogis, dan obat dan makanan
yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh negative terhadap ginjal
dapat mengakibatkan gangguan serius pada organ-organ ini yang mengganggu
ekskresi natrium. Perpusi renal, atau mekanisme renin-angiottensin-aldosteron,
yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dari waktu ke waktu. Glomerulonefritis
dari stenosis arteri renal kronis adalah penyebab yang paling umum dari penyebab
hipertensi sekunder. Juga, kelenjar adrenal dapat mengakibatkan hipertensi
sekunder jika ia memproduksi aldosteron, mengakibatkan renal menyimpan
natrium dan air, memperbanyak volume darah, menaikan tekanan darah.
Freokromositoma, tumor kecil dimedula adrenal, dapat mengakibatkan hipertensi
dramatis karena pelepasan jumlah epirefrin dan norefinefrin (disebut katekolamin)
yang berlebihan. Permasalahan adrenokosikal lainnya dapat mengakibatkan
produksi kortisol yang berlebihan(sindrom chusing). Klien dengan sindrom chusing
memiliki 80% risiko pengembangan hipertensi. Kortisol meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatnya simpanan natrium renal, kadar angiotensin II, dan reaktivistas
vascular terhadap nore[pinepfin. Strs kronis meningkatkan kadar katekolamin,
aldosteron, dan kortisol dalam darah. (Sumber : JoyceM.black, Jane hokanson
hawks.,2014)

5. Derajat Hipertensi
Hipertensi adalah kondisis yang peling umum terlihat pada perawatan primer
dan menyebaban infrak miokard, struk, gagal ginjal, dan kematian jika tidak terdektesi
dini dan di obati dengan tepat. Pasien ini di yakinkan bahwa pengobatan tekan darah ( BP)
akan mengurangi beban penyakit mereka, sementara dokter menginginkan panduan
pengelolahan hipertensi dengan menggunakan bukti ilmiah terbaik. Laporan ini
mengambil pendekatan berbasis bukti yang ketat untuk merekombinaskan ambang,
tujuan, dan pengonbatan-pengobatan dalam pengelolahan hipertensi pada orang
dewasa.Bukti ambil dari uji coba terkontrol secara acak, yang mewakili standar emas
untuk menentukan khasiat dan efektifitas.Bukti kualittas dan rekomendasi dinilai
berdassarkan pengaruhnya terhada hasil penting.
Dalam penananan hipertensi para ahli umumnya mengacu kepada guideline -
guideline yang ada. Salah satu guideline terbaru yang dapat dijadikan acuan dalam
penanganan hipertensi di Indonesia adalah Guideline Joint National Committee (JNC) 8
yang dipublikasikan pada tahun 2014.
Guideline JNC 8 ini disusun berdasarkan kumpulan studi-studi yang sudah
dipublikasikan mulai dari Januari 1966 sampai dengan agustus 2013. Kriteria studi
periode Januari 1996 sampai Desember 1999 yang dimasukkan ke dalam bahan
pembuatan guideline ini adalah:
a. Desain studi acak terkontrol
b. pasien hipertensi berusia ≥18 tahun
c. Jumlah sampel ≥100
d. melaporkan hasil penelitian denan outcome sebagai berikut: mortalitas infark
miokard, gagal jantung, kejadian serebrovaskuler (stroke) dan penyakit ginjal
stadium akhir.
Sedangkan untuk studi-studi periode Desember 2009 - agustus 2013 menggunakan
kriteria yang berbeda:
a. Studi hipertensi besar (contoh: studi ACCORD-BP)
b. ≥2000 partisipan
c. Multisenter
d. Memenuhi semua kriteria inklusi/ eksklusi lain
Guideline JNC mencantumkan 9 rekomendasi penananan hipertensi berdasarkan
releksi tia pertanaan di atas:
a. pada populasi umum berusia ≥60 tahu, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg dengan target sistolik <150 mmHg dan target diastolik <90
mmHg. (Strong Recommendation-Grade A).
Pada populasi umum berusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologis hipertensi
menghasilkan tekanan darah sistolik lebih rendah (misalnya <140 mmHg) dan
ditoleransi baik tanpa efek samping kesehatan dan kualitas hidup, dosisi tidak perlu
disesuaikan. (Expert Opinion-Grade E).
b. pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis unutk menurunkan tekanan
darah dimulai jika tekanan darah diastolic ≥90 mmHg dengan target tekanan darah
daistolik <90 mmHg (untuk usia 30-59 tahun strong Rekommendation – Grade A;
untuk usia 18-29 tahun Expert Opinion – Grade E).
c. pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan
darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target tekanan darah
sistolik <140 mmHg (Expert Opinion – Grade E).
d. pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kroni, terapi farmakologis
untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140
mmHg dan target tekanan darah diastolic <90 mmHg (Expert Opinion – Grade E).
e. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥90
mmHg dengan target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan darah
daistolik <90 mmHg (Expert Opinion – Grade E).
f. Pada populasi non-kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretic tipe thiazide, calcium channel
bloker (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI), atau angiotensin
receptor bloker (ARB). (Moderate Recommendation-Grade B).
g. Pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi

10
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretic tipe thiazide atau CCB. (untuk
populasi kulit hitam: Moderate Recommendation – Grade B; untuk kulit hitam dengan
diabetes: Weak Recommendation – Grade C).
h. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi antihipertensi
awal (atau tambahan) sebaiknya mencakup ACEI atau ARB untuk meningkatkan
outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien penyakit ginjal kronik dengan
hipertensi terlepas dari rasa tau status diabetes. (Moderate Recommendation –
Grade B).
i. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak mencapai dalam 1 bulan perawtan,
tingkat dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang
direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau
ARB). Dokter harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen
perawatan sampai target tekanan darah dicapai. Jika target tekanan darah tidak
dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang
tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada satu pasien. Jika
target tekanan darah tidak dapat dicapai menggunakan obat di dalam rekomendasi 6
karena kontraindikasi atau perlu menggunakan lebih dari 3 obat, obat antihipertensi
kelas lain dapat digunakan. Rujukan ke spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika
target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan strategi di atas atau untuk
penanganan pasien komplikasi klinis tambahan. (Expert Opinion-Grade E).
algoritma penanganan hipertensi.

11
Algoritma Penanganan Hipertensi
Skema 1.1 Algoritma Penanganan Hipertensi

Dewasa berusia >18 tahun dengan hipertensi

Melaksanakan intervensi gaya hidup


(lanjutkan manajemen menyeluruh)

Tetapkan sasaran tekanan darah dan mulailah tekanan penurun


tekanan darah berdasarkan usia, diabetes, dan penyakit ginjal kronis
Populasi Umum Diabetes atau CKD hadir
(Tidak ada diabetes atau CKD)

Umur> 60 Tahun Umur< 60 Tahun Semua usia Semua usia CKG


diabetes tidak hadir dengan atau
hadir dengan CKD tanpa diabetes
Tujuan tekanan Tujuan tekanan
darah SBP <150 darah SBP <140 mm
mmHg hg DBP <90 mmHg Tujuan tekanan Tujuan tekanan
DBP <90 mmhg darah darah.
SBP <140 mm hg SBP <140 mm hg

Semua ras
Nonblack Black
Memulai ACEI atau
ARB, sendiri atau
Lakukan inisia thiazide diuretic Inisialisasi thiazide tipe
dikombinasikan
atau ACEI atau ARB atau CCB, diuretic atau CCB, sendiri
sendiri atau kombinasi. atau kombinasi dengan golongan
obatlain

Strategi titrasi pengobatan obat


A. memaksimalkan pengobatan pertama sebelum menambahkan kedua atau
B. tambahkan obat kedua sebelum mencapai dosis maksimum pengobatan pertama atau
C. mulaidengan 2 kelas pengobatan secara terpisah atau sebagai kombinasi dosis tetap

Yes
Pada sasaran tekanan
no
pengobatan hujan dan kepatuhan gaya hidup
untuk strategi A dan B, tambahkan dan titrasi thiazide tipe diuretik atau ACEI atau ARB
atau CCB (gunakan kelas obat yang sebelumnya tidak dipilih dan hindari penggunaan
gabungan ACEI dan ARB). Untuk strategi C, titrasi dosis titrasi awal sampai maksimum.

Yes
Pada sasaran tekanan
no
Memperkuat pengobatan dan kepatuhan gaya hidup.
Tambahkan dantitrasi thiazide - type diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB (gunakan
kelasobat yang sebelumnya tidak dipilih dan hindari penggunaangabungan ACEI dan ARB)

no
Yes
Pada sasaran tekanan

Memperkuat pengobatanva dan kepatuhan gaya hidup.


Tambahkan kelas obat tambahan (misalnya, β-blocker, antagonis aldosteron, atau orang Lanjutkan
lain) dan/ atau rujuk kedokter yang ahli dalam manajemen hipertensi. perawatan dan
pemantauan
no Yes saat ini
Pada sasaran tekanan
(Jurnal Muhadi JNC 8, 2016)

6. Tanda dan Gejala

12
a. Sakit Kepala
Gejala hipertensi kambuh atau di saat tekanan darah sangat tinggi bisa
menyebabkan sakit kepala. di saat jantung memompa darah secara berlebihan
karena disebabkan darah tidak mengalir dengan baik ke seluruh tubuh termasuk ke
kepala maka efek yang akan terjadi ialah sakit kepala. sakit kepala bisa menandakan
jika otak tidak mendapatkan cukup darah dan juga oksigen sebab ada masalah di
pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak mengalir dengan baik, sehingga jika
masih berlangsung lama bisa menyebabkan sakit kepala berkepanjangan.
b. Pingsan
Sebagai hilangnya kesadaran sementara. Hal ini umumnya terjadi karena otak tidak
menerima asupan oksigen (kelelahan, cuaca terlalu panas), dehidrasi, darah atau
gula yang cukup, tekanan darah rendah, dan tekanan darah tinggi (tanda-tanda
stroke). selain itu pingsan dapat juga disebabkan oleh karena gangguan impuls saraf
di otak.
c. Nyeri dada
Nyeri dada biasanya terjadi akibat dari bagian otot jantung yang tidak bisa
menerima pasokan darah dengan cukup sehingga kemudian akan menyebabkan
munculnya rasa nyeri.
d. Gangguan penglihatan
Gejala hipertensi kambuh lainnya ialah dengan adanya gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan yang bisa buram atau ganda akibat dari tekanan darah yang
sudah melampaui batas atau terlalu tinggi.
e. Gangguan pernafasan
Karena darah yang membawa oksigen tersumbat karena penumpukan lemak yang
berlebih. Oleh sebab itu darah tidak dapat membawa oksigen dengan baik.
e. Detak jantung tidak normal

Kecepatan jantung tidak wajar cepatnya (takikardia) atau lambatnya (bradikardia)


atau ketika impuls elektrik bergerak dalam aliran yang abnormal sehingga detak
jantung dipekirakan mempunyai irama yang abnormal.
f. Darah pada urin
Darah yang akan disaring oleh ginjal dialirkan melalui pembuluh darah yang berada
disekitar ginjal, dan banyak sekali darah yang mengalir di pembuluh darah ini.
Seiring berjalannya waktu, kalau hipertensi tidak terkontrol, maka akan
menyebabkan arteri di sekitar ginjal ini menyempit, melemah, dan mengeras.
Kerusakan pada arteri ini menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan pada
ginjal.

g. Dada berdebar
Detak jantung yang kuat dan cepat.Denyutan tersebut juga bisa terasa tidak
beraturan.Selain didada.Dapat pula terasa di tenggorokan dan leher.Faktor
13
penyebabnya itu bisa dari merokok, kafein, mengonsumsi minuman alkohol.

7. Faktor Penyebab

Pada Tabel 1.3 Menjelaskan Mengenai Faktor Penyebab yang terjadi pada pasien
penderita Hipertensi.
Tabel 1.3 Faktor Penyebab Hipertensi
Faktor penyebab Penjelasan

Usia Usia juga mempengaruhi tekanan darah seseorang, semakin


bertambahnya usia maka tekanan darah pun akan semakin meningkat.
Namun usia yang semakin tua pun tekanan darah dapat dikendalikan
dengan tetap menjaga pola asupan makan, rajin berolahraga dan
melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah.

Obesitas Seseorang yang memiliki berat tubuh berlebih atau kegemukan


merupakan peluang besar terserang penyakit hipertensi.

Kurangnya olahraga Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh dan
pasokan darah maupun oksigen menjadi tersendat sehingga
meningkatkan tekanan darah.

Stress Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang mengendalikan
pikiran seseorang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat
mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi dan meningkat.

Makanan yang banyak Garam mempunyai peluang yang sangat besar dalam meningkatkan
mengandung garam tekanan darah secara cepat. Ditambah pada mereka yang sebelumnya
memiliki riwayat terhadap penyakit diabetes, hipertensi ringan dan
mereka yang berusia diatas 45 tahun.

Genetik atau Faktor keturunan memang selalu memainkan peranan penting dari
keturunan timbulnya suatu penyakit yang dibawa oleh gen keluarga. Bila salah satu
anggota keluarga atau orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak
pun memiliki resiko yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar
dibanding yang diturunkan oleh gen orang tua.

Alkohol Merupakan prekusor berbagai masalah yang berhubungan dengan jantung,


ginjal dan otak. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah, mengakibatkan hipertensi.

Merokok Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup berbahaya yang
terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang
menderita hipertensi terutama pada mereka yang termasuk dalam
perokok aktif.

8. Pemeriksaan diagnostic

Pada tabel 1.4 Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostic apa saja yang dapat
memperjelas penyakit yand di alami pada pasien yang mengalami Hipertensi.
Tabel 1.4 Pemeriksaan Diagnostic Hipertensi
Pemeriksaan Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan EKG EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri,
14
adanya penyakit jantung koroner atau aritmia

Pemeriksaan Hb Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji


hubngan dari sel-sel terhadap terhadap volume
cairan(viskositas)dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko
seperti hiperkogulabilitas, anemia.

Nilai normal Hb

1. Pria : 14 - 18 gr/dL

2. Wanita : 12 – 16 gr/dL

3. Anak : 10 – 16 gr/dL

4. Bayi baru lahir : 12 – 24 gr/dL

Pemeriksaan BUN/kreatin BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi


ginjal. Nilai kreatinin normal pada laki-laki sekitar 0,6 – 1,2 mg/dL.
Nilai kreatinin normal pada wanita antara 0,5 – 1,1 mg/dL

Pemeriksaan Glukosa Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus


hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi)

Nilai normal glukosa:

1. Sebelum makan : 70 – 130 mg/dL

2. Dua jam setelah makan < 180 mg/dL

3. Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya 8 jam kurang


dari 100 mg/dL

4. Menjelang tidur : 100 – 140 mg/dL

Pemeriksaan Kalium Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya


aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretic.

Kadar normal kalium dalam darah pada orang dewasa berkisar


antara 3,5 – 5 mEq/L atau 3,5 – 5 mmol/L

Pemeriksaan Kalsium Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat


meningkatkan hipertensi.

Nilai normalnya : 8,8 – 10,4 mg/dL SI unit : 2,2 – 2,6 mmol/L

Pemeriksaan Kolesterol Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat


mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).

Nilai normal kadar kolesterol:

1. Pada pria nilai normal kolesterol < 130 mg/dL

2. Pada wanita nilai normal kolesterol berkisar antara 160 dan


199 mg/Dl

Pemeriksaan Asam Urat Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
risiko terjadinya hipertensi

Kadar asam urat normal:

15
1. Pada pria dewasa nilai normal asam urat adalah 2 - 7,5
mg/dL, sedangkan pada wanita dewasa 2 - 6,5 mg/dL

2. Pada pria di atas 40 tahun, normalnya 2 - 8,5 mg/dL,


sedangkan pada wanita di atas 40 tahun normalnya 2 - 8
mg/dL

3. Pada anak laki-laki usia 10-18 tahun nilai normal asam urat
adalah 3,6 - 5,5 mg/dL, sedangkan pada anak perempuan 3,6
– 4 mg/dL

Foto Rontgen Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau


aorta yang melebar

Pemeriksaan Jantung Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel


kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi
sistolik dan diastolik (Diklat PJT-RSCM, 2008).

16
9. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke (perdarahan di jaringan otak)
Storeke terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi
karena adanya gangguan pembuluh darah ke otak bila ada daerah otak yang
kekurangan suplai darah secara tiba-tiba dan penderitanya mengalami gangguan
persarafan sesuai daerah otak yang terkena. Stroke di mana semua organ tubuh
mengalami penebalan pada bagian intimia, sehingga mengakibatkan lumen pem-
buluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak
(Kristiyawatindkk.,2009). Tekanan darah yang sistematik yang meningkat akan
membuat pembuluh darah serebal berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung
pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot
pembuluh darah serebral yang mengakibatkan diamter lumen pembuluh darah
tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya, karena pembuluh darah serebral
tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi
dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka
tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat, sehingga akan mengakibatkan
iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka
tekanan darah perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi yang mengakibatkan
terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak atau yang di
sebut stroke. (Aisyah Muhrini Sofyan,Dkk 2012)
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung atau yang biasanya disebut penyakit jantung koroner
adalah adanya penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri koroner.
Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri koroner disebabkan oleh
penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigiliserida) yang makin lama makin banyak
dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi.
Hal ini mengurangi atau mengehentikan aliran darah ke otot jantung sehingga
menganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dari jantung koroner adalah
kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri akan mempengaruhi pembentukan bekuan
darah yang mendorong terjadinya serangan jantung atau penyakit jantung. Jantung
bengkak dalam istilah medis disebut Cardiomyopathies menyerang pada otot
jantung itu sendiri. Orang-orang yang terserang penyakit ini biasanya mengalami
pembesarn, secara tidak normal dan atau bahkan menjadi kaku. Menyebabkan
jantung memopa secara tidak normal (Menjadi lebih lemah). Tanpa penangan yang
baikcardiomyopathies akan menyebabkan penyakit yang lebuh buruk seperti gagal
jantung atau menyebabkan jantung berdetak tidak normal dan menyebabkan stroke.
Ganguan jantung ialah gangguan pada katup mitral atau lubang pada dinding
jantung yang memisahkan kedua bilik atas jantung. Secara alami gumpalan dalam
darah biasanya adisaring keparu, tetapi karena dinding jantung berlubang, mka

17
gumpalan lolos tidak melalui paru tetapi lasung keotak yang menyebabkan
terjadinya penyumbatan di pembuluh darah otak sehingga terjadi storke.
(Pramudita Anjasmoro 2006).
c. Gagal ginjal
Hipertensi dan gagal ginjal merupakan faktor resiko utama terjadinya
serangan jantung dan penyakit lainnya hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah halus dalam ginjal sehingga mengurangi
kemampuan ginjal untuk menyaring darah dengan baik. (Arumi, 2011 dalam jurnal
(Pieter hengkesa dkk, 2015).
10. Penatalaksanaan Hipertensi
Table 1.5 penatalaksanaan hipertensi
Klasifikasi Obat Kerja obat

Hipertensi tahap I Diretik tiazida umumnya dapat Diuretik meningkatkan eksresi


mempertimbangkan inhibitor natrium dan air dari ginjal. Obat ini
(TDS 140-159 atau ACE, ARB, β bloker, CCB atau menybabka meningkatkan kemih
kombinasi dan dapat menyebabka gangguan
TDD 90-99 mmHg) elektrolit serta asam basah.

ACE (Angiotensin-converting
enzyme) membantu memproduksi
angiotensin II yang berperan dalam
regulasi tekanan darah arteri di
dalam paru hal ini menghentikan
fase sistem renin-angiotensin
fasokontriksi atau pelepasan
algosteron dapat terjadi.

Beta bloker mekanisme hipotensi


β bloker tidak di ketahui tetapi
dapat melibatkan penurunan curah
jantung melalui kronotropik negatif
dan efek inotropik jantung dan
inihibisi pelepasan renin dari ginjal.
Meskipun perbedaaan
farmakodinamik dan
farmakokinetik penting dianatara
variasi β bloker, tidak ada
perbedaan efikasi klinik hipertensi.

Penghambat saluran
kalsium/Chalcium chanel blockerµ
(CCB) CCB menyebabkan relaksasi
jantung dan otot polos dengan
mengahambat saluran kalsium
yang sensitif terhadap tegangan
(voltage sensitive), sehingga
mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler ke dalam sel.
Relaksasi otot polos vaskuler
menyebabkan vasodilatasi dan
berhubungan dengan reduksi
tekanan darah. Antagonis kanal
kalsium dihidropiridini dapat

18
menyebabkan aktifitas refleks
simpatetik dan semua golongan ini
(kecuali amilodipin) memberikan
efek inotropik negatif.

Hipertensi tahap II Kombinasi 2 obat pada umunya, Tiazida adalah golongan yang
(TDS>160/TTD>100 mmHg biasanya diuretik tiazida dengan dipilih untuk menangani hipertensi,
inhibitor ACE/ ARB,/β bloker/ golongan lainnya efektif juga untuk
CCB menurunkan tekanan darah
penderita dengan fungsi ginjal
yang baik laju virtelasi glomerolus
(LFG) di atas 30 mL / menit,
dengan menurunnya fungsi ginjal,
natrium dan cairan akan
terakumulasi maka diuretic jerat
henle perlu digunakan untuk
mengatasi efek dari peningkatan
volume dan natrium tersebut akan
mempengaruhi tekanan darah
arteri. Diuretik hematulium dapat
mengatasi kekurangan kalium dan
natrium.

ACE (Angiotensin-converting
enzyme) membantu memproduksi
angiotensin II yang berperan dalam
regulasi tekanan darah arteri di
dalam paru hal ini menghentikan
fase sistem renin-angiotensin
fasokontriksi atau pelepasan
algosteron dapat
terjadi.Penghambat reseptro
angiotensin II ( ARB) angiontensin II
di generasikan oleh jalur renin-
angiontensin ( termasuk ACE )
digunaka untuk menutup renin-
angiontensin, ARB menahan
langsung reseptor angiontensin
tipe I (AT1), reseptor yang
memperantarai efek angiontensin
II (vasokonstriksi, pelepasan
aldosteron,aktifasi simpatetik,
pelepasan hormone anti diuretic ,
dan konstriksi arterior eferen
glomerulus ).

Beta bloker mekanisme hipotensi


β bloker tidak di ketahui tetapi
dapat melibatkan penurunan curah
jantung melalui kronotropik negatif
dan efek inotropik jantung dan
inihibisi pelepasan renin dari ginjal.
Meskipun perbedaaan
farmakodinamik dan
farmakokinetik penting dianatara
variasi β bloker, tidak ada
perbedaan efikasi klinik hipertensi.

Penghambat saluran
kalsium/Chalcium chanel blockerµ
19
(CCB) CCB menyebabkan relaksasi
jantung dan otot polos dengan
mengahambat saluran kalsium
yang sensitif terhadap tegangan
(voltage sensitive), sehingga
mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler ke dalam sel.
Relaksasi otot polos vaskuler
menyebabkan vasodilatasi dan
berhubungan dengan reduksi
tekanan darah. Antagonis kanal
kalsium dihidropiridini dapat
menyebabkan aktifitas refleks
simpatetik dan semua golongan ini
(kecuali amilodipin) memberikan
efek inotropik negatif.

Hipertensi tahap III Obat yang spesifik utuk Digunakan sesuai dengan
Dengan compelling compelling indication obat anti kebutuhan compelling indication
indication hipertensi (diuretic, inhibitor
ACE, ARB,β bloker, CCB

20
C. Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Kumpulkan data berikut melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik pengkajian
terfokus lanjutan diuraikan dibagian intervensi keperawatan selanjutnya
a. Sistem integument
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat,cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan.
b. Sistem pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng.
Obyektif : pernapasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif),
sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru.
c. Sistem cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah
menurun.
d. System Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, reflex menurun/normal, letargi.
e. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan
otot aksesoris pernafasan.
f. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
g. System digestif
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/ diare
h. Studi laboratorik
a) Hb : menurun/normal
b) Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar
karbon darah meningkat/normal.
c) Elektrolit : natrium/kalsium menurun/normal.

2. Pengkajian fisik

Tabel 1.6 Menjelaskan tentang bagaimana Pemeriksaan Fisik pada pasien Penderita
Hipertensi.

21
Tabel 1.6 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Rasional

Rambut sebagian basar beruban dan kusam

gejala hipertensi dapat di ketahui dari pemeriksaan


wajah berupa wajah merah

(blogspot.com)

Mata :gejala hipertensi dapat di ketahui dari


pemeriksaan mata jika terdapat gejala mata
berkunang-kunang dan padangan mata menjadi
kabur seketika di karenakan adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung, dan ginjal.

( Pemeriksaan mata (chedwards.net))

Hidung : Normal simetris

Mulut : Gigi warna kuning kotor.

Telinga : gejala hipertensi dapat di ketahui dari


pemeriksaan telinga jika terdapat gejala telinga
berdengung

(Pemeriksaan telinga (berbagi ilmu


kesehatan – blogger))

Leher : gejala hipertensi dapat di ketahui dari


pemeriksaan leher bila leher terasa tengkung
terasa pegal

(drnorthrup.com)
22
Dada :simetris,pergerakan dada, masa dan
lesi,nyeri tractikel fremitus.

(belajar kedokteran)

Abdomen : Agak menggembung, gejala hipertensi


pada abdomen yaitu adanya masa dan respon
nyeri.

(secangkir terapi.com)

Pemeriksaan ekstremitas: gejala hipertensi pada


ekstermitas gangguan pada tonus otot, merasa
kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan , kesemuatan atau kebas.

(cuap-cuap S1 keperawatan – blogger)

Kulit :karena adanya peningkatan tekanan darah di


dalam arteri yang menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan cara melebarnya arteri.

(redkank.com)

Hidung : gejala hipertensi dapat di ketahui dari


pemeriksaan hidung tanda dan gejalanya mimisan,
gangguan pada system penciuman, terdapat
hambatan jalan nafas.

(lifeinthefastlane.com)

3. Diagnosis keperawatan

23
a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Afterload
Definisi :
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh.
Domain 4 Aktivitas / Istirahat
Kelas 4 Respon Kardiovaskuler / pulmonal
Batasan karakteristik :
1) Takikardia
2) Palpitasi Jantng
3) Perubahan tekanan darah
Faktor Yang Berhubungan :
1) Perubahan afterload
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera biologis (mis., infeksi, kiskemia,
neoplasma)
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(international association for the study of pain);awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau
diprediksi.
Batasan Karakteristik:
1) Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu focus, meringis)
2) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada)
3) Perubahan pada parameter fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan endtidal karbondioksida[CO2])
Faktor yang berhubungan:
1) Agens cedera biologis (mis., infeksi, kiskemia, neoplasma)
c. Kelebihan Volume Cairan berhubgungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Definisi :
Peningkatan Retensi Cairan Isotonik
Domain 2 Nutrisi
Kelas 5Hidrasi
Batasan karakteristik :
1) Gangguan pola nafas
2) Gangguan tekanan darah
3) dispnea
Faktor yang berhubungan :
1) gangguan mekanisme regulasi
d. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Ginjal berhubungan dengan Hipertensi
Defenisi :

24
Rentan terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal, yang dapat mangganggu
kesehatan.
Domain 4 Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 Respons Kardiovaskuler/ Pulmunal
Faktor Resiko :
1) Hipertensi
e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan Gaya hidup kurang gerak
Definisi:
Ketidak cukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin di lakukan.
Domain 4 Aktivitas/istirahat
Kelas 4 Respons kardiovaskular/pulmonal
Batasan karakteristik:
1) Ketidaknyamanan setelah beraktifitas
2) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
3) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
faktor yang berhubungan:
1) Gaya hidup kurang gerak

4. Nursing Care Plan


Nanda NOC NIC

1. Penurunan Curah 1. Keefektifan pompa 1. Perawatan jantung


Jantung jantung
berhubungan dengan Definisi :
Perubahan Afterload Definisi :
dibuktikan dengan Keterbatasan dari komplikasi
Kecukupan volume darah sebagai hasil dari ketidak
Batasan karakteristik : yang dipompa kan dari seimbangan antara suplai oksigen
ventrikel kiri untuk pada otot jantung dan kebutuhan
a. Takikardia mendukung tekanan perfusi seseorang pasien yang memiliki
sistemik. gejala gangguan fungsi jantung.
b. Palpitasi Jantng
Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :
c. Perubahan tekanan keperawatan pasien
darah diharapkan : a. Secara rutin mengecek pasien
baik secara fisik dan psikologis
a. Tekanan darah sistol sesuai dengan kebijakan tiap
dengan skala 4 agen/penyedia layanan

b. Tekanan darah diastol b. Pastikan tingkat aktivitas


dengan skala 4 pasien yang tidak
membahayakan curah jantung
c. Denyut jantung apikal atau memprofokasi serangan
dengan skala 4 jantung

d. Denyut jantung parifer c. Monitor EKG, adakah


dengan skala 4 perubahan segmen ST,
sebagaimana mestinya.
e. Tekanan vena sentral
denganskala 4 d. Monitor tanda-tanda vital

25
f. Skala jantung abnormal secara rutin
dengan skala 4
e. Monitor disritmia jantung,
g. Distritmia dengan skala 4 termasuk gangguan ritme dan
konduksi jantung

f. Catat tanggal dan gejala


Keterangan skala : penurunan curah jantung

1: Berat g. Monitor status pernafasan


terkait dengan adanya gejala
2: cukup berat gagal jantung

3: Sedang h. Evaluasi perubahan tekanan


darah
4: Ringan
i. Catat tanda dan gejala
5: Tidak ada
penurunan curah jantung.

2. Status sirkulasi
2. Monitor tanda-tanda vital
Definisi :
Definisi :
Aliran darah yang searah dan
Pengumpulan dan analisis data
tidak terhambat dengan
kardovaskuler, pernapasan, dan
aliran yang tepat melalui
suhu tubuh untuk menentukan dan
pembuluh darah besar sirkuit
mencegah komplikasi.
sistemik dan paru.
Aktivitas-aktivitas:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien a. Monitor tekanan darah, nadi,
diharapkan : suhu, dan status pernapasan
dengan tepat
a. Tekanan darah sistol
dengan skala 4 b. Monitor tekanan darah setelah
pasien minum obat jika
b. Tekanan darah diastol
memungkinkan
dengan skala 4
c. Monitor tekanan darah saat
c. Tekanan nadi dengan skala
pasien berbaring, duduk, dan
4
berdiri sebelum dan setelah
d. Tekanan darah rata-rata perubahan posisi
dengan skala 4
d. Monitor tekanan darah, denyut
e. Saturasi oksigen dengan nadi, dan pernapasan sebelum
skala 4 selama, dan setelah
beraktivitas denga tepat.
f. PaO2 (tekanan parsial
oksigen dalam darah e. Monitor irama dengan tekanan
arteri ) dengan skala 4 jantung

g. PaCO2 (Tekanan parsial f. Identifikasi kemungkinan


karbondioksida dalam penyebab perubahan tanda-
darah arteri)Dengan skala tanda vital
4

Keterangan skala :
3. Pengaturan Hemodinamik
1: Berat
Definisi :

26
2: Cukup berat Optimalisasi denyut jantung,
preload dan afterload serta
3: Sedang kontraktilitas [jantung]

4: Ringan Aktivitas-aktivitas:

5: Tidak ada a. Lakukan penilaian


komprehensif terhadap status
hemodinamik (yaitu,
memeriksa tekanan darah,
denyut jantung, denyut nadi,
tekanan vena jugularis, tekanan
vena sentral, atrium kiri dan
kanan, tekanan ventrikel dan
tekanal arteri pulmonalis),
dengan tepat.

b. Monitor dan dokumentasikan


tekanan nadi proporsional
(yaitu, tekanan darah sistolik
dikurangi tekanan darah
diastolic dibagi dengan tekanan
darah sistolik, sehingga
menghasilkan persentase yang
proporsial).

c. Berikan pemeriksaan fisik


berkala pada populasi berisiko
(misalnya, pasien gagal
jantung).

d. Pertimbangkan status volume


(yaitu, apakah pasien
hipervolemi atau berada pada
rentang cairan yang
seimbang?)

e. Monitor adanya tanda dan


gejala masalah status volume
(misalnya, distensi vena,
peningatan tekanan di vena
jugularis interna kanan, refleks
vena jugularispositif pada
abdomen edema, asites,
crackles, dyspnea, ortopnea,
dyspnea paroxysmal
nocturnal).

f. Monitor dan catat tekanan darah,


denyut jantung, irama, dan
denyut nadi.

g. Monitor curah jantung, indeks


kardiak dan indek kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai.

2. Nyeri Akut 1. Kontrol Nyeri 1. Pengurangan Kecemasan


berhubungan dengan
agens cedera biologis Defenisi: Defenisi :
(mis., infeksi, iskemia,
Tindakan pribadi untuk Mengurangi tekanan , kekuatan,
neoplasma)
27
dibuktikan dengan mengontrol nyeri. firasat, maupun keidaknyamanan
terkait dengan sumber-sumber
Batasan Karakteristik: Setelah dilakukan tindakan bahaya yang tidak teridentifikasi.
keperawatan , klien
a. Ekspresi wajah nyeri diharapkan: Aktivitas-aktivitas:
(mis., mata kurang
bercahaya, tampak a. Mengenali kapan nyeri a. Gunakan pendekatan yang
kacau, gerakan mata terjadi dengan skala 4 tenang dan menyakinkan.
berpencar atau tetap
pada satu focus, b. Menggambarkan factor b. Nyatakan dengan jelas harapan
meringis) penyebab dengan skala 4 terhadap perilaku klien.

b. Mengekspresikan c. Gunakan tindakan c. Dorong aktivitas yang tidak


perilaku (mis., pencegahan dengan skala kompetitif secara tepat.
gelisah, merengek, 4
menangis, waspada) d. Dengarkan klien.
d. Menggunakan tindakan
c. Perubahan pada pengurangan nyeri tanpa e. Identifikasi pada saat terjadi
parameter fisiologis anagesik dengan skala 4 perubahan tingkat kecemasan.
(mis., tekanan darah,
e. Menggunakan anagesik f. Berikan aktifitas pengganti yag
frekuensi jantung,
yang direkomendasikan bertujuan untuk mengurangi
frekuensi
dengan skala 4 tekanan.
pernapasan, saturasi
oksigen, dan endtidal
f. Melaporkan perubahan g. Kaji untuk tanda verbal dan
karbondioksida [CO2]) nonverbal kecemasan.
terhadap gejala nyeri
pada professional
kesehatan dengan skala 4

g. Menggunakan sumber 2. Manajemen Nyeri


daya yang tersedia
Defenisi:
dengan skala 4
Pengirangan atau reduksi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien.
Keterangan skala :

1: Berat Aktivitas-aktivitas:

2: Cukup berat a. lakukan peggajian nyeri


komprehensif yang meliputi
3: Sedang lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
4: Ringan kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan factor
5: Tidak ada pencetus.

b. Gunakan strategi komunikasi


terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien
2. Tingkat nyeri
terhadap nyeri.
Definisi:
c. Gali pengetahuan dan
Keparahan dari nyeri yang kepercayaan pasien mengenai
diamati atau dilaporkan. nyeri.

Setelah dilakukan tinddakan d. Pertimbangkan pengaruh


keperawatan diaharapkan budaya terhadap respon nyeri.
pasien
e. Tentukan akibat dari
a. Nyeri yang dilaporkan pengalaman nyeri tehadap

28
dengan skala 4 kualitas hidup pasien (misalnya,
tidur, nafsu makan, pengertian,
b. Mengerang dan menangis perasaan, hubungan, performa
dengan skala 4 kerja, dan tanggung jawab
peran)
c. Ekspresi nyeri wajah
dengan skala 4 f. Gali bersama pasien factor-
faktor yang dapat menurunkan
d. Tidak bisa beristirahat atau memperberat nyeri.
dengan skala 4
g. Evaluasi pengalaman nyeri
e. Frekuensi nafas dengan dimasa lalu yang meliputi
skala 4 riwayat nyeri kronik individu
atau keluarga atau nyeri yang
f. Tekanan darah dengan
menyebabkan
skala 4
disability/ketidakmampuan/ke
catatan, dengan tepat.

Keterangan skala :

1: Berat 3. Terapi Relaksasi

2: Cukup berat Defenisi:

3: Sedang Penggunaan teknik-teknik untuk


mendorong dan memperoleh
4: Ringan relaksasi dengan tujuan
mengurangi tanda dan gejala yang
5: Tidak ada tidak diinginkan seperti nyeri, kaku
otot dan ansietas.

Aktivitas-aktivitas:

a. Gambarkan rasionalisasi dan


manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia
(misalnya, music, meditasi,
bernafas dengan ritme,
rileksasi rahang dan relaksasi
otot progresif.

b. Dorong klien untuk mengambil


posisi yang nyaman dengan
pakaian longgar dan mata
tertutup.

c. Minta klien untuk rileks dan


merasakan rileksasi yang
terjadi.

d. Dorong control sendiri ketika


relaksasi dilakukan

e. Gunakan relaksasi sebagai


strategi tambahan dengan
(pengobatan) obat-obatan nyeri
atau sejalan dengan terapi
lainnya dengan tepat.

f. Evaluasi dan dokumentasikan


respon terhadap terapi

29
relaksasi.

3. Kelebihan Volume 1. Keseimbangan Cairan 1. Manajemen Elektrolit


Cairan berhubungan
dengan gangguan Defenisi: Defenisi:
mekanisme regulasi
ditandai dengan Keseimbangan cairan didalam Peningkatan keseimbangan
ruang intraseluler dan elektrolit dan pencegahan
Batasan karakteristik : ekstraseluler tubuh. komplikasi yang diakibatkan oleh
adanya abnormalitas maupun
a. Gangguan pola nafas Setelah dilakukan tindakan tingkat serum elektrolit yang tidak
keperawatan klien diinginkan.
b. Gangguan tekanan diharapkan:
darah Aktivitas-aktivitas :
a. tekanan darah dengan
c. dispnea skala 4 a. Monitor nilai serum elektrolit
yang abnormal.
b. tekanan vena sentral
dengan skala 4 b. Monitor manifestasi
ketidakseimbangan lektrolit
c. keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam c. Berikan cairan sesuai resep
dengan skala 4 jika diperlukan

d. kelembaban membrane d. Pertahankan pemberian cairan


mukosa dengan skala 4 intravenous berisi elektroli
dengan laju yang lambat
e. serum elektrolit dengan
skala 4 e. Instruksikan klien dan keluarga
mengenai modivikasi diet
f. bola mata cekung dan secara spesifik.
lembek dengan skala 4
f. Monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit yang
diresepkan.
Keterangan skala :

1: Berat
2. Monitor Cairan
2: Cukup berat
Defenisi:
3: Sedang
Pengumpulan dan analisis data
4: Ringan pasien dalam pegaturan
keseimbangan cairan.
5: Tidak ada
Aktivitas-aktivitas:

a. Tentukan jumlah dan jenis


2. Keseimbangan Elektrolit
intakel asupan cairan serta
Defenisi: kebiasaan eliminasi.

Konsentrasi ion-ion serum b. Tentukan factor-faktor risiko


yang penting untuk yang mungkn menyebabkan
pertahankan keseimbangan ketidakseimbangan cairan
elektrolit. (misalnya, kehilangan albumin,
luka bakar, malnutrisi, sepsis,
Setelah dilakukan tindakan sindrom nefrotik, hipertermia,
keperawatan klien terapi diuretic, patologi ginjal,
diharapkan: gagal jantung, diaphoresis,

30
a. peningkatan serum disfungsi hati, olahraga berat,
sodium dengan skala 4 paparan panas, infeksi,
pacaoprasi, poliuria, muntah,
b. peningkatan serum dan diare).
potassium dengan skala 4
c. Periksa ulang kapiler dengan
c. peningkatan serum memegang tangan pasien pada
klorida dengan skala 4 tinggi yang sama seperti
jantung dan menekan jarinya
d. peningkatan serum selama lima detik, lalu lepaskan
kalsium dengan skala 4 tekanan dan hitung waktu
sampai jarinya kembali merah
e. peningkatan serum
(yaitu, harus kurang dari 2
magnesium dengan skala
detik)
4
d. Monitor tekanan darah, denyut
f. peningkatan serum forfor
jantung, dan status
dengan skala 4
pernapasan.

e. Batasi dan alokasikan asupan


cairan.

f. Berikan agen farmakologis


untuk meningkatkan
pengeluaran urine

3. Manajemen Hipervolemia

Definisi :

Keterangan skala : Pengurangan volume cairan


ekstraseluler dan/atau
1: Berat intraseluler dan pencegahan
komplikasi pada pasien yang
2: Cukup berat mengalami kelebihan cairan.

3: Sedang Aktivitas-aktivitas

4: Ringan a. Monitor status hemodinamik


meliputi denyut nadi, tekanan
5: Tidak ada
darah MAP, CVP, PAP, PCWP,
CO, dan CI, jika tersedia

b. Monitor edema perifer

c. Monitor intake dan output

d. Monitor tanda berkurangnya


preload (msialnya, peningkatan
urine output, perbaikan suara
paru abnormal, penurunan
tekanan darah, MAP, CVP,
PCWP, CO, CI)

e. Batasin intake cairan bebas pada


pasien dengan
hyponatremia dilusi.

f. Monitor suara jantung


abnormal
31
4. Risiko 1. Perfusi Jaringan: Organ 1. Pengaturan Hemodinamik
Ketidakefektifan Abdomen
Perfusi Ginjal di Defenisi :
buktikan dengan Defenisi:
Optimalisasi denyut jantung,
Faktor Resiko : Kecukupan aliran darah preload dan afterload serta
malalui pembuluh darah kecil kontraktilitas (jantung).
Hipertensi dari viscera abdomen untuk
mempertahankan fungsi Aktivitas-aktivitas:
organ.
a. Lakukan penilaian
Setelah dilakukan tindakan komperehensif terhadap
keperawatan klien status hemodinamik (yaitu,
diharapkan : memeriksa tekanan darah,
denyut jantung, denyut nadi,
a. Tekanan darah diastolic tekanan vena jogularis, tekanan
dengan skala 4 vena sentral, atrium kiri dan
kanan, tekanan vetrikel dan
b. Tekanan darah sistolik tekanan arteri pulmonalis)
dengan skala 4 dengan tepat

c. Nilai rata-rata tekanan b. Monitor dan dokumentasikan


darah dengan skala 4 tekanan nadi proposional
(yaitu, tekanan darah sistolik
d. Output Urine dengan skala dikurangi tekanan darah
4 diastolic dibagidengan tekanan
darah sistolik, sehingga
e. Keseimbangan cairan
menghasilkan presentase yang
elektrolit dan asam/basa
proporsial)
dengan skala 4
c. Pertimbangkan status volume (
f. Kehilangan selera makan
yaitu, apakah pasien
dengan skala 4
hipervolemi, hipervolemi atau
berada pada rentang cairan
yang seimbang)

d. Monitor adanya tanda dan


gejala status volume (misalnya,
distensi vena, peningkatan
tekanan di vena jugularis
interna kanan, reflex vena
Keterangan skala : jugularis positif pada abdomen
edema, asites, crackles,
1: Berat dyspnea,ortopnea, dyspnea
paroxysmal nocturnal)
2: Cukup berat
e. Monitor dan catat tekanan
3: Sedang
darah, denyut jan tung irama
4: Ringan dan denyut nadi

5: Tidak ada f. Monitor curah jantung , indeks


kardiak dan indeks kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai.

2. Fungsi Ginjal g. Monitor kapiler paru, tekanan


arteri sekitar, tekanan vena
Defenisi : sentral dan atrium kanan.

Kemampuan ginjal untuk h. Monitor kadar elektrolit


mengatur cairan tubuh,
menyaring ddarah dan

32
membersihkan hasil 2. Pencegahan Syok
pembuangan melalui
pembentuk urine. Definisi :

Setelah melakukan tindakan Mendeteksi dan mengobati pasien


keperawatan klien yang berisiko mengalami syok.
diharapkan :
Aktivitas-aktivitas :
a. Urine output selama 8 jam
dengan skala 4 a. Monitor terhadap adanya
respon konpensasi awal syok
b. Keseimbangan intake dan (mialnya., tekanan darah
output selama 24 jam normal, tekanan nadi melemah,
dengan skala 4 hipotensiortostatik ringan (15
sampai 25 mmHg),
c. Berat jenis urine dengan perlambatan pengisian kapiler,
skala 4 putat/dingin pada kulit atau
kulit kemerahan, takipnea
d. Warna urine dengan skala ringan, mual dan muntah,
4 peningkatan rasa haus, dan
kelemahan)
e. Hematuria dengan skala 4
b. Monitor terhadap adanya tanda
f. Hipertensi dengan skala 4 -tanda respon sindroma
inflamaisi sistemik (misalnya.,
peningkatan suhu, takikardi,
Keterangan skala : takipnea, hipokarbia,
leokositosis, leukopenia)
1: Berat
c. Monitor terhadap adanya tanda
2: Cukup berat awal dari penurunan fungsi
jantung (misalnya., penurunan
3: Sedang CO dan urine output ,
peningkatan SVR dan PCWP,
4: Ringan bunyi crackles pada paru,
jantung S3 dan S4 dan
5: Tidak ada takikarrdia)

d. Monitor status sirkulasi


(misalnya., tekanan darah,
wrana kulit, temperature kulit,
bunyi janutng, nadi dan irama,
kekuatan dan kualitas nadi
perifer, dan pengisian kapiler)

e. Monitor terhdapa adanya tanda


ketidak adekuatan perfusi
oksigen kejaringan(misalnya.,
rsepon terhadap stimulus,
peningkatan kecemasan,
perubahan status mental,
agitasi, oliguria dan akral
teraba dingi dan warna kulit
tidak sama dan merata

f. Monitor terhadap adanya


tanda/ gejala asites dan nyeri
abdomen atau punggung.

g. Anjurkan pasien dan keluarga


mengenai factor-faktor pengicu

33
syok

3. Manajemen Cairan

Definisi :

Meningkatkan keseimbangan
cairan dan pencegahan komplikasi
yang dihasilkan dari tingkat cairan
tidak normal atau tidak diinginkan

Aktivitas-aktivitas:

a. Jaga intake/asupan yang


akuran dan catat output
(pasien)

b. Monitor status hidrasi


(misalnya, membrane mukosa
lembab, denyut nadi adekuat,
dan tekanan darah ortostatik)

c. Monitor hasil laboratorium


yang relevan dengan retensi
cairan (misalnya, peningkatan
berat jenia, penignkatan bun,
penurunan hematokrit dan
peningkatan kadar osmolaritas
urin)

d. Monitor status hemodinamik,


termasuk cvp, MAP, PAP dan
PCWP, jika ada

e. Monitor indikasi kelebihan


cairan/retensi (misalnya,
cklees, elevasi CVP atau
tekanan kapiler paru yang
terganjal, edema, distensi vena
leher, dan asitest)

f. Monitor makanan / cairan yang


dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian

g. Distribusikan asupan cairan


selama 24 jam

5. Intoleran 1. Toleransi terhadap 1. Terapi Aktivitas


aktifitasberhubunga aktivitas
n dengan gaya Defenisi:
hidup kurang gerak Definisi:
ditandai dengan Peresepanterkaitdenganmenggun
respon psikologis terhadap akanbantuanaktivitasfisik, kognisi,
Batasan karakteristik: pergerakan yang soasialdan spiritual
memerlukan energi dalam untukmeningkatkanfrekuensidand
a. Ketidaknyamanan aktivitas Sehari-hari. urasidariaktivitaskelompok
setelah beraktifitas

34
b. Respons frekuensi Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas
jantung abnormal keperawatan diharapkan
terhadap aktivitas pasien a. Pertimbangkan kemampuan
klien dalam berpartisipasi
c. Respons tekanan a. Saturasi oksigen ketika melalui aktivitas spesifik
darah abnormal beraktivitas dengan skala
terhadapaktivitas 4 b. berkolaborasi dengan (ahli)
terapifisik, okupasi dan terapi
b. Frekuensi nadi ketika sekreasional dalam
beraktivitas dengan skala perencanaan dan pemantauan
4 program aktivitas, jika
memang diperlukan
c. Tekanan darah sistolik
ketika beraktivitas dengan c. bantuan klien untuk
skala 4 mengeksplorasi tujuan
personal dariaktivitas-aktivitas
d. Tekanan darah diastolic yang biasa dilakukan (misalnya,
ketikaberaktivitas dengan bekerja) danaktivitas-aktivitas
skala 4 yang disukai

e. Kekuatan tubuh bagian d. identifikasistrategiuntukmenin


atas dengan skala 4 gkatkanpartisipasiterkaitdenga
naktivitas yang diinginkan
f. kekuatan tubuh bagian
bawah dengan skala 4 e. berikanaktivitasuntukmeningka
tkanperhatiandanberkonsultasi
denganterapisrekreasional
(mengenaihal ini)
Keterangan:
f. tingkatkan gaya hidup dengan
1: Berat
melalui aktivitas fisik untuk
2: Cukup berat mencegah peningkatan
beratbadan yang tidak
3: Sedang diinginkan

4: Ringan g. monitor responemosi, fisik,


sosialdan spiritual
5: Tidak ada terhadapaktivitas

2. keefektifan pompa 2. Perawatan jantung :


jantung Rehabilitatif

Definisi: Defenisi:

kecukupan volume darah Peningkatan tingkat fungsi


yang di pompakan dari aktivitas yang paling maksimum
ventrikel kiri untuk pada pasien yang telah mengalami
mendukung tekanan perfusi episode gangguan fungsi jantung
sistemik. yang terjadi karena keseimbangan
suplai oksigen keotot jantung dan
Setelah dilakukantindakan kebutuhnnya.
keperawatan:
Aktivitas-aktvitas
a. tekanan darah sistol
degan skala 4 a. monitor toleransi
pasienterhadapaktivitas
b. tekanan darah diastol
dengan skala 4 b. instruksikan kepada pasien dan
35
c. denyut nadi perifer keluarga mengenai modivikas
dengan skala 4 ifaktor resiko jantung
(misalnya,
d. keseimbangan intake dan menghentikankebiasaanmerok
output dalam 24 jam ok, diet danolahraga) ,
dengan skala 4 sebagaimanamestinya

e. diskritmia dengan skala 4 c. intruksikan pasien dan


keluarga mengenai aturan
f. suara jantung abnormal berolahraga, termasuk
dengan skala 4 pemanasan, peregangan dan
pendinginan,
sebagaimanamestinya
Keterangan:
d. instruksikan pasien dan
1: Berat keluarga untuk membatasi
mengangkat/mendorong
2: Cukup berat barang (bendaberat) dengan
cara yang tepat
3: Sedang
e. instruksikan pasien dan
4: Ringan keluarga mengenai
pertimbangan khusus terkait
5: Tidak ada dengan aktivitas sehari-hari
(misalnya, pembatasan
aktivitas dan meluangkan
waktu istirahat), jika memang
tepat

f. koordinasikan rujukan pasien


(diet, pekerjasosial,
danfisioterapi)

g. skrining akan adanya


kecemasan dan depresi pada
pasien, sebagaimanamestinya

3. Peningkatan Latihan

Defenisi:

Memfasilitasiaktifitasfisik secara
teratur untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan dan
tingkat kebugaran

Aktivitas-aktivitas:

a. gali pengalaman individu


sebelumnya mengenai latihan

b. gali hambatan untuk melakukan


latihan

c. libatkan keluarga/orang yang


memberat perawatan anda
dalam merencanakan dan
meningkatkan program latihan

d. informasikan individu
36
mengenai manfaat kesehatan
dan efekfisiologis latihan

e. instruksikan individu
mengenai kondisi yang
mengharuskan berhenti atau
mengubah program latihan

f. instruksikan individu untuk


melakukan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup
pada saat latihan

g. monitor respon individu


terhadap program latihan

37
Essai
Hubungan EBN Tentang Hipertensi Mengontrol Skor Nutrisi (CONUT) sebagai prediktor semua
penyebab kematian pada pasien hipertensi usia lanjut: sebuah studi lanjutan yang prospektif

Dibuktikan didalam EBN ini yaitu mengendalikan status gizi (conut) skor sebagai
predictor all. Cause mortalitas pada orang tua yang menderita hipertensi. Selain itu,
pemeriksaan lab berupa konsentrasi ALB, jumlah limposit dan kolestrol tingkat. Yang terdapat
dalam makalah didukung dalam jurnal ini.
Hipertensi di kaitkan dengan manajemen nutrisi, morbiditas, dan meningkatkan angka
kematian. Diagnosa ini dapat mengurangi kelainan ini. Oleh karena itu panduan praktik klinik
CONUT hipertensi adalah nutrisi yang sangat berharga. Indeks status GRNI, ditentukan
berdasarkan albumin dan berat pasien, merupakan indeks yang relative baru untuk penilaian
nutrisi untuk pasien lanjut usia.
Setelah di alokasikan, langkah-langkah dasar dilakukan. Semua data dikumpulkan oleh peneliti
independen.
a. Analisis kelangsungan hidup menurut kurva Survival COnut dan GnrI berdasarkan evaluasi
nutrisi yang berbeda diplot seperti yang ditunjukkan pada gambar
b. Tingkat kelangsungan hidup secara signifikan lebih rendah pada kelompok CONUT tinggi
daripada pada kelompok. Kurva kelangsungan hidup berdasarkan GNRI ditunjukkan pada
gambar
c. Perbedaan antar kelompok tidak dapat ditentukan nilai pragnostik analisis regresi
multivariate CGnOn dan Gnrl dilakukan untuk mengetahui kemungkinan prediktor dari
semua penyebab kematian pada popilasi penelitian
Dengan regresi, baik RTI dan CONUT adalah prediktor independen dari semua penyebab
kematian 3 bulan. Peningkatan SDM diamati dengan meningkatnya risiko CONUT (dari normal
ke sedang sampai parah). Mengingat bahwa RTI adalah faktor risiko independen untuk semua
penyebab kematian, kami selanjutnya melakukan regresi Cox sesuai dengan alasan yang
berbeda.
Pada kelompok non-infeksi, CONUT secara independen memperkirakan semua
penyebab kematian pada pasien. Namun, dikelompok RTI, hanya CONUT yang diidentifikasi
sebagai prediktor akurat dari semua penyebab kematian (Mengenai analisis karakteristik
operasi receiver).
Kami menemukan bahwa status gizi yang dinilai menggunakan CONUT dan bukan oleh
indeks nutrisi lainnya pada pasien hipertensi lebih dari 80 tahun dapat memprediksi secara
efisien semua penyebab kematian dalam waktu 90 hari setelah pascasarjana. Peningkatan skor
CONUT terkait dengan peningkatan kejadian semua penyebab kematian pada pasien yang
dirawat karena RTI dan alasan lainnya. Evaluasi status gizi yang akurat dapat memberikan
informasi prognostik tambahan untuk pasien tersebut dan pengelolaan status gizi dapat
memperbaiki hasil pengobatan secara signifikan.

38
39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.Menurut InaSH (perhimpunan
hipertensi Indonesia), untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100
mmHg (Gardia, 2012).Organ berpengaruh terhadap Hipertensi ada Jantung, Pembuluh
Darah, Ginjal, Otak, Dan Mata (Retina). Hipertensi bisa terjadi karena Faktor usia, Obesitas,
Kurangnya olahraga, Gangguan ginjal tiroid, Stress, Makanan makanan yang banyak
mengandung garam, Genetik/ keturunan, Alkohol, Dan Merokok.

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa pentingnya mengetahui
ilmu tentang Hipertensi, Maka kita harus mempelajari dan mampu
menerapkannya.Bagi para pembaca jangalah malas untuk membaca, karena dengan
membaca kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari.

43
DaftarPustaka

Dr. Sayoga. 2013. Mencegah Stroke Dan Serangan Jantung. Remaja Rosdakarya Offset: Bandung
Elin Yulianah Sukandar, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. ISFI Penerbit: Jakarta
Surjono Riyadi. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Belajar: Yogyakarta
Ns. Reny Yuli. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Priscilla LeMone, dkk. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan
Kardiovaskular.Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Sylvia & Wilson. 2003. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

44
45
Glosarium

a., keadaan yang terjadi akibat sekresi


Atherosklerosis: Satu bentuk berlebihan dari aldosteron oleh suatu
arteriosklerosis dengan ateroma yang adenoma adrenal, scara khas ditandai
mengandung kolesterol, bahan lipoid, dan hipokalemia, alkalosis, kelemahan otot,
lipofag terbentuk didalam lapisan intima peliura, polidipsia, dan hipertensi. juga
dan bagian dalam lapisan media arteri diebut Conn’s syndrome
berukuran besar dan sedang
Atherosklerosis: Satubentuk
ACE Inhibitor: Angiotensin-converting arteriosklerosis dengan ateroma yang
enzyme inhibitor, enzim yang mengatalisis mengandung kolesterol, bahan lipoid, dan
pemecahan dipeptide dari ujung C-terminal lipofag terbentuk di dalam lapisan intima
oligopetida; saat mengatalisis pemecahan dan bagian dalam lapisan media arteri
angiotesin I untuk membentuk angiotesin II, berukuran besar dan sedang
disebut angiotensin –converting enzyme;
saat mengatalisis pemecahan dan Angiotensin: Hormon dekapeptida (a.l) yang
inaktivasikinin, disebut juga kininas II dibentuk dari glikoprotein plasma,
angiotensinogen, oleh renin yang disekresi
Antagonis Angiotensin: Oposisi atau oleh aparatus jukstaglomerular. Senyawa
perbedaan diantara hal-hal yang sama, ini kemudian dihidrolisis oleh peptidase
seperti antara otot, obat, atau organisme; dalam paru, membentuk suatu oktapeptida
band (a.ll), yang merupakan vasopresor dan
stimulator kuat sekresi aldosteron oleh
Angiotensin: Adalah hormon dekapepida korteks adrenal. Senyawa ini kemudian
(biotensin I) yang dibentuk dari plasma dihidrolisis menjadi senyawa heptapeptida
angiotensinogen glikoprotein oleh sekresi
(a.lll), yang memiliki aktivitas vasopresor
renin pada aparatus jukstaglomerular
yang lebih lemah tapi aktivitas perangsang
korteks adrenal yang lebih kuat
Aldosteron: Adalah hormon
mineralokortikoid utama yang disekresi Baroreseptor: Jenis interoseptor yang
korteks adrenal, yang aktivitas biologi dirangsang oleh perubahan tekanan, seperti
utamanya adalah mengatur keseimbangan yang terdapat pada dinding pembuluh
elektrolit dan air dengan jalan darah
meningkatkan retensi natrium dan eksresi
kalium Cushing: Adalah kumpulan gejala yang
muncul akibat paparan hormon kortisol
Adrenalin: Obat dan hormon yang memicu dengan kadar tinggi.
reaksi terhadap gerak tubuh
CVP ( central venous pressur ): Tekanan
Arteroklerosis: Sclerosis dan penebalan vena sentral
dinding arteriol
Diastolik: Dilatasi, atau masa dilatasi
Aldosteronisme: Adalah keseimbangan jantung, terutama ventrikel
elektrolit abnormal yang disebabkan oleh
sekresi aldosteron yag berlebihan. Primary Efedrin: Adalah sympathomimetic amine

46
yang umumnya dipakai sebagai stimulan, Kongenital: Merupakan kelainan
penekan nafsu makan, obat pembantu (abnormalitas) yang terjadi pada janin
berkonsentrasi, pereda hidung tersumbat selama masa perkembangan janin sebelum
dan untuk merawat hypotensi yang kelahiran. bersifat isomeric
berhubungan dengan anaesthesia dengansenyawa yang memiliki rantai
bercabang, atau (b) senyawa yang rantai
Encelopati: Suatu penyakit yang berarti atau cincinnya mengandung kurang satu
terjadinya kerusakan atau masalah pada gugusmetilen (CH 2) di bandingkan
fungsi otak homolognya.
Endotel vaskular: Noradrenalin: Adalah awalan kimiawi yang
1. Berkenaan dengan endosteum menunjukkan (a) senyawa dengan struktur
2. Terjadi atau berada didalam tulang normal (memiliki rantai atom karbontidak
bercabang) yang bersifat isomeric
Epinefri: Adalah obat yang digunakan dalam dengansenyawa yang memiliki rantai
keadaan darurat untuk mengobati reaksi bercabang, atau (b) senyawa yang rantai
alergi yang sangat serius seperti atau cincinnya mengandung kurang satu
sengatan/gigitan serangga, makanan, obat- gugusmetilen (CH2)
obatan, atau zat lain. Epinefrin
bertindakcepat untuk meningkatkan dibandingkan homolognya tidak terkontrol
pernapasan, merangsang jantung, dan progresif. Neoplasma dapat bersifat
meningkatkan tekanan darah yang menurun, jinak atau ganas.
meredakan gatal-gatal, dan
mengurangi pembengkakan wajah, bibir, Neoplasma: Tumor; setiap pertumbuhan
dan tenggorokan. baru dan abnormal, khususnya ketika
terjadi multiplikasisel yang
Farmakologis: ilmu yang mempelajari
tentang obat-obatan Nokturia: Berkemih berlebihan di malam
hari
Feokromositoma: Adalah suatu tumor yang
berasal dari sel-sel kromafin kelenjar Noradrenalin: Adalah awalan kimiawi yang
adrenal, menyebabkan pembentukan menunjukkan (a) senyawa dengan struktur
katekolamin yang berlebihan normal (memiliki rantai atom karbontidak
bercabang) yang bersifat isomeric
Genetik: Berhubungan dengan reproduksi dengansenyawa yang memiliki rantai
atau kelahiran atau asal Diwariskan bercabang, atau (b) senyawa yang rantai
atau cincinnya mengandung kurang satu
Hiperglikemi: gugusmetilen (CH2) di bandingkan
homolognya.
1. Berkaitan dengan, ditandai oleh, atau
menimbulkan hiperglikimia Morbiditas: Pertanyaan terkena penyakit
(dari bahasa latin morbidus sakit, tidak
2. Agen yang meningkatkan agar glukosa
sehat) merata penyakit jumlah kasus pada
dalam darah
populasi insiden penyakit jumlah kasus baru
Hiperlipidemia: Istilah umum untuk pada populasi.
peningkatan konsentrasi setiap atau semua
Kongestif (Pebendungandarah): Adalah
lipid dalam plasma, meliputi
berlimpahnya darah di dalam pembuluh
hipertrigliseridemia, hiperkolestrolemia
darah di dalam pembuluh darah di region
dan sebagainya
tertentu
Infarkmiokard: Daerah nekrosis iskemik
Morbiditas: Pertanyaan terkena penyakit
terbatas yang di sebabkan oleh oklusi
(dari bahasa latin morbidus sakit, tidak
suplay arteri atau aliran vena pada aliran
sehat) merata penyakit jumlah kasus pada
tersebut
populasi insiden penyakit jumlah kasus

47
baru pada populasi. Osmolaritas: Adalah konsentrasi larutan
dengan satuan osmoldari solute perliter
Keratin: Adalah setiap family skleroprotein larutan.
yang merupakan unsure utama epidermis,
rambut, kuku

.Morbiditas: Pertanyaan terkena penyakit Noradrenalin: Adalah awalan kimiawi yang


(dari bahasa latin morbidus sakit, tidak menunjukkan (a) senyawa dengan struktur
sehat) merata penyakit jumlah kasus pada normal (memiliki rantai atom karbontidak
populasi insiden penyakit jumlah kasus baru bercabang) yang bersifat isomeric
pada populasi. pembuluh darah. Ks. dengansenyawa yang memiliki rantai
Ischemic silent i., iskemia jantung tanpa rasa bercabang, atau b senyawa yangrantai atau
nyeri atau gejalah lain. cincinnya mengandung kurang Hb

Iskemik: Defisiensi darah pada suatu bagian, Neoplasma: Tumor; setiap pertumbuhan
biasanya akibat konstriksi fungsional baru dan abnormal, khususnya ketika
atau obstruksi actual pembuluh darah. Ks. terjadi multiplikasisel
Ischemic silent i., iskemia jantung tanpa
rasa nyeri atau gejalah lain. Nokturia: Berkemih berlebihan di malam
hari
Katarak: Kekeruhan pada lensa klistalin
mata Pascapartum: Proses melahirkan anak
(sesudah melahirkan)
Iskemik: Defisiensi darah pada suatu
bagian, biasanya akibat konstriksi PAWP ( pulmunari artery wedge pressure):
fungsional atau obstruksi actual pembuluh Pengukuran tekanan darah kapiler arteri
darah. Ks. Ischemic silent i., iskemia jantung pulmunal untuk pemantauan hemodinamik
tanpa rasa nyeri atau gejalah lain secara simultan

Ishemia: Darah pada suatu bagian biasanya Keratin: Adalah setiap family skleroprotein
akibat kontruksi fungsional atau obstruksi yang merupakan unsure utama epidermis,
akual rambut, kuku

infeksi: 1. Menyerang atau menyebabkan Perifer: Adalah struktur atau permukaan


infeksi yang letaknya disebelah luar ; bagian
system yang berada diluar sentral
2. Menularkan pathogen atau
penyakit kepala Preeklamsia: Adalah toksemia pada
kehamilan lanjut yang ditandai
Obesitas : lemak berlebihan dalam tubuh. olehhipertensi, edema, dan proteinuria

Adalah peningkatan berat badan melebihi Prdnison: Adalah obat yang digunakan
batas kebutuhan rangka dan fisik, sebagai untuk kondisi kesehatan seperti arthritis,
akibat akumulasi gangguan darah, msalah pernapasan, alergi
parah, penyakit kulit, kanker, masalah mata,
Obat diuretic: Meningkatkan ekresi urin
dan gangguan sistem kekebalan tubuh
atau jumlah urin dan Agen yang
merangsang sekresi urin Katarak: Kekeruhan pada lensa klistalin
mata
Obesitas:: Adalah peningkatan berat badan
melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik, PVR ( pulmonary vascular resistance ):
sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan Yaitu resistensi pada pembuluh darah paru-
dalam tubuh. paru yang cukup kuat untuk mengalirkan
darah melalui system sirkulasi
Opstruksi anatomic: penyumbatan yang
terjadi di usus Renalis: Berkenaan dengan ginjal.

48
Retensi: Adalah proses menahan atau abnormal
menjaga pada posisi , seperti bertahanya
dalam tubuh bahan bahan yang secara TPR (Peripheral Resistanche): Tekanan
normal di ekskresikan, atau menjaga darah arteri meningkat
prostesis gigi pada posii yang tepat di
Ventrikel: Rongga atau ruang kecil, seperti
mulut
rongga, otak atau jantung.
Stenosis: Adalah penyempitan atau
Viskositas: Adalah tahanan aliran yang ;
pengerutan abnormal pada sebuah saluran
sifat fisik subtansi yang bergantung pada
(duktus atau kanal)
gesekan antara molekul komponennya,
Stroke: 1. Serangan mendadak dan berat pada waktu molekul tersebut slaing
meluncur satu dengan lainnya
2. Sindrom stroke

3. Fulsasi syndrom stroke yang


menggambarkan infark pada
wilayah vaskular yang akan
meningkat resikonya bila terjadi
stenosis atau oktusi pembuluh
darah yang memberi makan

Takikardia: Denyut jantung yang cepat


SVR: system vascular resistan

49
Umur, Jenis Kelamin, Gaya hidup, Obesitas

Pathway Hipertensi

Perubahan Hipertensi
Hipertensi primer
volume

Ginjal
Perubahan Air dan
Sistmatik
Resistensi Vaskular natrium,
Vasokontra
si pembulu
Korner
Aliran darah darah ginjal
Pembuluh darah
semakin cepat

Iskemia
Pasekontrasi Menyimpan Memproduk
miokard Beban kerja
afterlod natrium dan si
jantung aldosteron

Nyeri akut
Volume
Afterload Vasokontrasi

Kelebihan
Gangguan volume cairan Resiko penurunan
sirkulasi perpusi jaringan ginjal

Edema
afterlod Otak
Perubahan
struktur
Pernurunan Resiko
Suplai o2
curah ketidakefektifan
Keotak
Resiko jantung perfusi
Intoleransi berkurang
penurunan Jaringan otak
aktivitas
perpusi

(Sumber : JoyceM.black, Jane hokanson hawks.,2014)


LEMBAR KONSUL MAKALAH

Kelompok 1

Nama Dosen : Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep.

Judul Makalah : Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi

NO Hari/Tanggal Materi Yang di Saran Dosen Tanda Tangan


Konsulkan Dosen

Anda mungkin juga menyukai