Anda di halaman 1dari 3

Apa itu vitamin A?

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A
merupakan nama generic yang menyatakan semua retinoid dan precursor/ provitamin A/
karetonoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol (Sunita Almatsier, 2004)
Merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, regenerasi sel,
dan sekresi lendir/getah.
Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit infeksi saluran
pernafasan dan diare, meningkatkan angka
kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan

Apa Manfaat Vitamin A?


Vitamin A memiliki beragam manfaat yang diperlukan oleh tubuh manusia, antara lain:
 Mencegah dan mengobati gejala kekurangan vitamin A.
 Kemungkinan memperlambat perjalanan penyakit mata yang memengaruhi retina.
 Apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup, vitamin A akan membantu penglihatan
lebih optimal ketika cahaya sedang
 Mendukung sistem imunitas tubuh bekerja lebih optimal dalam menghalau infeksi.
 Menjaga kulit tetap sehat.
 Salah satu jenis atau turunan dari vitamin A, retinoid dikenal sebagai kandungan dari
obat yang diresepkan dokter untuk mengatasi jerawat dan gangguan kulit lain,
 Vitamin A juga dapat diberikan secara oral untuk sakit campak dan mata kering bagi
mereka yang kekurangan vitamin A.
 Menekan risiko komplikasi penyakit campak.
 Vitamin A yang dikonsumsi bersama obat-obatan lain yang telah diresepkan dokter,
kemungkinan dapat menurunkan risiko kematian akibat diare pada anak-anak
dengan HIV.
 Penelitian membuktikan bahwa mengonsumsi vitamin A dapat mengobati lesi
prakanker yang terjadi di mulut.
 Wanita usia premenopause yang berisiko kanker payudara pun dapat menurunkan
risikonya dengan mengonsumsi vitamin A.
 Membantu upaya mengurangi risiko rabun senja dan kematian pada wanita hamil
dengan gizi buruk.

Sumber Vitamin A
Sebagian besar kebutuhan vitamin A ini dapat diperoleh dari asupan makanan
sehari-hari. Jika tak digunakan seluruhnya, sisa vitamin A yang terserap dapat disimpan
tubuh untuk digunakan pada kemudian hari.
Kandungan vitamin A dapat ditemukan pada hati ayam, ikan, yogurt, susu, keju,
telur, mentega rendah lemak, susu rendah lemak dan sereal yang sudah difortifikasi atau
diberi tambahan vitamin A.
Yang perlu diperhatikan, meskipun hati ayam adalah salah satu sumber makanan
yang kaya akan manfaat vitamin A, namun konsumsinya harus dibatasi, yaitu tidak lebih dari
satu kali per minggu. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah tubuh kelebihan asupan
vitamin A.
Wortel juga merupakan salah satu sumber vitamin A yang populer dalam
masyarakat. Namun, sebenarnya masih banyak sayur-sayuran lain sumber vitamin A seperti
bayam, ubi dan paprika merah. Selain itu, buah-buahan terutama yang berwarna kuning,
seperti mangga dan pepaya juga merupakan sumber vitamin A yang baik.

Kebutuhan Vitamin A
Kecukupan asupan vitamin A dapat diperoleh dari beragam makanan dan minuman
yang dikonsumsi sehari-hari. Untuk orang dewasa, mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 5
porsi per hari, dapat memenuhi hingga 65% dari total kebutuhan vitamin A.

Laki-laki dewasa membutuhkan sekitar 900 mikrogram per hari, sementara wanita
dewasa memerlukan sekitar 700 mikrogram per hari. Kebutuhan akan meningkat ketika
seorang wanita hamil dan menyusui. Untuk wanita hamil diatas usia 19 tahun, vitamin A
yang direkomendasikan per hari adalah 770 mikrogram dan untuk ibu menyusui sekitar
1.300 mikrogram.
Untuk anak-anak, kebutuhan vitamin A disesuaikan dengan usia. Anak 1-3 tahun,
konsumsi yang direkomendasikan sekitar 300 mikrogram per hari, 4-8 tahun sekitar 400
mikrogram per hari dan 9-13 tahun sekitar 600 mikrogram per hari.

Program Pemerintah?
Pemerintah Indonesia memiliki program pemberian vitamin A yaitu berupa kapsul.
Vitamin ini diberikan di Puskesmas maupun Posyandu setiap bulan Februari dan Agustus.
Vitamin A dosis tinggi ini diberikan kepada:
 Bayi usia 6-11 bulan, dengan dosis 100.000 SI (kapsul biru), diberikan satu
kali, yaitu pada bulan Februari.
 Bayi berusia 12-59 bulan, dengan dosis 200.000 SI (kapsul merah), diberikan
dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
 Ibu yang sedang masa nifas usia 0-42 minggu, dengan dosis 200.000 SI
(kapsul merah). Jadwal pemberiannya adalah dua kali, yaitu pada bulan
Februari dan Agustus.

Efek Samping
Vitamin A aman jika dikonsumsi sesuai kebutuhan. Dosis asupan vitamin A yang lebih tinggi
diberikan jika seseorang mengalami defisiensi atau kekurangan. Namun, harus selalu
berdasarkan rekomendasi dokter.
Beberapa risiko jika mengonsumsi vitamin A secara berlebihan, antara lain:
 Menyebabkan keracunan dengan gejala pusing, muntah, kulit kering, dan nyeri
sendi.
 Memengaruhi kinerja obat lain, misalnya obat pengencer darah, obat jerawat, pil KB,
dan pengobatan kanker.
 Konsumsi vitamin A secara berlebihan dikaitkan dengan gangguan hati, menurunnya
kepadatan tulang serta kelainan pada bayi. Selain itu, bagi Anda yang memiliki
penyakit hati atau ginjal, sebaiknya menghindari konsumsi suplemen vitamin A jika
tidak direkomendasikan dokter.
Jangan sembarangan mengonsumsi suplemen tambahan, termasuk vitamin A. Kebutuhan
akan manfaat vitamin A umumnya dapat tercukupi melalui pola makan seimbang. Selalu
konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu mengenai perlu atau tidaknya mengonsumsi
suplemen tambahan vitamin A.
Kekurangan Vitamin A
Penyebab utama dari KVA (Kekurangan vitamin A) di negara berkembang adalah rendahnya
asupan vitamin A dan rendahnya biovailabilitas dari vitamin A yang dikonsumsi (sayur
sayuran dan buah-buahan). Faktor-faktor yang turut berpengaruh adalah menlngkatnya
kebutuhan akan vitamin A pada kelompok umur tertentu (masa ballta, ibu hamil dan
menyusui) dan terjadinya infeksi.
Gejala pada mata yang berhubungan dengan defisiensi vitamin A disebut xeropthalmia dan
menurut WHO (1982) dibuat kriteria kelainan tersebut menjadi beberapa keadaan yaitu :
a. Buta senja (XN)
b. Kekeringan pada konjunctiva (XlA)
c. Bercak bitot (X1B)
d. Kekeringan pada kornea (X2)
e. Ulkus pada kornea < 1t3 permukaan (X3A)
t. Ulkus pada kornea > 1t3 permukaan (X3B)
g. Jaringan parut pada kornea (XS)
h. Xeropthalmia fundus (XF)

Prevalensi kekurangan vit A


Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar
250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena
kekurangan vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Dengan
tingginya prevalensi kekurangan vitamin A, WHO telah menerapkan beberapa inisiatif untuk
suplementasi vitamin A di negara-negara berkembang. Beberapa strategi termasuk asupan
vitamin A melalui kombinasi pemberian ASI, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan
suplemen. Melalui upaya WHO dan mitra-mitranya, yang diperkirakan 1,25 juta kematian
sejak 1998 di 40 negara karena kekurangan vitamin A telah dihindari (Anonim, 2011).
Meskipun sejak tahun 1992 Indonesia dinyatakan bebas dari xeropthalmia, akan tetapi
masih dijumpai 50% dari balita mempunyai serum retinol <20 mcg/100 ml. Tingginya
proporsi balita dengan serum retinol <20 mcg/100 ml ini menyebabkan anak balita di
Indonesia berisiko tinggi untuk terjadinya xeropthalmia dan menurunnya tingkat kekebalan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi

Anda mungkin juga menyukai