Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Turnover Intention

Menurut Perez (2008) turnover intention merupakan kondisi ketika pegawai berniat untuk

berpindah pekerjaan pada waktu tertentu di masa yang akan mendatang. Sedangkan Ezilabeth

Medina (2012) menyebutkan bahwa turnover intention merupakan keinginan pegawai untuk

menemukan pekerjaan baru dalam jangka waktu setahun ke depan. Dari kedua makan ini dapat

kita simpulkan bahwa turn over intention merupakan rencana pegawai untuk bekerja pada

organisasi di luar organisasi pada saat ini bekerja dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

Dapat kita tegaskan bahwa pada saat ini pegawai tersebut masih aktif bekerja, menerima upah,

mendapatkan haknya sebagai pegawai dan wajib mematuhi kewajibannya pada organisasi yang

mempekerjakannya saat ini.

Pengunduran diri seorang pegawai tentunya sangat merugikan organisasi, terlebih lagi bagi

organisasi yang telah memandang SDM adalah aset organisasi. Dengan adanya pengunduran

diri/pensiun dini/desersi, hilangnya aset organisasi sedikit maupun banyak akan berpengaruh

terhadap sasaran strategis pencapaian organisasi baik pada organisasi private maupun organisasi

pemerintah. Menurut Pitss, Marvel, Fernandez (2011) pada organisasi pemerintah federal

Amerika Serikat, terdapat3 (tiga) faktor penyebab adanya turnover intention pegawai, yakni:

1. Demographic Factor

Merupakan faktor yang paling mempengaruhi pegawai untuk meninggalkan organisasi.

Misalnya faktor usia, pada usia muda pegawai cenderung memiliki niat untuk berpindah

pekerjaan karena tantangan mengejar karir dan faktor finansial (penghasilan lebih tinggi pada

organisasi lainnya). Faktor pendidikan juga berpengaruh, para pegawai yang baru saja
menyelesaikan pendidikannya (misal tugas belajar) yang lebih mengutamakan mengejar karir,

maka faktor kemapanan dan manfaat yang akan didapatkan menjadi penyebab mereka untuk

mengundurkan diri dengan alasan apa yang diharapkan dari hasil mengenyam pendidikan

tidak sesuai dengan apa yang telah ditawarkan oleh organisasi.

2. Workplace Satisfaction,

Kepuasan berbanding terbalik dengan keputusan berpindah kerja pegawai, kepuasan kerja

umumnya dicerminkan dengan upah yang diterima pegawai, semakin besar upah yang

diterima maka kecenderungan pegawai untuk memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya

sehingga pada akhirnya akan bertahan pada organisasi tersebut (Shaw, et al., 1998). Selain itu,

kepuasan akan manfaat yang diterima menjadi salah satu pengaruh penting pada organisasi

pemerintah jika dibandingkan dengan manfaat yang diterima di sektor lainnya, umumnya

adalah manfaat pensiun dan kesehatan. Pengaruh kesempatan karir dan promosi juga menjadi

salah satu faktor kunci pegawai bertahan di tempat kerjanya saat ini. Dengan peluang promosi

yang besar juga ikut meningkatkan kepuasan kerja pegawai, dikarenakan dengan promosi

terdapat keterkaitan antara jabatan baru dengan upah yang diterimanya.

3. Organizational/Relational Factors.

Perubahan kelembagaan menjadi salah satu faktor pegunduran diri/pensiun dini/desersi

pegawai ke organisasi lain yang menawarkan intensif dan peluang karir yang lebih baik.

Selain itu dengan adanya perubahan kelembagaan juga mempengaruhi upah yang diterima,

apabila dirasa adanya perubahan organisasi mendapatkan upah lebih kecil dibanding

organisasi lainnya pada level yang sama, kecenderungan berpindah tempat kerja akan

semakin besar. Pengaruh positif akibat adanya perubahan kelembagaan adalah adanya reward

yang diterima berdasarkan kinerja akan mempertahankan pegawai pada organisasi tersebut.
Dengan diberikan penghargaan maka pegawai tersebut semakin termotivasi pada tempat kerja

saat ini.

Sedangkan menurut Naresh, et al (2001) terdapat 3 faktor utama penyebab turnover

intention pegawai, yakni:

1. Demografic factors;

Kondisi demografi dapat menyebabkan keputusan seorang pegawai untuk mengundurkan

diri/pensiun dini/desersi. Beberapa penyebab keputusan mengundurkan diri/pensiun

dini/desersi tersebut antara lain: usia seorang pegawai, jenis kelamin pegawai, pendidikan,,

lama masa jabatan, pendapatan yang diterima, dan pekerjaan yang dilakukannya.

2. Uncontrollable factors;

Faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh pemberi kerja, keputusan untuk mengundurkan

diri/pensiun dini/desersi berada pada pegawai itu sendiri. Penyebabnya antara lain:

mendapatkan kesempatan untuk pindah pekerjaan dan harapan kerja yang tidak sesuai dengan

keinginan pegawai.

3. Controllable factors.

Penyebab keputusan untuk mengundurkan diri/pensiun dini/desersi dapat dikendalikan oleh

pemberi kerja, sehingga pemberi kerja memegang peranan penting dalam mengendalikan

pegawai yang dimilikinya. Beberapa penyebabnya antara lain adalah: upah yang dibayarkan,

sifat pekerjaan, pengawasan, komitmen organisasi, keadilan yang diberikan pemberi kerja,

dan prosedur keadilan yang diberikan.

Dari beberapa penyebab keputusan mengundurkan diri/pensiun dini/desersi, dapat

disimpulkan bahwa keputusan untuk mengundurkan diri/pensiun dini/desersi berada pada dua

sisi, yakni sisi pemberi kerja yang dapat mengendalikan keputusan pegawai untuk tidak
berpindah pekerjaan dan sisi pegawai ketika pemberi kerja sudah tidak dapat mengendalikan

keputusan pegawai untu mengundurkan diri/pensiun dini/desersi.

Anda mungkin juga menyukai