Pengertian Wawancara
Wawancara adalah Proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai
orang, kejadian, kegiatan, organisasi motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan kepada orang yang diwawancarai
(interviewee).
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan
mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Wawancara
berfungsi untuk mencari informasi dalam mengumpulkan data, juga wawancara mempunyai
kedudukan yang tersendiri dalam konseling. Sebab wawancara dalam proses konseling adalah
merupakan alat yang penting.
Wawancara informatif adalah merupakan suatu alat untuk memperoleh
fakta/data/informative dari murid secara lisan; jadi terjadi pertemuan di bawah empat mata, dengan
tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. Wawancara informatif lain tujuannya
daripada wawancara penyuluhan, yang terutama bertujuan untuk mengolah data yang sudah
diperoleh; pengolahan itu dilakukan oleh penyuluh bersama dengan murid dalam suatu pertemuan
pribadi.
Wawancara informatif dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung berarti bahwa wawancara langsung dengan murid yang ingin diketahui tentang keadaan
dirinya, sedangkan yang tidak langsung adalah wawancara untuk mendapatkan informasi keadaan
murid dengan mewawancarai orang lain. Wawancara informatif dapat dibedakan atas wawancara
yang terencana (structured interview) dan wawancara yang tidak terencana (non structured
interview). Dalam wawancara yang terencana isi dan bentuk dari pertanyaan-pertanyaan telah
dipikirkan sebelumnya, demikian pula urutan dari hal-hal yang akan ditanyakan.
Jenis-jenis wawancara
a. Menurut Responden yang diinterviu
Menurut responden yang diinterviu, maka interviu dapat dibedakan atas interviu langsung
dan interviu tidak langsung. Dikatakan interviu langsung apabila kita langsung mengadakan
interviu dengan individu yang ingin kita kumpulkan datanya. Misalnya kita ingin
mengumpulkan data tentang penggunaan waktu luang para siswa. Maka interviunya
langsung kita lakukan dengan siswa yang bersangkutan.
Dikatakan interviu tidak langsung apabila interviu tersebut dilakukan dengan individu
tertentu, tetapi tidak untuk mendapatkan data tentang individu bersangkutan, melainkan
untuk mendapatkan data tentang individu lain. Misalnya untuk mengumpulkan data tetang
penggunaan waktu luang para siswa, kita tidak melakukan interviu dengan siswa yang
bersangkutan , melainkan kita melakukan interviu dengan orang lain yang mengetahui
penggunaan waktu luang siswa tersebut, misalnya orang tuanya atau walinya atau juga
teman sepermainannya.
b. Menurut prosedur interviu
Menurut prosedur interviu yang dilakukan, maka interviu dapat dibedakan atas interviu
berstruktur dan interviu tak berstruktur. Dikatakan interviu berstruktur apabila peetanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan dalam interviu telah disusun dalam suatu catatan secara jelas
dan terinci. Catatan yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam
interviu tersebut dijadikan pegangan oleh penginterviu dalam melaksanakan interviu.
Catatan semacam itu disebut pedoman interviu (interview guide).
Dikatakan interviu tak berstruktur, apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
interviu tersebut tidak disusun secara rinci. Dalam interviu tak berstruktur ini, penginterviu
bias menggunakan pedoman interviu bias tidak. Kalau dia menggunakan pedoman interviu,
maka pedoman interviu tersebut bukan merupakan daftar pertanyaan yang telah terinci
seperti pada interviu berstruktur, melainkan hanya memuat pokok-pokoknya saja. Dengan
demikian, apabila dibandingkan dengan interviu berstruktur , interviu tak berstruktur ini
sifatnya lebih fleksibel, dalam arti lebih memberi kesempatan kepada penginterviu untuk
mengadakan variasi-variasi dalam pelaksanaan interviu.
c. Menurut situasi tertentu
Menurut situasinya, interviu dapat dibedakan atas interviu formal dan interviu informal.
Dikatan interviu formal, apabila interviu tersebut dilakukan dalam suatu ruangan tertentu
yang memang sengaja disiapkan untuk mengadakan interviu, dan antara penginterviu dan
responden terjalin hubungan yang bersifat resmi. Misalnya siswa atau klien dipanggil
keruang bimbingan, dan diadakan interviu di ruangan tersebut.
Dikatakan interviu informal, apabila interviu tersebut dilaksanakan tidak di tempat yang
khusus, dan antara penginterviu dengan responden terjalin hubungan yang tidak resmi.
Dengan demikian percakapan yang terjadi nampaknya bukan seperti percakapan antara
klien dengan konselornya, melainkan sperti percakapan biasa antara dua individu yang
bersahabat. Misalnya interviu yang dilakukan konselor dengan siswa di halaman sekolah
pada waktu jam istirahat.
d. Menurut perencanaan interviu
Menurut perencanaan interviu dapat dibedakan atas interviu berencana dan interviu
insedental. Dikatakan ointerviu berencana apabila waktu dan tempat interviu telah
direncanakan terlebih dahulu. Dan perencanaan tersebut berdasarkan atas kesepakatan
konselor dengan klien. Misalnya setelah interviu pertama, antara konselor dengan klien
terdapat kesepakatan untuk melanjutkan interviu tersebut pada interviu berikutnya. Dalam
hal tersebut, maka dibuatlah perencanaan, kapan interviu kedua tersebut akan dilaksanakan.
Dikatakan interviu incidental, apabila interviu tersebut dilakukan karena kebetulan ada
kesempatan yang baik untuk mengadakan interviu. Misalnya konselor dan siswa yang
kebetulan berjumpa dihalaman sekolah pada jam bebas, lalu kesempatan jumpa yang secara
kebetulan itu bias dimanfaatkan untuk mengadakan percakapan singkat.
Pada kasus lain, keberhasilan interviu amat ditentukan oleh kelihaian penelitian di dalam
interviu. Sebagaimanan diketahui, selain merupakan metode pengumpulan data, interviu
merupakan seni berbicara dengan orang, jadi keterampilan seseorang di dalam bermain seni
berbicara akan sangat membantu penelitiannya.
Tidak jarang juga kesulitan-kesulitan berinteraksi karena perbedaan social-budaya terjadi di
antara penginterviu dengan informan. Hal ini terjadi karena penginterviu tidak mengenal, budaya,
bahasa, symbol-simbol informan dengan jelas. Hal ini menyebabkan peneliti membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk menyesuaikan diri dengan informannya.
Pedoman Interviu
Seperti dikemukakan dalam sub terdahulu, sebelum pelaksanaan interviu, terlebih dahulu perlu
disiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan dalam interviu, atau sedikitnya suatu daftar yang
memuat suatu materi yang akan ditanyakan dalam interviu, yang disebut pedoman interviu (interviu
guide).
Sebagai ilustrasi dibawah ini disajikan suatu bentuk pedoman interviu , yang digunakan dalam
interviu berstruktur.
Contoh :
PEDOMAN INTERVIU
Hari/tanggal :
Interviu ke :
Responden :
Kelas :
Tujuan : Mengumpulkan data tentang faktor penyebab kesulitan belajar.
Kesimpulan
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan
mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Wawancara
berfungsi untuk mencari informasi dalam mengumpulkan data, juga wawancara mempunyai
kedudukan yang tersendiri dalam konseling. Sebab wawancara dalam proses konseling adalah
merupakan alat yang penting.
Klasifikasi tentang macam-macam interviu dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang.
Adapun klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menurut Responden yang diinterviu (interviu langsung dan tidak langsung)
b. Menurut prosedur interviu (interviu berstruktu dan tidak berstruktur)
c. Menurut situasi tertentu (interviu formal dan interviu informal)
d. Menurut perencanaan interviu (interviu berencana dan interviu insedental)
Saran-Saran
Agar metode interviu (wawancara) dapat membantu pelaksanaan tugas konselor dan yang lainnya
dalam pengumpulkan data.
http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2013