Anda di halaman 1dari 7

Jakarta, Sabtu, 22 Mei 2021

Nama : Puji Eko santoso


NPM : 201801500042
Kelas : X6A
Matkul : Diagnostik Kesulitan Belajar & Remedial

Jawaban :
1. Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa
a. 4 cara mengidentifikasi kesulitan belajar siswa
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia.
3) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat, tapi nilainya yang dicapainya
selalu rendah.
4) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
b. Gambaran identifikasi kesulitan belajar klien berdasarkan 4 hal tersebut.
Kurangnya motivasi belajar siswa, lingkungan yang kurang kondusif menyebabkan
para siswa membolos. Adanya perbedaan strata social yang membuat kesenjangan
sosial, minimnya guru yang berkompetensi dan tidak sesuai kurikulum sehingga
tertinggal dari sekolah yang lainya.

2. Seorang
slow learner membutuhkan lebih banyak waktu dan lebih banyak pengulangan
untuk dapat memahami konsep-konsep baru. Ia memiliki daya tangkap yang lebih lambat
dibandingkan rata-rata orang seusianya sehingga memerlukan pertolongan ekstra untuk
dapat berhasil.
Anak yang lambat belajar atau slow learner kerapkali tidak terdeteksi karena mereka
bukanlah anak yang tidak mampu atau mengalami kesulitan belajar, serta tidak
menunjukkan adanya kelainan pada perkembangannya seperti yang dapat terdeteksi pada
anak dengan keterbelakangan mental. Oleh karena itu, mereka tidak mendapatkan
pendidikan khusus. Akan tetapi, mereka mengalami kesulitan ketika berada di sekolah biasa
atau formal.
Dibutuhkan deteksi dini agar kondisi anak dapat segera diketahui sehingga ia mendapatkan
penanganan dan pertolongan yang tepat. Pemeriksaan tes Inteligensi (IQ) dapat dilakukan
untuk mendeteksi anak dengan slow learner.
Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi
kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Disleksia dapat
menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung kepada usia dan tingkat keparahan yang
dialami penderita. Gejala dapat muncul pada usia 1-2 tahun, atau setelah dewasa.
Apabila disleksia dibiarkan tidak tertangani, kesulitan anak dalam membaca akan
berlangsung hingga dewasa.
Diskalkulia merupakan istilah yang digunakan ketika anak mengalami kesulitan
dalam mempelajari konsep matematika dasar, seperti nilai, waktu, penjumlahan dasar,
menghafal tanggal, serta sistem penomoran. Hal tersebut disebabkan karena anak memiliki
masalah pada otak yang berkaitan dengan kognisi matematika. Diskalkulia pada anak dapat
terjadi karena faktor genetika, kelahiran prematur, serta konsumsi obat saat hamil.
Dari ketiga permasalahan diatas guru BK dapat mendiagnosis siswa kearah masalah
tersebut.

3. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar.
1) Faktor Fisiologis
Shadiq (2007) menjelaskan bahwa faktor fisiologis berkaitan dengan fungsionalisasi
tubuh, misalnya kemampuan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh, kesehatan dan
fungsionalisasi anggota gerak tubuh. Misalnya kesiapan otak dan sistem syaraf
dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi
yang sudah disimpan. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena
sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna. Akibatnya ia akan
mengalami hambatan ketika belajar.
2) Faktor Psikologis atau Kejiwaan
Faktor kejiwaan berkaitan dengan emosionalisasi siswa. Siswa kurang mampu untuk
mengontrol kondisi emosionalnya sehingga berpengaruh terhadap kinerjanya. Ketika
kondisi emosional/kejiwaan siswa mengalami masa labil, kecenderungan siswa akan
bertindak gegabah, ceroboh, acuh dan cenderung mudah terpancing untuk marah.
Emosional dapat dipengaruhi dari lingkungan luar, misalnya suatu tindakan orang
lain kepadanya (kekerasan, hukuman, dan sebagainya).
Adapun yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar
antara lain adalah perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan (Slameto,
1999 : 55).
a) Perhatian
Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada
suatu benda atau hal (objek) atau sekumpulan obyek.
b) Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah the capacity to
learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003) bahwa bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang.
c) Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) dalam Slameto (2003)
bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas
oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa,
siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan
dan teknologi.
d) Motivasi
Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan
tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu
dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu
sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
3) Faktor Intelektual
Faktor intelektual merpupakan faktor kecerdasan siswa. Setiap siswa memiliki
tingkat kecerdasan yang berbeda. Kemapuan intelektual berkaitan dengan
kemampuan siswa untuk menangkap materi, mengolah, menyimpan, hingga me-re
call materi untuk digunakan. Ada siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang
tinggi, cepat menyerap materi, mudah mengolah materi, kemampuan menyimpan
materi yang baik (short term memory dan long term memory), serta mudah untuk
me-re call materi ketika dibutuhkan. Ada siswa yang memiliki kemampuan
intelektual yang sedang, dan ada yang rendah dimana sulit untuk menyerap materi,
sulit mengolah data, sulit untuk menyimpan materi terutama long term memory,
sehingga sulit untuk me-recall materi.

4. Artikel
1) Jenis kesulitan belajar matematika yang dialami siswa SD/MI terbagi menadi dua
yaitu kesulian yang berasal dari dalam diri siswa dan yang berasal dari luar diri
siswa. Adapun cara menanganinya yaitu dengan melaksanakan diagnosis kesulitan
belajar pada siswa, memberikan bimbingan pembelajaran remidial matematika,
Mengoptimalkan penerapkan BDR dengan baik, Pelaksanaan Kurikulum Ketahanan
Diri, dan Penggnaan Blanded Learning. Fakor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar siswa adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa sepert; a) Minat dan motivasi belajar siswa yang
rendahn untuk menguasai pelajaran Matematika, b) Rendahnya kemampuan
intelektual yang dimiliki anak, c) Persepsi yang salah terhadap Matematika, d)
Kuarangnya penguasaan terhadap konsep-konsep dasar Matematika. Faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak seperti; a) Guru kurang
menguasai materi Matematika yang disampaikan atau diajarkan, b) Guru kurang
memahami karakteristik siswa dalam belajaran matematika sehingga pemilihan
materi dan strategi yang digunakan kurang relefan dengan siswa. hal ini dapat
menyebabkan siswa kurang bersemangat dan tertarik terhadap pembelajaran
Matematika yang dilaksanakan. Akhirnya tujuan pembelajaranpun sukar untuk
tercapai secara optimal. c) Guru kurang mampu menggunakan teknik pembelajaran
aktif, inofatif kreatif efektif dan menyenangkan, c) Kurang terpenuhinya buku siswa,
d) Lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung, e)
Secara umum pendekatan pengajaran matematika di Indonesia masih menggunakan
pendekatan tradisional atau mekanistik yang menekankan proses 'drill and practice',
sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mekanik atau mesin, f) Penilaian
yang lebih menekankan pada penilaian akhir (hasil belajar) dan kurang
memperhatikan proses, sehingga pembelajaran matematika kurang bermakna; lebih
mengutamakan hafalan daripada pengertian, g) Proses pembelajaran cenderung tekt
book dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya, siswa kurang
menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami
kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Di tulis
oleh ( M. Fahmi Arifin Dosen PGMI UNISKA MAB Banjarmasin ) Jurnal Inovasi
Penelitian. muhammadarifinalbanjari@gmail.com.

2) Kesulitan belajar yang dialami peserta didik pada bidang studi pendidikan agama
Islam (PAI), dan Mengemukakan solusi yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan
belajar peserta didik pada bidang studi pendidikan agama Islam (PAI) di SD 265
Assorajang Kabupaten Wajo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, Kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam belajar bidang studi PAI di SD
265 Assorajang Kabupaten Wajo disebabkan karena kurang minat, kurang
menariknya pelajaran disebabkan karena metode pendidik, dan media serta buku-
buku pelajaran serta jam pelajaran yang kurang. Faktor yang menimbulkan kesulitan
belajar peserta didik pada bidang Studi Pendidikan agama Islam di SD 265
Assorajang Kabupaten Wajo karena Siswa Belum Bisa Membaca Huruf Arab,
Kurang Adanya Perhatian dari Orang Tua Peserta Didik, tidak berfungsinya proses
belajar, kurang memahami materi ajar yang diberikan dan sebagainya. Solusi yang
dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik pada bidang studi PAI di
SD 265 Assorajang Kabupaten Wajo dengan mengamati hal-hal yang menjadi
penyebab dari kesulitan belajar lalu kemudian mengatasi sesuai dengan akar
permasalahan dengan menggunakan strategi yang membuat peserta didik tidak
merasa tertekan sehingga penanganannya dapat mengenai sasaran dengan tepat.
Ditulis oleh (Besse Tenrijaja/St. Wardah Hanafie Das ) Prodi Magister PAI PPs. UM
Parepare
pai.ppsumpar@yahoo.co.id

3) Kesulitan belajar yang dialami siswa, diidentifikasi melalui faktor-faktor yang


mempengaruhi proses dan hasil belajar. Ada dua faktor yang mempengaruhinya,
yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa sebagai faktor intern dan faktor yang
berasal dari luar diri siswa sebagai faktor ekstern. Pengelompokkan faktor-faktor
tersebut di atas, sebagai berikut: Faktor-faktor intern, adalah: 1). Sikap terhadap
belajar, 2). Motivasi belajar, 3). Konsentrasi dalam belajar, 4). Mengolah bahan
belajar, 5). Menyimpan perolehan hasil belajar, 6). Menggali hasil belajar yang
tersimpan, 7). Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja, 8). Rasa percaya diri
siswa, 9). Inteligensi dan keberhasilan belajar, 10). Kebiasaan belajar, 11). Cita-cita
siswa. Sedangkan, faktor-faktor ekstern, adalah: 1). Guru sebagai pembina siswa
dalam belajar, 2). Prasarana dan sarana pembelajaran, 3). Kebijakan dalam
penilaian, 4). Lingkungan sosial siswa di sekolah, 5). Kurikulum sekolah. Bila
kemudian ditemukan sejumlah siswa tidak memenuhi kriteria persyaratan ketuntasan
materi yang ditetapkan, maka kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan kepada:
1). Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain, 2). Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa, 3). Waktu yang
tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai bakat siswa, 4). Kualitas
pengajaran yang tersedia sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan karakteristik siswa,
5). Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya, 6). Tingkat dari
jenis kesulitan yang diderita siswa. “Kesulitan Belajar”, adalah suatu kondisi dalam
proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil yang optimal. Pemahaman akan konsep kesulitan belajar
sangat luas, termasuk pengertianpengertian: “learning disorder”, “learning
disabilities”, “learning disfunction”, “underachiever”, dan “slow learners”. Beberapa
ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar: 1).
Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai kelompok, 2). Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, 3). Lambat dalam
melakukan tugas kegiatan belajar, 4). Menujukkan sikap-sikap yang kurang wajar,
seperti: acuh ta acuh, menentang, berpura-pura, dusta, 5). Menunjukkan tingkah laku
yang berkelainan,seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja
sama, 6). Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam mengahadpi situasi
tertentu. Prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar, dapat ditempuh dengan
melaksanakan langkah-langkah, sebagai berikut: 1). Identifikasi kasus, 2).
Identifikasi masalah, 3). Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar, 4).
Prognosis/Perkiraan kemungkinan bantuan, 5). Referal, dimaksudkan untuk
menyusun rencana atau alternatif bantuan yang akan dilaksanakan. Pengajaran
remedial, yaitu: Proses pelaksanaan program belajar mengajar khusus secara
individual kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, bersifat mengoreksi
(menyembuhkan), sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar secara klasikal
lagi, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Prosedur pengajaran
remedial meliputi tiga langkah, sebagai berikut: 1. Menelaah secara mendalam untuk
mengetahui secara pasti masalah, kesulitan, kelemahan, letak kelemahan dan sebab
utama kelemahan untuk mempertimbangkan perlunya ahli lain. 2. Memberikan
alternatif tindakan: Mungkin siswa perlu mengulang bahan yang telah diberikan,
diberikan bahan pengayaan atau direfer ke ahli lain. 3. Evaluasi: Tujuannya untuk
mengetahui seberapa prestasi belajar meningkat setelah diberi pengajaran remedial,
yang diharapkan sebesar 75%. Jika belum mencapai harapan, perlu dilakukan
diagnosis kembali, prognosa dan remedial lagi, sampai beberapa siklus hingga
berhasil. Pendekatan pengajaran remedial meliputi tiga macam, yaitu: 1. Pengajaran
preventif, diberikan kepada siswa untuk mengantisipasi jangan sampai menemui
kesulitan. 2. Pendekatan kuratif, diberikan kepada siswa yang telah mengalami
kesulitan dalam proses belajar mengajar, sehingga perlu disembuhkan atau
dikoreksi. 3. Pendekatan developmental, di mana guru secara terus menerus
memonitor kegiatan belajar mengajar, yang setiap ditemui hambatan segera
dipecahkan. Guru secara sistematis mengikuti perkembangan siswa. Ditulis oleh
(SUGIYANTO, M.Pd www.uny.ac.id)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyanto-mpd/26-bab-6.pdf

5. Film Raatchasi
a) kekuatan seorang kepala sekolah perempuan yang mampu mengadakan
perubahan pada suatu sekolah menjadi lebih baik dan dia menjadi musuh
semua orang termasuk para gurunya sendiri.
Sebuah gambaran sekolah negeri yang sangat tidak terurus dengan para guru
yang juga tidak bertindak layaknya seorang pendidik yang baik. Datangnya
Kepala Sekolah yang baru pada sekolah tersebut membawa perubahan pada
semua aspek mulai dari jam mengajar wajib bagi wakil kepala sekolah,
waktu masuk sekolah, pengaturan ruang kepala sekolah, tidak boleh ada
pedagang rokok dekat dengan sekolah, dll.
Dia seorang militer yang kemudian mengabdikan dirinya pada pendidikan.
(kepala sekolah) juga mendapat banyak tantangan, terutama dari pemilik
sekolah yang menjadi "lawannya". Namun, berkat pengetahuan dan
keberaniannya, Kepala sekolah mampu mengubah citra sekolah yang ia
datangi menjadi sekolah yang mampu bersaing dalam segala hal termasuk
dalam bidang olahraga.
Hal menarik lainnya yang menjadi "pelajaran" adalah supervisi guru-guru
oleh kepala sekolah. Memang betul, bagaimana mungkin seseorang menjadi
guru bahasa Inggris tetapi tidak bisa berbahasa Inggris; bagaimana seseorang
menjadi guru matematika jika hanya bisa pengurangan, penjumlahan, atau
perkalian biasa saja. Seorang guru dituntut harus benar-benar profesional
sebagai seorang pendidik sesuai dengan bidang studi yang diampu.
kepala sekolah memberikan waktu kepada guru-guru yang telah disupervisi
untuk belajar kembali dan menguasai semua materi pembelajaran.
Hal yang paling menarik adalah ketika dalam kelas ada pembelajaran
geografi, dimana guru mengajarkan anak bagaimana cara anak-anak
bepergian ke suatu tempat melalui media peta buta.
Mengubah citra sekolah negeri yang selama ini dianggap "longgar" terutama
dalam pembelajaran seperti guru yang jarang masuk terutama sekolah negeri
di daerah-daerah pedesaan atau pedalaman. Salah satu adegan dalam film ini
juga ditampilkan adanya tanggung jawab dan regenerasi dalam membawa
anak-anak untuk berperan aktif dalam mengikuti lomba.
b) Geetha Rani menciptakan kebiasan dan pendekatan baru dalam proses
belajar mengajar. Dari rumahnya, sepulang dari sekolah, dia menyusun
strategi apa untuk mengubah eksosistem sekolah yang ideal. Pelan-pelan
perubahan itu bakal mempengaruhi kehidupan sosial sampai di luar sekolah.
Geetha Rani adalah guru yang mengutamakan karya siswa, guru yang pandai
berinovasi di dalam kelas, guru yang menemukan pendekatan baru belajar
mengajar, guru yang mengajak diskusi kelasnya, guru yang menemukan
bakat siswa-siswanya.
c) Kurangnya motivasi belajar, lingkungan sekolah yang kurang kondusif,
lingkungan sekolah yang tidak sehat, kurangnya inovasi belajar, kesenjangan
strata social, sering nya siswa membolos dan perkelahian yang tidak
seharusnya terjadi antara siwa.
d) Faktor internal dan faktor eksternal.
e) Konselor, Wali Kelas memantau perkembangan konseli dalam belajar di
sekolah dan perkembangan pergaulan konseli di lingkungan sekolah.
Konselor dan orang tua konseli membina hubungan yang baik sehingga
konselor mendapatkan informasi yang keadaan konseli di rumahnya.
Konselor berharap orang tua konseli memperhatikan kondisi psikologis
konseli agar tidak mengganggu proses belajar konseli.
Konselor berharap mulai terbuka terhadap permasalahan yang dihadapinya
dan mulai memperbaiki semua sikap dan perilaku yang negative secara
perlahan dan berubah menjadi positif.
f) Memotivasi dan mendukung para siswa untuk belajar lebih giat serta
memberikan reward yang bisa membaca seluruh buku agar siswa merasa
dihargai dan meningkatkan minat baca siswa. Memberikan pelajaran
tambahan diluar jam sekolah, serta mengajak belajar di alam terbuka agar
siswa tidak bosan dengan metode belajar sebelumnya.
g) Memberikan layanan belajar, layanan pribadi maupun kelompok.
h) Ketrampilan belajar pada tiap mata pelajaran, olah raga serta kesenian.

Anda mungkin juga menyukai