Muhammad Fikri
1911102411134
TAHUN 2019/2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata ajar
falsafah & teori keperawatan terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini tersusun atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: Dosen mata
ajar Falsafah & teori keperawatan bapak Ns. Maridi M.Dirjo, M.Kep.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, semoga makalah ini membawa manfaat
bagi perkembangan ilmu.
penulis
2
3
DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................ 9
Daftar Pustaka
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan
yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi
berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan
kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang
dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu
tersebut. Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap
perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang
“transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing
care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran
terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional memiliki
pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan
dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural
adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang
universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma
spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah
4
5
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur
(Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan,
karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap
keputusan dan tindakan. Cultur care adalah teori yang holistik karena
meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada
selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi
bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas bagaimana untuk
mengetahui faktor transkultural nursing persepsi kesehatan ibu dengan balita
ISPA.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor transkultural nursing persepsi kesehatan ibu
dengan balita ISPA. .
2. Tujuan Khusus
a. Seberapa jelas teori transkultural nursing ini ?
b. Seberapa sederhana teori transkultural nursing ini ?
c. Seberapa umum teori transkultural nursing ini ?
d. Seberapa bisa diakses teori transkultural nursing ini ?
e. Seberapa penting teori transkultural nursing ini ?
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kejelasan Teori Transukultural Nursing
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Keperawatan
transkultural merupakan suatu area utama keperawatan yang berfokus pada
aspek budaya dan sub budaya yang berbeda, yang menghargai perilaku
caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat dan sakit,
serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowledge yang ilmia dan humanistik guna memberi tempat praktik
keperawatan pada budaya tertentu.
Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring
adalah tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh. Perilaku ini seharusnya sudah tertanam di dalam diri
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan
sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap ikut berkembang dengan
seturut jalannya perkembangan manusia tersebut.
Menurut Jurnal andriani, Bachtiar, tahlil (jurnal ilmu keperawatan 2015
vol : 3 no.1 ) tentang Faktor transkultural persepsi kesehatan ibu dengan
balita ISPA bahwa sangat jelas Model yang paling tepat untuk memahami
pengaruh faktor-faktor dimensi sosial budaya terhadap kesehatan khususnya
balita dengan ISPA adalah Sunrise Modelyang dikemukakan oleh Madeleine
Leininger(1981, dikutip Tomey & Alligood, 2006). Model ini
6
7
pandangan yang baik tentang faktor sosial dan kekerabatan. Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa ibu dengan balita ISPA mempersepsikan
bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas untuk mengobati
ISPA pada balita telah memperhatikan aspek sosial budaya dan hubungan
keluarga.
Tomey dan Alligood (2006) mengatakan bahwa aspek sosial budaya
dalam pelayanan kesehatan khususnya keperawatan adalah penting
menerapkan pendekatan antropologi yang berorientasi pada keaneka ragaman
budaya baik antar budaya maupun lintas budaya dengan yang tidak
membedakan perbedaan budaya dan dilaksanakan sesuai dengan hati nurani
dan standar tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lain.
Hasil statistik untuk faktor nilai budaya dan gaya hidup diketahui
bahwa sebahagianbesaribu balita dengan ISPA yaitu 58.3%memiliki
pandangan yang baik tentang faktor nilai budaya dan gaya hidup.Hasil
penelitian ini menggambarkan bahwa ibu balita dengan ISPA
mempersepsikan penanganan ISPA pada balita yang diberikan oleh
Puskesmas memperhatikanaspek budaya masyarakat.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Erson (2005), yaitu
pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di
setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Perpaduan
antara pengalaman empirical dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan
konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional
secara kuratif.
Hasil analisa statistik untuk faktor peraturan dan kebijakan diketahui
bahwa sebahagian besar ibu dengan balita ISPA yaitu 70%, memiliki
pandangan yang baik tentang faktor peraturan dan kebijakan. Hal ini
memberikan makna bahwa ibu dengan balita ISPA beranggapan bahwa
peraturan dan kebijakan yang ada di Puskesmas membantu masyarakat dalam
pelayanan kesehatan terutama dalam penanganan penyakit ISPA.
8
9
9
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar faktor
transkultural mempengaruhi persepsi tentang kesehatan pada ibu dengan
Balita ISPA.Secara keseluruhan, pengaruh dari faktor-faktor transkultural
terhadap persepsi kesehatan pada ibu dengan balita ISPA di Kota Banda Aceh
adalah sebagai berikut: Faktor teknologi, nilai budaya dan gaya hidup,
peraturan dan kebijakan, ekonomi dan pendidikan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap persepsi tentang kesehatan ibu dengan balita ISPA di Kota
Banda Aceh
B. Saran
Untuk dapat mengembangkan penelitian sebelumnya agar dapat
diterapkan di masyrakat.
10
11
DAFTAR ISI
Bowling, A. (2012). The measurement of patients’expectations for health care: a review and
psychometric testing of a measure of patients’ expectations. Journal of Health
Technology Assessment 16.
Buse, K., Mays, N. & Walt, G. (2012). Making health policy : understanding public
health. 2nd Edition, New York : Open University Press.
Depkes RI. (2002), Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
untuk Penanggulangan Pneumonia Balita. Jakarta.
Dinas Kesehatan Aceh (2013). Profil kesehatan provinsi Aceh tahun 2012.Diakses tanggal 18
November 2013, dariwww.dinkes.acehprov.go.id.
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (2012). Profil kesehatan Kota Banda Aceh tahun
2012.Diakses tanggal 18 November 2013, dariwww.dinkes.bandaaceh.go.id.
11