Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN KMB II

PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENGLIHATAN

Oleh :

Nama : Novinta Devi Setyaningrum

NIM : P07220217025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

2019
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan yang paling
menentukan bagi tahap berikutnya. Oleh karena itu, proses pengkajian harus
dilakukan dengan teliti dan cermat, sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien
dapat diidentifikasi sehingga digunakan untuk menghimpun informasi tentang status
kesehatan klien.

A. Pengkajian Sistem Penglihatan

1. Riwayat Kesehatan

a. Data demografi

1) Umur
2) Sex
3) Alamat
b. Riwayat keluarga & personal

1) Adakah riwayat masalah penglihatan turunan dalam keluarga (misal


glaucoma)?
2) Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga (misalnya
penularan konjungtivitis infeksi)?
3) Bagaimana tingkat ketidakmampuan penglihatan pasien?
4) Apakah pasien teregistrasi sebagai orang buta?
5) Pernahkah pasien menjalani adaptasi di rumah?
6) Apakah pasien memiliki anjing pemandu?
c. Riwayat Diet
1) Jenis makanan yang dikonsumsi
2) Vitamin
3) Malnutrisi
d. Status Sosio Ekonomi
e. Riwayat kesehatan saat ini: keluhan saat ini\
1) Lamanya perubahan lapang pandang
2) Adakah dalam kurun waktu 48 jam hilang penglihatan tiba- tiba/
menetap
3) Nyeri yang tiba-tiba dari mata
4) Apakah ada benda asing di mata:
5) Trauma pada mata: kapan, apa yg dilakukan
6) Apakah ada buta senja
f. Faktor Psikososial
1) Stigma sosial thd kebutaan
2) Self esteem loss of control
3) Coping individu
g. Gejala umum mata
1) Awal penyakit
2) Lokasi
3) Durasi
4) Derajat

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan mata eksternal
1) Inspeksi
Observasi Keadaan Umum mata dari jauh, mencatat adanya
simetris umum, posisi & kesejajaran mata:
a) Alis mata: simetris, distribusi rambut, Keadaan.kulit, dan
pergerakan
b) Kelopak mata : Bola mata : posisi kelopak & simetris penting pd
pemeriks. SO III & SO VII. Periksa adanya kelemahan, infeksi &
tumor.
c) Bulu Mata : Posisi & distribusinya
d) Refleks Berkedip: refleks involuntari terjadi secara Bilateral
kurang dari 20x/menit.
Abnormal : cepat tidak beraturan & asimetrik
e) Sistem lakrimalis :
Dapat dinilai dr kead. Puncta lakrimalis yg sempit /tersumbat.
Air mata : efifora.
Tekan daerah sakus amati adakah keluar lendir/ nanah dr puncta
lakrimal. Dapat juga di ketahui dng menggunakan uji schirmer &
uji Anel .
f) Konjungtiva & Sclera :
Perubahan warna, teksture, vaskularisasi, lesi, ketebalan,
sekresi, benda asing, adakah nodul pd sclera, hiperemi.
g) Iris:
Bentuk, simetris, warnanya. Kelainan pada iris bisa berupa
atrofi, pembuluh darah, nodul.
h) Pupil :
Normal kedua pupil berukuran sama, bulat, bereaksi thd cahaya
& akomodasi, mengecil & melebar tidak semau kita, diameter: 3
mm. Anisokor, midriasis, miosis
i) Lensa
Dapat di nilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir
iris pd lensa yg keruh penyinaran miring 45 derajat dr poros mata
j) Kornea :
obsv. Kead. Umum kornea
Normal: jernih & tanpa kekeruhan/kabut
“ Arkus senelis” cincin keputihan pd perimeter kornea
> 40 th Fenomena penuaan yg normal
< 40 th Hiperkolesterolemia
“ Cincin Kayser-Fleischer “ cincin kuning kehijauan
dekat limbus penimbunan tembaga pd kornea peny. Wilson

b. Pemeriksaan Mata Internal

1) Oftalmoskopi

Alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi interna mata
2) Tonometri

Mengukur cairan intra okuler, Normal 8 – 21 mmHg

Cara Kerja:

a) Mencuci tangan

b) Mengatur posisi klien terlentang

c) Bersihkan mata klien dengan kapas bersih

d) Teteskan obat anastesi 2 – 3 tetes, tunggu sampai 5 menit (sampai


klien tidak merasakan perih pada mata)

e) Atur kalibrasi tonometri

f) Buka kelopak mata klien dengan telunjuk dan ibu jari, jangan sampai
bola mata tertekan.

g) Anjurkan klien mengepalkan tangan ke atas dengan posisi ibu jari


terbuka ke atas

h) Klien di minta untuk melihat lurus ke atas (fokus penglihatan pada ibu
jari klien)

i) Letakkan tonometri schiotz di permukaan kornea, lalu perhatikan skala


yang tertera pada alat (0 - 15). Apabila dengan beban 5,5 gr (beban
standar) terbaca kurang dari 3 maka ditambahkan beban 7,5 atau 10 gr.
Nilai pembacaan skala di konversi pada tabel tonometer schiotz untuk
mengetahui tekanan bolamata dalam mmHg.

j) Mencuci tangan
k) Dokumentasi hasil pemeriksaan

3) Lampu Slit

Mengetahui secara detail kelainan2 adneksa mata, kornea, bilik mata


depan, iris, lensa, badan kaca bag. Dpn.

4) Ultrasonografi

Mengetahui adanya kekeruhan pada segmen posterior bola mata & dpt
diket. Tingkat kepedatan kekeruhannya.

5) Biometri
Mengetahui kekuatan lensa intraokuler

3. Pemeriksaan Visus

a. Tujuan:

1) Memeriksa visus sentral dan perifer secara sederhana

2) Mampu menentukan derajat penilaian visus

b. Teknis:

1) Menggunakan snellen chart dan penerangan cukup

2) Klien didudukan pd jarak 6 m, pling sedikit 5 m dari kartu snellen

3) Snellen chart digantungkan sejajar setinggi/ lebih tinggi dari mata klien

4) Pemeriksaan di mulai pada mata kanan terlebih dahulu, mata kiri ditutup.
Klien di suruh membaca snellen dari baris atas ke bawah.

c. Pendokumentasian:
Visus = jarak antara mata yang diperiksa dengan Snellen chart / jarak
baca mata emetrop pada baris huruf – huruf terkecil yang masih dapat dibaca.

1) Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari
pemeriksa:

 5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter

 1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter.

2) Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan
selanjutnya dg menilai gerakan tangan di depan klien dg latar belakang
terang.

 Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m, maka
visus mata:Visus 1/300 (Hand Movement/HM)

3) Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan


penlight ke arah mata pasien.

Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala po
sisi (nasal,temporal, atas,bawah) maka tajam penglihatan :

V = 1/ ~ proyeksi baik (Light Perception/LP).

4) Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilai an V = 1/ ~ (LP,


proyeksi salah)

5) Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).

4. Jalur reflek cahaya


5. Pemeriksaan pupil

1. Cara Pemeriksaan:

a. Mata pasien fiksasi pada jarak tertentu

b. Berikan objek yang bisa di lihat dan dikenali (Gambar atau benda)

c. Sumber cahaya haruslah terang dan mudah di manipulasi

d. Observasi general pupil : bentuk, ukuran, lokasi, warna iris, kelainan


bawaan , dan kelainan lain.

e. Rangsangan cahaya diberikan 2-5 detik.

2. Reflek pupil langsung

a. Respon pupil langsung di nilai ketika diberikan cahaya yg terang , pupil a


kan konstriksi (mengecil).

b. Dilakukan pada masing-masing mata

3. Reflek pupil tak langsung

Dinilai bila cahaya diberikan pada salah satu mata, maka fellow eye akan
memberikan respon yg sama. Observasi dengan
sumber cahaya lain yang lebih redup
6. Pemeriksaan Sensibilitas Kornea

a. Tujuan:

Untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal atau menurun

b. Cara Kerja:

1) Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus

2) Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea
disentuh

3) Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yg


halus dan runcing

4) Disentuhkan dengan hatihati pada kornea, mulai pada mata yang tidak
sakit.

c. Hasil:

1) Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi

2) Penilaian dengan membandingkan sensibilitas

3) kedua mata pada pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai