Dalam kasus lain adalah kebijakan pajak reklame yang tidak sesuai perda
dimana pasal 2 Perda Kota Surabaya No.8/2006 jo. Perda No. 10/2009 tentang
Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame menyebutkan, pajak reklame yaitu
pajak yang dibebankan pada reklame. Namun dalam pelaksanaan di lapangan,
terutama pada perpanjangan izin di tahun kedua, namun pemkot tidak melaksanakan
perda dimaksud. Jika tidak ada reklamenya, ya tidak perlu membayar pajak. Tetapi
pada kondisi di lapangan ketika pengusaha reklame ingin melakukan perpanjangan
untuk tahun kedua, pihak pemkot Surabaya tetap memberlakukan pajak, padahal
di lapangan tidak ada reklame yang dipasang, hal ini tentunya sudah tidak sesuai
dengan perda yang berlaku, dan pihak pengusaha reklame merasa ditelan kebijakan
yang diterapkan pemkot Surabaya tersebut. M. Mahmoed Ketua Komisi B DPRD
Surabaya menilai peraturan yang diterapkan Pemkot Surabaya soal perpajakan
reklame tidak aspiratif.
1
Pemerintah kota baru mengetahui sebuah reklame tidak memiliki izin
ketika reklame itu roboh dan mencederai pengguna jalan. Kasus semacam itu telah
terulang beberapa kali. Pada 15 Desember 2008 sebuah reklame milik Hotel JW
Marriott di Jalan Embong Malang roboh. Reklame yang izinnya habis dan belum
diperpanjang itu jatuh menimpa beberapa pengendara motor dan salah
seorang korbannya meninggal setelah tertimpa papan iklan setinggi 20 meter itu.
Pertengahan Januari 2009, sebuah reklame calon legislatif (caleg) yang
terpampang di atas gedung di Jalan Basuki Rahmat juga roboh. Selain robohnya
beberapa papan reklame, muncul pula permasalahan lainnya yakni terbakarnya
papan reklame videotron milik PT. Warna-Warni di Jalan Basuki Rahmat pada
tanggal 19 Desember 2008 (www.indopos.co.id, Februari 2009).
Contoh kasus lain terjadi di JL. Urip Sumoharjo, Reklame rokok di jalan
urip sumoharjo bertemakan “Siang Dipendam Malam Balas Dendam, Tanya
Kenapa” dituding DPRD Surabaya tidak bermoral. Itu disampaikan Dewan Yulyani
dari Fraksi Demokrat Keadilan DPRD Surabaya.
2
reklame sudah berdiri juga banyak yang lepas dari pengawasan.
b. Nilai sewa reklame dihitung dengan cara menjumlahkan Nilai Jual Objek Pajak
Reklame dan Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame.
c. Perhitungan Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah
C. KEBIJAKAN
2. Pada peraturan Walikota Surabaya No.85 tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Reklame dijelaskan pasal penjelas mengenai tata cara
pencabutan izin.
3
3. Peraturan Daerah nomor 76 tahun 2012, telah diperjelas mengenai
penyelenggaraan reklame dan sanksi yang diberikan pada pelanggar pendirian
reklame. Telah dijelaskan pada pasal 15 pada Peratutan Daerah nomor 76 tahun
2012 yaitu tentang bagaimana penataan reklame pada kota Surabaya.
5. Perlu adanya pengendalian terhadap peraturan dari kebijakan yang sudah dibuat,
salah satunya yaitu dengan pendekatan top down, artinya keputusan-keputusan
politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus
dilaksanakan oleh administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level
bawahnya.
4
adalah dikenakannya sanksi administratif maupun sanksi pidana.
E. SARAN
Ada beberapa saran dalam menanggapi kasus ini agar kedepannya dapat berjalan
dengan baik antara lain :
1. DPRD kota Surabaya dengan komisi yang terkait dengan pembangunan beserta
pemerintah kota Surabaya dan dinas pemberi izin lebih meningkatkan
pengawasan di lapangan karena dalam kenyataanya masih banyak terjadi
penyelewengan yang menyebabkan kesenjangan sosial.
2. DPRD kota Surabaya seharusnya bisa lebih tegas dalam melakukan peringatan
terhadap dinas pemberi izin dan dinas yang menertibkan karena banyak
diantaranya melakukan pelanggaran yang cukup berat
3. Masyarakat sendiri harus ikut peran serta dalam proses pembuatan kebijakan
karena dampaknya sendiri kepada masyarakat seperti kepemilikan persil yang
mayoritas selalu merugikan pemilik persil dengan adanya beberapa
pengerusakan bangunan yang membahayakan bila konstruksinya tidak benar
4. Dalam pengajuan proses perizinannya sendiri tidak perlu berlama-lama dalam
menyutujuinya agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam pengawasan
peroperasian reklame videotron dilapangan
5. Pemerintah seharusnya memberikan syarat lebih ketat terhadap biro reklame
yang ingin mendirikan konstruksi reklame mereka dengan cara tidak
memperbolehkan untuk mendirikan konstruksi yang sampai merusak persil
masyarakat kota Surabaya karena dapat menimbulkan spekulasi bahwa kaum
lapisan atas selalu menindas kaum laisan bawah.
5
DAFTAR PUSTAKA