Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP

NYERI DAN KECEMASAN PASIEN KANKER SERVIKS


1
Eka Nadya Rahmania, 2Jum Natosba, 3Karolin Adhisty
1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Jalan Lintas Palembang-Prabumulih Km.32 Zona F Gedung Abdul Muthalib,
Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir 30662

Email : ekanadyar@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Kanker serviks merupakan masalah global terkait penyakit tidak
menular yang dapat menyebabkan kesakitan hingga kematian pada wanita. Penderita kanker
serviks umumnya mengalami keluhan nyeri dan kecemasan yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup. Salah satu bentuk penerapan perawatan paliatif dengan kualitas hidup sebagai prioritas
pengobatan untuk pasien dengan penyakit kronik seperti kanker serviks ialah Progressive Muscle
Relaxation. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Progressive Muscle Relaxation
terhadap nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks.
Metode : Jenis penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan pra eksperimental dalam
klasifikasi one group pretest and posttest design. Sampel penelitian berjumlah 16 orang responden
kanker serviks yang diambil dengan teknik purposive sampling.
Hasil : Hasil analisis skala nyeri dan skor kecemasan menggunakan uji paired t-test dan uji
alternatif wilcoxon menunjukkan bahwa Progressive Muscle Relaxation dapat menurunkan skala
nyeri dan skor kecemasan dengan p-value=0,000.
Pembahasan dan Kesimpulan : Progressive Muscle Relaxation dapat merangsang sistem saraf
parasimpatis yang akan mengontrol aktivitas dan mempengaruhi neurotransmitter yang
mengantarkan ke sistem saraf pusat. Stimulus tersebut dapat memacu pelepasan hormon endorphin
yang menimbulkan ketegangan otot berkurang sehingga tubuh menjadi relaks dan energi positif
akan muncul. Energi tersebut akan menghambat jalur ujung-ujung saraf yang menimbulkan nyeri
dan kecemasan sehingga tidak dapat diinterpretasikan oleh tubuh. Mekanisme tersebut dapat
mengatasi keluhan nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks. Progressive Muscle Relaxation
dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri khususnya perawatan paliatif bagi pasien kanker serviks
guna beradaptasi dengan keluhan nyeri dan kecemasan.

Kata kunci : Progressive Muscle Relaxation, Nyeri, Kecemasan, Kanker Serviks

ABSTRACT

Background and Aim : Cervical cancer is a global problem related to non infect diseases that
cause illness until dying to women. Cervical cancer’s patient generally fell pain and anxiety that
can affect to the quality of life. One of palliative care with quality of life as a priority treatment for
patients with chronic diseases such as cervical cancer is Progressive Muscle Relaxation. This
study aimed to analysis the effect of Progressive Muscle Relaxation on the pain and anxiety of
cervical cancer’s patient.
Method : This study design was quantitatif research with pra experimental in one group pretest
and posttest design classification. There were 16 respondents of cervical cancer’s patient as
sample of research, which was taken by purposive sampling technique.
Result : Data was analyzed by using paired t-test for pain scale and wilcoxon test for anixety
score, result of the study showed that Progressive Muscle Relaxation can decrease pain scale and
anxiety score with p-value=0,000.
Discuss and Conclusion : Progressive Muscle Relaxation is stimulate the parasympathetic
nervous system with control the activity and affect the neurotransmitters which delivered to the
central nervous system. Stimulation can release of endorphin which causes muscle tension to be
reduced so the body becomes relax and positive’s energy will be emerge. This energy will inhibit
the nervous system that cause pain and anxiety so it can’t be interpreted by the body. This
mechanism can resolve pain and anxiety of cervical cancer’s patient. Progressive Muscle
Relaxation can be used as an independent intervention, especially palliative care for cervical
cancer’s patients to adapt pain and anxiety.

Keyword : Progressive Muscle Relaxation, Pain, Anxiety, Cervical Cancer

PENDAHULUAN
30 orang pada Bulan Februari, dan
Kanker serviks merupakan kanker 39 orang pada Bulan Maret.
pada wanita yang menyerang bagian Kejadian tersebut menandakan
leher rahim yang disebabkan oleh bahwa semakin banyak pasien
virus Human Papilloma Virus (HPV) kanker serviks yang memerluhkan
yang diperkuat keberadaannya perawatan sejak dini.
dengan faktor risiko seperti berganti-
ganti pasangan seksual >4 orang, Nyeri merupakan salah satu gejala
penyakit menular seksual, kanker yang paling sering menjadi
berhubungan seks pada usia <20 beban berat bagi pasien selama sakit
tahun, pengguna immunosuppressive (Shute, 2013). Nyeri kanker serviks
pada penderita HIV, dan bahan dirasakan pada daerah panggul atau
karsinogen yang dijumpai pada dimulai dari ekstremitas bagian
wanita perokok (Aziz, Andrijono, & bawah dari daerah lumbal, dapat
Saifuddin, 2006). Data peserta Badan bervariasi, dan semakin progresif
Penyelenggara Jaminan Sosial pada stadium lanjut (Wulandari,
(BPJS) Kesehatan Nasional tahun Effendy, & Nisman, 2017). Nyeri
2016, jumlah kasus kanker serviks di dan kecemasan merupakan dua
pelayanan Rawat Jalan Tingkat gejala pada penderita kanker serviks
Lanjutan (RJTL) mencapai 12.820 yang memiliki hubungan saling
kasus sedangkan di Rawat Inap berkaitan. Kecemasan pada penderita
Tingkat Lanjutan (RITL) tercatat ada kanker serviks muncul akibat
6.938 kasus. Kasus kanker serviks perasaan yang tidak pasti akan
menempati urutan pertama di prognosa penyakit, keluhan nyeri
Provinsi Sumatera Selatan pada yang dirasakan, pemeriksaan
tahun 2015 sebesar 1.047 penderita. diagnostik yang dilakukan, dan
Data dari Rumah Sakit Umum Pusat pengobatan yang dijalani terhadap
(RSUP) dr.Mohammad Hoesin pemulihan kondisi terutama pada
Palembang yang merupakan rumah pasien stadium lanjut (Wulandari,
sakit rujukan nasional di Provinsi Effendy, & Nisman, 2017).
Sumatera Selatan didapatkan bahwa
pasien kanker serviks yang menjalani Intervensi yang diberikan pada
rawat inap tahun 2018 mengalami pasien kanker serviks dapat berupa
peningkatan selama 3 bulan terakhir terapi farmakologi dan non
yaitu 25 orang pada Bulan Januari, farmakologi. Terapi farmakologis
berupa analgesik yang dapat pengaruh Progressive Muscle
menimbulkan efek samping lain dan Relaxation terhadap nyeri dan
memperparah kondisi apabila kecemasan pasien kanker serviks di
diberikan terus-menerus (Maryani, RSUP dr.Mohammad Hoesin
2009). Pengobatan terhadap keluhan Palembang.
penderita kanker serviks juga dapat
dilakukan dengan terapi METODE
komplementer. Salah satu terapi
komplementer yaitu Progressive Penelitian ini merupakan penelitian
Muscle Relaxation (PMR) yang kuantitatif dengan pra eksperimental
menggabungkan latihan nafas dalam, dalam klasifikasi one group pretest
serangkaian seri kontraksi serta and posttest design. Sampel
relaksasi otot tertentu, dan distraksi. penelitian berjumlah 16 orang
PMR merupakan salah satu dari responden kanker serviks yang
teknik relaksasi yang paling mudah diambil dengan teknik purposive
dilakukan, memiliki gerakan sampling. Penelitian ini dilakukan
sederhana, telah digunakan secara pada bulan Maret-April 2018 di
luas, dan dapat meningkatkan Ruang Rambang 2.2 Instalasi Rawat
kemandirian pasien dalam mengatasi Inap G RSUP dr.Mohammad Hoesin
masalah kesehatan (Syarif & Putra, Palembang. Pemberian latihan PMR
2014). PMR dilakukan dengan cara dilakukan secara rutin sebanyak 2
menegangkan otot secara sementara, kali sehari selama 25-30 menit dalam
kemudian kembali diregangkan waktu 5 hari.
dimulai dari kepala sampai kaki
secara bertahap (Casey & Benson, Instrumen penelitian ini terdiri atas
2012). Teknik relaksasi ini dapat lembar screening awal responden,
menimbulkan keselarasan tubuh dan lembar karakteristik responden,
pikiran yang diyakini memfasilitasi lembar observasi pengukuran nyeri
penyembuhan fisik dan psikologis dan kecemasan, alat pengukuran
(LeMone & Burke, 2008). nyeri menggunakan Visual Analog
Scale (VAS), alat pengukuran
PMR merupakan salah satu bentuk kecemasan menggunakan kuesioner
penerapan perawatan paliatif untuk Zung Self-Rating Anxiety Scale
pasien kanker serviks. Menurut (SAS/SRAS), dan panduan
KEPMENKES RI No.812 Tahun pelaksanaan PMR. Analisa data
2007, tujuan perawatan paliatif ialah penelitian terdiri atas dua jenis, yaitu
memperbaiki kualitas hidup pasien analisis univariat dan analisis
dan keluarga dalam menghadapi bivariat yang menggunakan uji
masalah yang berhubungan dengan Shapiro Wilk sebagai uji normalitas
penyakit terminal dan kronik dengan data dan didapatkan bahwa data
pencegahan melalui identifikasi dini pengukuran skala nyeri terkategori
dan penilaian yang tertib serta normal (p>0,05) sehingga
penanganan nyeri dan masalah- dilanjutkan dengan menggunakan uji
masalah lain meliputi fisik, paired t-test sedangkan data
psikososial dan spiritual. Tujuan dari pengukuran skor kecemasan
penelitian ini ialah untuk mengetahui terkategori tidak normal (p<0,05)
sehingga dilanjutkan dengan penelitian untuk mendapatkan
menggunakan uji alternatif persetujuan etik (ethical clearence)
Wilcoxon. Peneliti telah mengajukan dalam melakukan penelitian.
penelitian ini ke komite etik

HASIL

Tabel 1. Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi (n) Presentase (%)
Usia
35 Tahun 1 6,2
36 Tahun 1 6,2
39 Tahun 2 12,5
42 Tahun 1 6,2
43 Tahun 1 6,2
47 Tahun 3 18,8
48 Tahun 1 6,2
49 Tahun 1 6,2
51 Tahun 2 12,5
52 Tahun 1 6,2
54 Tahun 2 12,5
Total 16 100%
Stadium
II A 1 6,2
II B 4 25
III B 11 68,8
Total 16 100%
Lama menderita kanker
< 1 Tahun 10 62.5
1 Tahun 6 37,5
Total 16 100%
Pendidikan
SD 12 75
SMP 1 6,2
SMA 3 18,8
Total 16 100%
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 7 43,8
Pedagang 6 37,5
Petani 3 18,8
Total 16 100%
Status pernikahan
Menikah 16 100
Pengobatan yang dijalani
Kemoterapi 12 75
Radioterapi 4 25
Total 16 100%
Tabel 2. Perbedaan Skala Nyeri pada Pasien Kanker Serviks Sebelum dan Setelah
diberikan Intervensi PMR dengan menggunakan Uji Paired t-test
95% Confidence
Variabel n Mean SD p-value Interval (CI)
Lower Upper
Skala Nyeri Sebelum
16 5,75 1,528
Intervensi
0,000 2.432 2.943
Skala Nyeri Setelah
16 3,06 1,692
Intervensi

Nilai mean skala nyeri sebelum perbedaan yang bermakna skala


diberikan intervensi lebih tinggi nyeri pasien kanker serviks sebelum
dibandingkan nilai mean skala nyeri dan setelah diberikan intervensi.
setelah diberi intervensi menandakan Skala nyeri pada penelitian ini
bahwa terdapat perubahan berupa berada dalam rentang 2,943 sampai
penurunan rata-rata skala nyeri 2,432 dengan tingkat kepercayaan
sehingga dapat disimpulkan adanya penelitian 95%.

Tabel 3. Perbedaan Skor Kecemasan pada Pasien Kanker Serviks Sebelum dan
Setelah diberikan Intervensi PMR dengan menggunakan Uji Wilcoxon
Median (Minimum-
Variabel n p-value
Maksimum)
Skor Kecemasan Sebelum
16 50(63-33)
Intervensi
0,000
Skor Kecemasan Setelah
16 28(54-23)
Intervensi

Nilai median pada skor kecemasan berupa penurunan skor kecemasan


sebelum diberikan intervensi lebih sehingga dapat disimpulkan adanya
tinggi dibandingkan skor kecemasan perbedaan yang bermakna skor
setelah diberikan intervensi, dengan kecemasan pasien kanker serviks
selisih median sebelum dan setelah sebelum dan setelah diberikan
diberikan intervensi sebesar 22 yang intervensi PMR.
menandakan terdapat perubahan

PEMBAHASAN Sirait (2014) bahwa jumlah wanita


penderita kanker serviks terbanyak
Karakteristik responden pada dalam golongan usia 35-54 tahun.
penelitian ini ditinjau berdasarkan Wanita berusia 35-55 tahun yang
usia, stadium kanker, pendidikan masih aktif berhubungan seksual
terakhir responden, pekerjaan, status (prevalensi 5-10%) terkategori rawan
pernikahan, lama menderita kanker, mengidap kanker serviks
dan pengobatan yang akan dijalani. dikarenakan peningkatan usia selalu
Usia responden pada penelitian ini diiringi dengan penurunan kinerja
berkisar 35-54 tahun. Hal ini sejalan organ-organ dan kekebalan tubuh
dengan penelitian Susilowati dan
sehingga menimbulkan tubuh lebih Pekerjaan terbanyak responden
rentan terserang infeksi. penelitian sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebanyak 7 orang
Karakteristik responden juga dilihat (43,8%). Penelitian dari Lasut,
dari status pernikahan, didapatkan Rarung, dan Suparman (2015)
dalam penelitian ini seluruh sejalan dengan penelitian ini bahwa
responden berstatus menikah. ibu yang bekerja sebagai IRT
Penelitian Prandana dan Rusda terbanyak menderita kanker serviks
(2013) di RSUP H.Adam Malik yaitu 37 kasus (92,5%). Individu
Medan sejalan dengan penelitian ini yang bekerja dapat dengan mudah
bahwa semua responden kanker mengetahui informasi dari luar baik
serviks sebanyak 367 orang (100%) informasi yang berhubungan dengan
berstatus menikah. Responden kebutuhan sehari-hari maupun
penelitian ini berada pada tingkatan informasi kesehatan (Susilawati,
stadium IIA-IIIB. Penelitian Lasut, 2013).
Rarung, dan Suparman (2015)
sejalan dengan penelitian ini bahwa Faktor lain yang mempengaruhi
stadium IIA, IIB, dan IIIB kejadian kanker serviks ialah lama
merupakan tiga tingkatan stadium menderita kanker dan pengobatan
tertinggi di RSUP yang akan dijalani. Responden
Prof.DR.R.D.Kandou. Tumor yang penelitian yang menderita kanker
telah menyebar ke luar serviks dan serviks lebih dari 1 tahun telah
melibatkan jaringan di rongga pelvis menjalani pengobatan kemoterapi
dapat dijumpai pada stadium lanjut sebanyak 6 kali dalam siklus setiap
sehingga penderita akan mengetahui 20 hari dan radioterapi sebanyak 25
diagnosa kanker serviks ketika telah kali dalam siklus setiap hari.
berada di stadium lanjut (Aziz, Keberhasilan pengobatan dan
Andrijono, & Saifuddin, 2006). kepatuhan dalam menjalani terapi
yang dianjurkan dapat membuat
Pendidikan terakhir responden kondisi fisik pasien menjadi stabil
penelitian ini terbanyak pada tingkat serta pasien yang lama menderita
Sekolah Dasar (SD) dan paling suatu penyakit akan mengalami
sedikit pada tingkat Sekolah penerimaan terhadap kondisi dan
Menengah (SMP dan SMA). penyakit yang diderita seiring
Penelitian ini sejalan dengan berjalan waktu.
penelitian Prandana dan Rusda
(2013) yang menyatakan penderita Hasil penelitian ini menunjukkan
kanker serviks dengan status bahwa p=0,000 yang berarti bahwa
pendidikan terbanyak digolongkan secara statistik dapat diartikan
dalam tingkat sedang (SMP-SMA). terdapat perbedaan yang bermakna
Pendidikan dapat menentukan antara skala nyeri sebelum dan
pengetahuan seseorang mengenai setelah diberikan intervensi PMR.
penyakit yang diderita dan tindakan Responden penelitian melaporkan
yang akan dilakukan dalam nyeri yang dirasakan terlokalisir di
mengatasi keluhan fisik dan daerah sekitar rahim dan pelvis. Hal
psikologis yang dirasakan. tersebut sejalan dengan teori Berek
(2012) yang menyatakan nyeri Kekhawatiran akan kondisi penyakit
kanker serviks biasanya dapat kanker yang diderita, pengobatan
dirasakan di daerah pinggul atau yang dijalani, efek dari pengobatan
yang terletak di dalam atau di pusat yang dijalani, belum siap menerima
pelvis. Responden penelitian juga penyakit kanker yang diderita,
melaporkan bahwa nyeri yang kekhawatiran terhadap kondisi
dirasakan menyebar ke daerah paha. keluarga, keluhan yang dirasakan,
Nyeri kanker serviks menjalar ke sisi belum siap menerima kematian
anterior sampai sisi medial dari paha merupakan stressor yang
yang dicurigai terjadinya kompresi menimbulkan kecemasan pada
nervus femoral (Suwiyoga, 2013) responden penelitian.
sehingga dapat menambah keluhan
rasa nyeri. Tingkat kecemasan dan intensitas
nyeri mempunyai korelasi yang
Seluruh responden penelitian signifikan (Melzack & Wall, 2006).
menjelaskan kualitas nyeri yang Pengaruh intensitas nyeri terhadap
dirasakan berupa rasa panas seperti kecemasan juga dapat dilihat dari
terbakar, berdenyut, kebas, dan rasa teori gate control yaitu jika modulasi
nyeri yang hebat. Kualitas nyeri input melewati input nosisepsi,
kanker bersifat subjektif untuk setiap gerbang kemudian diblok dan
responden sehingga tidak dapat transmisi nosisepsi berhenti atau
disamakan kualitas nyeri yang dihalangi di substansia gelatinosa
dirasakan masing-masing responden. tanduk dorsal dari korda spinalis.
Responden penelitian mendapatkan Faktor perilaku dan emosional
obat pereda nyeri (analgesik) yang mempengaruhi gerbang melalui
diberikan maksimal dua kali dalam mekanisme menghambat transmisi
sehari, namun obat analgesik tersebut impuls nyeri (Butar-Butar, Yustina,
hanya dapat memberikan efek pereda & Harahap, 2015). Hambatan
nyeri selama 1-2 jam setelah transmisi impuls nyeri juga dapat
pemberian obat termasuk dalam jenis dimodulasi oleh adanya opiat
opioid. Walsh (1997) dikutip oleh endogen yang penting dalam sistem
Yastati (2010) menyatakan semua analgesik tubuh dengan cara
golongan opioid menimbulkan efek menutup mekanisme pertahanan ini
analgesik dan efek lainnya melalui dengan merangsang sekresi
reseptor opiat di otak dan medulla endorphin yang akan menghambat
spinalis. Analgesik tersebut memiliki pelepasan substansi P. Hasil
banyak jenis, namun hanya sedikit penelitian ini menyatakan bahwa
yang terbukti memiliki nilai praktis skor kecemasan mengalami
dalam penanganan nyeri kronis. penurunan bersamaan dengan
penurunan terhadap skala nyeri.
Hasil penelitian ini juga Orang yang cemas dan tegang akan
menunjukkan bahwa p=0,000 yang membuka gerbang sehingga
berarti bahwa secara statistik dapat rangsang nyeri akan meningkat
diartikan terdapat perbedaan yang (Kaplan, Sadocks, & Greb, 2007).
bermakna antara skor kecemasan
sebelum dan setelah intervensi.
Perubahan intensitas nyeri yang suatu sistem penekanan nyeri
dirasakan oleh responden selain intrinsik. Ikatan tersebut dapat
karena pelepasan hormon endorphin mengurangi nyeri dengan mencegah
juga disebabkan oleh distraksi yang dibebaskan reseptor sebagai
mengarahkan responden harus neurotransmitter penghasil nyeri.
berfokus pada setiap gerakan yang
dilakukan sehingga dapat PMR merupakan intervensi perilaku
mengalihkan perhatian responden. yang dapat mengurangi kecemasan.
Rasa nyaman mulai dirasakan pada Teori ini didukung bahwa kecemasan
gerakan ke-12 dan 13 dikarenakan dan relaksasi otot menghasilkan
pusat nyeri yang dirasakan berada kondisi fisiologis yang berlawanan
pada bagian adomen (perut) sehingga dan tidak dapat timbul bersama-
peneliti menganjurkan untuk sama. Respon neurologis terhadap
memperbanyak melakukan gerakan kecemasan berupa ketegangan otot,
di daerah tersebut. maka ketegangan ini dapat
dipulihkan dengan relaksasi otot dan
Latihan PMR bekerja melibatkan kecemasan akan berkurang (Haryati,
aktivitas sistem saraf otonom yaitu 2015).
dengan meningkatkan kerja saraf
parasimpatis dan menurunkan Rasionalisasi penggunaan PMR
stimulasi sistem saraf simpatis serta untuk mengurangi kecemasan juga
hipotalamus sehingga pengaruh stres didukung oleh model stress-koping
fisik terhadap keduanya menjadi yang menyatakan bahwa individu
minimal (Haryati, 2015). Aktivasi berhadapan dengan stressor akan
sistem saraf parasimpatis akan menimbulkan respon afektif dan
menurunkan denyut jantung, fisiologis pada aktivitas neurologis,
memperlambat laju pernafasan, seperti peningkatan tekanan darah
meningkatkan aliran darah ke otot atau denyut jantung pada penilaian
dan saluran pencernaan sehingga pertama. PMR dapat memberikan
dapat mengurangi distress akibat manfaat ganda yaitu menimbulkan
gejala fisik (Ramadhani & Putra, adaptasi individu yang lebih positif
2008). PMR akan mengontrol dalam waktu yang singkat dan
aktivitas kemudian stimulus tersebut penurunan kecemasan yang tidak
akan mempengaruhi neurotransmitter bergantung pada proses netralisir
(norephineprin, serotonin, GABA) stressor (Haryati, 2015). PMR telah
yang mengatur perasaan dan pikiran membantu pasien kanker serviks
seseorang. Penyampaian stimulus ke untuk meningkatkan relaksasi
sistem saraf pusat tersebut terhadap berbagai gejala dan keluhan
menyebabkan terjadinya pelepasan yang dirasakan sehingga pasien lebih
endorphin yang menyebabkan toleran terhadap berbagai aktivitas
ketegangan otot menjadi berkurang sehari-hari.
sehingga membuat tubuh menjadi
relaks (Syarif & Putra, 2014). KESIMPULAN
Endorphin bekerja dengan mengikat
reseptor opiat dan opiat endogen 1. Skala nyeri pasien kanker serviks
yang kemudian akan membentuk sebelum dan setelah diberikan
intervensi didapatkan rata-rata DAFTAR PUSTAKA
sebesar 5,75 dan 3,06. Skor
kecemasan pasien kanker serviks Aziz, F., Andrijono, Saifuddin., A.B.
sebelum dan setelah diberikan (2006). Onkologi Ginekologi :
intervensi didapatkan rata-rata Buku Acuan Nasional. Jakarta:
dan nilai tengah sebesar 49,88 Bina Pustaka Sarwono
dan 50(63-30) serta 31,31 dan Prawirohardjo.
28(54-23). Badan Penyelenggara Jaminan
2. Hasil penelitian menyatakan Kesehatan Nasional. (2016).
terdapat perbedaan yang Profil BPJS Kesehatan Nasional
bermakna skala nyeri dan skor pada Pasien Kanker. (Online).
kecemasan sebelum dan setelah Diakses di http://bpjs-
dilakukan intervensi PMR (p- kesehatan.go.id/ pada 15
value=0,000). November 2017.
3. Latihan PMR sebagai salah satu Berek, J.S. (2012). Berek’s & Nova’s
terapi non farmakologi terbukti Gynecology, Ed 15th.
dapat menurunkan nyeri dan Philadelphia: Lippincott William
kecemasan pada pasien kanker & Wilkins.
serviks. Butar-Butar, D., Yustina, I.,
Harahap, I.A. (2015). Hubungan
SARAN Karakteristik Nyeri dengan
Kecemasan pada Pasien Kanker
Hasil penelitian dapat menjadi bahan Payudara yang Menjalani
masukan bagi perawat dalam Kemoterapi di RSUD Dr.
memberikan asuhan keperawatan Pirngadi Medan. Idea Nursing
maternitas khususnya memberikan Journal 1(1): 51-60.
edukasi mengenai terapi PMR dalam Casey, A., Benson, H. (2012).
mengatasi nyeri dan kecemasan pada Panduan Harvard Medical
pasien kanker serviks. Peneliti School:Menurunkan Tekanan
selanjutnya dapat melakukan Darah. Jakarta: PT Bhuana
penelitian lebih lanjut khususnya Ilmu Populer.
pada responden dengan karakteristik Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
yang sama dengan Selatan. (2015). Profil
mempertimbangkan penggunaan Kesehatan Provinsi Sumsel.
kelompok kontrol sebagai (Online). Diakses di
pembanding yang kuat untuk http://dinkes.sumselprov.go.id/
penelitian serta menggunakan desain pada 15 November 2017.
penelitian yang berbeda dengan Haryati, Sitorus, R. (2015). Pengaruh
tujuan untuk menggali pengalaman Latihan Progressive Muscle
pasien dalam mengatasi nyeri dan Relaxation Terhadap Status
kecemasan yang diakibatkan karena Fungsional dalam Konteks
kanker serviks. Asuhan Keperawatan Pasien
Kanker dengan Kemoterapi di
RS.dr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Jurnal Medula
2(2):167-177.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, Dini Kanker Serviks dengan
J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri Inspeksi Visual Asam Asetat
Jilid 2. Jakarta: Binarupa (IVA) pada Wanita di
Aksara. Kecamatan Bogor Tengah Kota
Lasut, E., Rarung, M., Suparman, E. Bogor. Jurnal Peneliti
(2015). Karakteristik Penderita Kesehatan 42(3):193-202.
Kanker Serviks di BLU RSUP Susilawati, D. (2013). Hubungan
Prof. DR.R.D.Kandou. Jurnal e- Dukungan Keluarga dengan
Clinic 3(1): 83-86. Tingkat Kecemasan Penderita
LeMone, P., Burke, K. (2008). Kanker Serviks Paliatif di RSUP
Medical Surgical dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal
Nursing:Critical Thinking in Keperawatan Diponegoro
Client Care Ed 4th. New Jersey: 4(2):87-99. (Online). Diakses di
Pearson Prentice Hall. http://ejournal.umm.ac.id pada
Maryani, A. (2009). Pengaruh 25 Mei 2018.
Progressive Muscle Relaxation Suwiyoga, I.K. (2013). Penanganan
Terhadap Kecemasan dan Mual Nyeri pada Kanker Serviks
Muntah Setelah Kemoterapi Stadium Lanjut. (Online). Jurnal
pada Pasien Kanker Payudara Studi Jender Srikandi. Diakses
di RS.dr.Hasan Sadikin di http://ojs.unud.ac.id/ pada 26
Bandung. Tesis. Jakarta: Oktober 2017.
Program Pascasarjana Fakultas Syarif, H., Putra, A. (2014).
Ilmu Keperawatan Universitas Pengaruh Progressive Muscle
Indonesia. Relaxation Terhadap Penurunan
Melzack, R.., Wall, P.D. (2006). Pain Kecemasan pada Pasien Kanker
Mechanisms : A New Theory. yang Menjalani Kemoterapi : A
Science New Series Journal Randomized Clinical Trial. Idea
150(36): 20-26. Nursing Journal 5(3):1-8.
Prandana, D.A., Rusda, M. (2013). Wulandari, M.S.R.., Effendy, C.,
Pasien Kanker Serviks di RSUP Nisman, W.A. (2017). Kualitas
dr.H.Adam Malik Medan Tahun Hidup, Nyeri, dan Kecemasan
2011. Jurnal Fakultas pada Wanita Penderita Kanker
Kedokteran Universitas Serviks dan Kanker Ovarium di
Sumatera Utara 1(2): 1-4. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta:
Ramadhani, N., Putra, A.A. (2008). Studi Komparasi. Thesis.
Pengembangan Multimedia (Online). Diakses di
Relaksasi. (Online). Diakses di http://etd.repository.ugm.ac.id
http://staf.ugm.ac.id/relaksasi_ot pada 1 April 2018.
ot.pdf pada 30 Mei 2018. Yastati, S.C. (2010). Evaluasi
Shute, C. (2013). The Challenges of Penggunaan Obat Anti Nyeri
Cancer Pain Assessment and pada Pasien Kanker Serviks
Management. Ulster Medical Rawat Inap di RSUP dr.Sardjito
Journal 82(1):40-42. Yogyakarta Periode Januari-Juli
Susilowati, E., Sirait, A.M. (2014). 2009. Skripsi. Surakarta:
Pengetahuan Tentang Faktor Fakultas Farmasi Universitas
Risiko, Perilaku dan Deteksi Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai