Disusun oleh:
RADEN MAURIZKA CHAIRUNNISA
NPM: 1102015185
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian
HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
ANGKATAN 2015 DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Raden Maurizka Chairunnisa
1102015185
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 9 Februari 2018
Susunan Dewan Penguji
Penguji, Pembimbing,
Prof. Dr. Dra. Endang Purwaningsih, Prof. dr. Hj. Qomariyah RS,
MS, PA MS, PKK, AIFM
Komisi Skripsi,
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
ii
2.7 Kerangka Teori ..........................................................................................28
2.8 Kerangka Konsep ......................................................................................28
2.9 Perumusan Hipotesis .................................................................................29
2.10 Definisi Operasional ..................................................................................29
BAB III ................................................................................................................331
METODE PENELITIAN .....................................................................................331
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................31
3.2 Rancangan Penelitian ..................................................................................31
3.3 Populasi .......................................................................................................31
3.4 Sampel .........................................................................................................31
3.5 Cara Penetapan Sampel ...............................................................................31
3.6 Penetapan Besar Sampel .............................................................................32
3.7 Jenis Data ....................................................................................................33
3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data ...................................................33
3.9 Instrumen Pengumpulan Data .....................................................................33
3.10 Analisis Data .............................................................................................33
3.11 Alur Penelitian ...........................................................................................34
3.12 Jadwal Penelitian .......................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................36
JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN ........................................................39
LAMPIRAN ...........................................................................................................40
Lampiran 1 Biodata Peneliti.................................................................................. 40
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteriketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.
Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti
berikut: 120 /80 mmHg. Nilai atas 120 menunjukkan tekanan pembuluh arteri
akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nilai bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut
tekanan diastolik. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami (Alim, 2012). Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu antara
lain, kekuatan memompa jantung, banyaknya darah yang beredar, kekentalan darah,
elastisitas dinding
Pembuluh darah, dan tahanan tepi. Sedangkan faktor yang dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang yaitu antara lain: umur, jenis kelamin,
emosi, aktivitas kerja, sikap tubuh (tidur, duduk), waktu (pagi, siang, malam)
Tekanan darah pada setiap orang bisa mengalami tekanan darah yang tinggi
dan juga bisa mengalami tekanan darah yang rendah. Tekanan darah yang naik di
atas yang normal atau tekanan darah yang tinggi disebut hipertensi. Sedangkan
tekanan darah yang di bawah normal atau tekanan darah yang rendah disebut
hipotensi. Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor
keturunan, konsumsi garam dapur melebihi 15 g/hari, berat badan berlebihan,
kurang beraktivitas fisik, serta faktor mental (stress), serta penggunaan obat tertentu
yang dapat meningkatkan tekanan darah (Alim, 2012)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah mengalami
peningkatan tekanan yang terus menerus (Depkes, 2017). Menurut Depkes 2017,
hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Penyakit Hipertensi (Darah
Tinggi) dimulai dari gejala pra-hipertensi jika tekanan darah sistolik berada pada
1
kisaran 120-139 mmHg atau tekanan darah diastolik berada pada kisaran 80-89
mmHg. Penyakit Hipertensi derajat-1 ketika tekanan darah sistolik mencapai
kisaran 140-159 mmHg atau tekanan diastolik mencapai kisaran 90-99 mmHg.
Penyakit Hipertensi derajat-2 terjadi ketika tekanan darah sistolik mencapai >160
mmHg atau tekanan diastolik mencapai >100 mmHg. Jika tekanan darah sistolik
mencapai >140 mmHg dengan tekanan darah diastolik <90 mmHg, disebut
Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST).
Menurut riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat
melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di bangka
belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%),
dan Jawa Barat (29,4%)
Pengaturan terhadap tekanan darah selama berolahraga, sangat erat
kaitannya dengan stroke volume dan denyut jantung, perubahan resistensi vaskular
perifer dan tonus simpatis, hal tersebut sangat erat kaitannya dengan jenis olahraga
termasuk intensitas dan durasinya, masa lemak, tergantung dengan jenis kelamin.
(Giordano Ugo, 2015)
2
keturunan, obesitas, konsumsi garam berlebih, kurang olahraga, merokok dan
konsumsi alcohol. Pada risiko kurang olahraga atau aktivitas fisik terhadap kejadian
hipertensi telah dibuktikan melalui penelitian yang menyatakan bahwa berdasarkan
aktivitas fisik, proporsi responden yang kurang aktivitas fisik pada kelompok
hipertensi ditemukan lebih tinggi daripada kelompok kontrol atau tidak hipertensi
Olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis yang merupakan
salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, dengan melakukan olahraga yang teratur
khususnya aerobik seperti jalan cepat, jogging, bersepeda, renang dan senam dapat
menurunkan tekanan darah sebanyak 5–10 mmHg
Pada penelitian ini dilakukan pada mahasiswi FK Yarsi 2015 karena pada pada
mahasiswa/i khususnya di Fakultas Kedokteran, memiliki aktivitas yang cukup
padat. Sehingga mahasiswa/i jarang untuk melakukan olahraga, oleh karena itu saya
akan meneliti bagaimana frekuensi olahraga mahasiswi tersebut yang akan
berdampak pada tekanan darahnya, apakah terkontrol atau tidak. Saya mengambil
sampel pada penelitian ini khususnya pada mahasiswi saja, karena tekanan darah
pada laki-laki dan perempuan sangat berbeda.
3
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui gambaran frekuensi olahraga mahasiswi FK Yarsi
2015
b. Untuk mengetahui gambaran Olahraga terhadap tekanan darah pada
mahasiswi FK Yarsi 2015
c. Untuk mengetahui hubungan frekuensi olahraga terhadap tekanan darah
pada mahasiswi FK Yarsi 2015
4
2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk tenaga kesehatan dapat
mencegah terjadinya hipertensi di usia muda dengan melakukan
pola hidup yang sehat.
3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk tenaga kesehatan
mengurangi resiko terjadinya hipertensi dengan melakukan olahraga
yang teratur.
4. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk tenaga kesehatan
memperbaiki prognosis hipertensi dengan melakukan olahraga yang
teratur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara
kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang dapat
secara adekuat menunjukkan tekanan darah klien. Meskipun saat dalam
kondisi yang paling baik , tekanan darah berubah dari satu denyut jantung
ke denyut lainnya.
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan.
Meningkat pada masa anak-anak. Tingkat tekanan darah anak-anak
atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau usia.
Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Lansia tekanan sistoliknya meningkat
sehubungan
6
Tabel 1. Tekanan darah normal rata-rata (Poetter & Perry, 2005)
7
Penentu tekanan arteri rerata
Mekanisme-mekanisme terperinci yang melibatkan kerja terpadu berbagai
komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain sangat penting untuk mengatur
tekanan arteri rerata. Dua penentu tekanan arteri rerata adalah curah jantung dan
resistensi perifer total:
Tekanan arteri rerata = curah jantung x resistensi perifer total
Tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan resistensi perifer
total
Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi sekuncup
Kecepatan denyut jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas
parasimpatis yang menurunkan kecepatan jaantung, dan aktivitas simpatis;
8
termasuk epinefrin dalam seluruh pembahasan ini) yang meningkatkan
kecepatan jantung
Isi sekuncup meningkat sebagai respons terhadap aktivitas simpatis (kontrol
ekstrinsik isi sekuncup)
Isi sekuncup juga meningkat jika aliran balik vena meningkat (kontrol isi
sekuncup sesuai hukum Frank-Starling jantung)
Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh
saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa pernafasan, dan penghisapan
jantung)
Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh
saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa pernafasan, dan penghisapan
jantung
Volume darah sirkulasi efektif juga memengaruhi seberapa banyak darah
dikembalikan ke jantung. Volume darah bergantung dalam jangka pendek
padaa ukuran perpindahan cairan bulk-flow pasif antara plasma dan cairan
intestinum menembus dinding kapiler. Dalam jangka-panjang volume darah
bergantung pada keseimbangan garam dan air yang secara hormonal
dikontrol masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan
vasopresin
Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resistensi perifer total,
bergantung jari-jari pada semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor
utama yang menentukan kekentalan darah adalah jumlah sel darah merah.
Namun, jari-jari arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan
resistensi perifer total
Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang
menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik. Sebagai contoh,
perubahan lokal yang terjadi di otot-otot rangka yang aktif menyebabkan
vasodilatasi arteriol lokal dan peningkatan aliran darah ke otot tersebut
Jari-jari arteriol juga dipengaruhi oleh aktivitas simpatis, suatu mekanisme
kontrol ekstrinsik yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol untuk
meningkatkan resistensi perifer total dan tergantung arteri rerata
9
Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon vasopresin
dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten, serta penting dalam
keseimbangan garam dan air.
10
Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek penting untuk
mengatur tekanan darah.
Setiap perubahan pada tekanan arreri rerata memicu suatu refleks baroreseptor
oromaris yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah untuk menyesuaikan
curah jantung dan resistensi perifer total dalam upaya untuk memulihkan tekanan
darah ke normal. Seperti semua refleks, refleks baroreseptor mencakup resepror,
jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan organ efektor. Reseptor terpenring
yang terlibat dalam regulasi terus menerus
tekanan darah, sinus karotis dan baroreseptor arkus aorta, adalah mekanoreseptor
yang peka terhadap perubahan pada tekanan arteri rerata dan tekanan nadi.
Responsivitas reseptor-resepror ini terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan
sensitivitas mereka sebagai sensor tekanan, karena perubahan kecil tekanan sistol
atau diastol dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rerata.
Baroreseptor ini memiliki letak strategis untuk memberi informasi penting tentang
tekanan arteri di pembuluh-pembuluh yang menuju ke otak (baroreseptor sinus
karotis) dan di trunkus arteri utama sebelum pembuluh ini bercabang-cabang untuk
mendarahi bagian tubuh lainnya (baroreseptor arkus aorta).
Baroreseptor secara terus-menerus memberi informasi tentang tekanan arteri rerata;
dengan kata lain, sensor ini selalu menghasilkan potensial aksi sebagai respons
terhadap tekanan di dalam arteri. Ketika tekanan arteri (baik tekanan rerata atau
nadi) meningkat, potensial baroreseptor ini meningkat sehingga kecepatan lepas
muatan di neuron-neuron aferen terkait meningkat. Sebaliknya, penurunan tekanan
arteri rerata memperlambat kecepatan lepas muatan yang dibentuk di neuron aferen
oleh baroreseptor.
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen tentang keadaan tekanan arteri rerata
adalah pusat kontrol kardiovaskular,yang terletak di medula di dalam batang otak.
Jalur eferennya adalah sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardiovaskular
mengubah perbandingan antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ
efektor (jantung dan pembuluh darah). Bahwa tekanan darah terlalu tinggi,
berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas
parasimpatis ke sistem kardiovaskular. Sinyal-sinyal eferen ini mengurangi
11
kecepatan jantung, menurunkan isi sekuncup, dan menyebabkan vasodilatasi
arteriol dan vena, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan curah jantung dan
resistensi perifer total, diikuti oleh penurunan tekanan darah kembali ke normal.
Sebaliknya, ketika tekanan darah turun di bawah normal, aktivitas baroreseptor
menurun, memicu pusat kardiovaskular untuk meningkatkan aktivitas saraf
vasokonstriktor dan saraf simpatis jantung sekaligus menurunkan impuls
parasimpatisnya. pola aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan kecepatan
jantung dan isi sekuncup, disertai oleh vasokonstriksi arteriol dan vena. Perubahan
perubahan ini meningkatkan baik curah jantung (Sherwood,2014)
Gambar 2. Ringkasan efek sistem saraf simpatis dan parasimpatis pada faktor yang
mempengaruhi tekanan darah arteri
12
Gambar 3. Refleks baroreseptor untuk memulihkan tekanan darah ke normal (Sherwood,2014)
13
2.2 Prahipertensi
National Institutes of Health mengidentifikasi prahipertensi sebagai suatu
kategori baru untuk tekanan darah dalam kisaran antara normal (120/80) dan
hipertensi (140/90). Tekanan darah dalam rentang prahipertensi biasanya dapat
dikurangi dengan program olahraga dan diet yang sesuai, sementara mereka
yang berada dalam kisaran hipertensi biassanya harus mendapat obat
antihipertensi selain perubahan kebiasaan hidup sehat (Sherwood,2014)
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalag multifaktorial
sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal.
Menurut kaplan hipertensi banyak menyangkut faktor genetik, lingkungan dan
pusat-pusat regulasi hemodinamik. Kalau disederhanakan sebetulnya
hipertensi adalah cardiac output dan total peripheral resistence (TPR)
(Yogiantoro,2014)
14
Beberapa klasifikasi hipertensi:
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
15
2.4 Patofisiologi hipertensi
Peran volume intravaskuler
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara
cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR {total peripheral
resistance, tahanan total perifer). Bila asupan NaCl meningkat, maka
ginjal akan merespons agar ektensi garam keluar bersama volume ini
juga akan meningkat , tetapi bila upaya mengekskresi menurun NaCl ini
melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O
sehingga volume intravaskular meingkat, lalu Cardiac Output/ Curah
Jantung meningkat, sehingga menimbulkan ekspansi volume
intravaskular dan tekanan darah meningkat. (Yogiantoro,2014)
16
Faktor genetik, gaya hidup, diet, stres
kejiwaan kronis, stres fisik akut
17
Tekanan darah/
volume
intravaskular
Aktivasi refleks Tekanan arteri
baroreseptor renalis
Stimulasi beta-
1 adrenergik
Sekresi renin
Angiotensin 1
Angiotensin 2
Vasokonstriksi Aldosteron
sistemik retensi h2O/na
Tekanan darah/
Volume
intravaskular
18
Angiotensinogen Renin Korteks adrenal
Dibuat di hati disekresi ginjal mensekresi
aldosteron
Angiotensin
Converting
Darah Renin enzyme
Angiotensinogen angiotensin I
Aldosteron
Angiotensinogen II
Retensi Na+
Retensi H2O
Ekskresi K+
Ekskresi Mg+2
Stimulasi Aktivasi Vasokontriksi
Faktor simpatis otot polos
Pertumbuhan vaskular
2.5 Olahraga
2.5.1 Definisi olahraga
Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau
memperbaiki deformitas fisik (Dorland’s, 2004). Sedangkan menurut Gale
Encyclopedia of Medicine, 2008 olahraga adalah aktivitas fisik yang
direncanakan, terstruktur, dan dikerjakan secara berulang dan bertujuan
memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani.
19
aerobik adalah suatu bentuk aktivitas yang melibatkan otot-otot besar dan
dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang
cukup lama. Aktifitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan
cepat, jogging atau lari-lari kecil, berenang, atau bersepeda. Intensitas dalam
setiap olahraga aerobik akan berbeda-beda. Intensitas adalah usaha yang di
berikan setiap orang dalam mengerjakan aktifitas fisik. American Heart
association (AHA) menganjurkan, setidaknya dilakukan aktivitas fisik
dimana Target Heart Rate (THR) atau detak jantung yang diinginkan adalah
60-80% dari perkiraan detak jantung maksimal, dilakukan dalam 20-30
menit perharinya dan jumlah hari untuk olahraga dalam seminggu yang
dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu (AHA,2001). Menurut Cleveland
Clinic (2011), olahraga aerobik memiliki tiga bagian yang utama, yaitu:
a. Warm-up
Pada bagian warm-up atau biasa disebut pemanasan, dilakukan
latihan gerakan- gerakan dengan intensitas rendah selama 3-5
menit.
b. Conditioning
Pada bagian ini dilakukan latihan aerobik selama 30-45 menit
sampai mencapai detak jantung yang diinginkan (Target Heart
Rate).
c. Cool-down
Pada bagian ini dilakukan selama 3-5 menit dengan latihan intensitas
rendah untuk menurunkan detak jantung secara perlahan dan
mengurangi risiko kecelakaan.
B. Olahraga anaerobik
Olahraga anaerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang memerlukan
oksigen dalam pelaksanaannya. Olahraga ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (CDC,2011). Contoh olahraga
anaerobik adalah angkat besi, berlari cepat (200 meter atau kurang), lompat
tinggi, lompat jauh, push-up, pull-up,dan gimnastik (McGuff, 2000).
Frekuensi olahraga anaerobik dalam seminggu memiliki satu atau dua hari
20
tanpa olahraga diantara hari-hari latihan. Satu set adalah sejumlah repetsi
atau perulangan kembali gerakan yang mengandung 12-20 kali repetisi
dengan beban ringan dan 8-12 repetisi angkat beban berat untuk masa otot
dan terdapat masa recovery yaitu 0-180 detik di antara dua set (Cleveland,
2011). Glukosa yang disimpan di otot dalam bentuk glikogen jumlahnya
terbatas, dan glikolisis anaerob menghabiskan simpanan glikogen otot.
Produk akhir glikolisis anaerobik, yakni asam piruvat diubah menjadi asam
laktat ketika asam piruvat tidak dapat diolah lebih lanjut oleh jalur
fosforilasi oksidatif. Penimbunan asam laktat menyebabkan nyeri otot yang
timbul ketika olahraga intensif sedang berlangsung. Selain itu, asam laktat
yang diserap oleh darah merupakan penyebab asidosis metabolik yang
menyertai olahraga berat
(Sherwood, 2014)
2.6 Fisiologi olahraga terhadap tekanan darah
Olahraga pada awalnya mengganggu homeostasis. Perubahan-perubahan
yang terjadi sebagai respons terhadap olahraga adalah upaya tubuh untuk
memenuhi keharusan mempertahankan homestasis ketika tuntutan terhadap
tubuh meningkat. Olahraga sering memerlukan koordinasi berkepanjangan
diantara berbagai sistem tubuh, termasuk sistem otot, tulang, saraf, sirkulasi,
pernapasan, kemih, integumen (kulit), dan endokrin (pembentuk hormon).
Kecepatan denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling mudah
dipantau yang memperlihatkan respons segera terhadap olahraga dan
adaptasi jangka panjang terhadap program olahraga teratur. Ketika
seseorang mulai berolah raga, sel-sel otot yang aktif menggunakan lebih
banyak 𝑂2, untuk menunjang peningkatan kebutuhan energi mereka.
Kecepatan denyut jantung meningkat untuk menyalurkan lebih banyak
darah beroksigen ke otot-otot yang aktif tersebut. Jantung beradaptasi
terhadap olahraga teratur yang intensitas dan durasinya memadai dengan
meningkatkan kekuatan dan efisiensinya sehingga jantung tersebut mampu
memompa lebih banyak darah per denyutnya. Karena peningkatan
kemampuan memompa tersebut maka jantung tidak perlu berdenyut terlalu
21
cepat untuk memompa sejumlah darah seperti yang dilakukannya sebeluin
program olahraga teratur. Para ahli fisiologi olah raga mempelajari
mekanisme-mekanisme yang berperan menyebabkan perubahan-perubahan
yang terjadi akibat olahraga. Banyak dari pengetahuan yang diperoleh dari
penelitian tentang olahraga digunakan untuk mengembangkan program
olahraga yang benar untuk meningkatkan kapasitas fungsional orang mulai
dari atlet hingga orang yang tubuhnya lemah. (Guyton&Hall,2014)
22
4. Cardiac output Cardiac output (curah jantung) adalah jumlah darah yang di
pompa oleh jantung setiap menit. Ini bisa naik sesuai dengan kenaikan
tingkat kerja sampai pada titik kelelahan. Perbedaan nyata antara pelari yang
betul-betul terlatih dan yang kurang baik kondisinya terletak pada jumlah
cardiac output-nya, atau pada jumlah darah yang dapat di pompa setiap
menit ke dalam otot-otot dalam bandanya. Darah yang di pompa dari
jantung setiap denyut nya ditentukan oleh laju pemompaan jantung (heart
rate) dan jumlah darah yang dikeluarkan (stroke volume) sehingga cardiac
output dapat dihitung :
Cardiac Output = Heart Rate x Stroke Volume
(Kadir A,1986)
23
aliran darah otot dapat meningkat maksimum kirakira 25 kali lipat selama kerja
sangat berat. Hampir separuh dari kenaikan aliran ini merupakan akibat vasodilatasi
intramuskular yang disebabkan oleh pengaruh langsung kenaikan metabolisme
otot. Sebagian besar penyebab kenaikan lainnya disebabkan oleh banyak faktor,
yang paling penting mungkin kenaikan tekanan darah arteri dalam tingkat sedang
yang terjadi selama kerja, biasanya naik kira-kira 30 persen. Kenaikan tekanan
bukan saja memaksa lebih banyak darah melalui pembuluh darah, tetapi juga
meregangkan dinding arteriol dan lebih lanjut menurunkan tahanan vaskular. Oleh
karena itu, kenaikan tekanan darah· sebanyak 30 persen sering dapat meningkatkan
aliran darah, lebih dari sekedar menggandakan; ha! ini akan menambah kenaikan
aliran yang besar yang telah disebabkan oleh vasodilatasi metabolik, paling sedikit
dua kali lipat lagi. (Guyton&Hall,2014)
Gambar 4. hubungan antara curah kerja, konsumsi oksigen, dan curah jantung selama latihan.
(Guyton & Hall)
satu dengan lainnya secara langsung, seperti diperlihatkan oleh fungsi linear, karena
curah kerja otot meningkatkan konsumsi oksigen, dan selanjutnya peningkatan
konsumsi oksigen akan melebarkan pembuluh darah otot, sehingga meningkatkan
aliran balik vena dan curah jantung. (Guyton&Hall,2014)
24
Tabel 4. Curah jantung yang khas pada beberapa tingkat kerja fisik
L/menit
Curah jantung pada laki-laki muda 5,5
yang istirahat
Curah jantung maksimal selama 23
kerja fisik pada laki-laki mudah tidak
terlatih
Curah jantung maksimal selama 30
kerja fisik pada laki-laki pelari
maraton rata-rata
(Guyton & Hall,2014)
Jadi, orang normal yang tidak terlatih dapat meningkatkan curah jantung sedikit di
atas empat kali lipat, dan atlet yang terlatih baik dapat meningkatkan curah jantung
sekitar enam kali lipat. (Seorang pelari maraton telah terbia.sa dengan curah jantung
sebesar 35 sampai 40 L/menit, tujuh sampai delapan kali nilai curah istirahat
normal.). (Guyton&Hall,2014)
25
Tabel 5. Perbandingan Fungsi jantung antara Pelari Maraton dengan yang Bukan Atlet
(Guyton&Hall,2014 )
26
maksimum yang kira-kira 65 persen. Oleh karena itu, seseorang dapat dengan
mudah melihat bahwa sistem kardiovaskular secara normal lebih banyak membatasi
VO2 Maks daripada sistem pernapasan, karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak
dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskular menghantarkan oksigen ke
jaringan. Untuk alasan ini, sering dikatakan bahwa tingkat kinerja atletik yang dapat
dicapai oleh seorang pelari maraton terutama bergantung kepada kemampuan
kinerja jantungnya karena jantung merupakan mata rantai yang paling penting
dalam pengangkutan oksigen yang adekuat ke otot yang sedang bekerja. Oleh
karena itu, curah jantung yang lebih besar dari 40 persen, yang dapat dicapai oleh
pelari maraton melebihi laki-laki rata-rata yang tidak terlatih, mungkin merupakan
keuntungan fisiologis tunggal yang paling penting dari program latihan pelari
maraton. (Guyton&Hall,2014)
27
2.7 Kerangka Teori
- Cardiac Output
- Stroke volume
- Tekanan arteri rerata
- Resistensi perifer
Frekuensi olahraga total Tekanan darah
- Tekanan baroreseptor
- Aktivitas simpatis dan
parasimpatis
- Laju aliran darah
(viskositas, gradien
tekanan darah)
28
2.9 Perumusan Hipotesis
(H0) : Tidak ada hubungan antara frekuensi olahraga dengan tekanan darah
(H1) : Terdapat hubungan antara frekuensi olahraga dengan tekanan darah
menunjukkan kurang :
seseorang
melakukan
olahraga
29
tekanan Sistolik :
terendah yang 140-159
terjadi saat Diastolik :
jantung 90-99
beristirahat. Hipertensi
tahap 2 :
Sistolik :
≥ 160
Diastolik :
≥ 100
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, pengambilan subyek di
lakukan pada mahasiswi FK Yarsi 2015 dengan identifikasi yang sering
berolahraga akan di ukur tekanan darahnya dan yang jarang berolahraga akan
diukur tekanan darahnya menggunakan tensimeter. Setelahnya di telusuri apakah
ada hubungannya mahasiswi yang sering berolahraga dan mahasiswi yang jarang
berolahraga bagaimana terhadap hasil pengukuran tekanan darahnya, apakah lebih
terkontrol atau tidak
3.3 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi FK Yarsi angkatan 2015
yang berjumlah 180 orang
3.4 Sampel
Sampel terdiri dari mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan
2015 yang memiliki kriteria inklusi
31
Berikut adalah kriteria inklusi dan eklusi yang dibuat oleh peneliti :
Kriteria inklusi :
Mahasiswi yang bersedia menjadi responden
Mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan
Kriteria eklusi :
Mahasiswa yang tidak memiliki data yang tidak lengkap
n = N/N(d)2 + 1
180
n= = 124
180 (0,05𝑥0,05)+1
jumlah populasi adalah 180, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐴
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐴 = × 100% × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
89
× 100% × 124 = 61 𝑚𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖
180
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐵
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐵 = × 100% 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
91
× 100% 𝑥 124 = 62 𝑚𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖
180
32
3.7 Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif
33
3.11 Alur penelitian
34
3.12 Jadwal Penelitian
WAKTU
KEGIATAN
2017 2018
Bulan ke- 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Persiapan penelitian
Analisa data
Ujian skripsi
Revisi skripsi
35
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Abdul. 2012. Pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah dan
daya tahan kardiorespirasi pada atlet pelatda sleman cabang tenis
lapangan. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK-
UNY
American Heart Association. 2001. Heart Disease and Stroke Statistics. Available
from American Heart Association website: http://www.ahajournals.org/
[diakses 10 desember 2017]
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC. Hal : 45-47
Chobanian, AV. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure.. National Institute of Health. Hal: 2-15
Depkes RI. 2017. Pedoman teknis penemuan dan tata laksana Penyakit
Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Depkes RI
36
Giordano,Ugo. 2015. Arterial hypertension and sport. Related aspects to
certification for physical activity and contraindications to sports practice in
hypertensive child and adolescent. Italy: Italian Jurnal Of Pediatric,
41(A37) : 1-2
Guyton, A., & Hall, J. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Philadelphia: Elsevier. Hal : 1124-1126
Guyton AC, Jones CE, Coleman TB. 1937. Circulatory Physiology: Cardiac
Output and Its Regulation, edisi 2., Philadelphia, WB Saunders Co.
National Heart, Lung and Blood Institute. High Blood Pressure. Tersedia:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/high-blood-pressure. [Diakses
pada 7 Januari 2018]
Palmer, Anna & William, B. 2007. Simple Guide Tekanan darah tinggi. Erlangga
Poetter, A.P., & Perry,G.A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
37
Sani. 2008. Klasifikasi Penderita Hipertensi. Jakarta. Hal: 6-28.
38
JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN
39
Lampiran 1. Biodata Peneliti
40
Lampiran 2. Pengantar
Dengan hormat,
41
Lampiran 3. Formulir Informed Consent
Telp/HP :
Jakarta, 2018
Peneliti Responden
( R.Maurizka C.) ( )
NPM. 1102015185 NPM.
42
Lampiran 4. Formulir Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA MAHASISWA FK UNIVERSITAS YARSI ANGKATAN 2015
DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM
No. Reg :
a. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Agama :
6. Jenis Kelamin :
b. Isilah atau beri tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai jawaban saudara
1. Apakah anda sering melakukan olahraga?
( ) Ya
( ) Tidak
43
4. Berapa lama durasinya setiap melakukan olahraga aerobik tersebut?
( ) 20-30 menit
( ) > 20-30 menit
( ) < 20 menit
44
10. Apakah anda pernah merokok?
( ) Ya
( ) Tidak
45