Anda di halaman 1dari 4

BAHAN BACAAN 2.

KETIDAKADILAN DAN KESETARAAN GENDER

Perempuan dan Laki-laki diciptakan Tuhan yang Maha Esa dengan jenis kelamin yang
berbeda. Perempuan memiliki alat kelamin yang dikenal dengan vagina, sementara
alat kelamin laki-laki adalah penis. Begitu juga dengan organ reproduksi laki-laki dan
perempuan berbeda. Laki-laki memiliki sperma, sedangkan perempuan memiliki rahim
dan indung telur. Perbedaan jenis kelamin dan alat reproduksi merupakan ketentuan
atau diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa ini disebut dengan Seks dan merupakan
KODRAT.

Perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki disikapi oleh masyarakat
dengan mencirikan sifat, karakter, peran, tanggungjawab, harapan bahkan
kesempatan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Masyarakat melekatkan
pada perempuan sifat yang lemah lembut, cantik, emosional, keibuan. Sementara laki-
laki dilekatkan dengan ciri kuat, tegas, rasional, perkasa. Perempuan diperankan
sebagai makhluk yang cocok bekerja di ranah domestik, sementara laki-laki lebih bagus
bekerja di luar rumah. Ciri, Perbedaan sifat, karakter, peran, tanggungjawab, harapan
secara sosial ini disebut dengan GENDER.

1. Perbedaan Jenis Kelamin dengan Gender


Secara sederhana perbedaan antara jenis kelamin dan gender seperti terlihat di tabel
ini.
JENIS KELAMIN (SEX) GENDER
Ciptaan Tuhan Bentukan manusia
Merupakan kodrat Bukan Kodrat
Tidak dapat dipertukarkan Dapat dipertukarkan
Tidak dapat berubah (permanen) Dapat berubah (tidak permanen)
Berlaku sepanjang zaman, dimana saja Berlaku di waktu tertentu dan tempat
(universal) tertentu(non universal)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Gender


Perbedaan gender dipengaruhi oleh keyakinan, adat istiadat, nilai-nilai, serta struktur
sosial dan politik yang berlaku di suatu masyarakat. Perbedaan gender antara
perempuan dan laki-laki yang terkonstruksi (dibangun) secara sosial ini mempengaruhi
dan menentukan apa yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, bagaimana mereka
dinilai dan peluang-peluang serta hambatan-hambatan apa yang mereka hadapi.
Sebagaimana halnya dengan umur, kelas sosial, ras dan suku-bangsa, jenis kelamin
adalah salah satu faktor yang sangat signifikan yang mempengaruhi relasi kuasa dan
pengalaman hidup perempuan dan laki-laki.
Peran-tanggungjawab dan relasi kuasa ini bervariasi tergantung dimana peran-
tanggungjawab dan relasi ini berlangsung, dan berubah dari generasi ke generasi dan
dari masa ke masa. Gender dibentuk secara berkesinambungan oleh faktor-faktor
sosial, kultural, ekonomi dan politik pada berbagai tingkat baik mulai pada tingkat
personal, rumah tangga, komunitas hingga Negara.
Perbedaan gender yang kemudian dibakukan baik melalui budaya, sistem pendidikan,
sistem hukum maupun program pembangunan dapat menimbulkan relasi yang tidak
seimbang antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan relasi ini mempengaruhi
kesempatan, posisi, hak, pemisahan yang tajam antara peran dan tanggungjawab
perempuan dan laki-laki di ranah domestic dan public, sehingga menimbulkan
ketimpangan, diskriminasi dan ketidakadilan.

3. Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender


Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan
kondisi kesenjangan dan ketimpangan atau tidak adil akibat dari sistem struktur sosial
dimana baik perempuan dan laki-laki menjadi korban dari sistem
tersebut. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran
yang ditanamkan sepanjang peradapan manusia dalam berbagai bentuk yang bukan
hanya menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Meskipun secara
keseluruhan ketidakadilan gender dalam berbagai kehidupan lebih banyak dialami oleh
kaum perempuan, namun ketidakadilan gender itu berdampak pula terhadap laki-laki.
Bentuk-bentuk dan wujud ketidakadilan gender mencakup:
a. Marjinalisasi atau Peminggiran
Proses marjinalisasi atau pemiskinan yang merupakan proses, sikap, perilaku
masyarakat maupun kebijakan negara yang berakibat pada penyisihan/
pemiskinan bagi perempuan atau laki-laki. Contoh dari marginalisasi ini
misalnya perempuan mendapat upah yang lebih rendah dari pada laki-laki,
padahal jenis dan waktu bekerjanya sama.
b. Subordinasi-Penomor duaan
Proses sub-ordinasi berawal dari suatu keyakinan bahwa satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya,
sehingga ada jenis kelamin yang dinomorduakan atau kurang didengarkan
suaranya, kapasitasnya juga diragukan atau dianggap tidak penting. Contohnya
untuk menjadi pemimpin partai atau pimpinan kantor, desa, laki-laki dianggap
lebih pantas, sedangkan perempuan cukup menjadi sekretaris saja.
c. Stereotipe-Pelebelan
Stereotipe adalah pelabelan atau cap yang dilekatkan terhadap jenis kelamin
tertentu, pelebelan ini sering kali bersifat negatif. Misalnya perempuan yang
sering bepergian adalah perempuan yang setengah laki-laki. Sementara itu
laki-laki adalah pencari nafkah utama, karenanya perempuan yang juga bekerja
dianggap hanya membantu keluarganya. Begitu juga sebaliknya, laki-laki yang
bukan pencari nafkah utama disebut sebagai banci.
d. Violence-Kekerasan
Kekerasan adalah serangan atau invansi terhadap fisik, seksual maupun
integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan dapat berupa fisik seperti
pemukulan, secara seksual seperti perkosaan dan secara psikis serta
penghinaan atau ancaman. Kekerasan dapat terjadi mulai dari rumah,
komunitas hingga di level Negara.
e. Double Bourden-Beban Kerja Ganda
Bebab kerja ganda adlah tindakan yang melekatkan tanggungjawab berlebih
kepada salah satu jenis kelamin, karena beban tersebut dianggap sebagai
kewajiban satu pihak saja. Misalnya seorang anak perempuan, selain harus
mengerjakan pekerjaan domestic, juga harus mengasuh adiknya. Seorang istri
yang bekerja mencari nafkah, juga harus melakukan pekerjaan rumah tangga
dan merawat serta mengasuh anak. Sementara anak laki-laki cukup membantu
di luar rumah, dan laki-laki cukup bekerja mencari nafkah tanpa diwajibkan
untuk melakukan tugas domestik apalagi mengasuh dan merawat anak.
f. Diskriminasi
adalah setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar
jenis kelamin, mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
sipil atau apapun lainnya bagi kaum perempuan terlepas dari status
perkawinan mereka atas dasar persamaan hak laki-laki dan perempuan. Contoh
diskriminasi berdasarkan perbedaan jenis kelamin adalah perempuan dibatasi
dalam memperoleh pekerjaan yang dianggap pekerjaan laki-laki, begitu juga
dalam status keluarga, perempuan yang janda, pencari nafkah utama, tidak
diakui sebagai kepala keluarga. Perempuan juga dibatasi ikut menentukan
program pembangunan di desa karena dianggap uurusan laki-laki.
4. Kesetaraan Gender dan Keadilan Gender
Perubahan peran, tanggung jawab, relasi (gender) tidak akan melawan kodrat
manusia, tidak akan megubah jenis kelamin, tidak mengubah fungsi-fungsi reproduksi
dalam diri perempuan dan laki-laki dan tidak juga dimaksudkan untuk mendorong
perempuan mengubah dirinya menjadi seorang laki-laki, ataupun sebaliknya. Keadilan
gender adalah upaya atau proses untuk memberikan kondisi yang adil bagi perempuan
dan laki-laki dalam segala aspek kehidupan.
Kesetaraan gender bertujuan agar perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan atau
akses dan hak yang sama, ikut serta (berpartisipasi)dalam setiap proses perubahan
sosial, memiliki kewenangan untuk menentukan atau memutuskan (kontrol), dapat
menikmati hasil (kemanfaatan) dari berbagai program dan kebijakan, memiliki status
sosial, ekonomi, politik yang seimbang.

Sumber Bahan Bacaan :


1. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Mansour Fakih, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1996.
2. Panduan Pelatihan Pengarusutamaan Gender Kementerian Keuangan, Tim
Pengarusutamaan Gender Kementerian Keuangan, Jakarta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai