Anda di halaman 1dari 4

BAHAN BACAAN 3.

AKAR PENYEBAB KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Kekerasan terhadap perempuan dikatakan sebagai kekerasan berbasis gender oleh karena
kekerasan yang terjadi kepada perempuan umumnya bersumber dari adanya ketimpangan
relasi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dihasilkan dari pembedaan gender di
masyarakat. Laki-laki dipandang memiliki keutamaan lebih daripada perempuan karena
memiliki sifat atau ciri-ciri seperti keberanian, agresif, tegas, pemimpin, penakluk. Sementara
perempuan dianggap lemah, penakut, pasrah, obyek yang ditundukkan, tergantung pada laki-
laki, mendahulukan kepentingan orang lain. Dalam kasus kekerasan, laki-laki dianggap wajar
melakukan kekerasan karena sudah menjadi sifatnya yang agresif, sedang perempuan
sebagai obyek dari agresifitas laki-laki. Oleh sebab itu, perempuan dituntut untuk menjaga
dirinya. Perempuan yang menjadi korban sering dipersalahkan karena dianggap tidak cukup
melindungi dirinya serta memancing perhatian atau agresifitas laki-laki.
Dalam konsiderans (bagian pertimbangan) Deklarasi PBB tentang Penghapusan Kekerasan
Terhadap Perempuan, dinyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah perwujudan
ketimpangan historis hubungan-hubungan (relasi) kekuasaan di antara kaum laki-laki dan
perempuan yang mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempuan oleh laki-
laki dan hambatan bagi kemajuan mereka (perempuan). Dalam banyak kasus kekerasan
terhadap perempuan, kedudukan dan relasi yang tidak seimbang antara pelaku dan korban
menjadi faktor utama penyebab kekerasan terhadap perempuan.

1. Kekerasan terhadap perempuan terjadi hampir di semua tahapan kehidupan


perempuan, antara lain:
a. Bayi:
 Pembunuhan pada bayi perempuan
 Kekerasan emosional dan fisik
 Diskriminasi akses pada makanan dan perawatan medis
 Sunat pada bayi perempuan, pemotongan alat kelamin
b. Kanak-kanak:
 Incest (adalah hubungan seksual antara orang-orang yang mempunyai hubungan
darah atau dilarang antara keduannya untuk menikah)
 Perkosaan, pencabulan.
 Diskriminasi akses (makanan, perawatan kesehatan, pendidikan, pergaulan, dll.)
 Pornografi
 Perdagangan anak untuk prostitusi
 Pekerja anak dengan situasi terburuk: sebagai PRT, industri hiburan, bisnis
narkoba, eksploitasi pelacuran, anak buah kapal, transportasi, pemecah batu, di
pertambangan.
c. Remaja atau dewasa muda:
 Perkosaan
 Kekerasan dalam hubungan pacaran
 Pelecehan seksual (di tempat kerja, sekolah, kendaraan umum, dll.)
 Perdagangan orang (trafficking)
 Pornografi
 Paksaan untuk kawin
 Poligami
 Diskriminasi akses (makanan, perawatan kesehatan, pendidikan, pergaulan, dll.)
 Korban mitos kecantikan: pelangsing tubuh, iklan lainnya
d. Dewasa
 KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)
 Poligami
 Beban ganda (domestikasi)
 Perkosaan (termasuk perkosaan dalam perkawinan atau marital rape)
 Pelecehan seksual (di tempat kerja, sekolah, kendaraan umum, dll.)
 Perdagangan orang (trafficking)
 Kekerasan dalam pacaran
 Pornografi
 Paksaan untuk menikah/kawin
 Paksaan ber-KB (alat kontrasepsi)
 Stigmatisasi status janda
 Stigmatisasi ‘perawan tua’
e. Lanjut usia
 Perkosaan
 Kriminalitas terhadap janda tua
 Poligami
 Kekerasan dalam rumah tangga

2. Dampak Kekerasan
Kekerasan berbasis gender memberikan konsekuensi-konsekuensi atau dampak terhadap
perempuan sebagai korban, antara lain sebagai berikut:
a. Dampak terhadap kesehatan, seperti:
 Luka, cedera, memar atau lebam pada wajah atau bagian tubuh, mendapatkan
penyakit, infeksi, disabilitas, sakit kepala kronis, makan dan tidur tidak teratur,
penyalahgunaanalcohol dan obat-obatan hingga menyebabkan kematian
 Kematian karena pembunuhan (Homicide), atau karena bunuh diri
 Kematian Ibu melahirkan, kematian bayi dan kematian karena HIV-AIDS
b. Dampak terhadap kesehatan reproduksi: Keguguran,
 Kehamilan yang tidak diinginkan,
 Aborsi yang tidak aman (unsave abortion),
 Penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS,
 Menstruasi tidak teratur,
 Komplikasi kehamilan
c. Dampak psikis/psikososial:
 Trauma, stres, rasa tidak berdaya, , depresi,
 Post-traumatic Stress Disorder(PTSD),
 Memiliki pikiran, perilaku dan usaha bunuh diri,
 Gelisah, cemas, takut, kemarahan,
 Malu, perasaan tidak aman,
 Menyalahkan dan membenci diri sendiri.
d. Dampak atas keamanan/rasa aman (security):
 Korban merasa tidak aman,
 Terancam, takut ,
 Tidak terlindungi,
 Resiko kekerasan berlanjut,
 Aparat keamanan/polisi tidak menganggap serius pengaduannya
e. Dampak Sosial:
 Terbatasnya gerak dan pergaulan,
 Terhambatnya akses kepada sumber-sumber informasi dan sumber daya, ,
 Disalahkan oleh keluarga dan lingkungan,
 Penolakan suami/keluarga/lingkungan,
 Dikucilkan dari komunitas,
 Mendapat, stigma social
f. Dampak ekonomi:
 Tidak dapat bekerja,
 Kehilangan pekerjaan (karena kekerasan, trauma, luka, waktu yang diperlukan
untuk mencari pertolongan/keselamatan/bantuan hukum),
 Kehilangan kesempatan untuk berprestasi di tempat kerja,
 Beberapa perempuan berhenti kerja karena kekerasan yang terjadi di tempat kerja
(pelecehan seksual).
g. Dampak Hukum:
 Respon yang menyalahkan korban dan bukan pelakunya,
 Korban tidak mampu membawa kasusnya ke jalur hukum karena biaya, proses
yang lama, tidak paham hukum dan tidak ada yang membantu,
 Tidak memproses kasusnya secara serius,
 Proses hukum membuat korban kembali mengalami trauma

Anda mungkin juga menyukai