Panduan KK 2.6 PDF
Panduan KK 2.6 PDF
6 GANGGUAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
BUKU PANDUAN
KETRAMPILAN KLINIK 4
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
TIM PENYUSUN
PENYUSUN:
1. Thoraks 3: Pemeriksaan Fisik Paru Lengkap:
dr. Irvan Medison SpP(K)
dr. Yessy Susanty Sabri SpP(K)
dr. Finny Fitri Yanny, SpA(K)
JENIS KETERAMPILAN:
1. Pemeriksaan THT II
Pemeriksaan hidung
Pemasangan tamponade anterior
Buccal swab
KONTRIBUTOR:
TIM EDITOR:
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan
karena telah selesai menyusun PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK blok 2.6.
Kegiatan ketrampilan klinik pada blok ini terdiri atas:
1. Pemeriksaan Thoraks III (4x pertemuan)
2. Pemeriksaan Hidung dan Pemasangan Tampon (2x pertemuan)
3. Seri Ketrampilan Sputum II (2x pertemuan)
4. Pemeriksaan Radiografi Toraks (2x pertemuan)
Semua materi di atas merupakan kompetensi yang harus diberikan kepada
mahasiswa sehingga secara umum mereka mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dan memadai untuk menjadi seorang dokter.
Penuntun keterampilan klinik ini disusun untuk memudahkan mahasiswa
dan instruktur dalam melakukan kegiatan keterampilan klinik pada blok ini.
Namun diharapkan juga mereka dapat menggali lebih banyak pengetahuan dan
keterampilan melalui referensi yang direkomendasikan. Semoga penuntun ini
akan memberikan manfaat bagi mahasiswa dan instruktur keterampilan klinik
yang terlibat.
Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan.
Akhirnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan
penuntun ini, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
(2x)
4 SPUTUM 2:Pewarnaan dan
. pemeriksaan BTA
1. PENGANTAR
2.3. Manfaat
Dengan mengikuti kegiatan ini mahasiswa dapat berlatih melakukan
pemeriksaan fisik paru
3. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merujuk pada 5 simple step of teaching in skill lab:
1. Overview
2. Silent demonstration
3. Description
4. Memorizing
5. Performance
4. PRASYARAT
Mahasiswa yang mengikuti ketrampilan pemeriksaan fisik toraksi I adalah
mahasiswa yang telah mempunyai pengetahuan tentang:
a. Anatomi organ dinding toraks
b. Pembagian organ dinding toraks
5. TEORI
Dinding dibentuk oleh tulang, tulang rawan dan otot yang bertugas
membantu pergerakan pengembangan paru saaat bernapas. Kerangka dinding
dada depan dibentuk oleh tulang sternum (manubrium sterni, prosesus
xiphoideus, cospus sterni), kartilago costae dan sepasang tulang clavicula, bagian
lateral dibenruk oleh 12 pasang tulang costae, dan bagian belakang dibetuk oleh
sepasang tulang scapula dan 12 tulang verebrae thorakalis. Semua tulang costae
bagian belakang berhubungan dengan tulang vertebrae thorakalis, tujuh tulang
costae bagian atas bagain depan berhubungan dengan tulang sternum, tulang
costae 8, 8,10 berhubungan dengan tulang di atasnya melalui cartilago coatae, dan
tulang costae 11, 12 hanya berhiubungnan dengan tulang vertebare sehingga
dalam beberapa literatus disebut sebagai tulang iga melayan.
Gambar 1. Struktur dinding dada : A tampak dari depan .B, tampak dari belakang
( dikutip dariSaedel chapter 13 chest and lungs).
Otot pernapasan utama adalah otot diafragma dan otot interkostalis. Otot
diafragma merupakan otot pernapasan yang paling utama, kontraksi otot
diafragma saat inpirasi mengakibatkan diafragma mendatar sehingga
menyebabkan peningkatan kavasitas rongga dada. Kontraksi otot interkostaslis
ekterna meningkatkan diameter anteroposterior rongga dada saat inspirasi dan
kontraksi otot interkostalis interna mengurangi diameter lateral rongga dada saat
ekspirasi. Otot Sternoclaidomastoideus dan trapezius dan otot pernapasan
tambahan yang lain digunakan saat latihan atau ketika fungsi paru terganggu.
Rongga dada terdiri dari tiga rongga utama, sebelah kiri dan kanan
terdapat rongga pleura dan diantara kedua rongga pleuta terdapat rongga
mediastinum, di dalam rongga pleura terdapat paru dan dalam rongga
mediastinum terdapat organ mediastinum diantaranya jantung pembuluh darah
dll. Rongga pleura dibatasi oleh pleura parietal dan pleura viseral.
Paru pada permukaannya dilapisi oleh pleura viseral, terdiri dari paru
kanan dan kiri. Peru kanan terdiri dari 3 lobus ; lobus atas, lobus medius dan lobus
bawah dan paru kiri terdiri dari dua lobus ; lobus atas dan lobus bawah. Setiap
paru berbentuk kerucut puncak berbentuk bulat dan meluas anterior sekitar 4 cm
di atas iga pertama di dasar leher pada orang dewasa. Proyeksi dari posterior, apek
paru-paru berada setinggi T1 dan batas bawah paru turun pada saat inspirasi
setinggi T12 dan naik pada saat ekspirasi paksa setinngi T9. Bagian bawah setiap
paru meluas dan cekung sesuai bentuk permukaan cembung diafragma.
Permukaan medial paru pada batas tertentu berbentuk cekung sesuai kedudukan
jantung.
Percabangan trakeobronkial adalah sistem tubulus yang menyediakan
jalan untuk udara yang sudah disaring, dilembabkan, dan dihangatkan ketika
melewati saluran napas bagian atas menuju alveoli. Trakea mmempunyai ukuran
panjang 10 sampai 11 cm dan diameter sekitar 2 cm, yang terletak di anterior
esopagus dan di posterior tiroid. Trakea terbagi menjadi bronkus utama kanan dan
bronkus utama kiri setinggi T4 atau T5 dan tepat di bawah angulus sterni.
Bronkus kanan lebih lebar , lebih pendek, dan lebih vertikal daripada
bronkus utama kiri ( dan karena itu lebih rentan terhadap aspirasi benda asing ) .
Bronkus utama dibagi menjadi tiga cabang di kanan dan dua di sebelah kiri,
masing-masing cabang memasok satu lobus paru. sampai kemudian membagi
Pembuluh darah untuk paru terdiri dari arteri dan vena bronkialis dan arteri
dan vena pulmonalis. Arteri dan vena pulmonalis terlibat dalam pertukaran gas
pernapasan sedangkan arteri bronkialis merupakan cabang dari aorta, memasok
darah untuk parenkim paru bersama dengan arteri interkostalis, vena bronkialis
terbentuk pada hilum paru, tetapi sebagian besar darah yang disuplai oleh arteri
bronkialis dikembalikan melalui vena pulmonoalis.
ANAMNESIS
Anamnesis merupakan teknik wawancara dengan pasien dalam rangka
mengali informasi terkait penyakit yang sedang diderita nya. Anamnsis didahului
dengan membuat hubungan emosional yang baik antara dokter dengan pasien. Hal
yang ditanyakan pada anamnesis meliputi; identitas pasien secara lengkap,
keluhan utama yang menyebabkan pasien datang berobat, keluhan penyakit
sekarang, riwayat pengobatan & alergi obat, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi ( pekerjaan, kebiasaan dll).
Keluhan yang sering berhubungan dengan penyakit respirasi diantaranya,
batuk, batuk berdahak, datuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam dan suara
napas menciut. Pasien tidak jarang datang dengan keluhan yang beragam
misalnya ; adanya keluhan sesak napas disertai demam dan batuk berdahak atau
ada sesak napas menciut disertai batuk- batuk dan sebagainya. Perlu ditanyakan
keluhan mana yang paling menonjol yang menjadi alasan pasien datang berobat
yang menjadi keluhan utamanya.
Keluhan utama yang sudah di sampaikan oleh pasien harus di pertegas
dengan beberapa pertanyaan yang dapat mempertajam analisa dan dilengkapi
Gambar 6. Proyeksi Paru pada dinding toraks. A proyeksi paru pada bagian
depan. B proyeksi paru pada bagian belakang, C proyeksi paru
pada sisi kanan. D. proyeksi paru pada sisi kiri.
Bentuk dada
Besar rongga toraks bervariasi berdasarkan
umur, pada orang dewasa diameter anterior – posterior
lebih kecil dari diameter transversal, sedangkan pada
anak diameter antero posterior dengan diameter tranversal hampir sama.
Di bawah ini terdapat beberapa contoh kelainan bentuk bentuk pada dinding
toraks :
1. Pigeon chest sternum ½ distal melengkung ke anterior, bagian lateral
dinding thorax kompressi ke medial (seperti dada burung), etiologi
ricketsia dan kelainan congenital.
Pernapasan Abnormal
1. Dyspnea: keluhan objektif dimana orang akan merasakan susah/sesak
bernapas, dapat terjadi pada:
a. Exercise e. Anemia
b. Obesitas f. Hipertiroidisme
c. Penyakit jantung g. Neurosirkulatory
d. Penyakit paru h. Asthenia
2. Orthopnea : sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi
duduk.
3. Kusmaull breathing; pernpasan cepat dan dalam, misal pada keadaan
asidosis.
4. Asthmatic breathing ; pernapasan dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing dapat ditemukan pada asma bronchial dan PPOK
5. Cheyne stokes breathing, pernapasan periodic secara bergantian antara
pernapasan cepat (hipernea) dengan apnea. Apnea dapat terjadi sampai 30
detik, pasien dapat tertidur pada periode ini.
Contoh :
a. penyakit jantung
b. penyakit ginjal
c. asthma berat
d. peningkatan tekanan intra cranial
e. keracunan obat
6. Biot’s breathing ; pernapasan yang tak teratur, contoh :
a. Trauma capitis b. Meningo ensefalitis
b. Tumor cerebral
PALPASI
Pada pemeriksaan palpasi sistem respirasi dapat dilakukan pemeriksaan;
palpasi trakea, palpasi KGB leher dan supra clavikula, palpasi keseluruhan
dinding dada, pemeriksaan pengembangan dinding thoraks dan pemeriksaan
Tactil fremitus dinding toraks:
Selain itu dengan palpasi dapat juga menentukan kelainan di perifer seperti
kondisi kulit; (basah atau kering), adanya demam, arah aliran vena dikulit pada
vena yang terbendung (venaectasi), tumor dll
A B
Gambar 17. A. pemeriksaan trakea, B pemeriksan kelenjer Getah Beninng
(KGB) supra clavikula.
Pemeriksaa fremitus
Pemeriksa menempelkan telapak tangan dan jari jari tangan pada dinding
dada. kemudian pasien disuruh mengucapkan kata kata seperti 77, dengan
nada yang sedang. Bandingkan getaran yang timbul antara hemithorax kiri
dan kanan secara simetris dengan cara menyilangkan tangan pemeriksa
secara bergantian.
Gambar 19. Pemeriksaan palpasi toraks dan lokasi penempatan tangan pada
pemeriksaan fremitus.
Fremitus meningkat
bisa ditemukan pada :
Infiltrat paru
Compressive
atelektasis
Cavitas paru
PERKUSI
Gambar 20. Lokasi berbagai bunyi perkusi didnding toraks dalam keadaan normal.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Gambar 23. Lokasi berbagai bunyi perkusi dinding toraks dalam keadaan normal.
Waktu inspirasi dalam, batas belakang paru akan turun 4-6 cm, oleh karena terjadi
peranjakan batas paru turun ke bawah yang ditandai oleh perobahan suara perkusi redup
menjadi sonor sejauh 4-6 cm.
Bagian anterior toraks, bunyi sonor mulai dari clavicula kearah arcus costarum, kecuali pada
daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi redup atau pekak
Pada daerah anterior kanan pada ruang intercostal 4 sampai 6 akan didapatkan perkusi redup,
dimana pada daerah ini didapatkan overlap antara parenkim paru dengan hati (perkusi
dilakukan pada linea medclavicularis kanan.
Dari intercostal 6 sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak (daerah hati) yang
tidak ditutupi parenkim paru.
Pada bagian anterior kiri bawah, didapatkan perkusi timpani (daerah lambung)
2-3 cm diatas (superior) dari clavicula di sebut kronig’s isthmus. Suatu zona sonor + 4-6 cm
meluas melewati bahu kearah posterior sampai tonjolan scapula, daerah ini bisa menyempit
bila terjadi fibrosis dari apex paru.
Daerah dinding belakang thoraks, bunyi perkusi sonor dari apex paru sampai batas bawah
vertebrae thoracal X/XI.
Diatas scapula bunyi perkusi sonor agak melemah.
Batas jantung dengan perkusi :
- Kanan : Ruang intercostal III-IV pinggir sternum kanan
- Kiri atas : Ruang intercostal III kiri, 2-4 cm dari mid sternum
- Kiri bawah : Intercostal V kiri, pada linea mid clavicularis.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
AUSKULTASI PARU
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop. Sebelum
ditemukan stetoskop auskultasi dilakukan secara direct dengan menempelkan telinga pemeriksa
pada permukaan tubuh orang sakit. Ada dua tipe dari stetoskop yaitu Bell type untuk mendengar
nada-nada yang lebih rendah dan Bowel atau membran type untuk nada-nada yang lebih tinggi.
Umumnya setiap stetoskop dilengkapi dengan kedua tipe ini. Posisi penderita sebaiknya duduk
seperti melakukan perkusi. Kalau pasien tidak bisa duduk, auskultasi dapat dilaksanakan dalam
posisi tidur. Pasien sebaiknya disuruh bernapas dengan mulut tidak melalui hidung.
Pemeriksa memberikan contoh bernapas terlebih dulu sebelum memeriksa pasien. Yang
diperiksa pada auskultasi paru adalah :
1. Suara napas utama (breath sounds)
2. Suara napas tambahan
Gambar 25. Auskultasi dan lokasi pemeriksan auskultasi pada dinding toraks depan dan
belakang
Gambar 26. A. Lokasi suara napas di diding depan toraks, B. lokasi suara napas di diding
toraks belakang.
BRONCHOVESICULA
R
RIC 1 dan 2 area
Insp = exp Medium/medium
intrascapula
BRONCHIAL
Pada manubrium,
Exp > insp Loud/high pneumonia
lobaris
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
TRACHEAL
Insp = exp Very loud/high Pada trakea
mendengarkan dengan stetoskop pada seluruh lapangan paru. Pada kelainan infiltrat maka
suara berbisik tersebut akan terdengar jelas pada pangkal telinga kita dan disebut
bronchial whispered positif dapat mendeteksi infiltrat yang kecil / minimal.
4. Bronchophoni
Vocal sound (suara biasa) bila didengarkan pada dinding thorax (lapangan paru) akan
terdengar kurang keras dan kurang jelas dan terdengar jauh. Bila terdengar lebih keras,
lebih jelas dan pada pangkal telinga pemeriksaan disebut bronchoponi positif terdapat
pada pemadatan parenkim paru, misal pada infiltrat dan aktelektasis kompresif.
5. Eugophoni
Eugophoni yaitu bronchophoni yang terdengar nasal, biasanya disebabkan oleh kompresif
atelektasis akibat dorongan efusi pleura pada parenkim paru terdengar pada perbatasan
cairan dengan parenkim paru.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Nama : ...........................................................
No. BP : ...........................................................
Kelompok : ...........................................................
SKOR
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
PEMERIKSAAN FISIK
1 Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri,
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang
akan dilakukan dan minta izin untuk melakukan pemeriksaan.
PEMERIKSAAN TORAKS BAGIAN DEPAN ( DADA)
INSPEKSI
0 1 2
4 Cuci tangan
5 Meminta pasien duduk di tempat tidur / berbaring telentang
6 Perhatikan muka (edema) dan mata (cunjunctiva anemis atau
tidak) dan bibir (sianosis atau tidak) dll
7 Perhatikan leher ( Posisi trakea : normal, deviasi kiri atau kanan,
pemesaran KGB leher dan supra clavicula)
INSPEKSI DADA DEPAN ( dalam keadaa statis)
8 Perhatikan bentuk dada (diameter antero posterior dan lateral,
adakah kelainan bentuk ) dan apakah ada venektasi, benjolan
tumor, jaringan paru bekas operasi dll
INSPPEKSI DADA DEPAN (dalam keadaan dinamis)
9 Hitung frekuensi napas
10 Tentukan jenis pernapasan apakah ada pernapasan abnormal
(Kusmaull, Cheyne Stokes dll)
11 Menilai pergerakan dinding dada kiri dan kanan, apakah simetris
atau tidak.
PALPASI
0 1 2
12 Pemeriksaan KGB supra klavikularis dan leher, apakah ada
pembesaran, serta deskripsikan bila ada pembesaran
13 Pemeriksaan posisi trakea apakah normal, deviasi ke kiri atau
deviasi ke kanan.
14 Lakukan palpasi di seluruh dada bagian depan. (untuk menilai
adanya nyeri tekan atau adanya empisema sub kutis )
15 Lakukan pemeriksaan pengembangan rongga toraks .
16 Lakukan pemeriksaan tactil fremitus (stem fremitus) pada
hemitorak kiri dan kanan mulai dari dinding toraks bagian atas ke
bawah. Bandingkan kiri dengan kanan secara simetris dan
silangkan tangan pemeriksa, sambil pasien disuruh menyebut 77
(tujuh-tujuh).
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 0
PERKUSI 0 1 2
17 Melakukan perkusi pada kedua hemithorax kiri dan kanan mulai
dari dinding toraks atas ke bawah, bandingkan kiri dengan kanan
secara simetris.
18 Tentukan batas paru hepar / diagfragma kanan, pada linea mid
klavikularis kanan (perubahan suara perkusi dari sonor ke redup,
normal pada RIC V kanan) dan tentukan batas jantung kanan.
AUSKULTASI 0 1 2
20 Lakukan auskultasi suara napas pada dada bagian depan mulai
dari daerah apek paru sampai ke basal paru secara simetris
bandingkan paru kiri dengan kanan. (Dalam keadaan normal
dapat didengan suara napas vesikuler )
21 Lakukan auskultasi suara napas trakeal ( normal pada derah leher
/trakea), suara napas bronkial ( normal pada daerah supra sterna)
dan suara napas bronkovesikuler ( normal dapat didengar pada
interkostal I dan II di linea sternalis )
22 Mendengarkan suara napas tambahan ( ronkhi, whizing,
amporik, dll)
INSPEKSI
0 1 2
INSPEKSI PUNGGUNG ( dalam keadaan statis )
23 Perhatikan bentuk dinding toraks bagian belakang serta bentuk
tulang belakang adakah ada kelainan bentuk (kiposis, skolisis,
lordosis atau gibus dll) (Pasien disuruh memegang kedua
bahunya dengan tangan disilang)
24 Bandingkan bentuk dinding toraks belakang kiri dengan kanan
apakah simetris atau tidak.
INSPEKSI PUNGGUNG ( dalam keadaan dinamis)
25 Perhatikan pergerakan dinding toraks belakang / punggung kiri
dengan kanan, apakah sama atau tidak.
PALPASI
0 1 2
26 Lakukan pemeriksaan pengembangan rongga toraks belakang.
27 Lakukan pemeriksaan tactil fremitus (stem fremitus) pada toraks
belakang mulai dari atas ke bawah dan bandingkan kiri dengan
kanan secara simetris dengan cara tangan disilangkan, sambil
pasien disuruh menyebut 77 (tujuh tujuh).
PERKUSI
0 1 2
28 Lakukan perkusi pada kedua hemithorax belakang kiri dan kanan
mulai dari pungggung atas ke bawah, bandingkan kiri dengan
kanan.
29 Tentukan batas bawah paru belakang kanan dan kiri (normal
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 1
vertebra Th X/XI )
30 Tentukan peranjakan batas paru belakang / diafragma. (tentukan
batas paru saat ekspirasi kemudian tentukan batas paru saat
inspirasi dalam. (normal batas paru beranjak turun 2 jari (+ 4
cm)
AUSKULTASI
0 1 2
31 Lakukan auskultasi suara napas mulai dari punggung bagian atas
secara simetris kiri dengan kanan sampai ke bawah ( normal
dapat didengar suara napas vesikuler )
32 Dengarkan suara napas bronkovesikuler. ( normal dapat didengar
pada daerah interskapula ).
33 Mendengarkan suara napas tambahan ( ronki, whizing dll )
34 Cuci tangan setelah melakukan pemeriksaan fisik paru
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 2
1. PENGANTAR
Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) adalah termasuk teknik pewarnaan bakteri khusus atau
selektif, oleh karena teknik ini hanya ditujukan untuk golongan bakteri tertentu saja, yaitu khusus
untuk kuman Mycobacterium.
Waktu: 2 x 2 x 50 menit /minggu
Hari I : melaksanakan pewarnaan slide, membaca hasil & interpretasi pewarnaan BTA
Hari II : ujian
Tempat: Laboratorium sentral FK Unand
2.1.Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu menyiapkan, melaksanakan,
membaca serta menginterpretasikan hasil pewarnaan BTA secara benar.
2.2.Tujuan Khusus
1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
Pewarnaan BTA.
2. Mampu membuat sediaan untuk Pewarnaan BTA dengan benar.
3. Mampu melakukan sendiri pewanaan BTA dengan benar sesuai dengan masing-masing
urutan tahap-tahapnya sehingga didapatkan hasil pewarnaan sediaan yang baik.
4. Mampu menunjukkan dan menjelaskan mana mana bakteri yang Basil Tahan Asam pada
pewarnaan BTA.
5. Mampu menginterpretasikan hasil teknik pewarnaan bakteri ini dan melaporkan secara tertulis
3. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merujuk pada 5 simple step of teaching in skill lab:
1. Overview
2. Silent demonstration
3. Description
4. Memorizing
5. Performance
4. PRASYARAT :
1. Memiliki ketrampilan penggunaan mikroskop dengan benar
2. Memiliki ketrampilan tata cara perlindungan pribadi (”universal precaution”), terutama
menangani mikroba patogen.
5. DASAR TEORI
Bakteri adalah mikroba dengan ukuran yang sangat kecil. Parameter yang dipakai untuk
mengukur mikroba tersebut adalah mikrometer (0.001mm). Sehingga praktis bakteri tidak dapat
dilihat dengan mata tanpa bantuan alat. Sejak ditemukannya mikroskop, maka bakteri sudah dapat
dilihat. Hanya saja oleh karena bakteri mempunyai index bias cahaya yang relatif sama dengan
kaca object,di bawah mikroskop bayangannya tidak begitu jelas,sehingga diperlukan teknik
pewarnaan tertentu untuk memperjelas bentuk serta ukuran bakteri itu.
Dalam bidang Mikrobiologi dikenal beberapa teknik pewarnaan terhadap bakteri yang pada
dasarnya adalah merupakan reaksi ikatan antara zat warna dengan komponen-komponen pada
bakteri terutama yang terdapat pada dinding sel dan sitoplasma. Di antara sekian banyak teknik
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 3
pewarnaan terhadap bakteri yang sering dipakai dalam pelayanan medis adalah Pewarnaan
Gram dan Pewarnaan Basil Tahan Asam ( BTA ). Oleh sebab itu diharapkan sekali mahasiswa
kedokteran paham sekali akan kedua teknik pewarnaan ini, baik dari segi dasar teoritis, aplikasi
maupun interpretasinya untuk pemanfaatan di bidang klinis.
Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) adalah termasuk teknik pewarnaan bakteri khusus atau
selektif, oleh karena teknik ini hanya ditujukan untuk golongan bakteri tertentu saja. Dasar
Pewarnaan ini yaitu adanya kemampuan genus Mycobacterium yang tetap mempertahankan zat
warna utama ( Carbol fuchsin ) dan tidak luntur (decolorized) walaupun dicuci dengan alkohol
dan asam (HCl). Sifat tahan terhadap pelunturan (decolorization) dengan asam inilah yang
mendasari keluarnya istilah Tahan Asam (Acid Fastness). Sedangkan bakteri-bakteri lain
termasuk sel-sel darah merah,sel-sel darah putih serta sisa-sisa jaringan akan melepaskan zat
warna utama ini. Sehingga bakteri genus Mycobacterium akan tampak berwarna merah.
Sedangkan selain bakteri ini akan diwarnai oleh zat warna latar belakang (counter stain) yaitu
berwarna biru ( Methylen Blue ). Kemampuan mempertahankan zat warna utama (carbol fuchsin)
pada genus Mycobacterium disebabkan bakteri-bakteri ini mempunyai struktur dinding sel yang
unik yaitu banyak mengandung ikatan lemak (lipid) yang tebal. Struktur lemak ini akan berikatan
kuat dengan carbol fuchsin, Apalagi dibantu dengan pemanasan sampai keluar uap sehingga zat
warna menembus masuk kedalam sitoplasma sel bakteri.
Hasil pemeriksaan BTA ini dilaporkan berdasarkan IUATLD (International Unit Associated
Treatment Lung Disease). Kriterianya adalah sebagai berikut:
6. PROSEDUR KERJA
- Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)
Indikasi pewarnaan Basil Tahan Asam:
1. Pemeriksaan langsung pada kasus-kasus Tb.paru dan Tb jaringan lainnya
2. Pemeriksaan langsung pada kasus-kasus dugaan Lepra.
3. Pemeriksaan konfirmatif pada hasil pemeriksaan biakan / kultur Tb sendiri.
Prosedur pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) (lihat gambar pada lampiran):
1. Dengan memakai tissu atau kapas alkohol dibersihkan kaca objek secukupnya.
2. Ambil ose yang ujungnya berbentuk lingkaran, kemudian pijarkan dengan lampu spiritus.
Kemudian dinginkan sebentar pada suhu kamar.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 4
3. Celupkan ujung ose tersebut ke dalam cairan bahan pemeriksaan ( sputum ) dan oleskan
secara merata di atas kaca objek dengan ketebalan dan luas secukupnya. Pilih sputum
dengan bahan mucin yang tebal, kalau ada bercak darah pilih yang ada bercak darah.
4. Genangi dengan zat warna utama ( Larutan Carbol fuchsin ) selama 5 menit, sementara
itu panaskan dengan nyala api dari bawah kaca objek beserta genangan carbol fuchsin
sampai keluar asap dari genangan carbol fuchsin itu.
5. Buang genangan zat warna carbol fuchsin panas tersebut. Cuci dengan aliran kecil air
keran.
6. Letakkan kaca objek itu di atas standarnya kemudian genangi dengan larutan asam-
alkohol selama lebih kurang 1 menit ( sampai zat warna carbol fuchsin luntur ).
7. Celupkan beberapa saat kaca objek tersebut ke dalam larutan asam-alkohol.
8. Bersihkan sisa asam-alkohol dengan mencucinya pada aliran kecil air keran.
9. Letakkan kaca objek pada standarnya dan genangi dengan larutan zat warna latar belakang
(counter stain), Methylen Blue. Biarkan selama 1 menit.
10. Buang larutan zat warna Methylen Blue tersebut kemudian cuci dengan aliran kecil air
keran sampi tidak ada lagi zat warna biru mengalir.
11. Keringkan kaca objek yang telah siap diwarnai tersebut dengan kertas saring dan lihat
dengan mikroskop sebagaimana pada pada pewarnaan Gram di atas.
12. Tunjukkan mana bakteri yang Basil Tahan Asam tersebut mana yang bukan.
Interpretasi hasil :
Pewarnaan BTA :
BTA (+) : tampak kuman berwarna merah, berbentuk batang halus kadang-
kadang bergranul disertai kuman-kuman lain non BTA dan sel leukosit yang
berwarna biru.
BTA (-) : tidak ditemukan kuman batang berwarna merah, hanya terlihat kuman-
kuman non BTA dan sel leukosit yang berwarna biru
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 5
Nama : ...........................................................
No. BP : ...........................................................
Kelompok : ...........................................................
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
2 Menyampaikan kepada pasien tujuan pemeriksaan
3 Menyiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan BTA
4 Membuat sediaan (preparat) untuk pewarnaan BTA
5 Melakukan proses pewarnaan BTA sesuai dengan tahap
demi tahap yang benar
6 Melakukan pemeriksaan peparat dengan mikroskop
dengan benar.
7 Menunjukkan mana bakteri BTA dan mana yang bukan
BTA.
8 Menginterpretasikan hasil pemeriksaan BTA dan
melaporkan secara tertulis
9 Menyampaikan kepada pasien hasil pemeriksaan
TOTAL
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 = Dilakukan dengan sistematis, berurutan dan lancar
(……………..…………….)
NIP.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 6
1. PENGANTAR
Pemeriksaan radiografi toraks dilakukan untuk menilai jantung, paru, mediastinum dan
dinding dada. Pemeriksaan radiografi toraks untuk menilai jantung dan paru sangat penting untuk
penilaian awal dan merupakan pelopor untuk pemeriksaan berikutnya. Pada tahap ini, akan
diberikan keterampilan mengenai radioanatomi foto toraks. Proyeksi rutin pemeriksaan radiografi
toraks adalah proyeksi Postero-Anterior (PA) dan lateral.
3. STRATEGI PEMBELAJARAN
4. PRASYARAT
5. TEORI
Radiografi toraks di baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di sisi kiri
pemeriksa atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa. Pada radiografi toraks, jantung
terlihat sebagai bayangan opak (putih) di tengah dari bayangan lusen (hitam) paru-paru.
Syarat layak baca radiografi toraks, yaitu:
1. Identitas
Foto yang akan dibaca harus mencantumkan identitas yang lengkap sehingga jelas apakah
foto yang dibaca memang milik pasien tersebut.
2. Marker
Foto yang akan di baca harus mencantumkan marker R (Right/ kanan) atau L (Left/ kiri).
3. Os scapula tidak superposisi dengan toraks
Hal ini dapat tercapai dengan posisi PA, tangan di punggung daerah pinggang dengan sendi
bahu internal rotasi.
4. Densitas cukup
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 7
Densitas foto dikatakan cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di belakang jantung terlihat
samar.
5. Inspirasi cukup
Pada inspirasi yang tidak adekuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan terlihat lebar dan
mendatar, corakan bronkovaskular akan terlihat ramai/ memadat karena terdorong oleh
diafragma. Inpirasi dinyatakan cukup jika iga 6 anterior atau iga 10 posterior terlihat
komplit. Iga sisi anterior terlihat berbentuk huruf V dan iga posterior terlihat menyerupai
huruf A.
Gambar 2. Inspirasi cukup jika terlihat komplit iga 6 anterior atau iga 10
posterior.
Gambar 3.
Pengaruh inspirasi terhadap ukuran jantung dan corakan bronkovaskular.
A.Inspirasi kurang, B. Inspirasi cukup.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 8
6. Simetris
Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak yang sama antara prosesus
spinosus dan sisi medial os clavikula kanan - kiri. Posisi asimetris dapat mengakibatkan
gambaran jantung mengalami rotasi dan densitas paru sisi kanan kiri berbeda sehingga
penilaian menjadi kurang valid.
sk clav
Prosesus
Gambar 4. Jarak yang sama antara prosesus spinosus dengan sisi medial os clavikula
bilateral.
2. Bentuk tubuh
Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus) jantung berbentuk panjang dan ke
bawah. Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran melintang. Diafragma letaknya
mendatar sehingga jantung seolah tergantung (cor pendulum). Sebaliknya pada orang yang
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 9
gemuk dan pendek (piknikus); letak jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang
lebih besar disertai diafragma yang letaknya lebih tinggi.
Bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum/ pigeon chest, pectus carinatum,
kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis, kifosis atau hiperlordosis dapat
mempengaruhi bentuk dan letak jantung.
3. Kelainan paru
Kelainan luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung. Fibrosis atau
atelektasis dapat menarik jantung, sedangkan efusi pleura dan pneumotorak dapat
mendorong jantung.
Radioanatomi toraks proyeksi PA/ AP
- Trakea dan brous kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen (hitam) yang superposisi dengan
vertebra
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus kostofrenikus. Sinus
kostofrenikus normal berbentuk lancip.
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut sinus kardiofrenikus.
- Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru. Perbedaan tinggi kedua
diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh kurang dari 1,5
cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 0
Gambar 8. Diafragma pada foto toraks PA. Cara menilai tinggi kubah
diafragma.
- Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan bersambung
dengan mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava superior.
- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di sebelah kiri
kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung melengkung ke dalam (konkaf)
yang disebut pinggang jantung.
- Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis.
- Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left atrial appendage).
- Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan konveks
ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu
disebut sebagai apex jantung.
- Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya para-vertebral kiri
dari arkus sampai diafragma.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 1
- Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri berada di depan kolumna
vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri disebut ruang belakang jantung (retrocardiac
space) yang radiolusen karena adanya paru-paru.
- Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.
Gambar 11.
Radioanatomi lobus paru kanan radiografi toraks PA dan lateral
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 2
Gambar 12. Radioanatomi lobus paru kiri radiografi toraks PA dan lateral
maka garis C ditarik melalui pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang menarik garis
C ini dari sinus kostofrenikus kanan ke sinus kostofrenikus kiri. Perbedaan kedua cara ini
tidak begitu besar, sehingga dapat dipakai semuanya.
Rumus :
Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR kurang dari 50%.
Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai berikut :
- Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A, maka garis A ini
panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding toraks kanan.
- Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-clavicular line).
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di bawah tepi
manubrium sterni.
c. Prosedur kerja
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 4
- Ventrikel kiri
22 Melakukan pengukuran jantung (Cardio-Thoracic Ratio)
TOTAL
Keterangan :
Untuk no. 1, 4-22:
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan dengan perlu perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
(……………..…………….)
NIP.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 6
PEMERIKSAAAN HIDUNG
1. PENGANTAR
Pemeriksaan hidung (pemeriksaan fisik hidung luar, rinoskopi anterior, demonstrasi
pemasangan tampon anterior dan rinoskopi posterior) merupakan salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran dalam menyelesaikan pendidikannya,
sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012 dimana
kompetensi pemeriksaan fisik hidung merupakan kompetensi 4, artinya semua mahasiswa
harus mampu melakukannya secara mandiri, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Daftar kompetensi keterampilan pada sistem respirasi (hidung) SKDI 2012
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 7
Agar mahasiswa dapat memahami prinsip - prinsip dalam melakukan pemeriksaan fisik
hidung maka di dalam modul ini dibuatkan panduan yang akan menuntun mahasiswa
memahami mulai dari anatomi fisiologi saluran nafas atas dan hidung sampai bagaimana
teknik melakukan pemeriksaan fisik hidung dengan baik.
Pada akhir modul ini diharapkan mahasiswa dapat menguasai keterampilan dalam
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik hidung sesuai dengan tujuan pembelajaran
berikut :
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 8
Untuk mengetahui penyakit atau kelainan hidung, perlu diingat kembali tentang
anatomi hidung. Anatomi dan fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali
sebelum terjadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi suatu
penyakit atau kelainan.
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya :
1) Pangkal hidung (bridge)
2) Batang hidung (dorsum nasi)
3) Puncak hidung (tip)
4) Ala nasi
5) Kolumela
6) Lobang hidung (nares anterior)
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 9
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot lecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung.
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak
di bawah hidung, yaitu :
1) Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2) Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (cartilago alar mayor)
3) Tepi anterior cartilago septum nasi
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan
kavumnasi kiri. Pintu atau lobang masuk bagian depan disebut nares anterior dan lobang
belakang disebut dengan nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan
nasofaring.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang
nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 0
mempunyai banyak kelenjer sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior.
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan. Bagian tulang adalah :
1. Lamina perpendikularis os ethmoid
2. Vomer
3. Krista nasalis os maksila
4. Krista nasalis os palatina.
Bagian tulang rawan adalah :
1. Kartilago septum (lamina kuadrangularis)
2. Kolumela
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 1
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada
bagian tulang, sedangkan luarnya dilapisi oleh mukos hidung.
Pada dinding lateral terdapat tiga buah konka, yaitu yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil konka media, lebih kecil lagi
konka superior, sedangkan yang terkecil (rudimenter) dinamakan konka suprema.
Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan
labirin ethmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari
labirin ethmoid.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 2
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus. Tergantung letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medisu
dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus
medius terletak di antara konka media dan dinding lateral hidung. Pada meatus medius
terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus ethmoid anterior. Pada meatus
superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat muara
sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan
os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk lamina
kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina kribriformis
merupakan lempeng tulang berasal dari os ethmoid, tulang ini berlobang lobang
(kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian
posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.
Kompleks osteomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang
dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang
membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum ethmoid, hiatus semilunaris,
bula ethmoid, agger nasi dan resesus frontal. Jika terjadi obstruksi atau sumbatan pada
celah yang sempit ini maka akan terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus
sinus yang terkait.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 3
Perdarahan Hidung
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. ethmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang dari a. optalmika dari a. karotis interna.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris
interna, diantaranya ialah ujung a. palatina mayor, dan a. sfenopalatina yang keluar dari
foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang
ujung posterior konka media.
Vena vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan
arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. optalmika yang
berhubungan dengan sinus kovernosus, vena vena di hidung tidak mempunyai katup,
sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke
intrakranial.
Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
ethmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n.
optalmikus (N V-1).
Rongga hidung lainnya, selain memberikan persarafan sensoris, juga memberikan
persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion sfenopalatina terletak
di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.
Fungsi penghidu berasal dari n. olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina kribrosa
dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel sel reseptor
penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 4
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 5
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 6
Untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan di telinga, hidung,
dan tenggorok diperlukan kemampuan melakukan anamnesis dan pemeriksaan organ-organ
tersebut. Kemampuan ini merupakan bagian dari pemeriksan fisik bila terdapat keluhan
atau gejala yang berhubungan dengan kepala dan leher. Banyak penyakit sistematis yang
bermanifestasi di daerah telinga, hidung atau tenggorok demikian juga sebaliknya. Untuk
mendapatkan kemampuan dan keterampilan ini, perlu latihan yang berulang-ulang.
Kamar periksa THT memerlukan sebuah meja alat yang berisi alat-alat THT (THT
set) dengan lampu kepala yang arah sinarnya dapat disesuaikan dengan posisi organ yang
akan diperiksa. serta suction) serta obat-obatan dalam botol yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
Di samping meja alat harus disiapkan kursi yang dapat diputar, ditinggikan serta
dapat direbahkan sebagai tempat berbaring untuk pasien sesuai dengan posisi yang
diinginkan pada pemeriksaan dan kursi dokter yang juga dapat berputar yang diletakkan
saling berhadapan.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 7
Jika kursi pasien seperti itu tidak ada sebaiknya selain dari kursi pasien, disediakan
juga sebuah tempat tidur.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 8
ANAMNESIS
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 9
Pasien duduk dengan posisi badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari
kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat hidung.
Atur lampu kepala supaya fokus dan tidak mengganggu pergerakan, kira kira 20- 30 cm di
depan dada pemeriksa dengan sudut kira kira 60 derajat, lingkaran focus dari lampu,
diameter 2-3 cm.
Hidung Luar
Bentuk hidung luar diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung. Apakah
ada pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jari dapat dipalpasi
adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada peradangan hidung dan sinus
paranasal.
RINOSKOPI ANTERIOR
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 0
RINOSKOPI POSTERIOR
o Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no. 2-4. Kaca ini dipanaskan dulu
dengan lampu spritus atau dengan merendamkannya di air panas supaya kaca tidak
menjadi kabur oleh nafas pasien.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 1
o Sebelum dipakai harus diuji dulu pada punggung tangan pemeriksa apakah tidak
terlalu panas.
o Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas melalui mulut kemudian
kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah
itu pasien diminta bernafas melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh
menyentuh dinding posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk muntah.
o Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca tenggorok dan diperhatikan :
septum nasi bagian belakang
nares posterior (koana)
sekret di dinding belakang faring (post nasal drip) dengan memutar kaca
tenggorok lebih ke lateral maka tampak konka superior, konka media dan
konka inferior.
Dapat dilihat nasopharing, perhatikan muara tuba, torus tubarius dan massa
di fossa Rossenmuller.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 2
Dalam kasus epistaksis anterior aktif, hidung dibersihkan dari gumpalan darah oleh
penghisap atau suction dan upaya dilakukan untuk melihat sumber pendarahan. Pada
perdarahan minor, dilakukan pertolongan pertama dengan melakukan menekan ala nasi
atau cuping hidung selama lebih kurang 5-10 menit. Jika perdarahan tidak berhenti, jika
sumber perdarahan dapat terlihat, kauterisasi daerah perdarahan dapat dilakukan dengan
menggunakan AgNO3.
Jika perdarahan berlangsung lebih berat dan sumber perdarahan sulit untuk
dilokalisasi, tampon anterior harus dilakukan. Untuk ini, gunakan kain kasa pita (rol
tampon). Sekitar 1 m kasa (lebar 2,5 cm pada orang dewasa dan 12 mm pada
anak-anak) diperlukan untuk setiap rongga hidung.
Pertama, beberapa sentimeter dari kasa dilipat dan dimasukkan di sepanjang lantai
hidung dan kemudian rongga hidung seluruhnya padat oleh lapisan kain kasa dari lantai
ke atap. Packing juga bisa dilakukan di lapisan vertikal dari belakang ke depan
(Gambar
Pack dapat dihapus setelah 24 jam, jika perdarahan telah berhenti. Kadang-kadang,
itu harus terus selama 2-3 hari; dalam kasus itu, antibiotik sistemik harus diberikan untuk
mencegah infeksi sinus dan toxic shock syndrome.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 3
Gambar 18. Metode pemasangan tampon anterior secara vertikal dan secara
horizontal
TAMPON POSTERIOR
Hal ini diperlukan untuk pasien epistaksis posterior. Satu tampon posterior
disiapkan dengan mengikat tiga buah benang dengan sepotong kain kasa digulung menjadi
bentuk kerucut.
Sebuah kateter karet dilewatkan melalui hidung dan akhirnya dibawa keluar dari
mulut (Gambar). Ujung benang terikat untuk itu dan kateter ditarik dari hidung. Pack, yang
mengikuti benang, sekarang dipandu ke nasofaring dengan jari telunjuk.
Anterior rongga hidung sekarang dikemas dan benang diikat di atas roll gigi. Ini
membantu dalam melepaskan mudah tampon nanti. Pasien yang membutuhkan tampon
posterior harus selalu di rawat di rumah sakit.
Pilihan lain untuk tampon posterior, adalah menggunakan sebuah Foley kateter
ukuran 12-14 F. Setelah penyisipan balon lalu digelembungkan dengan 5- 10 ml saline,
balon mengembang dan ditarik ke depan sehingga choana menjadi tertekan.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 4
REFERENSI
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan
Leher. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Edisi 6. 2007
2. Disease of Ear Nose and Throat & Head and Neck Surgery. Elsevier, 5th
Edition, 2014.
3. Basic Otorhinolaryngology, a Step by Step Learning Guide. Thieme, 2nd
Edition, 2006.
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
LAMPIRAN 1:
DAFTAR TILIK PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK 4
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN HIDUNG
BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI
SEMESTER IV TA.2017/2018
Nama Mahasiswa : ……………
BP. : ……………
Kelompok : …………...
SKOR
NO. ASPEK PENILAIAN
0 1 2
I. TAHAP PERSIAPAN:
1. Memberikan salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan (informed consent)
3. Persiapan alat-alat pemeriksaan
II TAHAP PELAKSANAAN
4. Melakukan pemeriksaan hidung luar
5. Melakukan rinoskopi anterior
Kavum nasi
Sekret /massa
Konka media dan inferior
Septum nasi
6. Menjelaskan pemeriksaan rinoskopi posterior
7. Menjelaskan pemasangan tampon hidung
III TAHAP INTERPRETASI
8. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada instruktur
9. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
TOTAL
Keterangan :
Skor 0 : tidak dilakukan
Skor 1 : dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 2 : dilakukan dengan sempurna
Nilai Ketrampilan : total skor x 100 = ...............
24
Padang
..............................
Buku Panduan Keterampilan Klinis Blok 2.6 Respirasi (THT-KL) – Ed. 3 Tahun
2018