Anda di halaman 1dari 31

Referat

HIPERGLIKEMIA PADA
ANAK DAN REMAJA
OLEH :
Mega Utami Mulyadi 1710311034
Zul’afiyati Huwaida 1710312015
Muhammad Tsani Mudzakir 2040312147
Adiatma Arli 2040312011
Vinta Nuranisyah 2040312053

Preseptor : dr. Khairunnisa, Sp.A


BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Peningkatan kadar glukosa darah melebihi
Hiperglikemia batas normal
• Hiperglikemia dapat dicetuskan oleh berbagai keadaan
• Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit DM
• Diabetes mellitus: ↑ kadar gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya.
• DM tipe 1 adalah yang jenis DM yang paling banyak ditemukan pada anak
• Penyakit DM berpengaruh terhadap kualitas SDM serta berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup
besar

Perlunya diagnosis dini dan tatalaksana yang komprehensif untuk mengurangi insidensi dan komplikasi DM
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

HIPERGLIKEMIA Suatu kondisi medik yaitu terjadinya peningkatan


kadar glukosa darah melebihi batas normal

Kadar glukosa darah puasa (plasma) normal pada anak yaitu


<126 mg/dl (7 mmol/L)
Kadar glukosa darah sewaktu normal yaitu < 200 mg/dl (11,1
mmol/L
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi DM tipe 1 sekitar 10% dari
semua kasus diabetes yang menyerang
sekitar 20 juta orang di seluruh dunia.
• Prevalensi DM tipe 1 di Indonesia yaitu
sebanyak 1.220 kasus - (IDAI), 2018.
• Proporsi jenis kelamin perempuan (60%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(28,6%).
• DM tipe 2 paling sering ditemukan pada
dekade kedua kehidupan dan jarang
terjadi sebelum usia pubertas.
• Peningkatan kasus DM tipe-2 dikaitkan
dengan bertambahnya anak dengan gizi
lebih dan obesitas.
KLASIFIKASI

Berdasarkan etiologi, hiperglikemia diklasifikasikan menjadi:


• Diabetes tipe 1
• Diabetes tipe 2
• Diabetes monogenic
• Penyakit di luar pancreas
• Penyakit endokrin
• Infeksi
• Obat dan bahan kimia
• Kelainan genetik
Karakteristik
KLASIFIKASI
Tipe 1 Tipe 2 Monogenik
Genetik Poligenik Poligenik Monogenik
Onset 6 bulan s.d dewasa Pubertas s.d lebih tua Sering setelah pubertas
muda kecuali glukokinase dan
diabetes neonatal

Gambaran Klinik Sering akut, cepat Bervariasi: dari perlahan, Bervariasi: insidensial pada
sedang, hingga berat glukokinase

Berhubungan dengan:  
Autoimun Ya Tidak Tidak
Ketosis Sering Tidak Sering pada Diabetes
Neonatal
Obesitas Banyak Meningkat pada Populasi Banyak pada Populasi

Akantosis Nigrikans Tidak Ya Tidak


Angka Kejadian >90% Beberapa negara: <10% 1-3%?
(pada anak) Jepang: 60-80%

Orang Tua Diabetes 2-4% 80% 90%


ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

• Diabetes mellitus tipe 1: kerusakan sel beta pankreas sehingga


defisiensi insulin absolut
• Diabetes mellitus tipe 2: resistensi insulin dengan adanya defisiensi
insulin relatif atau dominan terganggunya sekresi insulin dengan
terjadinya resistensi insulin
PATOFISIOLOGI
Diabetes Melitus Tipe 1
PATOFISIOLOGI
Diabetes Melitus Tipe 2
Manifestasi Klinis Kondisi
Tidak ada Terdapat Keterlambatan
Kegawatan Kegawatan Diagnosis

Dehidrasi sedang - berat

Eneuresis ●
Muntah berulang, nyeri

Anak usia sangat muda

Kandidiasis Vagina abdomen

Hiperventilasi ->

Poliuria dalam keadaan Pneumonia

Gagal Tumbuh dehidrasi

Penurunan bb

Poliuria dan eneuresis

Iritabilitas ●
Nafas kussmaul ->ISK

Penurunan Prestasi ●
Penurunan kesadaran ●
Nyeri perut -> Akut

Hipotensi

Infeksi Berulang ●
Syok abdomen
Kriteria Diagnostik
Didasarkan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium glukosa darah
plasma dan ada atau tidaknya gejala.

Skin Prick Test tidak boleh dijadikan sebagai acuan untuk menegakkan
diagnosis Diabetes.
Kriteria Diagnostik
• biasanya muncul dengan gejala khas seperti poliuria, polidipsia,
nokturia, enuresis, penurunan berat badan —yang mungkin disertai
polifagia, gangguan perilaku termasuk penurunan kinerja sekolah, dan
penglihatan kabur.
• Jika ada gejala, pengukuran glukosa dan keton menggunakan
glukometer samping tempat tidur, atau tes "dipstick" urin untuk
likosuria dan ketonuria
Rekomendasi Diagnostik
Peningkatan Glukosa Terdapat Keton pada
Plasma (laboratorium) Darah/ urin -> Rujuk ke
Acak > 200mg/dl Spesialis anak Diabetik
Puasa > 126mg/dl Untuk tatalaksana

Tidak boleh
Hiperglikemia pada Kondisi
berdasarkan
Stress, Infeksi Akut, Trauma
Rekomendasi Diagnostik

Usia kurang dari 12 bulan dan


Hiperglikemia puasa ringan (5,5-8,5
terutama dalam 6 bulan pertama
mmol [100-150 mg/dL])
kehidupan

Riwayat pajanan terhadap obat-


Periode bulan madu yang
obatan yang diketahui toksik
berkepanjangan
Nilai Gula Darah Plasma

Kadar Glukosa plasma Puasa Glukosa Plasma OGTT HbA1c > 6.5% Petanda ini harus
1. FPG <5,6 mmol/L (100 Glukosa plasma pasca-beban 2 dilakukan sesuai standar
mg/dL) => glukosa puasa <(140 mg/dL) = toleransi National Glycohemoglobin
normal glukosa normal Standardization Program
2. FPG 5,6-6,9 mmol/L (100-125 2 jam pasca beban glukosa (NGSP) pada laboratorium yang
mg/dL) => IFG <(140-200 mg/dL) = IGT tersertifikasi
3. FPG 7.0 mmol/L (126 mg/dL) Glukosa plasma 2 jam pasca dan terstandar dengan assay
=>diagnosis sementara beban(200 mg/dL) =diagnosis Diabetes Control and
diabetes sementara diabetes Complications Trial (DCCT)
Tatalaksana
Penatalaksanaan pada diabetes memiliki beberapa pendekatan,
diantaranya adanya
• Edukasi
• Modifikasi gaya hidup
• Rekomendasi diet
• Edukasi aktivitas fisik
• Terapi medika mentosa.
Pada DM tipe 1
• Salah satu elemen utama terapi pada dm tipe ini adalah dengan
insulin.
• Selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin sering <0.5
IU/kg/hari. Prepubertas (diluar fase remisi parsial) biasanya
membutuhkan 0.7–1.0 IU/kg/hari. Selama pubertas kebutuhan akan
meningkat 1.2–2 IU/kg/hari
Pada DM tipe 2
• Dimulai dengan terapi inisial.
• Meliputi metformin dan/ atau insulin, tergantung gejala, beratnya
hiperglikemia, dan ada tidaknya ketosis/ ketoasidosis.
Pada pasien yang secara metabolik stabil (tanpa ketosis/ ketoasidosis),
HbA1c < 9% (atau gula darah sewaktu < 250mg/dL)
• Metformin dapat segera dimulai bersamaan dengan usaha
memodifikasi gaya hidup.
• Metformin dimulai dengan dosis 500 mg/ 24 jam, yang dapat
diberikan dengan dosis terbagi 250 mg/ 12 jam, selama 7 hari.
• Bila tidak ada efek samping, dosis bisa dinaikkan 500 mg per minggu
selama 3-4 minggu sampai mencapai dosis 1000 mg/ 12 jam, atau
menggunakan metformin lepas lambat 2000 mg/ 24 jam.
Pada pasien yang secara metabolik tidak stabil (dengan ketosis/
ketoasidosis), HbA1c ≥ 9% (atau gula darah sewaktu ≥ 250 mg/dL).
• Insulin basal diberikan mulai dengan dosis 0,25 -0,5 unit/ kg/ 24 jam.
• Pada saat ini metformin juga bisa dimulai kecuali bila ada asidosis.
• Perpindahan dari kombinasi insulin dan metformin ke metformin saja
dapat dilakukan dalam waktu 2-6 minggu, dengan menurunkan
bertahap dosis insulin 30-50% sambil menaikkan dosis metformin
• Selanjutnya dilakukan terapi lanjutan. Bila setelah penggunaan
monoterapi dengan metformin selama 3-4 bulan gagal mencapai
target HbA1c < 6,5%, penambahan insulin basal sangat dianjurkan.
Bila setelah penggunaan metformin dan insulin basal sampai dosis 1,2
unit/ kg belum mencapai target HbA1c, maka bolus insulin kerja
pendek sebelum makan bisa ditambahkan dengan dosis titrasi sampai
mencapai target HbA1c.
Pada Maturity Onset Diabetes Of the Young (MODY)

• Hiperglikemia dapat dikontrol dengan Sulfonilurea, tanpa


menggunakan insulin
• Dosis awal rendah (seperempat dosis awal normal pada dewasa)
untuk mencegah hipoglikemia.
Pada Diabetes Neonatal

• Menilai GIR (Glucose Infusion Rate).


• Hiperglikemia yang menetap pada GIR rendah (4 mg/kg/menit) dapat
mengindikasikan defisiensi insulin relatif atau resistensi insulin
• Pertimbangkan insulin jika kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl,
dan jika glukosa urin lebih dari 2+ dalam dua sampel terpisah yang
diperoleh dengan selang waktu empat jam.
Komplikasi
• Hipertensi retinopati
• Nefropati
• Neuropati
• Dislipidemia
• Atheroskelrosis
• Disfungsi vaskuler
• Inflamasi sitemik
Pada Neonatus

• Peningkatan risiko kematian di antara bayi prematur dan BBLR


• hiperglikemia yang berkepanjangan memiliki peningkatan risiko terjadinya
perdarahan intracranial
• Dehidrasi
• Retinopati prematuritas
• Penyakit bronkopulmoner
• Gangguan kekebalan
• Peningkatan risiko sepsis
Prognosis
• Diabetes tipe 1 memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Harapan
hidup berkurang 10-20 tahun bagi banyak individu
• Diabetes tipe 2 onset muda dikaitkan dengan peningkatan insiden
penyakit ginjal stadium akhir secara substansial dan kematian pada usia
paruh baya.
• Hiperglikemia neonatus, terutama pada neonatus prematur, biasanya
dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas dan morbiditas. Tingkat
keparahan dampak meningkat dengan hiperglikemia berkepanjangan.
BAB 3

KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik yaitu terjadinya peningkatan kadar glukosa
darah melebihi batas normal.

Hiperglikemia dapat dicetuskan oleh berbagai keadaan

Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit DM

• Diabetes melitus tipe 1 adalah yang paling banyak ditemukan pada anak

• Kasus DM tipe 2 pada anak dan remaja dikaitkan dengan faktor risiko obesitas, genetik
dan etnik, serta riwayat DM tipe 2 di keluarga
KESIMPULAN

• Faktor risiko diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi faktor risiko


yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

• Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan glukosa darah.

• Tatalaksana meliputi edukasi, modifikasi gaya hidup, rekomendasi diet,


edukasi aktivitas fisik dan terapi medikamentosa.

Anda mungkin juga menyukai