Anda di halaman 1dari 34

Clinical Scientific Session

TATALAKSANA
COMMUNITY ACQUIRED
PNEUMONIA Oleh:

Muhammad Tsani Mudzakir 1610313014


Rahmadhya Khairina Rianti 1610313024

Preseptor:

dr. Afriani, Sp.P(K)


01
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, maupun parasit.
Di Indonesia 2010, 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi
kasus 53.95% untuk laki-laki dan 46.05% untuk perempuan, dengan crude fatality rate
(CFR) 7.6%
Mengingat prevalensi CAP dan potensinya untuk menyebabkan penyakit parah,
penyedia layanan gawat darurat harus memiliki pemahaman menyeluruh tentang kondisi
multifaset ini dan dapat mengambil pendekatan yang berbeda untuk manajemen.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini ialah untuk menambah wawasan serta pengetahuan pembaca
dan penulis mengenai tatalaksana CAP (community acquired pneumonia).

BATASAN PENULISAN
Batasan penulisan ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
risiko, manifestasi klinis, diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis dari
CAP (community acquired pneumonia).

METODE PENULISAN
Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk
dari berbagai literatur.
02
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Infectious • Infeksi akut parenkim paru yang ditandai dengan
terdapatnya infiltrat baru pada foto toraks atau
Diseases ditemukannya perubahan suara napas dan atau ronkhi
Society of basah lokal pada pemeriksaan fisik paru yang konsisten
dengan pneumonia pada pasien yang tidak sedang
America dirawat di rumah sakit atau tempat perawatan lain dalam
waktu 14 hari sebelum timbulnya gejala.
(IDSA)

• Timbulnya gejala infeksi saluran napas bawah yaitu:


British batuk ditambah minimal satu gejala infeksi saluran
napas bawah lain; perubahan hasil pemeriksaan fisik
Thoracic paru; paling kurang satu dari tanda sistemik
(berkeringat,demam, menggigil,dan atau suhu
Society (BTS) ≥380C); respons setelah pemberian antibiotik.
EPIDEMIOLOGI
 Rata-rata kasus pneumonia dalam setahun adalah 12
kasus setiap 1000 orang. Mortalitas pada penderita CAP
yang membutuhkan perawatan rumah sakit diperkirakan
sekitar 7 - 14%
 Berdasarkan data RISKESDAS 2018 prevalensi
pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(nakes) adalah sekitar 2,0% sedangkan pada tahun 2013
adalah 1.8%.
 Angka mortalitas juga lebih tinggi ditemukan pada
Negara berkembang, pada usia muda, dan pada usia
lanjut, bervariasi dari 10 – 4 orang tiap 1000 penduduk di
negara-negara barat.
FAKTOR
RESIKO
• Usia
• Alkoholisme
• Nutrisi

• Merokok
• Penyakit Komorbid
ETIOLOGI
• Typical
Streptococcus pneumoniae, Haemophylus influenzae, dan
Pseudomonas aeruginosa.
• Atypical
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Rickettsia,
Legionella sp, dan juga berbagai virus respirasi lain seperti virus
influenza, adenovirus, dan respiratory synctial viruses (RSV).
Etiologi Pneumonia ATS 2007
MANIFESTASI KLINIS
A. Tipikal (keluhan maupun tanda kliniknya timbul mendadak)
1. Keluhan: malaise, demam tinggi, dan symptom pulmonal yang mencolok (sesak
nafas, rasa tidak enak di dada, nyeri pleuritik, batuk produktif dengan sputum
berdarah atau purulen)

2. Tanda klinik : demam tinggi, takipneu, takikardi, sianosis, dan kesadaran menurun
(bila berat).

3. Kelainan fisik paru : terjadi konsolidasi paru (tergantung bagian paru mana yang
terkena), stem fremitus mengeras, perkusi pekak, ronki basah (tergantung
stadiumnya), suara nafas vesikuler diperkeras atau bronkial
MANIFESTASI KLINIS
B. Atipikal
Keluhan dan tanda kliniknya timbul perlahan

1. Keluhan: demam serta batuk non-produktif.


2. Tampak ada konstitusional yang mencolok : sakit kepala, malaise mialgia.

3. Kelainan fisik tanda adanya infiltrat paru berupa ronki basah (halus sampai
sedang), sedangkan tanda fisik lain jarang.
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat
infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di
bawah ini :
1. Batuk-batuk bertambah
2. Perubahan karakteristik dahak / purulen
3. Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
4. Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
5. Leukosit > 10.000 atau < 4500
Setidaknya 1 dari
kriteria mayor
atau setidaknya 3
dari kriteria minor
diperlukan untuk
diagnosis
pneumonia berat.
PEMERIKSAAN
LANJUTAN
• Radiologi
Rontgent Vs CT-Scan
• Mikrobiologi
Perlunya melakukan pemeriksaan untuk menentukan
patogen spesifik penyebab CAP adalah terutama bila
hasil pemeriksaan tersebut dapat mengubah terapi
antibiotik yang diberikan.
Indikasi
Pemeriksaan
Lanjutan
(PDPI 2014)
PENILAIAN DERAJAT
KEPARAHAN
• PSI ( Pneumonia Severity Index)
• CURB 65 ( Confusion, Urea, Respiratory, BloodPressure, Age.65)
PSI
CURB-65
TATALAKSANA
● Antibiotik merupakan pilihan utama untuk
terapi farmakologis pneumonia komunitas. Hal
ini dikarenakan data epidemiologis pada
penelitian - penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa bakteri merupakan patogen yang sering
ditemukan, dan menjadi penyebab utama
pneumonia komunitas. Terapi antibiotik pada
pneumonia komunitas dapat diberikan secara
empiris maupun menyesuaikan berdasarkan
patogen penyebabnya
TATALAKSANA
Infectious Disease Society Association / Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan
American Thoracic Society (IDSA/ATS) Pneumonia Komunitas
Rawat Jalan
 Kondisi sehat dan tidak menggunakan  Tanpa faktor modifikasi : Beta laktam atau
beta laktam + anti beta laktamase
antibiotik selama 3 bulan :
 Dengan faktor modifikasi : beta laktam + anti
- Makrolide beta laktamase atau florokuinolon respirasi
- Doxycycline  Curiga pneumonia atipikal : makrolid baru
(roksitromisin, klaritromisin)
 Adanya komorbiditas atau penggunaan
antibiotik 3 bulan sebelumnya :
- Florokuinolon respirasi
- Beta laktam + makrolide atau doxycyline
sebagai pengganti makrolide apabila
ditemukan adanya resistensi
TATALAKSANA
Infectious Disease Society Association / Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan
American Thoracic Society (IDSA/ATS) Pneumonia Komunitas
Rawat Inap non ICU
 Floroquinolone respirasi  Tanpa faktor modifikasi : beta laktam
 Beta laktam + makrolide dengan + anti betalaktamase IV, atau
doxycyline sebagai alternatif dari Sefalosporin G2, G3 IV, atau
makrolide florokuinolon respirasi IV
 Dengan faktor modifikasi :
 
Sefalosporin G2, G3 IV, atau
florokuinolon respirasi IV
 Curiga infeksi atipikal ditambah
makrolid baru
TATALAKSANA
Infectious Disease Society Association / Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan
American Thoracic Society (IDSA/ATS) Pneumonia Komunitas
Rawat Inap ICU
 Beta laktam ditambah antara  Tidak ada faktor resiko pseudomonas :
azithromycin atau florokuinolone Sefalosporin G3 IV non pseudomonas +
 Curiga infeksi Pseudomonas : makrolid baru atau florokuinolon respirasi
- Antipneumococcus antipseudomonal beta IV
laktam (piperaciliin – tazobactam, cefepime,  Ada faktor resiko pseudomonas :
imipenem, atau meropenem) ditambah antara Sefalosporin anti pseudomonas IV atau
ciprofloxacin atau levofloxacin, atau karbapenem IV + florokuinolon anti
- Beta laktam + aminoglikosida dan pseudomonas (siprofloksasin) IV atau
azithromycin, atau aminoglikosida IV
- Beta laktam + aminoglikosida dan  Curiga infeksi atipikal : sefalosporin anti
antipneumococcus florokuinolone pseudomonas IV atau karbapenem IV +
aminoglikosida IV + makrolid baru atau
 
florokuinolon respirasi IV
TERAPI SULIH (SWITCHING
• THERAPY)
Keputusan untuk beralih dari terapi antibiotik intravena ke oral didasarkan pada
penilaian respon klinis, evaluasi gejala batuk, produksi sputum, dispnea, demam, dan
leukositosis. Setelah pasien stabil secara klinis, peralihan ke terapi oral dapat dilakukan
• Perubahan obat suntik ke oral juga harus memperhatikan ketersediaan antibiotik yang
diberikan secara intravena dan antibiotik oral yang efektivitasnya mampu mengimbangi
efektivitas antibiotik intravena yang telah digunakan

• Terapi pada pasien CAP dapat dihentikan apabila telah memenuhi: pasien setidaknya
mendapat terapi selama minimal 5 hari, bebas demam selama 48-72 jam, dan tidak
ditemukan lebih dari 1 tanda yang menunjukkan ketidakstabilitas klinik akibat CAP
TATALAKSANA

Rekomendasi
Terapi
Definitif
ATS/IDSA
KOMPLIKASI
• Pneumonia komunitas yang gagal diterapi dapat menyebabkan berbagai
komplikasi, bahkan berujung kematian. Gagal napas, yang dalam bentuk
berat dapat terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan sepsis
merupakan komplikasi yang dimungkinkan dapat terjadi
• Pada beberapa penelitian penyakit komorbiditas dapat mempengaruhi
perjalanan penyakit pneumonia komunitas itu sendiri, bahkan juga dapat
menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan benar
PROGNOSIS • Pada umumnya prognosis adalah baik,
tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyebab dan penggunaan
antibiotik yang tepat serta adekuat
serta perawatan yang baik dan intensif

• Angka kematian penderita pneumonia


komunitas kurang dari 5% pada
penderita rawat jalan, sedangkan
penderita yang dirawat di rumah sakit
menjadi 20%
PENCEGAHAN
 Menjaga daya tahan tubuh dengan
menerapkan pola hidup sehat
 Menjaga kebersihan dan menerapkan
etika batuk dan bersin
 Tidak merokok

 Vaksinasi
03
PENUTUP
KESIMPULA
• Pneumonia komunitas (Community Acquired Pneumonia) merupakan penyakit infeksi
Nyang paling sering ditemukan pada pasien dewasa, dan insidensinya meningkat pada
kelompok lansia
• Penyebab CAP yang paling umum adalah virus pernapasan, bakteri tipikal (misalnya,
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis) dan
bakteri atipikal (misalnya, Legionella spp, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae)
• Selain diagnosis, diperlukan pula keputusan apakah penderita akan diterapi di rawat
inap atau rawat jalan
• Pemberian antibioika inisial yang tepat sesuai profil pasien membantu memperkecil
angka mortalitas maupun morbiditas
SARAN
Pneumonia komunitas (Community Acquired Pneumonia) terus berkontribusi pada
morbiditas dan mortalitas pasien serta biaya perawatan kesehatan sehingga penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan strategi yang tepat untuk menurunkan
antibiotik tanpa adanya organisme penyebab, menentukan dosis dan durasi
penggunaan steroid tambahan, dan mengklarifikasi tindak lanjut pasien setelah keluar
dari rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai