PIS - PK
PROGRAM PROGRAM
PROGRAM INDONESIA PROGRAM INDONESIA INDONESIA
INDONESIA
SEJAHTERA SEHAT KERJA PINTAR
RENSTRA
2015-2019
D
T
KELUARGA SEHAT P
K 2
Keterkaitan Cita ke 5, Program Indonesia Sehat
(PIS) dan PIS-PK
Cita ke-5 IPM (Index Pem-
Kualitas Hidup bangunan Manusia
Percepatanterhadap
• Penanganan Eliminasi Tuberculosis
missing cases yang
disebabkan oleh underreported, unreacheable
maupun undetected terutama pada kasus
yang tidak terlaporkan pada fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan.
• Peningkatan compliance (kepatuhan dalam
pengobatan) baik kepatuhan individu dalam
minum obat maupun kepatuhan fasilitas dalam
pengobatan.
• Penanggulangan Tuberculosis Resisten
Obat/Multi-drug-resistant (MDR) karena tidak
efektifnya pengobatan TBC
Strategi Penurunan Kasus Tuberkulosis
RAKERKESNAS
2018
Penurunan Stunting
Dalam rangka Penurunan Stunting fokus pada
upaya pencegahan dan intervensi baik intervensi
spesifik (langsung di sektor kesehatan exp.
Imunisasi, PMT ibu hamil, promosi menyusui,dll)
maupun intervensi sensitif (tidak langsung diluar
sektor kesehatan exp. Penyediaan air bersih,
ketahanan pangan, keluarga berencana, dll)
melalui pendekatan “Lifecycle” pada remaja, ibu
hamil dan ibu menyusui, bayi 0-5 bulan, bayi 6-23
bulan, balita 24-59 bulan dan prasekolah. Untuk
BBLR dan/atau pendek mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan stimulasi dini.
Jenis Intervensi Penurunan Stunting Yang
Harus Ada Di Desa
Suplementasi
Tablet Tambah Darah
untuk Remaja Putri, Calon
Vitamin A
Pengantin, dan Ibu Hamil
Suplementasi STBM
Pemberian Makanan multivitamin dan
Tambahan untuk Ibu mineral (taburia)
Hamil Kurang Energi
Kronis (KEK) PAMSIMAS
Pemberian Makanan
Kelambu dan Obat Tambahan untuk Balita
kurus SANIMAS
Malaria (Endemis)
Kegiatan Posyandu
Promosi Makanan
Pendamping-ASI
Program Keluarga
Harapan
Kepulauan Riau
Bali
Bengkulu
D.I. Yogyakarta
PIS PK dan GERMAS
mendukung upaya penyelesaian masalah tuberculosis,
stunting dan imunisasi
WORKSHOP PENDAMPINGAN WILAYAH DAERAH
BINAAN DITJEN FARMALKES
BATAM, 5 - 8 APRIL 2018
PESERTA (80 Orang) terdiri dari :
- Unit Eselon II di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
- Perwakilan unit utama di lingkungan Kemenkes;
- Peserta daerah yang terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan 5 Provinsi Wilayah Daerah
Binaan,
- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Riau,
- dan perwakilan UPT
KEGIATAN :
Seluruh Dinas Kesehatan Provinsi Wilayah Daerah Binaan menyampaikan matriks
Rencana Aksi Daerah sesuai amanat Rakerkesnas 2018, Rencana Aksi Daerah
dimaksud akan disempurnakan menggunakan pola pengamatan data kegiatan secara
berjenjang untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
HASIL :
- Seluruh peserta Pendampingan Wilayah Daerah Binaan Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2018 akan memberikan perhatian sungguh-sungguh pada upaya-
upaya dan rencana tindak lanjut yang telah dirumuskan pada pertemuan ini.
- Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah akan dipantau secara rutin oleh Direktorat terkait di
lingkungan Kementerian Kesehatan, dan hasil pemantauan akan menjadi bahan
evaluasi bersama yang dikoordinasikan oleh Koordinator Pembina Wilayah. Secara
nasional, hasil monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Rencana Aksi Daerah akan
Laporan Hasil Pendataan dengan Aplikasi
Keluarga Sehat
Di Lima Wilayah Binaan Ditjen Farmalkes
88.081
85.162
59.881
93.475
Provinsi
Provinsi Provinsi Provinsi D.I.
No Indikator Provinsi Bali Kalimantan % IKS Nasional
Bengkulu Kepulauan Riau Yogyakarta
Utara
A B C D E F G H
1 Keluarga mengikuti program KB *) 40,0% 47,2% 45,0% 51,2% 38,2% 44,0%
2 Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan 69,3% 88,3% 93,6% 94,8% 78,5% 86,0%
3 Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) 93,8% 93,3% 96,2% 97,8% 83,5% 91,5%
4 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 83,2% 74,6% 86,6% 80,0% 70,0% 79,2%
5 Pertumbuhan Balita dipantau 77,3% 83,0% 92,4% 89,1% 64,6% 87,0%
6 Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar 41,4% 32,5% 27,6% 25,2% 31,8% 34,2%
7 Penderita hipertensi yang berobat teratur 26,8% 32,7% 17,9% 23,8% 39,3% 23,8%
8 Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan 35,7% 20,3% 15,1% 27,4% 16,8% 13,9%
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 43,3% 46,0% 55,7% 58,3% 42,5% 43,4%
10 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 51,4% 59,9% 68,8% 62,9% 46,9% 46,6%
11 Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih 96,5% 97,8% 98,3% 98,6% 91,8% 95,3%
12 Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga 92,7% 96,1% 98,0% 97,1% 87,5% 91,0%
Indeks Keluarga Sehat (IKS) 0,150 0,233 0,257 0,278 0,170 0,158
∑ Keluarga dengan IKS > 0,800 12.630 13.000 19.398 22.349 3.053 1.337.027
∑ Keluarga 84.199 55.825 75.483 80.341 17.947 8.458.299
Data per 6 April 2018
Keterangan : Keluarga Sehat > 0.800
Keluarga Pra Sehat 0.500 - 0.800
Keluarga Tidak Sehat < 0.500
Terlihat pada tabel, IKS tertinggi adalah Provinsi Bali sebesar 0,278, sedangkan yang terendah adalah Provinsi Bengkulu
sebesar 0,150. Bila dibandingkan dengan % IKS secara Nasional, Provinsi Bengkulu masih dibawah % IKS Nasional
KENDALA PELAKSANAAN PIS-PK
DI DAERAH BINAAN WILAYAH DITJEN FARMALKES
KENDALA SOLUSI
Pemahaman anggota Tim Dilakukan pelatihan kepada
anggota tim pelaksana
`
tentang pengisian kuesioner
belum sama
1
Menyusun roadmap untuk mencapai
target implementasi PIS-PK serta
melaksanakannya
PERAN DINAS PROVINSI dan KABUPATEN/KOTA
3. Melaporkan hasil pelaksanaan kepada penanggung jawab PIS-PK yaitu Kepala Dinas
Kesehatan
BIDANG YANKES
(KOORDINATOR PIS-PK)
1. Memahami konsep dan implementasi PIS-PK
2. Mendukung persiapan pelaksanaan PIS-PK sesuai Tupoksinya
3. Melakukan analisis hasil PIS-PK terkait program masing-masing dan
merencanakan intervensi lanjut
4. Melakukan intervensi lanjut hasil PIS-PK sesuai program masing-masing
5. Melakukan monitoring dan evaluasi sesuai pembagian Binwil yang mengacu
pada pedoman monitoring dan evaluasi pelaksanaan PIS-PK
6. Mengkoordinasikan hasil monitoring dan evaluasi kepada koordinator