Anda di halaman 1dari 10

Revolusi mental ala nabi.

Menanamkan mental positif sejak usia dini


Oleh:

Ahmad Zaimul Umam S.Pd.I [ Al Haromain – Malang]

Ledakan informasi di abad ini –barangkali – membuat banyak orang panik. Kehidupan yang
menyejukan telah berubah menjadi medan kompetisi kejam,mendorong mereka berpikir bahwa
untuk bisa bertahan hidup harus mengetahui segalanya. Karenanya, teramat wajar ketika kita
dapati anak anak didik saat ini benar- benar di pandang sebagai “ robot “cerdas yang hanya di
jejali ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga jam belajar menjadi saat “ pengisian “ ilmu
yang sangat mengerikan.

Dewasa ini sekolah sekolah didirikan tak lebih sebagai tempat menjajakan “barang barang”
bernama ilmu pengetahuan ,yang “ harus di miliki” oleh setiap orang agar bisa bertahan hidup
.karenanya ,kita mengagumi benda abstrak berjuluk “kecerdasan” . Uang pun menjadi suatu yang
paling bergengsi untuk membeli “ barang barang “ tersebut. Sementara belajar adalah proses
“transaksi” nya .

Di sekolah seperti itu ,anak anak belajar “ menguasai” pelajaran, bukan menjadi sesuatu dengan
pelajaran tersebut. Makin banyak pelajaran yang dapat mereka kuasai ,makin baik pula transaksi
ynag mereka lakukan .kita seolah olah tengah berburu anak anak cerdas yang dapat melakukan
banyak transaksi . Akan tetapi ,yang kemudian kita saksikan justru sebuah ironi. Anak anak itu
mengalami transformasi pembelajaran. Belajar matematika ,misalnya, tidak serta merta membuat
mereka dapat berpikir logis.belajar sejarah tidak memberi kesadaran dan emosi akan identitas
kolektif.belajar bahasa juga tidak membantu mereka berbahasa dengan baik dalam kehidupan
sehari hari.

Globalisasi juga mempunyai andil dalam masalah di atas .kemudahan akses internet ; games
online yang marak dengan kekerasan dan aksi porno langsung maupun tak langsung sedikit
banyak memberikan pengaruh terhadap hasil pendidikan mereka sebagai aset masa depan bangsa
. Kasus demi kasus terjadi, menyiratkan kesan tidak berbekas nya pengaruh pendidikan di
sekolah bagi anak anak kita .mereka tidak memiliki langkah yang antisipatif dalam menyikapi
efek globalisasi .sebaliknya mereka justru di sibukkan dengan urusan pergaulan yng
mengutamakan penampilan semu ,bukan lagi prestasi –prestasi positif yang membanggakan.

Lantas apa yang akan terjadi bila mereka memimpin bangsa ini , sementara benteng moralnya
tetap saja sangat rapuh?

Manusia adalah gabungan yang rumit antara ruh,emosi ,akal dan fisik. setiap aspek itu,kata
muhammad quthub, seperti senar gitar yang harus di petik bersama untuk melahirkan simfoni
kepribadian yang utuh dan indah. Anak anak bukan tabung besar yang harus di isi dengan
pengetahuan.. Mereka berubah,berbentuk,dan bermetamorfosis melalui proses –proses yang juga
kompleks,dan pengetahuan hanyalah salah satu aspeknya.

Dalam konteks tersebut ,semua pengetahuan yang mereka butuhkan untuk membangun
kehidupan yang lebih baik harus mereka pelajari .sebaliknya ,semua pengetahuan yang tidak
mempunyai fungsi spesifik dalam kehidupan riil,tidak perlu mereka pelajari . Namun jenis
pengetahuan terakhir ini kata Umar bin Khattab radhiyallohu ‘anhu ,bukan aib untuk di ketahui.
Itu sebab nya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita sebuah doa
sebagaimana di riwayatkan oleh Imam Muslim:

”Ya Alloh ,aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat ,dari hati yang tidak
khusyuk,dari nafsu yang tidak pernah kenyang,dan dari doa yang tidak di kabulkan.”(
HR.MUSLIM)

Faktanya adalah kita tidak punya kendali atas zaman yang kelak akan di lalui anak anak kita.
Kita tidak punya kendali atas perubahan perubahan itu, bahkan mungkin sekali kita sudah tidak
ada ketika mereka mengalami perubahan perubahan besar itu. Namun adalah juga fakta bahwa
semakin cepat dan sering suatu perubahan terjadi ,semakin kita membutuhkan pegangan hidup
yang bersifat permanen ,yang tidak ikut berubah dalam perubahan perubahan itu.

Jadi ,yang di butuhkan anak anak kita adalah pegangan permanen ,yaitu keyakinan dan nilai nilai
agama. Agama mengajarkan mereka hakikat -hakikat besar dalam kehidupan mereka :tentang
asal usul mereka;tentang tujuan hidup mereka;tentang nilai nilai yang harus membimbing hidup
mereka;tentang faktor faktor permanen yang membentuk kualitas hidup mereka . Apabila mereka
belajar semua itu dengan benar ,insyaa alloh mereka akan tumbuh dalam pusat kehidupan yang
benar . Namun itu saja tidak cukup .mereka juga membutuhkan beberapa keterampilan dasar
yang di perlukan untuk bertahan dan bertumbuh pada semua situasi ,yakni keterampilan
intelektual,keterampilan emosional,dan keterampilan fisik.

Oleh karena itu peranan pendidikan karakter [ mental ] pada anak anak kita untuk mengukir nilai
nilai positif yang kuat ,yang berkaitan dengan perilaku manusia terhadap
penciptanya,dirinya,keluarganya, masyarakatnya, dan lingkungannya . Pendidikan karakter [
mental ] biasa di mulai dengan pendidikan moral dan etika.Dalam kaca mata islam ,moral dan
etika merupakan bagian dari pendidikan akhlak . Akhlak adalah isu terpenting dalam pendidikan
islam, bahkan rosululloh muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam di utus oleh sang pencipta
untuk membenahi akhlak manusia,sebagaimana sabdanya,

“ Bahwasanya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”(HR AHMAD).

Untuk menanam kan mental positif setidak nya ada 3 hal yang harus kita perhatikan : pola
pendidikan di sekolah , peranan orang sholeh dalam lingkungan hidup, dan peranan orang tua .

1. Pola pendidikan di sekolah


Bila Bulan juni tiba, itu pertanda masa tahun ajaran ini akan berakhir dan berganti dengan
tahun ajaran yang baru .hampir semua media sosial tak luput dari berita kelulusan para pelajar
/siswa .Mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi.Di sana sini kita di suguhkan gambar2 narsis
para pelajar yang menikmati kelulusan nya.bahkan televisi nasional pun tak ikut tertinggal dalam
mempublikasikan berita .

Memang kelulusan ini adalah moment penghargaan yang di tunggu2 setelah bertahun tahun
berjuang . Sehingga kelulusan ini sebagai pertanda bahwa mereka telah berhasil menggali
berbagai di siplin ilmu pengetahuan dan telah siap mengarungi lika liku hidup di masa depan
bahkan hingga akhirat nanti.

Namun ironisnya sampai sekarang masih banyak kita saksikan ekspresi kegembiraan dari para
lulusan yang sangat kurang pantas untuk di apresiasi. Alih alih mereka sujud syukur atau
melakukan hal yang positif ,justru mereka berhambur hambur, pesta pora,mencorat coret baju
,konfoi di sepanjang jalan yang justru jauh dari cerminan sikap rasa syukur . Bahkan kita di
suguh kan dengan berita perilaku seks bebas demi kegemberiaan untuk kelulusan mereka.

Dengan di nyatakan lulus itu semestinya mereka telah memiliki kerangka fikir yang matang .
Sehingga mereka bisa menentukan antara hal positif yang seharusnya mereka lakukan dan hal
negatif atau hal yang kurang akan manfaat ( tabdzir) yang seharusnya mereka tinggalkan. Namun
se akan kerangka fikir mereka terasa sangat rapuh, sehingga seringkali mereka lebih suka
mengikuti trend pergaulan yang sarat dengan kesia siaan.

Lantas siapa yang harus di salahkan ?. Jika orang tua hanya berpasrah akan perihal pendidikan
anaknya pada pihak sekolah. Sedangkan sekolah seakan telah berlepas tangan ,kewajiban
sekolah hanyalah menyampaikan ilmu saat jam belajar ,dan selebihnya bukanlah tanggung jawab
sekolah lagi?.

Di waktu yang sama pula kita melihat bagaimana lembaga pendidikan /sekolah , mulai
pendidikan paling dasar hingga ke perguruan tinggi ,baik yang swasta maupun negri ,mereka
sama saling berlomba unjuk kebolehan demi untuk menjaring peserta didik, dari unjuk prestasi
hingga unjuk kelengkapan infrastruktur yang megah dan mewah . Bahkan di antara mereka tak
segan memasang harga yang bisa membuat kantong bolong. Seakan pendidikan tak ubah nya
barang dagangan yang harus di beli dengan harga mahal.

Di sisi lain, para lulusan perguruan tinggi pun tak jauh beda nasibnya. Para sarjana ekonomi tak
kunjung lebih gesit dalam berbisnis . Para sarjana psikologi belum tentu lebih empati dari pada
mereka yang tak mempelajarinya. Mereka yang mempelajari eksakta tak lebih menggunakan
cara cara ilmiah dalam menghadapi persoalan hidupnya. Mereka yang mempelajari sastra pun
tak lebih kreatif dalam hidupnya. Bahkan mereka yang belajar di perguruan tinggi islam pun tak
jauh lebih islami dari yang lain nya.
Sementara itu di tengah deras nya arus globalisai yang kian mencuat, persaingan yang ketat tak
bisa di elak kan lagi. Dunia pendidikan pun telah bergeser dari subtansi nya yang luhur. Sekolah
dan lembaga pendidikan seakan bukan lagi menjadi tempat menempa diri untuk menuai
kemuliaan , orentasi mereka serasa bukan lagi membentuk generasi bangsa yang adil dan
beradab . Maka tak heran jika sekolah dan lembaga pendidikan kini menjadi ajang bisnis yang
menjanjikan . Sedang mereka yang belajar di dalam nya adalah para penerus bangsa yang
sedang berebut gelar demi untuk pekerjaan dan kenyamanan hidup di masa mendatang.

Dari uraian di atas, para orang tua seharusnya lebih selektif dalam menentukan sekolah untuk
anak anak mereka .sekolah yang mahal dan mewah pun belum tentu menjadi jaminan . Janganlah
mereka hanya tergiur akan popularitas sekolah . Pendidikan akhlak dan moral itulah yang
harusnya di utamakan. Jangan lah kita merasa cukup hanya sekedar menitipkan anak pada
sekolah . atau hanya tertarik akan infrastruktur dan fasilitas yang mewah. Karena untuk
menjadikan generasi bangsa yang bermartabat tidak lah cukup sekedar memberi ilmu
pengetahuan saja. Melainkan di iringi dengan akhlak , karakter yang kuat ,pola pikir yang benar
dan tentu contoh yang baik dari orang tua itu sendiri.

Setidaknya sebagai orang tua kita harus lebih mengarahkan pendidikan anak-anak kita kepada
orang2 yang sholeh , meskipun tak mesti tinggal di dalam pesantren ,paling tidak ,sekolah yang
kita pilih adalah sekolah yang di asuh oleh orang yang sholeh dan dalam lingkungan orang orang
yang sholeh . Terlebih perihal mata rantai jalur keilmuan [ sanad ] dimana ia akan menimba
ilmu , tidak lah cukup kita membiarkan mereka membaca dari buku atau internet . karena
pembentukan karakter dan pola pikir yang benar itu akan tewujud dengan adanya pengaruh dan
contoh langsung dalam praktek kehidupan sehari harinya.

Imam ibnu siirin beliau berkata:

‫ان هذا العلم دين فا نظروا عن من تآخذون دينكم‬

“ Sesungguh nya ilmu itu adalah bagian dari agama ,maka hendaklah kalian memperhatikan
sumber ilmu yang kalian timba”

2. Peranan orang sholeh dalam Lingkungan hidup

Suatu saat di dalam kelas seorang guru sedang membahas tentang penting nya cita cita dalam
hidup.

Ketika dia bertanya pada salah satu muridnya.

“ apa cita cita mu nak ?” tanya guru.

“aku ingin menjadi seperti ibu saya “ jawab nya ringan.


“emang apa pekerjaan ibu mu nak?” Tanya guru ,penasaran.

“ ibu ku itu pandai mengaji dan rajin baca al qur’an , ibu ku itu suka membantu tetangga dan
suka berbagi”. Jawab sang anak ,mengisah kan ibu nya dengan bangga.

Subhanalloh...

Mendengar cita cita yang tulus dari seorang anak dalam kondisi zaman yang sedemikian rupa
,rasa nya bagaikan menemukan sebuah sumber air ditengah padang pasir , atau bagaikan Setetes
embun yang membasahi tenggorokan kala dahaga. Nilai nilai suci dari ajaran islam rasa rasanya
kini sungguh langka dalam praktek kehidupan orang orang islam itu sendiri. Bahkan motivasi
untuk berislam saja sangat sulit kita dapati di kalangan mereka yang mengaku umat islam. Maka
tak heran jika banyak yang takut di sebut sebagai ekstrimis ketika mereka memakai atribut
islam. Mereka takut di anggap kuno jika berpakaian muslim saja. Mereka takut di sebut teroris
hanya karena memanjangkan jenggot atau karena menutup aurat nya dengan sempurna [ bercadar
] . bahkan mereka takut anak cucu mereka tak punya masa depan jika harus memilih lembaga
pendidikan islam . apalagi jika harus memilih pesantren . “ mau jadi apa?” . begitu lah
ungkapan singkat yang seringkali merongrong telinga dan bahkan menusuk nurani.

Sungguh ironi.. jika umat islam saja sudah lagi tak bangga dengan agama nya , apakah kita
akan berharap orang orang di luar islam akan menghargai umat islam ?.

Beberapa peneliti dari george washington university menyusun lebih dari seratus nilai nilai luhur
islam , seperti kejujuran [ shiddiq] ,amanah,keadilan,kebersihan,ketepatan waktu dan janji ,
empati, toleransi, dan sederet ajaran al qur’an serta akhlaq rosululloh SAW . Berbekal sederet
indikator yang mereka sebut sebagai islamicity index mereka datang ke lebih dari 200 negara
untuk mengukur seberapa islami negara tersebut. Dan meskipun dengan penduduk mayoritas
islam terbesar di dunia ternyata indonesia berada pada urutan ke 140 .

Seorang ulama dari mesir Muhammad Rasyid Rido beliau mengatakan “ umat islam tertinggal
karena mereka telah meninggal kan ajaran nya , sementara umat kristen maju karena meninggal
kan ajaran agama mereka”.

Tentu itu sangat bertolak belakang dengan ungkapan salah satu tokoh indonesia yang notabene
seorang dosen di universitas islam ternama di jakarta . Baru baru ini media memuat pendapat
dosen tersebut dengan pernyataan “ sekolah islam di indonesia sebaik nya di kurangi dan di
samakan dengan sekolah kristen “.

Seakan umat islam terjangkiti penyakit miss believing [ hilang nya kepercayaan], seakan mereka
tak percaya dengan agama nya.

Di samping itu watak dasar manusia memang lebih banyak tak lepas dari pada pengaruh
lingkungan nya. Sebagaimana di katakan dalam pepatah ..
‫اإلنسان ابن بيئته‬

“Manusia adalah anak produk dari pada lingkungan nya [sendiri]”.

Di sinilah pentingnya guru yang sholih ,orang tua yang sholih , teman yang sholih serta
lingkungan yang sholih pula.

Begitu penting nya akan kebersamaan dengan orang yang sholeh mengingat zaman yang
semakin tak menentu sebagaimana di sebut dalam bahasa nabi.

]‫ رواه مسلم‬- ‫[الحديث‬.....‫فتنا كقطع الليل المظلم‬.....

“Fitnah fitnah yang menyerupai gelapnya malam “. Orang tak lagi mudah membedakan mana
yang putih mana yang hitam ,mana yang baik dan mana yang buruk.

Hingga imam As syafii rohimahulloh beliau mengatakan.

‫ لعلي أن أنال بهم شفاعة‬# ‫أحب الصالحين ولست منهم‬

"Sungguh aku cinta pada orang orang yang sholeh karena aku berharap mudahan kelak aku
mendapat pertolongan [ syafa’at] berkat mereka ".

Abuya sayyid muhammad bin alawi al maliki menjelaskan perihal kriteria seorang guru [
murobbi] yang sholeh ,sehingga dengan berkumpul bersamanya maka engkau akan mendapat 4
faidah.

 Dia akan membimbing hatimu [ pada kebenaran]


 Dia akan mendidik akhlak mu
 Dia akan selalu mengajakmu menuju Alloh
 Keberadaan mu bersamanya maka alloh akan menjagamu [dari perbuatan dosa dan mara
bahaya ].

Peran orang oramg sholeh untuk kemaslahatan ummat dewasa ini sudah lah harga mati, bahkan
jauh hari di ambang puluhan abad yang lalu Alloh swt sudah menyerukan lewat firman nya:

]119: ‫[ التوبة‬ ‫يا ايها الذين امنوا اتقوا هللا وكونوا مع الصادقين‬

“hai orang-orang yang beriman bertakwa lah kepada alloh dan hendak lah kalian [senantiasa]
bersama orang –orang yang benar “ .[ at taubah : 119].

3. Peranan orang tua

Suatu saat harun ar rasyid pernah meminta imam malik untuk mendatanginya . “ datanglah ke
tempat kami “ katanya . “ agar anak anak kami dapat mendengarkan kitab al muwatha`”
tambahnya . Dengan tegas imam malik mengatakan ,” semoga alloh menjayakan amirul
mukminin .ilmu itu datang dari baitun nubuwah . jika kalian memuliakan nya ,ia jadi mulia. Jika
kalian merendahkan nya ,ia jadi hina . ilmu harus di datangi ,bukan mendatangi “.

Maka ketika khalifah menyuruh kedua putranya datang ke masjid untuk belajar bersama rakyat
,imam malik mengatakan “ tak apa , tapi dengan dengan syarat mereka tidak boleh melangkahi
bahu jamaah dan bersedia duduk di posisi mana saja yang lapang bagi mereka “.

Kisah di atas terjadi jauh ratusan tahun yang lalu , namun kiranya nilai yang tersirat dari sikap
tegas imam malik masih lah sangat relevan di masa sekarang . Imam malik tidak sekedar
mengajarkan ilmu , namun beliau juga mengajarkan mental positif bagi siapa saja yang hendak
mencari ilmu dengan nya. Hal demikian lah yang semestinya di contoh oleh para orang tua saat
ini . Melihat marak nya fenomena jual beli predikat ilmu di negri ini demi untuk kepentingan
karir dan kekayaan semata. para pejabat dan kaum brojuis rela mengorbankan harta benda
beserta kekayaan mereka demi untuk memastikan anak cucu mereka akan mendapat kekayaan
yang sama atau bahkan lebih kaya dari orang tuanya. Maka tak heran jika banyak yang
memaksakan anak mereka untuk menduduki posisi tertentu meskipun ia tak layak untuk
mendapatkan nya. Bisa di bayangkan bagaimana jika mereka yang memegang posisi penting di
negeri ini adalah karena hasil kebijakan yang di paksakan .

Entahlah .. mudahan saja tidak terjadi seperti apa yang di sabdakan oleh nabi agung kita.

]‫إذا وسد االمر إلى غير أهله فانتظر الساعة [رواه البخاري‬

“ jika suatu urusan telah di serahkan kepada orang yang bukan ahli nya ,maka tunggulah kiamat [
hari kehancuran ]. ( HR. Bukhari ).

Bagaimana orang akan mengemban amanah dengan benar, jika ia mendapatkan amanah itu
dengan cara yang salah ?. .ya mungkin tidak semua pejabat dan kaum borjuis berlaku demikian .
namun keberadaan sejumlah mereka itu benar benar telah menutupi sebagian yang lain yang
berusaha melakukan cara yang benar . bagaikan sebuah kotoran yang terjatuh dalam segelas air
yang bersih,orang bukan hanya jijik kepada najis nya tapi hal itu membuat orang juga enggan
menjamah air nya.

Di sisi yang lain sebagian orang tua masih menerapkan sistem edukasi terhadap anak nya
dengan sikap doktrin otoriter. Entah itu berangkat dari prinsip yang di pegang kuat atau sekedar
untuk meluluskan setumpuk harapan yang hendak mereka bebankan di pundak anak mereka.
Ironi nya anak yang menjadi tumpuan harapan mereka justru kurang meng iya kan harapan
itu.mudahan hal demikian bukan karena adanya motivasi yang salah dalam menyematkan
harapan pada anak mereka. Sebagaimana sabda nabi.

] ‫من طلب العلم ليماري به السفهاء أو ليباهي به العلماء أو ليصرف وجوه الناس إليه فهو في النار [ رواه ابن ماجة‬
“ Barang siapa mencari ilmu karena [motivasi ] untuk berlaku sombong kepada orang yang
bodoh , atau untuk berdebat dengan orang pintar , atau supaya di pandang [ di hormati] oleh
manusia ,maka dia [ tempatnya ] di neraka . ( HR.Ibnu majah ).

Penting nya motivasi yang benar dalam setiap tindakan maupun cita cita dan harapan hendak nya
di tanamkan pada anak anak kita sedini mungkin . hal itu berkaitan sangat erat dengan proses
pendidikan mental yang kuat . Jika anak sudah di didik dengan motivasi yang salah serta mental
yang rapuh lantas bagaimanakah kelak jika ia mengemban amanah ? .

Tentu orang tua memiliki porsi yang besar dalam menentukan arah pendidikan anak nya
disamping lembaga pendidikan yang ada . karena anak adalah aset titipan alloh yang nanti nya
akan di pertanggung jawabkan di hadapan Alloh. Setidak nya ada beberapa hal yang mungkin
perlu di perhatikan dalam upaya edukasi anak .

 ajarkan lah motivasi yang benar dalam setiap hal yang mereka lakukan , terutama
motivasi dalam belajar . sebagaimana ungkapan ulama - ” ‫" طلبنا‬
‫ [ العلم لغير هللا فأبي ان يكون إال هلل‬kami mencari ilmu karena selain alloh - (
kepentingan duniawi ) namun nihil karena sungguh ilmu itu enggan kecuali hanya
karena alloh”
 biasakan untuk mendiskusikan sebuah masalah , karena dengan mengajak diskusi
maka pikiran anak akan terbuka untuk mulai memahami kondisi yang
sebenarnya. Sebalik nya kebiasan menghakimi anak secara sepihak justru akan
membuat mereka menutup diri dan antipati dari orang tua. Sebagaimana nabi
ibrahim yang mengajak anak nya untuk berdialog perihal mimpi nya untuk
menyembelih anak nya ,meskipun beliau sadar bahwa mimpi itu adalah
perintah alloh yang meski segera di laksanakan. ( As Shooffat : 102 – 107 )
 Gunakan bahasa yang lugas , halus ,dan mudah di terima . karena perlakuan sikap
dan omongan yang kasar hanya akan membuat anak semakin menolak dan tidak
mudah menerima . bahkan mereka akan mencari pembelaan untuk mengokohkan
alasan mereka.
‫" فبما رحمة من هللا لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب النفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم‬
".....‫وشاورهم في األمر‬
[ Maka berkat rahmat Alloh engkau ( muhammad ) berlaku lemah lembut
terhadap mereka .sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar ,tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitar mu . karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampun untuk mereka ,dan bermusyawaralah dengan mereka dalam
urusan itu.] ( Ali Imron : 159 )
 Jangan pernah berhenti untuk mendoakan mereka , karena jika dialog adalah jalan
membuka pikiran, maka doa adalah jalan untuk membuka hati mereka .
‫ دعوة المظلوم ودعوة الوالد ودعوة المسافر [ رواه احمد وأبو‬: ‫" ثالث دعوات مستجابات ال شك فيهن‬
" ] ‫داود‬
“ Ada 3 doa yang pasti dikabulkan ( oleh Alloh) : doa dari seorang yang
terdzolimi , doa dari orang tua , dan doa dari seorang yang sedang bepergian [
HR. Ahmad dan Abu Daud ]”.

 Jika kita sudah berusaha ,berupaya dan mencoba yang terbaik , selanjutnya pasrah
kan semua harapan ,usaha ,dan mimpi kita pada alloh semata . menyesali diri
ataupun menyalahkan anak dalam sebuah masalah, tidaklah memberikan solusi
yang baik. Tidak pula merubah keadaan menjadi baik.
" ....‫ [ " فإذا عزمت فتوكل علي هللا‬Maka apabila kamu telah membulatkan tekad ( akan
sesuatu) pasrahkan lah hal itu kepada Alloh ] ( Ali Imron : 159 )
 Percaya lah nilai kepasrahan kita kepada Alloh itu akan cukup membuat kita
tenang dan menjadi solusi yang terbaik. In syaa Alloh.
" ‫ ["ومن يتوكل علي هللا فهو حسبه‬dan siapa yang berpasrah kepada Alloh maka
sungguh Alloh akan mencukupi ( keperluan ) nya ]. ( At Tholaq : 3 ) .

Setidak nya itulah 3 hal yang harus lebih kita perhatikan untuk menanamkan mental positif pada
anak anak kita sejak dini, meskipun tak menutup kemungkinan masih ada hal lain yang belum
saya sebutkan . Mengingat banyak para cendekiawan yang telah banyak menggagas tentang
pendidikan mental / karakter , namun setidaknya di sini lebih menekan pendidikan karakter yang
sesuai dengan ajaran nabi dan para ulama selaku pewaris para nabi .

Mungkin tidaklah berlebihan jika saya katakan : " jika para pemangku negeri ini sedang sibuk
menggembar gemborkan situs revolusi mental dengan berbagai huru haranya. Namun
bagaimanapun revolusi mental ala nabi insyaa Alloh jauh lebih ampuh dan mujarab."

Wallohu A’lam.

1.Al quran karim

2.Shohih bukhari

4.Sunan ibnu majah

5.Propetic learning , dwi budiyanto.

6.Carachter building , yudha kurniawan ,S.P.dan Ir tri puji hindarsi

7.Diwan syafii.

8.Mutiara ahlul hijaz ,sayyid Muhammad bin alawy al maliki.


9.Kamus al munawwir , Achmad warson munawwir

Anda mungkin juga menyukai