Hukum bisa saja hanya menyentuh aspek permukaan dan tidak memenuhi rasa
keadilan sesungguhnya, sehingga perlu ada sentuhan kebaikan. Keadilan adalah
dimensi hukum, sedangkan kebaikan adalah dimensi etik. Dalam QS. al-Baqarah: 143,
dijelaskan bahwa Allah menyatakan bahwa kaum muslimin dijadikan ummatan
wasathan.
Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat
yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan
kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”. (QS. al-Baqarah: 143)
1. Seberapa kuat kembalinya penganut agama kembali pada inti pokok ajaran, yaitu
nilai kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka perbedaan agama di tengah
masyarakat bukan menjadi persoalan mengganggu keharmonisan.
2. Kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama menunjukkan kerja sama di
antara sesama manusia yang beragam. Karena bagaimanapun manusia memiliki
keterbatasan sehingga keragaman itu akan saling menutupi kekurangan. Keragaman
diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk membuat sesama manusia saling
menyempurnakan. Keragaman itu adalah kehendak Tuhan karena manusia yang
beragam membutuhkan kesepakatan. Inti pokok ajaran agama bagaimana setiap kita
tunduk dan taat terhadap kesepakatan bersama.
3. Ketertiban umum. Manusia yang beragam latar belakang agar bisa tertib yang bisa
memicu suasana beragama yang moderat. Tujuan agama dihadirkan agar tercipta
ketertiban umum di tengah kehidupan bersama yang beragam.
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat
bukan berarti cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada
anggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak
memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh, dalam mengamalkan
ajaran agamanya.
Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kta umat beragama, serta
menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh
dengan permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat
beragama maupun antarumat beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi
kondusif dan maju.