PENDAHULUAN
1
giginya searah dengan poros gigi. Untuk permukaan memanjang pemotongan giginya
kadang-kadang dilakukan dengan arah membentuk sudut terhadap batang gigi rack.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu perancangan roda
gigi lurus motor honda supra x 125 yang baik dan aman ketika digunakan.
1.3 Tujuan
1. Bisa merancang dengan baik dan aman pada roda gigi lurus.
2. Bisa tahu perawatan pada gear yg baik dan benar.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pembahasan gear ini yaitu:
1. Mengetahui perancangan roda gigi lurus.
2. Mengetahui transmisi pada motor honda supra x 125.
3. Mengetahui cara perawatan gear yang benar.
1.5 Batasan Masalah
Dalam laporan ini, penulis membatasi permasalahan yang ada, dengan hanya melakukan
pembahasan perhitungan yang berhubungan dengan perancangan ulang gear. Dari berbagai
masalah yang terjadi dalam perancangan ini, penulis hanya akan menitik beratkan:
1. Hanya pada roda gigi dan batang pendukung roda gigi.
2. Hanya pada Motor Honda Supra X 125
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.4 Batasan Masalah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II : DASAR TEORI
2
2.1 Teori- teori
2.2 Rumus- rumus
BAB III : METODOLOGI
3.1 Flow Chart
3.2 Penjelasan Flow Chart
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
3
BAB 2
TEORI DASAR
4
A. Roda Gigi
Jenis jenis profil gigi pada Roda gigi :
1. Profil gigi sikloida ( Cycloide)
Struktur gigi melengkung cembung dan cekung mengikuti pola sikloida. Jenis gigi ini
cukup baik karena presisi dan ketelitiannya baik, dapat meneruskan daya lebih besar dari
jenis yang sepadan, juga keausannya dapat lebih lama. Tetapi mempunyai kerugian,
diantaranya pembuatanya lebih sulit dan pemasangannya harus lebih teliti ( tidak dapat
digunakan sebagai roda gigi pengganti/change wheel), dan harga lebih mahal.
.
2. Profil gigi evolvente.
Struktur gigi ini berbentuk melengkung cembung, mengikuti pola evolvente. Jenis
gigi ini struktur cukup sederhana, cara pembuatanya lebih mudah, tidak sangat presisi dan
maupun teliti, harga dapat lebih murah , baik ekali digunakan untuk roda gigi ganti. Jenis
profil gigi evolvente dipakai sebagai profil gigi standard untuk semua keperluan transmisi.
3. Profil gigi khusus
Misalnya bentuk busur lingkaran dan miring digunakan untuk transmisi daya yang
besar dan khusus.
5
Gambar 2.3. Roda Gigi Lurus
2. Gigi miring ( helical gear)
Bentuk gigi ini menyilang miring terhadah sumbu roda gigi.
6
a. Sumbu roda gigi sejajar/paralel. Biasanya dapat berupa kerjasama rodagigi lurus, miring
atau spherical.
b. Sumbu roda gigi tegak lurus berpotongan. Biasanya dapat berupa roda gigi
trapesium/payung/ bevel dengan profil lurus(radial), miring(helical) atau
melengkung(spherical).
c. Sumbu roda gigi menyilang tegak lurus. Biasanya dapat berupa roda gigi cacing(worm),
atau roda gigi miring atau melengkung.
d. Sumbu roda gigi menyilang. Biasanya dapat berupa rodagigi skrup(screw/helical) atau
spherical.
e. Sumbu roda gigi berpotongan tidak tegak lurus. Biasanya dapat berupa roda gigi
payung/trapesium atau helical dll. Kerjasama antar roda gigi ini harus memenuhi syarat.
Beberapa hal yang cukup penting pada kerjasama roda gigi , apabila dua roda gigi atau
lebih bekerja sama maka :
1. Profil gigi harus sama ( spur atau helical dll).
2. Modul gigi harus sama. Modul gigi adalah besaran/dimensi roda gigi, yang dapat
menyatakan besar dan kecilnya gigi .Bilangan modul biasanya bilangan utuh, kecuali untuk
gigi yang kecil. (Bilangan yang ditulis tak berdimensi, walaupun dalam arti yang
sesungguhnya dalam satuan mm ).
3. Sudut tekanan harus sama ( sudut perpindahan daya antar gigi)
Sudut tekanan adalah sudut yang dibentuk antara garis singgung dua roda gigi dan garis
perpindahan gaya antar dua gigi yang bekerja sama.
Ada dua macam roda gigi sesuai dengan letak giginya :
1. Roda gigi dalam (internal gear), yang mana gigi terletak pada bagian dalam dari lingkaran
jarak bagi.
2. Roda gigi luar (external gear), yang mana gigi terletak dibagian luar dari lingkaran jarak,
jenis roda gigi ini paling banyak dijumpai. Roda gigi dalam banyak dijumpai pada
transmisi roda gigi planit (planitary gear) dan roda gigi cyclo. Apabila dua rodagigi dengan
gigi luar maka putaran output akan berlawanan arah dengan putaran inputnya, tetapi bila
salah satu rodagigi dengan gigi dalam maka arah putaran output akan sama dengan arah
7
putaran input. Bila kerjasama lebih dari dua rodagigi disebut transmisi kereta api (train
gear).
3. Roda gigi payung ( bevel gear).
Roda gigi payung atau roda gigi trapesium digunakan apabila diinginkan antara sumbu
input dan sumbu output menyudut 90derajat. Bentuk gigi yang biasa dipakai pada roda gigi
payung :
Bentuk gigi lurus atau radial
Bentuk gigi miring atau helical
Bentuk gigi melengkung atau spherical
4. Roda gigi cacing ( worm gear)
Roda gigi cacing (worm) digunakan apabila diinginkan antara sumbu input dan sumbu
output menyilang tegak lurus .Roda gigi cacing mempunyai karakteristik yang khas, yaitu
input dan output tidak dapat dipertukarkan. Jadi input selalu dari roda cacingnya (worm)
dari pertanyaan sederhana ini bisa ditelusuri dari mekanisme kerja kendaraan. Berdasarkan
urutan kerja pergerakkan kendaraan bermotor bakar, sistem transmisi dipasang setelah
mesin dan kopling. Mesin adalah sumber tenaga kendaraan, namun masalahnya tenaga
yang dikeluarkan dapur pacu harus dikendalikan agar bisa dipakai sesuai kebutuhan.
Disinilah sistem transmisi berfungsi yaitu sebagai pengatur besar-kecilnya tenaga mesin.
Dalam proses kerjanya transmisi besinergi dengan piranti kopling yang memiliki
fungsi sebagai pemutus dan penerus arus tenaga. Dengan bantuan kopling, proses
permindahan gigi transmisi bisa mudah dilakukan. Itu sebabnya pada model transmisi
manual, sebelum memindahkan gigi transmisi, pengendara kendaraan roda empat harus
menginjak pedal kopling terlebih dahulu. Khusus untuk transmisi otomatik, kerja kopling
menggunakan prinsip sentrifugal bukan lagi perintah manual.
Meski begitu, baik pada sistem manual atau otomatik, transmisi hanya memiliki
satu tugas utama, yaitu memecah tenaga mesin menjadi dua unsur, torsi dan putaran.
Transmisi mengatur besar keduanya sesuai kebutuhan. Pada kecepatan rendah, misalnya,
mobil lebih membutuhkan torsi daripada putaran atau tenaga. Oleh karena itu, tenaga dari
8
mesin “ditransfer” dalam bentuk torsi yang tinggi tetapi putaran rendah pada posisi gigi
perseneling rendah. Sebaliknya, pada kecepatan tinggi, mobil lebih memerlukan putaran.
2.1.3 Aplikasi Roda Gigi Lurus
Jenis-jenis Roda gigi dapat dibedakan pula dari keadaan konstruksi alur bentuk gigi
sena berdasarkan bentuk serta fungsi konstruksinya.
1. Roda Gigi Lurus
Adalah roda gigi dengan bentuk profil gigi beralur lurus cengan kondisi penggunaan
untuk sumbu sejajar. Pada konstmksi berpasangan , penggunaannya terdapat dalara tiga
keadaa, yaitu :
a. Roda Gigi lurus eksternal (spur gear)
b. Roda Gigi lurus internal (planetcry gear)
c. Roda Gigi lurus Rack dan pinion.
9
roda. Roda gigi ini disebut sebagai final gear. Seluruh rangkaian roda gigi ini dikemas
dalam satu kotak khusus yang umum disebut dengan nama gearbox.
Sistem transmisi berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi otomotif. Khusus
teknologi manual yang pertama dikembangkan adalah sistem unsynchronized transmission.
Pergerakkan gigi memakai mekanisme sliding atau konstruksi sejajar. Untuk bisa masuk,
mata gigi pemutar dan alur gigi yang akan diputar harus berada posisi yang pas. Sedikit saja
tidak masuk, tuas akan terasa keras, seolah ada yang menganjal. Itu sebabnya pada mobil
modern, teknologi ini sudah ditinggalkan.
Sebagai gantinya pabrikan mobil memakai teknologi bernama synchornized
transmission. Teknologi ini pertama kali diterapkan pada mobil Porsche 356 produksi
tahun 1952. Mekanisme kerjanya menggunakan sistem menyamakan putaran antara gigi
pemutar dengan gigi yang diputar. Selain itu, bentuk giginya pun dipasang miring, seperti
gigi nanas, yang selalu berkaitan antara gigi pemutar dan gigi yang diputar. Sistem
synchornized inilah yang membuat proses perpindahan gigi menjadi lebih mudah.
Mekanisme synchronized diaplikasikan untuk gigi maju (1,2,3,4 dan 5). Sedangkan khusus
untuk gigi belakang masih memakai pola sliding. Itu sebabnya memasukkan gigi mundur
terkadang terasa keras dan susah.
Oleh karena fungsi transmisi sebagai pengatur besar kecilnya arus tenaga dari mesin,
maka pabrikan memanfaatkan teknologi ini untuk menghemat biaya produksi mesin. Satu
tipe mesin dipakai untuk menggerakkan berbagai jenis kendaraan yang berbeda. Mesin
berkapasitas 1.000 cc, misalnya, selain untuk menggerakkan mobil minibus juga dapat
dipakai sebagai dapur pacu kendaraanmungil city car.
Caranya dengan cara memakai rasio gigi yang berbeda. Untuk mobil sedan
menggunakan gigi berukuran kecil, sedangkan mobil minibus yang lebih membutuhkan
torsi besar memakai konstruksi gigi besar.
10
Gambar 2.6 Transmisi Roda Gigi Mobil.
System transmisi pada mobil mempuyai dua shat yang masing masing shaftnya mempunyai
banyak gir untuk berpindah. Gir-gir ini dapat berpindah posisi bisa dilihat pada gambar.
Antara as no.1 dan no.4 tidak langsung terhubung tapi saling lepas yang dihubungkan oleh
as 2 atau 3 sehingga kecepatan putar yang terhubung dari mesin ke roda akan berubah.
Demikianlah spur gear yg banyak diaplikasikan pada system transmisi mobil,selain
mobil ,mesin-mesin yang lain seperti transmisi msepeda motor juga memakai system spur
gears.
2.1.4 Gambar-gambar Contoh Spur Gears.
1. Pinion Gear
11
2. Tampak Samping (gigi)Spur Gear.
12
2.2. Rumus- rumus
Menghitung Hambatan Tanjakan
𝑅𝜃 = (𝑊𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 + 𝑊𝑜1 + 𝑊𝑜2 + 𝑊𝑜3 + 𝑊𝑏𝑔 + 𝑊𝑏𝑏) × 𝑔 × 𝑐𝑜𝑠𝜃
Menghitung Hambatan Roda
𝑅𝑅 = 𝑅𝑅𝐹 + 𝑅𝑅𝑟
atau
𝑅𝑅 = µ 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 × (𝑁𝑓 + 𝑁𝑟 )
Menghitung Percepatan Motor Gigi 3
𝑉3 − 𝑉2
𝑎3 =
𝑡3
Menghitung Hambatan Inersia
𝑅𝑖 = (𝑊𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 + 𝑊𝑜1 + 𝑊𝑜2 + 𝑊𝑜3 + 𝑊𝑏𝑔 + 𝑊𝑏𝑏 ) × 𝑎4
Menghitung Gaya Normal
𝑁𝑟 + 𝑁𝑓 = 𝑅𝜃
Menghitung Gaya Tarik
𝐹𝑇 = 𝑅𝜃𝑥 + 𝑅𝑖 + 𝑅𝑅
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
FT ≤ FµAspal
Dimana :
𝐹µ𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 = µ𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 × 𝑁𝑟
Menghitung Torsi Roda
𝑇𝑇 = 𝐹𝑇 × 𝑟𝑟𝑜𝑑𝑎
Menghitung Gaya Rantai
𝑇𝑇
𝐹𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 =
𝑟𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
Menghitung Daya Aktual
𝑁𝑎 = 𝑇𝑇 × 𝜔
Dimana :
13
𝑉
𝜔=
𝑟
Menghitung Torsi Aktual
𝑇𝑎 = 𝐹𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 × 𝑟𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
Dari perhitungan Daya Aktual dan Torsi Aktual ada hal yang di syaratkan bahwa :
N aktual ≤ N maksimal
dan
T aktual ≤ T maksimal
pinion gear
14
Setelah DBB pasangan roda gigi didapat maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisa pada gaya – gaya yang terjadi pada pasangan roda gigi tersebut.
Pinion
+Σ𝐹𝑥 = 0
𝐹𝑎2 𝑥 + 𝐹32 𝑡 = 0
+Σ𝐹𝑦 = 0
𝐹𝑎2 𝑦 + 𝐹32 𝑡 = 0 ..................(1)
+Σ𝑀𝑎/𝑧 = 0
(𝐹32 𝑡 . 𝑟2 ) − 𝑇𝑎2 = 0
Gear
+Σ𝐹𝑥 = 0
𝐹𝑎2 𝑥 − 𝐹23 𝑟 = 0
+Σ𝐹𝑦 = 0
𝐹𝑏2 𝑦 + 𝐹23 𝑡 = 0 .................(2)
+Σ𝑀𝑏/𝑧 = 0
(𝐹23 𝑡 . 𝑟3 ) − 𝑇𝑎2 = 0
𝐹2 𝑡 = 𝐹2 cos 20𝑜
𝐹 𝑡
F2 = 𝐹2 = cos220°
𝐹2 𝑟 = 𝐹2 sin 20𝑜
Ke persamaan (1)
Fax = F2r
15
Ke persamaan (2)
Fay = F2t
Dari analisa gaya pada DBB Roda Gigi di atas maka didapatkan nilai Gaya Tangensial
(WT) yaitu :
WT = Ft32
Menghitung Kecepatan
𝑉 = 𝜋 × 𝑑𝑝 × 𝑛
50
𝐾𝑉 =
50 + √𝑉
Berdasarkan pada hasil perhitungan kecepatan dan faktor kecepatannya maka di dapatkan :
𝐾𝑉 × 𝑊𝑡
σ=
𝐹 × 𝑚 × 𝑌
τ aktual ≤ τ bahan
16
BAB 3
TAHAPAN ANALISIS
3.1 Flowchart
3.1.1 Flowchart Perancangan
START
MERUMUSKAN MASALAH
PENGUMPULAN DATA
Tidak
PEERHITUNGAN
HASIL &
PEMBAHAS
AN
Ya
ANALISA DATA
KESIMPULAN
SKETSA GAMBAR
ddDOKUMEN
FINISH
17
Gambar 3.1. Flowchart.
18
AB B
A B
ya
ya
Modul m
A B
Kecepatan V (m/s)
Faktor Kecepatan KV
tidak
τ aktual (MPa) ≤ τ bahan (MPa)
ya
End
Gambar 3.2. Flowchart Perhitungan
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan berupa sepesifikasi motor.
Perhitungan
Menghitung apa yang sudah didapat pada pengumpulan data.
Hasil dan Pembahasan
Melihat hasil kemudian membahas apa yang telah dihitung dari perhitungan,
bila hasil salah bisa kembali ke perhitungan.
Analisis Data
Untuk mengelola data yang telah dikumpulkan lalu dihitung sehingga dapat
dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan.
Kesimpulan
Menyimpulkan apa yang telah didapat dari suatu permasalan di laporan ini.
Sketsa Gambar
Yang berisi sketsa yang berkaitan dengan judul laporan ini.
21
Dokumentasi
Berisi foto- foto bukti praktikum desain elemen 3.
3.2.2 Penjelasan Flowchart Perhitungan
Start
Mengumpulkan data penunjang sebagai beban input untuk perhitungan roda gigi
berupa :
Berat Motor Wmotor (Kg)
Berat Bahan Bakar Wbb (Kg)
Berat Bagasi Wbg (Kg)
Berat Orang Wo (Kg)
Jari-jari Roda r roda (mm)
Jari-jari Sprocket r sprocket (mm)
Keofisien Gesek Aspal µ aspal
Koefisien Gesek Roda µ roda
Kemiringan Tanjakan θ ( ⁰ )
Jumlah Gigi Gear NG (gigi)
Jumlah Gigi Pinion NP (gigi)
Jarak Antar Poros (mm)
Lebar Gigi F (mm)
Faktor Lewis Y
Dari data input di atas langkah selanjutnya yaitu dapat menentukan:
Menghitung Hambatan Tanjakan
𝑅𝜃 = (𝑊𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 + 𝑊𝑜1 + 𝑊𝑜2 + 𝑊𝑜3 + 𝑊𝑏𝑔 + 𝑊𝑏𝑏) × 𝑔 × 𝑐𝑜𝑠𝜃
Menghitung Hambatan Roda
𝑅𝑅 = 𝑅𝑅𝐹 + 𝑅𝑅𝑟
atau
𝑅𝑅 = µ 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 × (𝑁𝑓 + 𝑁𝑟 )
22
Menghitung Percepatan Motor Gigi 3
𝑉3 − 𝑉2
𝑎3 =
𝑡3
Menghitung Hambatan Inersia
𝑅𝑖 = (𝑊𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 + 𝑊𝑜1 + 𝑊𝑜2 + 𝑊𝑜3 + 𝑊𝑏𝑔 + 𝑊𝑏𝑏) × 𝑎4
Menghitung Gaya Normal
𝑁𝑟 + 𝑁𝑓 = 𝑅𝜃
Menghitung Gaya Tarik
𝐹𝑇 = 𝑅𝜃𝑥 + 𝑅𝑖 + 𝑅𝑅
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
FT ≤ FµAspal
Dimana :
𝐹µ𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 = µ𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 × 𝑁𝑟
Menghitung Torsi Roda
𝑇𝑇 = 𝐹𝑇 × 𝑟𝑟𝑜𝑑𝑎
Menghitung Gaya Rantai
𝑇𝑇
𝐹𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 =
𝑟𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
23
T aktual ≤ T maksimal
Menentukan Diameter Pinion
𝐷𝑝 = 𝑁𝑝 × 𝑚
Menentukan Diameter Gear
𝐷𝐺 = 𝑁𝐺 × 𝑚
Dimana :
Menentukan Modul gigi
𝑑
𝑚=
𝑁
Menentukan DBB pasangan Roda Gigi
pinion gear
Setelah DBB pasangan roda gigi didapat maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisa pada gaya – gaya yang terjadi pada pasangan roda gigi tersebut.
Analisa Gaya Pada Gear
Pinion
∑Fx = 0
Fxa2 – Fr32 = 0
+ ∑Fy = 0
g Fya2 + Ft32 = 0………………(1)
+ ∑Ma/z = 0
g
(Ft32 . r2) – Ta2 = 0
24
Gear
∑Fx = 0
Fxa2 – Fr23 = 0
+ ∑Fy = 0
g Fyb2 + Ft23 = 0………………..(2)
+ ∑Mb/z = 0
g
(Ft23 . r3) – Ta2 = 0
25
Dari perhitungan Tegangan Aktual pada Roda Gigi di syaratkan bahwa :
τ aktual ≤ τ bahan
Berdasarkan syarat itulah maka dapat ditentukan bahan atau material apa yang
sesuai sebagai bahan roda gigi tersebut.
End
26
Transmsi : 4 kecepatan, rotary
Pola pengoperan gigi : N-1-2-3-4-N
Jarak sumbu roda : 1.235 mm
Berat kosong : 106 kg (CW) / 103 kg (SW)
Tipe rangka : Tulang punggung
Tipe suspensi depan : Teleskopik
Tipe suspensi belakang : Lengan Ayun dengan Suspensi Ganda
Ukuran ban depan : 70/90 - 17 M/C 38P
Ukuran ban belakang : 80/90 - 17 M/C 44P
Rem depan : Cakram Hidrolik dengan Piston Tunggal
Rem belakang : Cakram Hidrolik dengan Piston Tunggal (CW)
Tromol (SW)
Tipe Baterai / Aki : MF 12V-3.0Ah
Sistem pengapian : Full transistorized
3.4 Data Roda Gigi 4 Supra x 125
3.4.1 Roda Gigi penggerak
d (diameter) = 46 mm
m (modul) = 2.3 mm
z (banyak gigi) = 20
F (lebar gigi) = 10 mm
3.4.2 Roda Gigi Yang Digerakan
d (diameter) = 41 mm
m (modul) = 2.3 mm
z (banyak gigi) = 18
F (lebar gigi) = 10 mm
27
BAB 4
PERHHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Asumsi data :
- Berat orang = 65 kg
- Berat bagasi = 10 kg
- Kemiringan tanjakan = 20º
- Koefisien gesek roda (µ roda) = 0.07
- Koefisien gesek aspal (µ aspal) = 0.7
Keterangan :
- Wmt = Berat motor
- Wbb = Berat tangki bahan bakar
- Wbg = Berat bagasi
- Wo1 = Berat orang ke-1
28
- Wo2 = Berat orang ke-2
- Wo3 = Berat orang ke-3
- RRf = Hambatan roda depan
- RR r = Hambatan roda belakang
4.1 Perhitungan.
Berat motor :
𝑚
𝑊𝑚𝑡 = 106 𝑘𝑔 𝑥 9.81 = 1039.86 𝑁
𝑠2
Berat tangki bahan bakar :
𝑚
𝑊𝑏𝑏 = 3.2 𝑘𝑔 𝑥 9.81 2 = 31.392 𝑁
𝑠
Berat bagasi :
𝑚
𝑊𝑏𝑔 = 10 𝑘𝑔 𝑥 9.81 = 98.1𝑁
𝑠2
Berat orang ke-1, ke-2 dan ke-3:
𝑚
𝑊𝑜1 = 𝑊𝑜2 = 𝑊𝑜3 = 65 𝑘𝑔 𝑥 9.81 = 637.65 𝑁
𝑠2
Hambatan Tanjakan (Rφ) :
𝑅𝜑 𝑦 = (𝑊𝑚𝑡 + 𝑊𝑏𝑏 + 𝑊𝑏𝑔 + 𝑊𝑜1 + 𝑊𝑜2 + 𝑊𝑜3) 𝑥 sin 𝜑
𝑅𝜑 𝑦 = (1039.86 + 31.392 + 98.1 + 637.65 + 637.65 + 637.65) 𝑥 cos 20°
𝑅𝜑 𝑦 = 2896.41 𝑁
𝑅𝜑 𝑥 = (𝑊𝑚𝑡 + 𝑊𝑏𝑏 + 𝑊𝑏𝑔 + 𝑊𝑜1 + 𝑊𝑜2 + 𝑊𝑜3) 𝑥 cos 𝜑
𝑅𝜑 𝑥 = (1039.86 + 31.392 + 98.1 + 637.65 + 637.65 + 637.65) 𝑥 sin 20°
𝑅𝜑 𝑥 = 1054.21 𝑁
Hambatan Roda (RR) :
𝑅𝑅 = 𝑅𝑅𝑓 + 𝑅𝑅𝑟 𝑅𝑅𝑓 = 𝑁𝑓 𝑥 𝜇𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑅𝑅𝑟 = 𝑁𝑟 𝑥 𝜇𝑟𝑜𝑑𝑎
maka,
𝑅𝑅 = (𝑁𝑓 + 𝑁𝑟 )𝑥 𝜇𝑟𝑜𝑑𝑎
Hambatan Inersia (Ri) :
𝑅𝑖 = 𝑀𝑚𝑡 𝑥 𝑎
29
Ket:
Mmt = Massa total motor
a = Percepatan
maka,
𝑅𝑖 = 𝑀𝑚𝑡𝑡 𝑥 𝑎
𝑅𝑖 = (𝑀𝑤𝑡 + 𝑀𝑏𝑏 + 𝑀𝑏𝑔 + 𝑀𝑜1 + 𝑀𝑜2 + 𝑀𝑜3 ) 𝑥 𝑎
Untuk medapatkan percepatan, maka harus dilakukan percobaan;
𝑉1 = 𝑉0 + 𝑎 𝑥 𝑡
𝑉1 − 𝑉0
𝑎=
𝑡
Setelah melakukan percobaan sebanyak 4x dengan menggunakan motor supra x 125,
maka hasil waktu yang didapatkan sebagai berikut:
t (detik)
V0 – V1 V0 – V1 t (detik)
Gigi ke rata – rata
(km/jam) (m/s)
1 2 3 4
Dalam pengambilan hasil percepatan ini, hanya pada roda gigi ke-4 saja yang
dianalisis.
30
𝑉1 − 𝑉0
𝑎=
𝑡
𝑎 = 1 𝑚⁄𝑠 2
31
Gambar 4.1. DBB Titik Berat Motor
+
→ 𝛴 𝐹𝑥 = 0
↔ 𝐹𝑇 − 𝑅𝜑 𝑥 − 𝑅𝑅 − 𝑅𝑖 = 0
𝐹𝑇 = 𝑅𝜑 𝑥 + 𝑅𝑅 + 𝑅𝑖 … … … … … (1)
+↑ 𝛴 𝐹𝑦 = 0
↔ 𝑁𝑟 + 𝑁𝑓 − 𝑅𝜑 𝑦 = 0
𝑁𝑟 + 𝑁𝑓 = 𝑅𝜑 𝑦
𝑁𝑟 + 𝑁𝑓 = 2896.41 𝑁 … … … … (2)
+
32
Ʃ Mf = 0
( Wbg cos θ × 0.660) + (Wbg sin θ × 0.550) + (Wmt cos θ × 0.570) + (Wmt
sin θ × 0.460) + ( Wbb cos θ × 1.020) + ( Wbb sin θ × 0.650) + ( WO1 cos θ ×
0.660) –+( WO1 sin θ × 0.8) +(WO2 cos θ × 0.99) + (WO2 sin θ × 0.8) +
(WO3 cos θ × 1.385) + ( WO3 sin θ × 0.8) - ( Nr × 1.235 m ) = 0
𝑁𝑟 = 2574.17 𝑁 … … … … … … (3)
(3) → (2)
𝑁𝑟 + 𝑁𝑓 = 2896.41 𝑁 … … … … (2)
2574.17 + 𝑁𝑓 = 2896.41 𝑁
𝑁𝑓 = 2896.41 𝑁 − 2574.17 𝑁 = 322.24 𝑁
Mencari RR
𝑅𝑅 = (𝑁𝑓 + 𝑁𝑟 )𝑥 𝜇𝑟𝑜𝑑𝑎
𝑅𝑅 = (322.24 𝑁 + 2574.17 𝑁)𝑥0.07
𝑅𝑅 = 202.75 𝑁
(2) → (1)
𝐹𝑇 = 𝑅𝜑 𝑥 + 𝑅𝑅 + 𝑅𝑖
𝐹𝑇 = 1054.21 𝑁 + 202.75 𝑁 + 314.2 𝑁
𝐹𝑇 = 1571.16 𝑁
Mencari Torsi Pada Roda
𝑇𝑇 = 𝐹𝑇 . 𝑟𝑟𝑜𝑑𝑎
𝑇𝑇 = 1571.16 𝑁 𝑋 0.2879 𝑚
𝑇𝑇 = 452.33 𝑁. 𝑚
33
Kareana Ts berpudat pada poros roda maka
𝑇𝑇 − 𝑇𝑆 = 0
𝑇𝑇 = 𝑇𝑆
𝑇𝑆 = 452.33 𝑁. 𝑚
F rantai x r sprocket = Ts
𝑇𝑠
𝐹 𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 =
𝑟𝑆𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡
452.33 𝑁𝑚
𝐹 𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 =
0.075 𝑚
= 6031.06 N
= 6.031 kN
𝐹𝑇 ≤ 𝐹µ 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙
𝐹µ 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙 = µ 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑋 𝑁𝑟
= 0.7 x 2574.17 N
= 1801.91 N
𝐹𝑇 ≤ 𝐹µ 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙
𝟏𝟓𝟕𝟏. 𝟏𝟔 ≤ 𝟏𝟖𝟎𝟏. 𝟗𝟏 (aman)
34
Gambar 4.2. DBB Roda Motor
𝑁𝑎 = 𝑇𝑇 . 𝑊
𝑉
𝑊= rad/s
𝑟
50 𝑥 10³/3600 𝑚/𝑠
𝑊=
0.2879 𝑚
= 48,242 rad/s
Jadi N aktual
= 𝑇𝑇 . 𝑊
= 21.82 kW
( Nmax ≤ N ak )
Torsi aktual :
35
= 0.025 m
= 0.15 kN.m
= 150 N.m
Np = 20 gigi
Ng = 18 gigi
𝑁
𝐷=
𝑑
Dimana :
d = diameteral
N = Jumlah gigi
36
𝑑
𝑚=
𝑛
Dimana :
m = Modul
n = Jumlah gig
dp= 20 dg = 18
dp dg
43.88
37
Dimana : dp = Np x ( m ) = 20 ( m )
dG = Ng x ( m ) =18 ( m )
Jadi :
20. ( m ) + 18 . ( m )
= 43.88
2
38. 𝑚
= 43.88
2
43.88
𝑚= = 2.3
19
dp = Np x m
= 20 gigi x 2.3 mm
= 46 mm
rp = 23 mm = 0.023 m
38
Fc
+ +
Pinion
Gear
39
Gambar 4.5. DBB Roda Gigi
+ ∑Fy = 0
g Fya2 + Ft32 = 0
+ ∑Ma/z = 0
g
(Ft32 . r2) – Ta2 = 0
40
Gambar 4.7. DBB Gear
+ ∑Fx = 0
g
Fxa2 – Fr23 = 0
+ ∑Fy = 0
g Fyb2 + Ft23 = 0
+ ∑Mb/z = 0
g
(Ft23 . r3) – Ta2 = 0
41
50
Kv = 50+√19.26
Kv = 0.92
Dimana :
V =π.d.n
= π . 0.046 x 8000
= 1156.106 m/min
= 19.26 m/s
Wt = Ft32 = Fya2 = Ft23 = Fyb3 = 0.384 kN
Didapat :
f = Lebar gigi = 10 mm
m = Modul = 2.3 mm
y = Faktor luwis
Jadi factor luwis untuk jumlah gigi 20 adalah :
42
Jumlah gigi 20 = factor luwis 0.30769
𝐾𝑣 . 𝑊𝑡
σ=
𝐹.𝑚.𝑦
0.92𝑥 (0.384𝑥 103 𝑁)
σ=
(10)𝑥(2.3)𝑥 (0.30769)
σ = 49.92 𝑀𝑝𝑎
4.1.5 Mencari material roda gigi
Material yang mendekati untuk perencanaan roda gigi ini dari table (A-21.
Mechanical Engineering Design Halaman 1017) adalah Aisi 4340 diantara
temperatur 540 °C untuk 1080 Mpa dan 650 °C untuk 855 Mpa. Material ini
termasuk baja paduan rendah kekuatan tinggi (High Strength Low Alloy - HSLA
steel). Dari table Mechanical Steel memberikan keterangan bahwa Aisi 4340 ini yang
memiliki Tensile strength antara 1170 dan 965 Mpa gradenya adalah SCM 439.
Komposisi kimia dari SCM 439 adalah 0.36 ̴ 0.43 O, 0.15 ̴ 0.35 Si, 0.60 ̴ 0.90
Mn, Max. 0.030 P, Max. 0.030 S, 0.60 ̴ 1.00 Or, 0.15 ̴ 0.30 Mo, 1.60 ̴ 2.00 Ni,.
43
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa tegangan yang terjadi pada
transmisi roda gigi kopling pada sepeda motor Honda Supra x 125 harus diketahui
terlebih dahulu dari :
Kv : Faktor Kecepatan
Wt : Beban yang dipindahkan
F : Lebar gigi
m : Modul E
Kemudian mencari y, y adalah faktor luwis, dimana factor lewis didapat tabel
Faktor lewis untuk jumlah gigi 20 adalah 0.30769
Maka :
𝐾𝑣 . 𝑊𝑡
σ=
𝐹 .𝑚 .𝑦
(0,92)𝑥 (0.384 𝑥 103 𝑁)
σ=
(10𝑚𝑚)𝑥(2.3)𝑥 (0.30769)
σ = 49.92 𝑀𝑝𝑎
Jadi tegangan yang terjadi pada tranmisi gigi kopling adalah 49.92 Mpa.
Material yang dipakai : Aisi 4340
Temperatur : 540 °C untuk 1080 Mpa dan 650 °C untuk 855
Mpa
Grade : SCM 439
Komposisi Kimia : 0.36 ̴ 0.43 C, 0.15 ̴ 0.35 Si, 0.60 ̴ 0.90 Mn,
Max. 0.030 P, Max. 0.030 S, 0.60 ̴ 1.00 Cr,
0.15 ̴ 0.30 Mo, 1.60 ̴ 2.00 Ni,.
44
5.2 Saran
Pada penulisan laporan ini banyak sekali kekurangan, terutama tidak
membahasan secara khusus tentang transmisi dan komponennya lainnya yang
saling berhubungan. Dalam perhitungan yang ada pada laporan ini bersifat
seadanya hal tersebut dikarenakan juga keterbatasan penulis. Untuk ke depannya
diharapkan ada literatur yang berisikan bahasan untuk komponen yang
berhubungan dengan transmisi lainnya.
45