Anda di halaman 1dari 12

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/280082419

Sistem Air Minum dan Permasalahannya

Conference Paper · April 2014

CITATIONS READS

0 4,206

1 author:

Djoko M. Hartono
University of Indonesia
68 PUBLICATIONS 32 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Integrated post mining landscape for sustainable land use: A case study in South Sumatera,
Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Djoko M. Hartono on 16 July 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya

Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng

Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

1. Latar Belakang

Air sangat penting untuk kelangsungan kehidupan manusia. Air dimanfaatkan oleh manusia
tidak hanya untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, makan, mandi, namun juga
untuk keperluan lain seperti pertanian, industri, pariwisata dan lain sebagainya. Sekitar 60%
dari tubuh manusia adalah air, oleh karena itu manusia bisa bertahan beberapa minggu
tanpa makanan namun hanya bisa bertahan beberapa hari tanpa air (Cunningham & Saigo,
2001: 422).
Dari seluruh kandungan air yang ada di bumi ini, lautan dan danau mempunyai volume
sebesar 97,6% dan air tawar sebesar 2,4%. Kemudian dari total air tawar, dalam bentuk es
dan salju sekitar 87% dan zat cair 13%. Dari jumlah zat cair, terdiri dari air tanah sebesar
95%, kandungan uap lembab 2%, dan sebesar 3% adalah sungai, danau, dan aliran
lainnya. Cunningham-Saigo (2001: 427).

Bumi dan seluruh isinya diciptakan untuk dimanfaatkan bagi keperluan manusia. Namun
akibat kecerobohan dan kesewenang-wenangan manusia selama memanfaatkan dan
memelihara air ditambah lagi dengan membuang limbah ke dalam alam untuk memenuhi
kepentingannya sendiri menyebabkan terganggunya ekosistem yang akan merugikan
manusia itu sendiri. Walaupun secara total jumlah air dan keseimbangan air tetap,
pergeseran dari setiap komponen dapat terjadi karena fenomena alam seperti pergerakan
angin dan perubahan tata guna lahan.

Tidaklah pada tempatnya kalau orang mengeksploitasi air secara berlebih. Mereka
memanfaatkan air seolah-olah air berlimpah dan merupakan ‘barang bebas’. Padahal
semakin terbatas jumlahnya akan berlaku hukum ekonomi, dimana air merupakan benda
ekonomis. Sebagai bukti, masyarakat pedesaan harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk
mendapatkan air di musim kemarau. Orang rela bersusah payah dan berani membayar
mahal untuk membeli air ketika terjadi krisis air.

Disampaikan pada Seminar “ Co Creation World Water Day” Tanggal 4 April 2014
Dalam hal pengelolaan air minum, Perusahaan Daerah Air Minum yang selanjutnya disingkat
PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak di bidang pelayanan air minum yang
dibentuk oleh Pemerintah Daerah. Banyak persoalan yang dihadapi untuk menghasilkan air
minum terutama Instalasi pengolahan yang dibangun pada 20 tahun lalu bahkan ada yang
sampai 40 tahun yang lalu, mengolah air dengan kondisi kualitas air baku yang pada saat itu
lebih baik pada kondisi yang ada sekarang. Selain dari itu adanya masalah keseimbangan
penggunaan sumberdaya air yang tidak merata.

2. Siklus Hidrologi

Keseimbangan air dapat digambarkan dalam siklus hidrologi seperti dapat dilihat pada
Gambar 1. Siklus hidrologi menjelaskan perputaran atau sirkulasi dari air, dari adanya
proses penguapan dari bumi, air, dan makhluk hidup; kemudian pada tinggi tertentu
mengembun dan turun sebagai hujan pada permukaan bumi.

Sumber: Indonesia-English Visual Dictionary, 2004

Gambar 1. Siklus Hidrologi

Hujan jatuh ke bumi kemudian mengalir dengan berbagai cara dan dengan cara gravitasi.
Pada beberapa bagian tempat, air akan tertahan pada tempat penampungan alam seperti
cekungan, danau, dan tempat rendah lainnya maupun tempat penampungan buatan seperti
sumur, waduk dan lain sebagainya. Aliran air yang mengalir dipermukaan tanah disebut
sebagai air permukaan, akan mengalir ke daerah yang lebih rendah hingga sampai ke laut.
Sebagian akan mengalir ke bawah tanah melalui infiltrasi dan perkolasi yang akan menjadi
aliran tanah dalam dan aliran tanah dangkal. Akibat panas matahari air di permukaan bumi
akan menjadi uap dalam bentuk evaporasi dan bila melalui tanaman disebut transpirasi. Air
akan diambil oleh tanaman melalui akar-akarnya yang dipakai untuk kebutuhan hidup dari
tanaman tersebut, yang kemudian air dalam tanaman juga akan keluar berupa uap akibat
energi panas matahari (evaporasi). Proses pengambilan air oleh akar tanaman dan
kemudian terjadi penguapan air dari dalam tanaman disebut sebagai evapotranpirasi.
Jumlah total air yang ada di bumi lebih kurang sama dari tahun ke tahun dan siklus hidrologi
akan bergerak dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

3. Sistem Penyediaan Air Minum

Model suatu sistem penyediaan air minum dapat digambarkan seperti pada Gambar 2
dibawah ini.

Saluran
Transmisi

Sumber Air
Baku

Bangunan Bangunan
Pengambilan Pengolahan Air
Air Baku (Water Treatment Jaringan
(Intake) Distribusi
Plant)
.

(Sumber: Qasim, Motley & Zhu, 2000)

Gambar 2. Model Sistem Penyediaan Air Minum

Secara umum, sistem penyediaan air minum direncanakan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk saat ini sampai dengan perencanaan tahun mendatang. Kebutuhan air untuk
penduduk didasarkan berbagai macam aktivitas sehari–hari yang meliputi kebutuhan untuk
rumah tangga baik sambungan langsung maupun tidak langsung, kebutuhan sosial,
kebutuhan institusi, kebutuhan untuk industri, kebutuhan untuk kebersihan dan kebakaran
serta kehilangan air. Besaran masing–masing kebutuhan air sangat bervariasi dari setiap
aktivitas yang ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tingkat ekonomi, tingkat
pendidikan, ketersediaan air dan lain sebagainya. Hingga tahun 2000, Departemen
Pekerjaan Umum memperkirakan standar pelayanan minimum untuk air minum di daerah
pedesaan adalah 60 liter/orang/hari dan untuk daerah perkotaan adalah 144
liter/orang/hari. Sistem penyediaan Air Minum mempertimbangkan konsep 4 K, yaitu

Disampaikan pada Seminar “ Co Creation World Water Day” Tanggal 4 April 2014
kualitas, air yang dihasilkan memenuhi syarat Permenkes No.429/Menkes/2010 tentang
persyaratan Kualitas Air Minum. Kuantitas, memenuhi kebutuhan air penduduk, kontinuitas,
dapat memnerikan pelayanan selama 24 jam dan keterjangkauan, dimana air dapat diakses
masyarakat dengan harga yang terjangkau.

- Sumber Air Baku

Air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air minum terdiri atas beberapa alternatif
sumber air, yaitu air permukaan, air tanah, mata air, maupun air angkasa, yang semuanya
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda baik dari segi kuantitas maupun dari segi
kualitas.

Mata air yang mempunyai kualitas air yang lebih baik dari sumber air baku lainnya, semakin
berkurang potensinya dengan adanya pembukaan dan pemanfaatan lahan pada daerah
peresapan air. Pembukaan lahan untuk pemukiman dan aktivitas lainnya serta
meningkatnya sarana dan prasarana pemukiman, menyebabkan sumber air baku dari mata
air juga semakin berkurang seiring dengan berkurangnya daerah penangkapan air.

Air tanah yang meliputi air tanah dangkal (sumur) dan air tanah dalam masih banyak
digunakan terutama pada daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dari
perusahaan air minum. Air tanah sesungguhnya digunakan sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan lagi untuk
dipergunakan. Pada kenyataannya sekarang berdasarkan Direktori Perpamsi (2000 dan
2006), pemanfaatan sumber air untuk air minum sudah mengunakan kombinasi dari
berbagai sumber air yang ada.

Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat yang berbahaya
bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh
masyarakat. Kontaminan atau zat pencemar ini berasal dari buangan domestik, buangan
industri dan limbah pertanian. Selain dari itu erosi yang membawa tanah dan lumpur juga
merupakan sumber pencemar terhadap air permukaan.

Air permukaan dibandingkan dengan sumber air yang lain, mempunyai keuntungan yang
lebih, yaitu dari volume atau jumlah air baku yang tersedia. Jumlah air yang ada pada air
permukaan dapat direncanakan untuk kebutuhan pada saat sekarang sampai pada masa
yang akan datang, sejalan dengan perkembangan yang terjadi walaupun dari segi kualitas
perlu dilakukan pengolahan.
Dari segi kuantitas, air hujan atau air angkasa tergantung pada besar kecilnya curah hujan.
Sehingga air hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi.
Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak dapat diambil secara terus
menerus karena tergantung pada musim. Pada musim kemarau persediaan air akan
menurun karena tidak ada penambahan air hujan.

Dari penjelasan di atas, di masa mendatang, pemanfaatan air permukaan sebagai sumber
air baku merupakan alternatif utama yang dipilih diantara alternatif sumber air lainnya yang
dapat melayani jumlah kebutuhan air yang berubah, seiring dengan perkembangan
penduduk.

- Bangunan Pengambilan Air Baku (Intake).

Bangunan pengambilan air baku adalah proses paling awal dari rangkaian proses
pengolahan air baku menjadi air minum. Bangunan pengambilan air baku, bentuk disain dan
kekuatannya sangat tergantung terhadap sumber air baku yang dipilih. Untuk air permukaan
bangunan pengambilan air baku atau biasa disebut intake, umumnya akan dilengkapi
dengan pompa dan peralatannya, saringan untuk melindungi pompa, alat ukur dan saluran
pembawa (pipa transmisi). Bangunan pengambilan air baku ini dibangun untuk bisa
mendapatkan air baku dari sungai, danau atau reservoir yang bisa berupa bangunan air
seperti bendung atau bangunan sadap lainnya. Struktur bangunan bisa berupa bangunan
yang sangat sederhana seperti pipa sadap dibawah permukaan air baku, sampai dengan
struktur bangunan yang sangat kokoh sehingga dapat digunakan untuk meletakkan pompa
dan peralatannya, panel listrik, bahan kimia yang diperlukan serta saringan dan katup
pengatur aliran. Struktur bangunan dari bangunan pengambilan air baku ini direncanakan
untuk dapat mengambil air baku dari kualitas yang paling baik, tanpa terbawa ikan, benda-
benda yang mengambang, endapan benda kasar, dan benda-benda terlarut lainnya.
Struktur bangunan ini dapat berupa bagian yang terintegrasi dengan bendungan atau
bangunan yang terpisah.

- Bangunan Pengolahan Air (Water Treatment Plant)

Bangunan pengolahan air akan terdiri dari beberapa unit bangunan pengolahan yang
merupakan suatu rangkaian proses dalam pengolahan. Bangunan pengolahan untuk air
baku yang berasal dari air permukaan pada umumnya akan terdiri dari bangunan
pengadukan, bangunan pengendapan, bangunan penyaringan, bangunan penampung air
bersih serta dilengkapi dengan peralatan pendukung lainya seperti bahan kimia dan tenagai

Disampaikan pada Seminar “ Co Creation World Water Day” Tanggal 4 April 2014
listrik. Bangunan pengolahan air untuk sumber air baku air tanah, mata air dan air hujan
relatif lebih sederhana dalam upaya untuk menghasilkan produksi air yang memenuhi syarat
kesehatan. Air minum yang telah melalui proses pengolahan selanjutnya ditampung dalam
suatu reservoir penampung air yang bisa berupa ground water tank (tangki penampungan
dalam tanah) atau elevated tank (menara air) atau gabungan keduanya untuk segera
didistribusikan.

- Saluran Transmisi

Saluran transmisi dapat merupakan saluran pembawa air baku menuju bangunan instalasi
pengolahan air minum atau dari bangunan instalasi pengolahan air minum menuju
bangunan penangkap air atau jaringan distribusi air minum. Untuk membawa air baku,
penggunaan saluran terbuka dibenarkan dalam perencanaan, namun untuk membawa air
yang telah mengalami hasil proses pengolahan diharuskan menggunakan saluran tertutup
agar terlindungi dari pencemaran.

Ada beberapa kemungkinan kondisi kualitas air baku air permukaan yaitu : (1) memenuhi
syarat baku mutu lingkungan, (2) tidak memenuhi syarat baku mutu lingkungan, terhadap
sebagian atau seluruh parameter kualitas air baku.

Berikut ini dapat dilihat alternatif model bangunan IPA sesuai dengan kondisi kualitas air
bakunya. Selanjutnya model bangunan IPA dapat digambarkan seperti pada Gambar 3
berikut ini :

1 2 3 4 5 6

Keterangan 1 : Bangunan Pengambilan Air Baku


2. Bangunan Koagulasi
3.Bangunan Flokulasi
4.Bangunan Sedimentasi
5.Bangunan Filtrasi
6.Bangunan Reservoir

Gambar 3. Model Bangunan IPA

Selanjutnya berdasarkan kualitas air baku, pilihan teknologi yang dapat digunakan untuk
mengolah air menjadi air minum dapat dilihat sbb
4. Sistem Penyediaan Air Minum Kota Jakarta

Untuk memenuhi kebutuhan air minum kota Jakarta Bangunan Instalasi Pengolahan Air
Minum (Bangunan IPA) Buaran, Pejompongan, dan Pulo Gadung. Bangunan IPA Buaran
terdiri atas Bangunan IPA Buaran I dan Buaran II. Bangunan IPA Pejompongan terdiri atas
Bangunan IPA Pejompongan I dan Pejompongan II. Penentuan bangunan pengolahan air
minum tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa bangunan-bangunan IPA tersebut
menggunakan sumber air baku yang sama yaitu bersumber dari Saluran Tarum Barat yang
berasal dari Waduk Jatiluhur. Pengelolaan air dari Bendungan Jatiluhur ini berada di bawah
Perusahaan Umum Jasa Tirta II (PJT II).

Sumber air baku air minum untuk keperluan bangunan pengolahan air minum Buaran I dan
II, Pejompongan I dan II, serta Pulo Gadung mengambil dari Saluran Tarum Barat (STB)
atau West Tarum Channel (WTC) yang diperoleh dari Bendungan Jatiluhur sejak tahun
1996. Hulu Saluran Tarum Barat terletak di intake Curug yang terletak 10 km di hilir
Bendungan Jatiluhur di Sungai Citarum. Saluran Tarum Barat yang dibangun tahun 1960
sebenarnya diperuntukkan untuk memenuhi keperluan irigasi, namun seiring dengan
dibangunnya perumahan dan kawasan industri di atas lahan pertanian, jumlah air yang
dibutuhkan juga meningkat. Panjang Saluran Tarum Barat adalah 70 km dengan kapasitas
saluran sebesar 82 m³/detik di bagian hulu dan secara gradual turun menjadi 20 m³/detik di
bagian akhir yang kemudian dimanfaatkan untuk keperluan air baku DKI Jakarta sebesar 16
m³/detik. Penurunan debit ini untuk memenuhi kebutuhan irigasi, industri, dan lain-lain yang
berada di sepanjang daerah aliran sungai tersebut.

Saat ini total pengambilan air untuk penyediaan air bersih di Jakarta adalah sebesar 15
m³/detik yang terbagi sebagai berikut:

a. 5,3 m³/detik untuk IPA Buaran (PT. TPJ),


b. 4 m³/detik untuk IPA Pulo Gadung (PT. TPJ),
c. 5,7 m³/detik untuk IPA Pejompongan (PT. AETRA).
Debit ini belum termasuk sumber air lain yang berasal dari Bogor dan Tangerang, walaupun
dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

Selanjutnya pada Gambar 4 dibawah ini dapat dilihat sungai-sungai yang mengalir pada
saluran Tarum Barat.

Disampaikan pada Seminar “ Co Creation World Water Day” Tanggal 4 April 2014
Sumber: Yok Setiono, 2003

Gambar 4. Sungai-sungai yang mengalir pada Saluran Tarum Barat

Aliran air baku melalui Saluran Tarum Barat menuju bangunan IPA Buaran, selain
menampung beberapa aliran sungai, juga berlintasan dengan tiga buah sungai besar yaitu
Sungai Cibeet, Sungai Cikarang, dan Sungai Bekasi. Pertemuan Saluran Tarum Barat dengan
sungai-sungai yang berada sepanjang saluran tersebut mempengaruhi kualitas air baku
karena bercampur dengan air kotor yang ada di sungai-sungai tersebut. Selain itu, dengan
alasan kekurangan dana pemeliharaan saluran, kondisi Saluran Tarum Barat semakin
memburuk dengan endapan lumpur yang semakin banyak pada saluran tersebut ditambah
dengan kondisi Sungai Bekasi yang membawa beban endapan tinggi serta telah tercemar
dengan limbah domestik maupun industri

5. Permasalahan

Pertambahan penduduk, peningkatan urbanisasi, pertumbuhan industri, perkembangan


ekonomi, dan peningkatan standar hidup adalah sebagian dari faktor-faktor meningkatnya
kebutuhan akan air minum bagi manusia. Untuk keperluan tersebut diharapkan bahwa
sumber air baku yang akan digunakan mempunyai kualitas dan kuantitas yang memenuhi
persyaratan dan secara terus menerus tersedia untuk dapat digunakan melayani kebutuhan
pada masa kini hingga masa yang akan datang sesuai dengan keinginan manusia.
Kualitas air baku yang juga semakin memburuk selain dari itu kebutuhan air yang juga
meningkat tidak dapat diimbangi oleh sumber air baku lain selain air permukaan. Air tanah
keberadaannya sudah mulai dipermasalahkan dan dirasakan pada beberapa lokasi,
permukaan air tanah sudah semakin rendah, dan daya hisap pompa air tanah penduduk
sudah tidak dapat menjangkau permukaan air tanah yang lebih dalam. Tidak saja masalah
kuantitas, namun kualitas air tanah juga sudah semakin buruk dengan ditandai oleh rasa
payau. Usaha untuk pengisisan tanah dangkal dengan pembuatan sumur resapan dan
perlindungan di daerah resapan belum banyak memberikan hasil. Dampak pengambilan air
tanah yang berlebihan berpengaruh pada proses masuknya air asin dari air laut kedalam
aquifer, walaupun untuk daerah pedalaman air asin tidak selalu terkait dengan masalah
interusi air laut (Samsuhadi, 2005).

Bangunan instalasi pengolahan air minum yang ada sekarang menggunakan teknologi
pengolahan air minum yang dibangun pada 20 sampai dengan 40 tahun yang lalu dan
dirancang berdasarkan kepada kondisi kualitas air baku saat itu yang hanya
mempertimbangkan parameter kekeruhan saja. Pilihan teknologi pengolahan air minum
yang digunakan tersebut disebut sebagai metode konvensional.

Pada kenyataannya, saat ini kualitas air baku air permukaan, khususnya kekeruhan sudah
melebihi batasan 1.000 NTU, dimana sudah melampaui kapasitas pada bangunan instalasi
pengolahan air tersebut untuk mengolah. Data kualitas air untuk parameter kekeruhan
yang tertinggi pernah terjadi pada bulan Oktober tahun 2004 pada bangunan IPA Buaran
sudah mencapai 15.000 NTU dan terjadi pada musim hujan. Selain kekeruhan yang
meningkat, berbagai parameter lain seperti besi, mangan, dan kandungan lumpur juga
mempunyai kecenderungan terjadi peningkatan konsentrasi dalam air permukaan.

Di sisi lain, masyarakat pelanggan air minum menginginkan pelayanan yang diberikan
pengelola air minum dalam hal ini PDAM, memenuhi seluruh keinginan mereka terhadap
penyediaan air minum. Pelanggan air minum menginginkan bahwa air minum yang sampai
kepada pelanggan air minum sudah memenuhi jumlah yang diinginkan, kualitas air minum
yang memenuhi persyaratan standar air minum dan kesehatan, serta air minum yang
diinginkan dapat tersedia setiap dibutuhkan.

Hasil evaluasi kinerja PDAM yang menghasilkan katagori PDAM sehat, kurang sehat dan
sakit. Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap 325 PDAM se Indonesia menunjukkan bahwa

Disampaikan pada Seminar “ Co Creation World Water Day” Tanggal 4 April 2014
PDAM yang sehat tahun 2007, sebanyak 79 PDAM (25,82%) yang meningkat menjadi 88
PDAM (27,08%) pada Tahun 2008. Disis lain PDAM yang dikatagorikan sakit pada tahun
2007 sebanyak 114 (37,25%) meningkat menjadi 117 (36%). Indikator penilaian dilakukan
terhadap aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek teknik.

Kesimpulan

Adanya permasalahan air yang sedang dialami dunia ini telah mendorong dan meningkatkan
kesadaran dan kepedulian perlunya upaya bersama dari seluruh komponen bangsa dan
bahkan dunia untuk dengan kebersamaan memanfaatkan dan melestarikan sumber daya air
(SDA) secara berkelanjutan. Pengelolaan SDA seperti cara lama yang dilakukan sendiri-
sendiri atau secara terbatas oleh instansi-instansi pemerintah dan para ahli bidang air sudah
tidak dapat secara efektif mengatasi permasalahan. Pengalaman menunjukkan pengelolaan
SDA yang berkelanjutan tidak dapat diselesaikan sendirian oleh pemerintah dan karena itu
perlu melibatkan banyak pihak di luar instansi pemerintah. Dengan kesadaran akan
pentingnya air sebagai sumber kehidupan baik masa kini maupun masa datang yang
dibutuhkan oleh berbagai sektor, maka air merupakan urusan semua orang. Ungkapan
‘Water is everybody business’ yang telah mendunia menjadi pedoman bagi seluruh pihak
dalam pengelolaan SDA.

Memburuknya kualitas air baku air permukaan menyebabkan dibutuhkannya upaya


perbaikan pada proses pengolahan pada bangunan instalasi pengolahan air untuk tetap
dapat mengolah air baku tersebut hingga mencapai standar yang ditetapkan. Perubahan
kualitas air baku yang terjadi pada saat ini tidak dapat secara otomatis dapat diatasi oleh
teknologi pengolahan air yang ada, sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap
teknologi pengolahan tersebut, antara lain dengan mengatur kembali penggunaan bahan
kimia. Hal ini akan memberikan dampak terhadap produksi lumpur sebagai limbah dari
bangunan pengolahan air. Limbah lumpur tersebut secara periodik perlu di buang dan makin
lama akan terjadi tumpukan limbah lumpur. Pembuangan lumpur selalu diikuti dengan
pembilasan lumpur sehingga perlu tersedia sejumlah air untuk keperluan pembilasan pada
bangunan pengolahan air. Demikian juga dengan kuantitas atau volume air yang diolah
yang berdampak pada tingkat efisiensi pengolahan, yaitu bahwa bangunan instalasi
pengolahan dengan dimensi yang ada saat ini di harapkan akan mengolah air baku dengan
debit relatif sama dengan debit perencanaan awal.
DAFTAR PUSTAKA

American Water Works Association, 1997. Water Treatment Plant Design.

American Water Works Association, 1999. Water Quality and Treatment, A Handbook of
Community Water Suplies, 5th Edition, McGraw Hill

Cunningham W.P. Saigo B.W, 2001, Environmental Science 6th Edition, McGraw Hill

Departemen Pekerjaan Umum, Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air


Minum, Kinerja PDAM Tahun 2008 .

Effendi, Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan, Kanisius.

Hartono D.M., Setyo S.M., dan Agung P, 2005. Water Quality and Ground Water Utilization:
a case study on water supply consumer in Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta, 38th
EAROPH Regional Seminar, Yogyakarta, 19-20 September 2005.

Parana, Agung, 2003. Kualitas Air PAM dan Pilihan Penggunaan Air Tanah, Master Thesis,
Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No 429/Menkes/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005, Tentang Pengembangan


Sistem Penyediaan Air Minum

Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), 2000, Direktori

Qasim, Syed R.; Motley E.M; Zhu Guang, 2000: Water Works Engineering, Planning, Design
and Operation, Prentice Hall

Disampaikan pada Seminar “ Co Creation World Water Day” Tanggal 4 April 2014

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai