Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ORANG DEWASA

MATA KULIAH KOMUNIKASI

KELOMPOK 1
ANGGOTA: 1. TIARA EFENDI 15. VENNY ATMARA AGUSTINI
2. TIARA PUSPITA 16. YULICIANA SRI CENDAN
3. ZAHARA ILMIA SAFITRI 17. MIRANDA SARI
4. SEPTIA DEWI 18. KHOFIFA
5. WITA VERA MIDA 19. WINDA UMAYA
6. NURUL HIDAYAT 20. SYINDY YULISTIA
7. MEGA UTAMI 21. VINA ANNISA DILIANASARI
8. NYS DWI PERMATA A 22. PUTRI NABILAH
9. NADIA NURUL IZZATI 23. SINDY APRILIA
10. TRI OKTARIANA 24. PITIONO
11. M ZULFA RAMADHANI 25. RIKO PUTRA
12. RIZQYDIMAS SANDIKA 26. MSY NABILAH F
13. PATIMAH 27. SRI RAMADANI
14. PUTRI APRIYANDINI

DOSEN PENGAMPU: INDRA PEBRIANI, S.Pd, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan
makalah komunikasi ini.
Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini penulis menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar menjadikan makalah ini
lebih baik lagi.

Palembang, Septermber 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................................................................iv
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................................................................................iv
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................................................1
2.1 Pengertian Komunikasi ..........................................................................................................................................................1
2.2 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa .......................................................................................................................2
2.3 Model-model Komunikasi Pada Klien Dewasa ..............................................................................................................3
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................................................................15
3.2 Saran .........................................................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain.
Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi
pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan bagian kekal bagi manusia seperti halnya bernafas.
Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan
kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena
tanpa adanya komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi
disebabkan oleh adanya bkebutuhan akan mempertahankan kelangsungan hidup dan
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunngannya. Dalam berkomunikasi
keberhasilan komunikator atau komunikan sangat ditentuka.n oleh beberapa factor yaitu:
cakap, pengetahuan, sikap, system social, kondisi lahiriah.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus.
Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu
dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan
maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi
Bidang tenaga kesehatan serta perubahan konsep petugas kesehatan dari
perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari
pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada
orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam
memberikan asuhan.
Petugas kesehatan dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai
sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk
merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi
yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal
tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep
komunikasi yang tepat pada dewasa.

iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Komunikasi Dewasa ?
2. Bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa?
3. Bagaimana penerapan model-model komunikasi pada klien dewasa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi dewasa.
2. Untuk mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model-model komunikasi pada klien
dewasa.

1.4 Manfaat
1. Sehingga mempermudah mengetahui bagaimana komunikasi dewasa.
2. Sehingga mempermudah mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien
dewasa.
3. Sehingga mempermudah mengetahui bagaimana model-model komunikasi pada
klien dewasa.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Dewasa


Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang
lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh
sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat
tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah
yang mencoba untuk menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien
dewasa.
Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi,
dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,
minat, masalah dengan orang lain.
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu,
bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak
mudah untuk mengubahnya. Juga Pengetahuan yang selarna ini dianggapnya benar dan
bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak
sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang
dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak
dapat diajarkan sesuatu unfuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa
belajar kalau ia sendiri ingin belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya
yang sekarang, maka menginginkan suaru perilaku lain di masa mendatang, lalu
mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.
Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai sikap-
sikap tertentu yairu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri,
maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang
lebih mutakhir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima,
akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya mengenai suatu masalah.

1
2.2 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa
Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang
dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang
diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang
dewasa adalah :
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain.
seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa.
Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional
dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala
pada hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman
dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status
kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan
kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang
mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat
terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang
dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

2
2.3 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa
1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatan nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau
menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima.
Dengan kata lain model shannon & weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan suatu pesan untuk di komunikasikan dari seperangkat pesan yang
dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang
sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang
dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver
dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan
keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada
penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak
terlihat nya hubungan tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :


Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah
untuk menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang
dapat mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional
antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary (1950) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang,
dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi
dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan – Submission, dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama
beberapa tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan
selalu mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh.

3
Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan
memberi antara pasien dan profesional.

Penerapan Pada Klien Dewasa :


Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien
pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah
ketrampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar
bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai
dengan situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard).
Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah
adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif.
Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada
kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat -
klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana
profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya
model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat – klien. Secara simultan membuat
keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi
mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi,
keputusan dan tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang
timbal balik antaraperawar-klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini
menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:


Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor
intrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin
transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana
informasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui
ada tidaknya persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.

4
4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien.
3 (tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2)
Transaksi, dar 3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana
seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah
seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman
dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain
(significant order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya
mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn proses
komunikasi tersebut. yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang
kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :


Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa, karena
profesional kesehatan (perawat) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi
secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu
seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor
budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan
hal-hal tersebut agar ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa
diupayakan agar perawat menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan
perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan
dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan
model komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini
menunjukkan hubungan relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien dan
melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi
tujuan komunikasi.

5
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep
komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam
dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang
tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi
King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling
memberi dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang
disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

1. Contoh Komunikasi Model King


PERAWAT :Permisi, Selamat Siang Bu
PASIEN :Selamat Siang Sus
PERAWAT :Bagaimana bu, sebaiknya ibu harus banyak istirahat dan menjaga kesehatan
ibu dan jangan terlalu kelelahan.
PASIEN :Baik sus, akhir-akhir ini saya memang sibuk dengan pekerjaan saya, sehingga
kurang istirahat. Baiklah sus saya akan menjaga kesehatan saya.
PERAWAT :Baiklah bu,jika anda sudah mengerti kalau begitu saya permisi dulu bu.jika
ada yang bisa saya bantu ibu dapat menghubungi saya di ruang jaga perawat.
Permisi bu.
PASIEN :Iya sus. Terima kasih sus.
PERAWAT :Sama-sama bu. Permisi

2. Contoh Komunikasi Model Shanon Dan Weaver


PERAWAT : Permisi, selamat siang bu.
PASIEN : Selamat siang sus.
PERAWAT : Bagaimana keadaannya bu?
PASIEN : Baik sus, saya rasa keadaan saya sekarang sudah lebih baik, tidak seperti dulu.
PERAWAT : Baguslah bu,baiklah saya akan menjelaskan kepada ibu, cara mencegah agar
penyakit maag ibu tidak kambuh lagi. Ibu,sebaiknya ibu menjaga pola makan
ibu,agar teratur serta hindari makanan yang pedas dan asam karena makanan
tersebut dapat mengakibatkan iritasi lambung dan meningkatkan kadar asam
lambung bu.

6
PASIEN : Baik sus.
PERAWAT : Apakah ibu sudah mengerti atau perlu saya jelaskan lagi?
PASIEN : Saya rasa saya sudah mengerti sus, terima kasih sus.
PERAWAT : Kalau begitu saya permisi dulu bu.
PASIEN : Iya sus.

3. Contoh Komunikasi Model Komunikasi Leary


PERAWAT : Selamat Siang!
KELUARGA PASIEN : Selamat Siang Sus!
PERAWAT : Maaf sebelumnya,saya dewi yang ditugaskan untuk menangani
pasien ini
KELUARGA PASIEN : Iya sus,tolong cepat ditangani sus
PERAWAT : Baiklah, ibu tarik nafasnya bu, lalu hembuskan
PASIEN : (pasien menarik nafas dan menghembuskan)
PERAWAT : Bu minum airnya dulu ya, supaya ibu agak tenang (sambil
memberikan minum)
PASIEN : (Meminum air yang d berikan)
PEARWAT : Ibu sekarang silahkan ibu baring ditempat tidur ya, lukanya akan
segera saya bersihkan!
PASIE : Iya sus
PERAWAT : Tahan posisinya ya bu,jangan goyang
PASIEN : Iya sus
PERAWAT : (Perawat membersihkan lukanya, 15 menit kemudian luka
selesai dibersihkan) Ibu lukanya sudah selesai di bersihkan, luka
ibu ini dalam dan lebar bu,ini harus dijahit.
PASIEN : Iya sus,tapi saya tidak berani di jahit!
PERAWAT : Tapi ini harus di jahit,karena jika tidak dijahit lukanya ini,akan susah
sembuh dan biasa-bisa terkena infeksi
PASIEN : Iya sus.
PERAWAT : Perawat menyuntikan bius, disekitar kaki yang luka, dan mulai
menjahit, 20 menit kemudian luka selesai dijahit). Ibu lukanya
sudah selesai dijahit, luka ibu ini dijahit yaitu 4 jahitan.
PASIEN : Iya sus.

7
PERAWAT : Baiklah ibu, sekarang tugas saya sudah selesai. Ibu dan keluarga
biasa menunggu menunggu diruangan ini dulu, perawat linda akan
segera dating memberikan resep obat yang akan ditebus, dan
pembayarannya keluarga bias langsung ke ruang administrasi.
KELUARGA PASIEN: Iya sus,terimakasih.
PERAWAT : sama-sama . saya permisi dulu, selamat siang
KELUARGA PASIEN: Iya sus, selamat siang.

4. Contoh Komunikasi Kesehatan


ANALIS : Selamat siang
KESEHATAN dok
DOKTER : Selamat siang
ANALIS : Dok, dari hasil acraris
KESEHATAN pemeriksaan lumricoides
laboratorium pada feses
pasien yang pasien tersebut.
berada di kamar 1
menderita
penyakit
kecacingan,
karena
saya menemukan
ada telur cacing
Dokter :Baiklah,
berikan obat
mibendazol dan
pastikan agar
pasien tersebut
rutin Meminum
obat tersebut
selama 7 hari.
Analis :Baik dok,
Kesehatan permisi

8
5. Contoh Komunikasi Perawat Kepada Pasien Dewasa Tentang Penyuluhan
Kepulangan Pasien
PERAWAT Selamat siang
PASIEN Selamat siang
PERAWAT Maaf sebelumnya bu, perkenalkan nama saya Nilu Kumala
Dewi, biasa dipanggil Dewi bu. Nama ibu Linda Ayu
Lestari, yang biasa dipanggil ibu Ayu, ibu dirawat dirumah
sakit ini sudah satu minggu dengan keterangan ibu
mengidap penyakit Mag Kronis, benar tidak bu yang saya
sampaikan ini?
PASIEN Iya benar sus
PERAWAT Oh, iya bu, Apa ibu sudah yakin merasa sehat dan siap
untuk pulang?
PASIEN Insya Allah, saya sudah merasa sehat dan siap pulang hari
ini
PERAWAT Baiklah, kalau ibu sudah merasa yakin sebelum pulang
saya akan menyampaikan informasi tentang hal-hal yang
perlu ibu ketahui dan rencana tindak lanjut perawatan
setelah ibu pulang nanti

PASIEN Oh, iya sus. Silahkan!

9
PERAWAT Baiklah bu, ketika ibu pulang nanti, hal-hal yang
perlu ibu ketahui yaitu obat-obat yang sudah ditebus
seperti antasida, Agen cysoprotekfif dan pankreating ini
diminum dua kali sehari yaitu 2 jam sebelum makan dan 2
sesudah makan. Masing-masing diminum 1 tablet. Oh, ya
bu obat antisida ini berfungsi menetralisir asam lambung
dan berfungsi melindungi jaringan mukosa lambung dan
usus halus dan obat pankreating ini berfungsi untuk
mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut
kembung, mual dan sering sendawa. Selain itu ibu juga
harus menjaga pola makan ibu dan juga pola tidur ibu. Ibu
juga harus menghindari makan-makanan yang dapat
merangsang meningkatnya asam lambung seperti kopi,
minuman yang beralkohol 5-20%. Hindari juga makanan
yang dapat merusak dinding lambung seperti cuka, pedas,
merica. Dan ibu harus kembali kerumah sakit yaitu 2
minggu sekali untuk terus mengkontrol kesehatan ibu!
PASIEN Oh, iya sus
PERAWAT Baiklah. Apakah ibu sudah mengerti dengan apa yang saya
sampaikan?
PASIEN Iya sus, saya sudah mengerti !
PERAWAT Maaf bu, jika ibu sudah mengerti. Jika ibu tidak keberatan
bias diulang apa yang saya sudah sampaikan !
PASIEN Iya bisa sus (pasien menjelaskan hal-hal yang sudah
disampaikan oleh perawat dengan baik dan benar)
PERAWAT Saya rasa ibu sudah benar-benar mengerti dengan apa yang
saya sampaikan dan sudah benar-benar siap untuk kembali
kerumah. Dan untuk Bapak tolong diingatkan kepada ibu
untuk melakukan hal-hal yang sudah saya sampaikan, agar
ibu bias benar-benar pulih
KELUARGA PASIEN Iya sus, Terima kasih !
PERAWAT Iya sama-sama bu, pak. Oh, ya bu. Apakah ibu sudah
menyelesaikan administrasi KRS?

10
PASIEN Iya sudah sus !
PERAWAT Baiklah, kalau sudah. Silahkan barang-baranf yang akan
dibawa dicek kembali agar tidak ada yanf ketinggalan.
Jangan lupa tetap menjaga kesehatan dan kontrol sesuai
dengan jadwal yang sudah diberikan. Kami selalu siap
membantu apabila ada yang ingin ditanyakan kepada kami
!
PASIEN Iya sus, Terima kasih !
PERAWAT Iya sama-sama bu. Saya waktunya sudah cukup dan ibu
serta bapak juga sudah siap untuk pulang. Selamat jalan
pak, bu. Mohon maaf apabila pelayanan kami selama ibu
dan keluarga disini kurang baik
PASIEN Iya sama-sama sus. Terima kasih !
PERAWAT Selamat siang pak, bu. Saya permisi !
PASIEN Iya, Selamat siang.

6. Contoh Komunikasi Perawat Dengan Pasien Yang Mengidap Sakit Jiwa


SP 1 PASIEN : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
keutungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain dan mengajarkan pasien berkenalan

ORIENTASI (PERKENALAN)
PERAWAT : “Selamat pagi” buu…
PASIEN : (diam)
PERAWAT : (melanjutkan pembicaraan) Nama saya Linda Ayu Lestari, saya senang
dipanggil Linda, saya perawat yang akan merawat ibu
PASIEN : (diam)
PERAWAT : Nama ibu, Ibu susikan? Wah nama ibu yang cantik yah bu… sama seperti
ibu cantiknya…
PASIEN : (diam)
PERAWAT : Ibu, ingat dengan saya?? (kembali mengulang memperkenalkan diri
sampai pasien memberi respon)

11
PASIEN : (menoleh kearah perawat/mengangguk perlahan)
PERAWAT : (Ibu… bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keadaan ibu,
keluarga atau teman-teman-teman ibu? Ibu mau dimana kita bercakap-
cakap? Bagaimana kalau ditaman depan? Disana tempatnya nyaman dan
banyak bunga-bunga yang dapat membuat ibu merasa tenang. Mau
berapa lama bu? Bagaimana kalau 10 menit?
PASIEN : (mengangguk kepala)
PERAWAT : Ayo bu, kita kesana sekarang yah. (sambil merangkul tangan pasien)
KERJA :
PERAWAT : Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini?
PASIEN : Saya merasa sendiri
PERAWAT : Oh… Ibu merasa sendirian? Apa yang menghambat ibu dalam berteman
atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?
PASIEN : Iya, sus… saya takut mereka marah, saya juga takut kalau mereka tidak
mau berteman dengan saya
PERAWAT : Oh… ternyata yang ibu rasakan seperti itu? Menurut ibu, apa saja
keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
PASIEN : Kita bisa punya teman cerita
PERAWAT : Wah benar, ada teman untuk cerita. Apa lagi bu?
PASIEN : Kita bisa minta tolong ketik kita membutuhkan bantuan
PERAWAT : Nah, kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa yah bu?
PASIEN : Kita merasa sendiri didunia ini
PERAWAT : Ya, apa lagi bu?
PASIEN : Kita tidak punya teman bercerita, mengeluhkan yang kita rasakan, tidak
bisa meminta bantuan dengan orang lain
PERAWAT : Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman yah. Kalau begitu inginkan
bu? Belajar bergaul dengan orang lain?
PASIEN : Iya, saya mau…
PERAWAT : Bagus, bagaimana kalau kita sekarang belajar berkenalan dengan orang
lain?
PASIEN : Iya sus…
PERAWAT : Begini bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai, asal kita dan hobi, selanjutnya

12
ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Bagaimana bu?
Apakah ibu sudah mengerti?
PASIEN : Iya sus
PERAWAT : Kalau begitu, ayo ibu dicoba yah! Misalnya saya belum kenal dengan ibu.
Coba berkenalan dengan saya!”
PASIEN : Baik sus… Nama saya susi mangiri, senang dipanggil susi, Asal saya dari
kendari, hubi saya menyanyi. Kalau ibu namanya siapa? Suka dipanggil
siapa? Asalnya dari mana? Hobinya apa bu?
PERAWAT : Ya bagus sekali, ternyata ibu mengerti yah! Setelah ibu berkenalan dengan
orang lain, ibu bias melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkan ibu bicarakan

TERMINASI:
PERAWAT : Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
PASIEN : Saya senang sekali sus, saya tidak sabar untuk langsung berkenalan
dengan orang lain
PERAWAT : Bagus sekali semangat ibu. Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa
yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga ibu lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain
PASIEN : Baik suster…
PERAWAT : Mau jam berapa mencobanya?
PASIEN : Terserah suster saja
PERAWAT : Baiklah bu, besok pagi jam 10 saya akan dating kesini untuk mengajak
ibu berkenalan dengan teman-teman saya, ada suster cindy, kiky, dewi dan
rany. Mereka baik-baik semua kok bu. Bagaimana ibu maukan?
PASIEN : Iya sus…
PERAWAT : Baiklah ibu… kalau begitu saya permisi dulu, jika ibu ingin bertemu saya.
Silahkan dating keruang jaga perawat, saya ada disana bu sampai jam 9
malam, sampai jumpa lagi bu susi
PASIEN : Iya suster… sampai jumpa

Komunikasi pada pasien jiwa, perawat tidak bisa melanjutkan tahapannya, jika pasien
belum dapat merespon apa yang perawat sampaikan. Perawat harus mengulangi sampai pasien

13
dapat meresponnya. Jika pasien sudah dapat merespon, perawat dapat melanjutkan tahapan
dalam komunikasi pada pasien jiwa.

BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,
sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi
bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan
antar manusia.
Suasana komunikasi pada klien dewasa antara lain : suasana hormat menghormati, suasana
saling menghargai, suasana saling percaya, dan suasana saling terbuka.
Model-model komunikasi pada klien dewasa yaitu : model komunikasi shanon dan weaver,
model komunikasi leary, model komunikasi king, dan model komunikasi kesehatan.

3.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengerti dan memahami apa yang
dimaksud dengan konikasi.
2. Diharapkan kedapa mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengetahui suasana dalam komunikasi
pada klien dewasa.
3. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi adar dapat mengetahui model-model komunikasi
pada klien dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

15
Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan: aplikasi dalam pelayanan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Nasir, Abdul. 2009. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ellis, R., Gates, R.,dan Kenworthy, N. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan:
Teori dan Praktik. Penerjemah: Susi Purwoko. Jakarta: EGC.

Dalami, Ernawati. 2009. Komunikasi Keperawatan. Jakarta-Timur : TIM.

16

Anda mungkin juga menyukai