1.2 Masalah
1.2.1 Bagaimana definisi epilepsi?
1.2.2 Apa saja klasifikasi kejang?
1.2.3 Bagaimana epilepsi pada anak?
1.2.4 Bagaimana pengobatan pada epilepsi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui seperti apa epilepsi dan cara pengobatanya
1.3.2 Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
1.3.3 Untuk lebih mendalami materi tentang epilepsi
BAB II PEMBAHASAN
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri gejala-gejala yang datang dalam
serangan-serangan, berulang-berulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel
syaraf otak, yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi. Serangan ialah sutau gejala
timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba (Mansjoer, 2000).
Menurut Harsono (2001), istilah epilepsi tidak dapat digunakan untuk bangkitan yang
hanya terjadi sekali saja, bangkitan yang terjadi selama penyakit akut berlangsung dan
occasional provoked seizures misalnya bangkitan yang terjadi pada hipoglikemia. Pada
epilepsi tidak ada penyebab tunggal, banyak faktor yang dapat mencederai sel-sel syaraf otak
atau lintasan komunikasi antar sel otak.
Kejang telah di klasifikasikan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan etiologi baik itu
idiopatik (primer) atau gejala (sekunder). Klasifikasi kejang pertama kali diusulkan oleh
Gastaut pada tahun 1970 dan kemudian disempurnakan berulang kali oleh International
League Againts Epilepsy (ILAE) pada tahun 1981, dengan klasifikasi sebagai berikut :
1.3 Kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik
1.3.1 Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
1.3.2 Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
1.3.3 Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan
berkembang menjadi kejang umum
OAE diberikan dengan dosis awal yang rendah dan bila perlu dinaikkan sampai
dosis efektif. Penghentian OAE tidak boleh dilakukan secara mendadak karena akan
menimbulkan bangkitan berulang. Penurunan dosis yang dianjurkan setelah remisi tercapai
adalah 20% dari dosis total harian setiap 5 kali waktu paruh (Harsono, 1996).
pasien yang sebelumnya mendapatkan lebih dari 1 serangan. Hal ini bisa bersifat
untuk terjadinya remisi. Remisi epilepsi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya,
baik faktor karakteristik awal bangkitan (frekuensi serangan), usia awitan, tipe dan
etiologi bangkitan epilepsi, gambaran EEG, pemilihan terapi, dan kepatuhan penderita
beberapa hal yang mempengaruhi remisi, yaitu: usia saat onset, respon awal yang
kurang terhadap terapi, ada atau tidaknya lesi otak serta jarak antara onset dengan
dimulainya terapi.
Penelitian prospektif oleh Silampaa et al (1998) di Filandandia terhadap 24
penderita epilepsi menunjukkan bahwa 64% akan mencapai remisi 5 tahun terus
menerus, dimana epilepsi idiopatik merupakan epilepsi dengan tingkat remisi yang
paling tinggi, sementara epilepsy simtomatik menunjukkan tingkat remisi yang paling
rendah.
Risiko relaps akan meningkat 2,03 kali pada penderita epilepsy yang menunjukkan
adanya gambaran aktivitas epileptiform pada rekaman EEG disbanding mereka yang
3.1 Simpulan
Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat
sementara dan tiba – tiba yang merupakan hasil dari aktivitas listrik
yang abnormal didalam otak. Jika gangguan aktivitas listrik ini
terbatas pada area otak tertentu , maka dapat menimbulkan kejang
yang bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik terjadi di
seluruh area otak maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat
umum
3.2 Saran