Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19 No.

2, Juli 2016, hal 85-91


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

GAMBARAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA


DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Yesi Gustiani1*, Titin Ungsianik2

1. Rumah Perawatan Luka, Cikarang Barat, Bekasi 17530, Indonesia


2. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok 16424, Indonesia

*E-mail: yesigustiani@gmail.com

Abstrak

Remaja adalah populasi yang rentan mengalami masalah seksual dan perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini
bertujuan memberikan gambaran fungsi afektif keluarga dan perilaku seksual remaja di salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Depok. Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan desain cross
sectional, melibatkan 114 siswa yang dipilih dengan cluster sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah instrumen perilaku remaja dan instrumen fungsi afektif keluarga yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki fungsi afektif keluarga adekuat dan perilaku seksual
remaja berisiko rendah. Direkomendasikan adanya konseling fungsi afektif keluarga kepada orang tua serta penyuluhan
kesehatan reproduksi pada siswa dan siswi oleh tenaga kesehatan untuk menghindari perilaku seksual berisiko pada
remaja.

Kata kunci: fungsi afektif keluarga, kesehatan reproduksi, perilaku seksual, remaja

Abstract

The Affective Function of the Family and the Adolescent's Sexual Behavior. Adolescent is susceptible to various
sexual problems that may require special attention. The purpose of this research was to describe the family’s affective
functions and the adolescent’s sexual behavior in one of public vocational high schools in Depok City. The study
method was simple descriptive with cross sectional approach, involving 114 students, selected by cluster sampling. The
result showed that the majority of students had an adequate family’s affective function and a low risk of adolescent’s
sexual behavior. Researcher recommended parents to have a counseling of family’s affective function and health
professionals to give a reproductive health education to students in order to reduce the risky sexual behaviors in
adolescents.

Keywords: adolescent, family’s affective functions, reproductive health, sexual behavior

Pendahuluan adiktif lainnya (NAPZA) dan HIV/AIDS


(Badan Kependudukan dan Keluarga Berenca-
Jumlah remaja Indonesia yaitu 26,67% dari na Nasional [BKKBN], 2011; United States
total penduduk Indonesia (Badan Pusat Statis- Agency for International Development
tik, 2010). Remaja akan berpengaruh terhadap [USAID], 2013).
pembangunan berbagai aspek termasuk aspek
sosial, ekonomi maupun demografi baik saat Survey Kesehatan Reproduksi Remaja
ini maupun di masa yang akan datang sehing- Indonesia (SKRRI) tahun 2002-2003 menemu-
ga remaja perlu mendapat perhatian agar kan remaja yang pernah berhubungan seksual
terhindar dari berbagai masalah yang berisiko. pada usia 14-19 tahun untuk perempuan seba-
Beberapa masalah yang sering muncul pada nyak 34,7% dan laki-laki sebanyak 30,9%.
remaja diantaranya masalah seksualitas, pe- Sedangkan pada tahun 2007 mengenai penga-
nyalahgunaan Narkotika, psikotropika dan zat laman berpacaran, umur pertama kali berpaca-
86 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 2, Juli 2016, hal 85-91

ran pada wanita maupun pria sebagian besar Fungsi keluarga salah satunya yaitu fungsi
pada usia 15-17 tahun, proporsi wanita lebih afektif yang merupakan pemberian perlin-
tinggi 43% dibanding pria 40%. Perilaku sek- dungan psikologis, penciptaan rasa aman,
sual yang sering dilakukan remaja dalam ber- pengadaan interaksi dan pengenalan identitas
pacaran pada remaja wanita, yaitu berpega- individu. Keberlangsungan interaksi dalam
ngan tangan 69%, berciuman bibir 41 %, keluarga akan membentuk suatu kepribadian
meraba atau merangsang bagian tubuh yang setiap anggota keluarga untuk mengungkapkan
senstif 27% dan 6% pernah melakukan hubu- permasalahan dan sesuatu yang dialaminya.
ngan seksual. Hasil survei Komisi Nasional Adanya optimalisasi fungsi afektif dalam
Perlindungan Anak di 33 provinsi tahun 2008 keluarga diharapkan menjadi dasar keluarga
di Indonesia didapatkan bahwa 97% remaja untuk menjamin anak yang telah remaja dalam
SMP dan SMA pernah menonton film porno, keluarga terbebas dari segala masalah, khusus-
93,7% remaja pernah ciuman, stimulasi genital nya pada remaja yang berisiko. Penelitian ini
dan seks oral, 62,7% sudah tidak perawan lagi, menjelaskan gambaran fungsi afektif keluarga
dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi dan perilaku seksual remaja.
(Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perem-
puan dan Keluarga Berencana [BPMPKB], Metode
2010).
Sebanyak 114 siswa dan siswi SMK X Kota
Kota Depok yang dinobatkan sebagai “Kota Depok berpartisipasi pada penelitian ini. Pe-
Layak Anak” tentunya harus menjamin kese- ngambilan data dengan teknik cluster sam-
jahteraan hidup anak-anak yang tinggal di pling dilakukan mulai dari Februari sampai
Kota Depok, sehingga tercipta kelayakan. Juni 2015. Analisis data dilakukan secara des-
Namun pada kenyataannya, masih ditemukan kriptif.
kasus-kasus pada anak. Menurut data Unit
Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Instrumen yang digunakan berupa kuesioner
Polres Depok, rata-rata terdapat 10 kasus karakteristik responden, perilaku seksual re-
persetubuhan remaja di bawah umur setiap maja, dan kuesioner fungsi afektif keluarga.
bulan. Penelitian Nurhayati (2011) di Desa Kuesioner perilaku seksual diadopsi dari
Tridaya Sakti, Bekasi menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian
terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, Agustini (2003) tentang peranan pengetahuan
dan pola komunikasi serta kekuatan keluarga HIV/AIDS dan tahapan moral judgment ter-
dengan perilaku seksual berisiko. Pada pene- hadap perilaku seksual pranikah pada remaja.
litian Kurnia (2008) di salah satu SMA Namun, pada penelitian ini tidak meneliti
Jabodetabek didapatkan hasil sebanyak 59,3% perilaku seksual berisiko HIV/AIDS. Perilaku
(35 remaja) memiliki pengetahuan infeksi me- seksual berisiko yang diteliti adalah risiko
nular seksual rendah dan berperilaku seksual terhadap penularan penyakit menular seksual
berisiko. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum. Dengan demikian, pengkate-
terdapat hubungan yang bermakna antara gorian menjadi perilaku seksual berisiko ren-
tingkat pengetahuan infeksi menular seksual dah (skor yang diberikan kepada responden
dengan perilaku seksual pranikah. Penelitian adalah nol) dan perilaku seksual berisiko
lain yaitu terkait gambaran agresivitas perilaku sedang-tinggi (skor yang diberikan kepada
seksual remaja putra di SMA Jakarta Selatan responden adalah satu).
oleh Dewi, Utami, Mutmainah, dan Devy
(2011). Hasil penelitian menunjukkan adanya Kuesioner fungsi afektif keluarga yang
perilaku seksual remaja yang bersifat agresif digunakan merupakan kuesioner hasil modi-
sebesar 28%. fikasi dari penelitian Amalia (2009). Modifika-
Gustiani, et al., Gambaran Fungsi Afektif Keluarga dan Perilaku Seksual Remaja 87

si yang dilakukan disesuaikan dengan per- Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden


tanyaan pengkajian fungsi afektif berdasarkan pada penelitian bahwa mayoritas responden
teori Friedman (2010). Pengkategorian dari berusia remaja awal pada rentang 12 tahun
kuesioner tersebut adalah fungsi afektif ade- sampai dengan 16 tahun (55,3%), berjenis
kuat dan tidak adekuat berdasarkan nilai mean, kelamin perempuan (60,5%), tinggal bersama
skor ≥ 38,31 merupakan fungsi afektif keluar- orang tua atau keluarga (98,2%), dan menda-
ga kategori adekuat, dan skor < 38,31 masuk patkan informasi tentang seksualitas melalui
kategori fungsi afektif keluarga tidak adekuat. internet (67,5%).

Prosedur pengumpulan data dimulai dari me- Tabel 2. Distribusi Fungsi Afektif Keluarga
ngurus perijinan hingga pengisian kuesioner
penelitian berlandaskan etika penelitian. Ana- Kategori Frekuensi Persentase (%)
lisis data dilakukan melalui tahapan yaitu Tidak adekuat 55 48,2
editing, coding, processing, dan cleaning.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis Adekuat 59 51,8
univariat dengan uji proporsi.

Hasil
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden de-
Responden penelitian perilaku seksual remaja ngan fungsi afektif adekuat lebih banyak di-
adalah siswa yang masih tergolong pada usia bandingkan responden dengan fungsi afektif
remaja (usia 12–25 tahun dan belum menikah). tidak adekuat (51,8%).
Hasil penelitian digambarkan pada tabel 1.
Tabel 3. Distribusi Perilaku Seksual Remaja
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia, Jenis Kelamin, Tempat Tinggal, Persentase
Kategori Frekuensi
dan Sumber Informasi (%)
Perilaku seksual berisiko 108 94,7
Persentase rendah
Karakteristik Frekuensi
(%)
Usia Perilaku seksual berisiko 6 5,3
Remaja Awal (12-16 63 55,3 sedang sampai tinggi
tahun)
Remaja akhir (17-25 51 44,7
tahun)
Hasil analisis data menggambarkan bahwa
Jenis Kelamin
Laki-Laki 45 39,5
mayoritas responden (94,7%) memiliki perila-
Perempuan 69 60,5 ku seksual berisiko rendah.

Tempat Tinggal Tabel 4 menggambarkan bahwa sebagian


Bersama Keluarga 112 98,2 besar responden pada setiap karakteristik ber-
Kost 2 1,8
perilaku seksual berisiko rendah. Persentase
Sumber Informasi yang lebih tinggi pada perilaku seksual be-
Media cetak 3 2,6 risiko sedang sampai tinggi yaitu remaja akhir
Internet 77 67,5
Media Elektronik 15 13,2 (9,8%), laki-laki (8,9%), tinggal bersama ke-
Teman 5 4,4 luarga (5,4%), dan sumber informasi internet
Guru atau Orang tua 5 4,4 (3,9%).
Lainnya 9 7,9
88 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 2, Juli 2016, hal 85-91

Tabel 4. Perilaku Seksual Remaja Berdasarkan hak anak remaja. Menurut Pappini dan Sebby
Karakteristik (1987), pada masa remaja, remaja cenderung
meniru orang lain dan memberikan elaborasi
Perilaku Seksual Remaja
mengenai sifat afektif hubungan keluarga
Berisiko
Berisiko Total kemudian mengimplementasikan dalam kehi-
Karakteristik Sedang-
Rendah dupan pribadinya.
Tinggi
N % N % N %
Usia Hasil analisis tentang perilaku seksual remaja
Remaja Awal 62 98,4 1 1,6 63 100 menunjukkan bahwa mayoritas responden ber-
(12-16 tahun)
Remaja Akhir 46 90,2 5 9,8 51 100 perilaku seksual berisiko rendah. Hasil peneli-
(17-25 tahun) tian ini konsisten dengan penelitian Utami
(2012) mengenai hubungan peer group dengan
Jenis perilaku seksual remaja yang menunjukkan
Kelamin bahwa sebagian besar remaja memiliki pe-
Laki-laki 41 91,1 4 8,9 45 100
Perempuan 67 97,1 2 2,9 69 100 rilaku seksual yang aman. Hal ini berbeda
dengan hasil Survei Kesehatan Reproduksi
Tempat Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2002-2003
Tinggal yang menemukan remaja yang pernah ber-
Bersama 106 94,5 6 5,4 112 100 hubungan seksual pada usia 14-19 tahun untuk
Keluarga
Kost 2 100 0 0 2 100 perempuan sebanyak 34,7% dan laki-laki
sebanyak 30,9%. Hasil survey Komnas
Sumber Perlindungan Anak di 33 provinsi tahun 2008
Informasi di Indonesia didapatkan bahwa 97% remaja
Media Cetak 3 100 0 0 3 100 SMP dan SMA pernah menonton film porno,
Internet 74 96,1 3 3,9 77 100
Media 14 93,3 1 6,7 15 100 93,7% remaja pernah ciuman, stimulasi genital
Elektronik dan seks oral, 62,7% sudah tidak perawan lagi,
Teman 5 100 0 0 5 100 dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi
Guru atau 5 100 0 0 5 100 (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perem-
orang tua puan dan Keluarga Berencana, 2010).
Lain-lain 7 77,8 2 22,2 9 100

Perilaku seksual berisiko yang tidak terkontrol


atau terlindungi akan berdampak pada risiko
Pembahasan penularan HIV, infeksi menular seksual, dan
kehamilan yang tidak direncanakan. Menurut
Hasil penelitian mengenai fungsi afektif kelu-
Guttmancher Institute (2006) sekitar 750.000
arga menunjukkan bahwa mayoritas remaja
kehamilan terjadi pada remaja setiap tahunnya,
memiliki fungsi afektif adekuat. Hasil ini se-
dan 82% merupakan kehamilan tidak diingin-
jalan dengan penelitian Rahmadita (2012) ten-
kan (Cox, Fasolini, & Tavakoli, 2008).
tang fungsi afektif keluarga pada siswa laki-
laki (13-15 tahun) di SMP 3 Ungaran. Peneli-
Penelitian yang dilakukan oleh Caal (2008)
tian Manik (2009), juga menyatakan bahwa
tentang keputusan dalam perlindungan terha-
fungsi afektif pada mahasiswa memiliki kate-
dap perilaku seksual pada sampel 254 remaja
gori adekuat. Hal tersebut membuktikan bah-
Afrika Amerika usia 12-21 tahun, menunjuk-
wa sebagian besar keluarga memiliki fungsi
kan bahwa self-efficacy (kemampuan remaja
afektif yang baik atau adekuat. Oleh karena
untuk melindungi diri) terbukti paling dapat
itu, dapat diartikan bahwa sebagian besar kelu-
diandalkan sebagai perlindungan terhadap pe-
arga remaja di SMK X Kota Depok memiliki
rilaku seksual. Penelitian Harden dan Mandle
hubungan yang baik dalam hal saling meng-
(2010) tentang peran konteks hubungan peri-
hormati hak-hak anggota keluarga khususnya
Gustiani, et al., Gambaran Fungsi Afektif Keluarga dan Perilaku Seksual Remaja 89

laku seksual remaja dengan kenakalan remaja sedang sampai tinggi. Hal ini sejalan dengan
pada 519 pasangan kembar sesama jenis penelitian Musthofa dan Winarti (2009-2010)
(48,6% wanita) dibagi menjadi dua kelompok yang menunjukkan bahwa laki-laki mempu-
umur (13-15 dan 16-18 tahun usia) yang nyai persentase lebih besar untuk melakukan
diambil dari National Longitudinal Study of perilaku seksual berisiko.
Adolescent Health di Amerika Serikat menun-
jukkan bahwa untuk kedua remaja muda dan Karakteristik selanjutnya adalah ketersediaan
tua, gen yang mendasari umumnya memenga- sumber informasi. Remaja dengan persentase
ruhi baik perilaku seksual dan kenakalan. Sete- berperilaku seksual berisiko sedang sampai
lah mengontrol pengaruh genetik ini, ada tinggi, mendapatkan informasi melalui inter-
hubungan antara aktivitas seksual dan kenaka- net. Hasil penelitian Musthofa dan Winarti
lan pada remaja muda. Penelitian lain oleh (2009-2010), menunjukkan bahwa remaja
Schoeny (2010) mengenai asosiasi longitudi- yang melakukan perilaku seksual berisiko le-
nal dengan perilaku seksual remaja menunjuk- bih banyak dijumpai pada remaja yang mem-
kan bahwa orang tua memainkan peran pen- punyai akses pornografi tinggi. Pornografi
ting untuk intervensi keluarga dalam pencega- dapat mengakibatkan perilaku negatif seperti
han risiko seksual. mendorong anak meniru tindakan seksual,
membentuk sikap, nilai dan perilaku yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka negatif (Peacevmaker, 2012).
kejadian perilaku seksual remaja minoritas,
tetapi tidak dipungkiri bahwa perilaku seksual Kesimpulan
berisiko rendah dapat berkembang menjadi
perilaku seksual berisiko tinggi jika tidak ada Penelitian ini menjelaskan bahwa para remaja
pengawasan dari guru atau orang tua remaja yang memiliki fungsi afektif keluarga yang
tersebut. adekuat memiliki kecenderungan berperilaku
seksual berisiko rendah (YA, HR, AM).
Variabel perilaku seksual remaja dijabarkan
berdasarkan karakteristik responden. Karakte-
Referensi
ristik responden yang akan dibahas antara lain
usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan sumber Agustini, N. (2003). Peranan pengetahuan
informasi. HIV/AIDS dan tahapan moral judgment
terhadap perilaku seksual pranikah pada
Karakteristik pertama yaitu usia remaja. Per- remaja. (Tesis, tidak dipublikasikan). Fakultas
sentase perilaku seksual remaja sedang sampai Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
tinggi paling banyak ditunjukkan oleh remaja Depok, Jawa Barat, Indonesia.
pada usia remaja akhir. Penelitian yang dilaku-
kan Odeyemi, Onajole, dan Ogunowo (2009) Amalia, R. (2008). Hubungan fungsi afektif
keluarga dengan prestasi belajar mahasiswa
di Lagos, Nigeria, menunjukkan banyak rema-
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
ja putri (43,7%) telah melakukan hubungan Indonesia asal daerah (Skripsi, tidak
seksual dengan rerata usia 16 tahun. Alasan dipublikasikan). Fakultas Ilmu Keperawatan
utama untuk melakukan hubungan seksual Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat,
adalah rasa ingin tahu. Penelitian ini memper- Indonesia.
kuat fakta bahwa usia mempengaruhi perilaku
seksual remaja. Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk menurut
wilayah dan agama yang dianut. Diperoleh
Karakteristik kedua yaitu jenis kelamin. Hasil dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tab
penelitian menunjukkan persentase laki-laki el?wid=0000000000&tid=321&fil=58&fi=1
lebih banyak yang berperilaku seksual berisiko
90 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 2, Juli 2016, hal 85-91

BKKBN. (2011). Kajian profil penduduk remaja mahasiswa regular angkatan 2008 Fakultas
(10-24 tahun). Jakarta: Pusat Penelitian dan Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Pengembangan Kependudukan. (Skripsi sarjana, tidak dipublikasikan).
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat,
BPMPKB. (2010). Panduan pengelolaan pusat Indonesia. Universitas Indonesia, Depok,
informasi dan konseling remaja (PIK Remaja). Jaw
Jakarta: BPMPKB. Musthofa, Syamsulhuda, B., & Winarti, P. (2010).
Faktor yang maempengaruhi perilaku seks
Caal, N.S. (2008). Adolescent sexual development: pranikah mahasiswa di Pekalongan tahun
Contextualizing a cognitive process in the 2009–2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 1,
decision to engage in protective or risky sexual 32–41.
behavior (Disertasi Doktor). Diperoleh dari
Proques Dissertations and Theses (UMI No Nurhayati. (2011). Hubungan pola komunikasi dan
3305907). kekuatan keluarga dengan perilaku seksual
berisiko di Desa Tridaya Sakti. (Tesis
Centers for Disease Control and Prevention. Magister, tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu
(2009). Youth risk behavior surveillance: Keperawatan Universitas Indonesia, Depok,
United States. Surveillance Summaries, 59 Jawa Barat, Indonesia.
(SS-5).
Odeyemi, K., Onajole, A., & Ogunowo, B. (2009).
Cox, M.F., Fasolino, T.K., & Tavakoli, A.S. Sexual behavior and the influencing factors
(2008). Factor analysis and psychometric among out of school female adolescents in
properties of the Mother–Adolescent Sexual Mushin market, Lagos, Nigeria. National
Communication (MASC) instrument for sexual Lybrary of Medicine, 21 (1), 101–109.
risk behavior. Journal of Nursing
Measurement, 16 (3), 171–183. Pappini, D.R., & Sebby, R.A. (1987). Adolescent
pubertal status and affective family
Depkes RI. (2009). Pedoman pelayanan kesehatan relationships: A multivariate assessment.
peduli remaja di puskesmas. Jakarta: Journal of youth and adolescence, 16, 1–15.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Peacevmaker. (2012). Pornografi lebih berbahaya
Kementrian Komunikasi dan Informatika. (2013). dari narkoba. Diperoleh dari http://health.oke
Pengguna internet di Indonesia 63 juta orang. zone.com.9.54.htm
Diperoleh dari http://kominfo.go.id/index.php
/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Penggun Rahmadita. (2012). Hubungan pelaksanaan peran
a+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/be dan fungsi afektif keluarga terhadap derajat
rita_satker merokok pada perokok aktif siswa laki-laki
(13-15 tahun) di SMP 3 Ungaran. (Skripsi
Kurnia, D.A. (2008). Hubungan tingkat sarjana, tidak dipublikasikan). PSIK STIKes
pengetahuan infeksi menular seksual dengan Ngudi Waluyo Ungaran, Semarang, Jawa
perilaku seksual pranikah (Skripsi, tidak Tengah.
dipublikasikan). Universitas Indonesia, Depok,
Jawa Barat, Indonesia. Schoeny, M.E. (2010). How can parents make a
difference? Longitudinal associations with
Dewi, A.K., Utami, I.T., Mutmainah, & Devy, S. adolescent sexual behavior. Journal of Family
(2011). Gambaran agresivitas perilaku Psychology, 24 (6), 731–739.
seksual remaja di Jakarta Selatan. (Skripsi
sarjana, tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu USAID. (2013). Pelayanan kesehatan reproduksi
Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, remaja. Diperoleh dari https://www.k4health.
Jawa Barat, Indonesia. org/toolkits/indonesia/pelayanan-kesehatan-
reproduksi-remaja.
Manik, F.D. (2009). Hubungan pola belajar
dengan fungsi afektif keluarga pada
Gustiani, et al., Gambaran Fungsi Afektif Keluarga dan Perilaku Seksual Remaja 91

Utami, P.P. (2012). Hubungan peer group dengan ..................................................................................


perilaku seksual remaja di SMA N 103 Jakarta ..................................................................................
Timur (Skripsi sarjana, tidak dipublikasikan). ..............................
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai