PENDAHULUAN
1
memilih model keperawatan yang tepat untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut :
Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan
aktivitas sehari-hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan pasien.
Mmempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang
melandasi definisi konsep hubungan antar konsep.
Salah satu teori keperwatan keluarga yang sering digunakan adalah teori Friedman.
Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dato teori sistem, teori
perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang
merupakan dasar dari model dan alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain yang ikut
berperan dalam dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress
keluarga. Diagnosa keperawatan keluarga dan stratrgi intervensi didasarkan pada
identifikasi data, sosial kultural, perkembangan, struktural, fungsional, dan pengkajian
stress serta koping.
Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan batas-
batasnya.Sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada
tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan bergantung satu dengan yang
lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan
suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan
berinteraksi dengan sistem yang lain.
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga
adalah kelompok berusia panjang dengan sejarah alamiah, atau siklus kehidupan yang
perlu dikaji jika dinamika kelompok diinterprestasikan secara penuh dan akurat ( Duvall
(1979), Duman dan Miller (1985), dalam Friedman, 1998, pp. 111-152). Teori
perkembangan keluarga menguraikan perkembangan yang diskrit. Konsep tentang tahap-
tahap siklus kehidupan keluarga dapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota
keluarga ; keluarga dipaksa berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota
keluarga.
Sedangkan dalam teori struktural fungsional keluarga dipandang sebagai sistem
sosial, tapi lebih berorientasi pada hasil dari pada proses, yang lebih merupakan
karakteristik teori sistrm. Perspektif struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga
2
bersifat konprehensif dan mengakui pentingnya interkasi anta keluarga dan linkungan
eksteral dan internal.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi keperawatan keluarga.
2. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan keluarga di Indonesia dan beberapa
keperawatan keluarga dibeberapa dokumentasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui apa saja visi dan misi keperawatan keluarga.
4. Untuk mengetahui bagaimana urgensi keperawatan keluarga bagi pengembangan
kepribadian.
5. Untuk mengetahui bagaiamana garis besar dan ruang lingkup keperawatan keluarga.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
4. Level 4
Seluruh keluarga di pandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari
pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar
belakang, keluarga dipandang sebagai interkasional sistem, fokus intervensi :
dinamika internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan subsistem
keluarga dengan lingkungan luar.
5
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.
6
untuk memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan bagi dirinya dan orang lain
dalam keluarga. Mereka mengacu pada keluarga sebagai pasien dari perawat
komunitas dengan fokus utamanya pada kebutuhan keluarga dan resolusinya.
Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan)
akan memengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu. Keluarga
merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat serta bersifat mandiri, dan
masalah seorang individu dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain serta
seluruh sitem. Jika seorang perawat hanya mengkaji seorang individu saja, bukan
keluarga, ia akan kehilangan bagian lain yang dibutuhkan untuk memperoleh
pengkajian holistic. Satu hal yang pasti adalah bahwa masalah anggota keluarga
identik dengan masalah keluarga.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya, yang peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan
kesehatan dan individu anggota keluarga melalui dari strategi hingga fase
rehabilitasi.
Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan diri
(selfcare), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga, serta uapaya keperawatan
yang dapat mengurangi resiko akibat pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Upaya
tersebut bertujuan mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang
secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan pada setiap anggota keluarga.
Penemuan suatu kasus merupakan salah satu alasan penting untuk memberikan
perawatan kesehatan. Ditemukanya masalah kesehatan pada satu anggota keluarga
member petunjuk penting bahwa anggota keluarga beresiko tinggi mengalami
masalah yang sama. Misalnya, jika satu anggota keluarga menderita penyakit infeksi
kronis (contohnya TBC), seluruh keluarga harus diperiksa dan dirawat.
Karenanya keluarga merupakan sistem pendidikan yang vital bagi individu,
keluarga perlu dihargai dan dimaksukan perencanaan tindakan bagi individu tersebut.
7
bidang yang berbeda, keperawatan keluarga ini masih tergolong “bayi” akan
tetapi,ada bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan sebuah bidang
keahlian khusus yang sedang tumbuh, bersifat dinamis, dan mendapat perhatian
dalam praktik, pendidikan, dan penelitian. Sampai saat ini belum terdapat
kesepakatan mengenai cakupan bidang keperawatan keluarga dan perbedaan dengan
keperawatan komunitas (frieedman,1989) dan terapi keluar.
Walaupun demikian, praktik keperawatan keluarga di bagi menjadi 3 tingkatan :
a. Tingkat I
Keperawatan keluarga di konseptualisasikan sebagai suatu bidang dalam
suatu kontes bagi pasien/klien (Bozzet 1987 ). Pada tingkat ini, kelurga sebagai
kelompok primer klien yang paling penting digambarkan sebagai stresor atau
sumber bagi klien, terkait dengan pengkajian interaksi. Menurut Asseciotion for
the care of children’s health (1989) keperawatan yang berpusat pada keluarga
merupakan filosofi dari keperawatan kesehatan anak yang mempertimbangkan
dan memperlakukan anak dalam konteks keluarga serta mengkui keluarga sebagai
pemberi asuhan utama dan berkesinambungan untuk anak.
b. Tingkat II
Adalah keluraga sebagai kumpulan dari anggota keluarga dalam praktik
keperawatan tipe ini, keluarga di pandang sebagai kumpulan individu anggota
kelurga. dikatakan keperawatan keluarga apabila semua anggota keluarga
mendapat perawatan. Sekarang ini ada upaya untuk melihat keluarga sebagai
fokus keperawatan, bukan sebagai kumpulan yang di sebutkan sebeluamnya
(Doberty dan camphell 1988). pada tingkat ini hal yang penting adalah masing-
masing klien dilihat sebagai unit terpisah, bukan unit yang saling berinteraksi.
c. Tingkat III
Adalah keluarga sebagai klien pada tingkat ini keluarga menjadi klien atau
fokus utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang
berinteraksi, dengan fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga,
sturuktur dan fungsi keluarga, serta saling ketergantungan subsistem keluarga
dengan kesehatan, dan keluarga dengan lingkungan luarnya. Hubungan antara
8
penykit dan individu dalam keluarga dianalisis dan dimasukan dalam rencana
asuhan keperawatan (wright dan leahey 1988).
9
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.
10
7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada tahun
1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang bermasalah dalam pola
komunikasinya terkait dengan anak-anak yang bermasalah.
11
4) Terdapat pengendalian terhadap praktik.
5) Bertanggungjawab dan bertanggung gugat(Accounttable) terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan gabung
6) Merupakan karier seumur hidup
7) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi
2. Dampak Perubahan
1) Praktik keperawatan
a. Pengurangan anggaran
Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema,di satu sisi
dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan,
dilain pihak pemerintah memotong alokasi anggaran untuk pelayan
keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan menjadikan rumah sakit swadan
dimana juga berdampak terhadap kinerja perawat. Dalam melaksanakn
tugasnya perawat sering jarang mengadakan hubungan interpersonal yang
baik karena mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu.
b. Otonomi dan akuntabilitas
Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di
pemerintahan, merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan
otonomi dan akuntabilitas perawat indonesia. Peran serta tesebut perlu di
tingkatkan terus dan di pertahankan. Kemandirian perawat dalam
melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya
otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang harus di
persiapkan.
c. Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam
praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan.
d. Tempat praktik
Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan
klinik(RS);komunitas;dan praktik mandiri di rumah/berkelompok (sesuai
SK MENKES R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan).
e. Perbedaan batas kewenangan praktik
12
Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap
jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan.
13
yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik, perawat terikat
dengan model kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan
sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan
menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga sulit
diwujudkan.
b) Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk
di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan
besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan
perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks,
multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini
juga termasuk kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang
sehat dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan
staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me
nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam
profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien
keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang
bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan
keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan
Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan menyusun wawancara keluarga
selama 15 menit atau kurang. Pencetusan gagasan dan strategi penghematan
waktu yang realistik guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu
utama praktik dewasa ini.
c) Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada
keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun
oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan
kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau
keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu
penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey
dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan akan
14
kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan keluarg,
hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan
keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email telah
memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar
mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen
telah memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai
konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti
layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota
keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang baik
bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan mereka
sendiri.
d) Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya
beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya
pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki
banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat
dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas,
latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi
seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk persepsi kita, nilai,
kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat dan
sakit, membentuk cara kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua
upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap
menjadi tantangan yang terus dihadapi.
e) Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai
globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan
menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah
diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih baik
15
bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga
karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional. Globalisasi mempunyai
dampak negatif yang bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi
diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi
positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat
diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan membaca
literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat.
Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat
mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum
keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori
keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan
konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga mengalami
pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan publikasi dan
upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain, seperti Denmark,
Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan Inggris juga
mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan keluarga dan
keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat
dibeberapa negara ini.
16
keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat
bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi,
masih belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam
keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di program praktik
tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi). Bahasa
lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan klinis perlu
dilakukan.
17
Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan,
mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem politis guna
menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau. Praktisnya, semua legislasi
domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal, negara bagian atau nasional
mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang
tengah diusulkan dan membantu merumuskan dan mengimplementasikan
kebijakan dan regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung
calon keluarga dan menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan
komisi yang terkait dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting
lain untuk “ membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar
mempunyai hak mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka,
serta lebih cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri.
18
kesehatan anggota keluarga secara individu,mulai dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.
5. Mengkaji atau menilai dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang
penting dalam membantu setiap anggota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat
(wellness) hingga tingkat optimum.
6. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan perawatan diri
(self care),pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti
yang dapat mengurangi resiko yang di ciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari
lingkungan. Tujuannya adalah mengangkat derajat kesehatan keluarga secara
menyeluruh,yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap
anggota keluarga.
7. Keluarga membutuhkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi tugasnya dalam setiap
fase perkembangan.
8. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga dan sebaliknya.
9. Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi
derajat kesehatan sistem di atasnya.
19
c) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e) Olahraga secara teratur
f) Rekreasi
g) Pendidikan seks.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
c) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
d) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
c) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d) Perawatan payudara
e) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
4. Upaya Rahabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
a) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
20
b) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,
atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk
dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).
Keperawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit
sehingga memerlukan pendekatan yang logis dan sistematis pada keluarga dan setiap
anggotanya.
Perbedaan focus perawatan tergantung pada konseptualisasi keluarga. Dalam
prakteknya, proses keperawatan keluarga menggunakan dua tingkatan yaitu tingkatan ini
digunakan untuk mengkaji dan melaksanakan keperawatan keluarga
3.2 Saran
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap
bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan masukan. Dan juga diharapkan
mahasiswa dan pembaca dapat memahami tentang konsep Keperawatan Keluarga.
22
DAFTAR PUSTAKA
Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Yasinta, J. &. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep Dan Praktik. Yogyakarta: Nuha
Medika.
23