Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan
ide untuk menyusun suatu kerangka konseptuan atau model keperawatan. Teori ini sendiri
merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh
fakta-fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara
langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang
pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat.
Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan
yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti,
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang
ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatann terhadap
kebutuhan semua pasien.
Perawat sebagai pelayan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar
keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis,
dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak
bentuk-bentuk pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap
situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses
keperawatan. Dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan
kebutuhan.
Pemilihan model keperawatan yang tepat dengan situasi klien yang spesifik,
memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang variable-variable utama untuk
mempengaruhi situasi klien. Langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam

1
memilih model keperawatan yang tepat untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut :
Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan
aktivitas sehari-hari untuk mengidentifikasi dan memahami keunikan pasien.
Mmempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang
melandasi definisi konsep hubungan antar konsep.
Salah satu teori keperwatan keluarga yang sering digunakan adalah teori Friedman.
Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dato teori sistem, teori
perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang
merupakan dasar dari model dan alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain yang ikut
berperan dalam dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress
keluarga. Diagnosa keperawatan keluarga dan stratrgi intervensi didasarkan pada
identifikasi data, sosial kultural, perkembangan, struktural, fungsional, dan pengkajian
stress serta koping.
Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan batas-
batasnya.Sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada
tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan bergantung satu dengan yang
lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan
suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan
berinteraksi dengan sistem yang lain.
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga
adalah kelompok berusia panjang dengan sejarah alamiah, atau siklus kehidupan yang
perlu dikaji jika dinamika kelompok diinterprestasikan secara penuh dan akurat ( Duvall
(1979), Duman dan Miller (1985), dalam Friedman, 1998, pp. 111-152). Teori
perkembangan keluarga menguraikan perkembangan yang diskrit. Konsep tentang tahap-
tahap siklus kehidupan keluarga dapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota
keluarga ; keluarga dipaksa berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota
keluarga.
Sedangkan dalam teori struktural fungsional keluarga dipandang sebagai sistem
sosial, tapi lebih berorientasi pada hasil dari pada proses, yang lebih merupakan
karakteristik teori sistrm. Perspektif struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga

2
bersifat konprehensif dan mengakui pentingnya interkasi anta keluarga dan linkungan
eksteral dan internal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Apa definisi keperawatan keluarga?
2. Bagaimana keperawatan keluarga di Indonesia dan beberapa keperawatan keluarga
dibeberapa dokumentasi keperawatan?
3. Apa saja visi dan misi keperawatan keluarga?
4. Bagaimana urgensi keperawatan keluarga bagi pengembangan kepribadian?
5. Bagaiamana garis besar dan ruang lingkup keperawatan keluarga?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi keperawatan keluarga.
2. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan keluarga di Indonesia dan beberapa
keperawatan keluarga dibeberapa dokumentasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui apa saja visi dan misi keperawatan keluarga.
4. Untuk mengetahui bagaimana urgensi keperawatan keluarga bagi pengembangan
kepribadian.
5. Untuk mengetahui bagaiamana garis besar dan ruang lingkup keperawatan keluarga.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keperawatan Keluarga


2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga
Keperawatan keluarga adalah bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari
ketrampilan dari berbagai bidang keperawatan. praktik keperawatan keluarga di
definisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan
kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan
praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan bersifat holistic,
sistemik dan interaksional menggunakan kekuatan keluarga.
Selvasion G. Bailon Araceles Maglaja (1978) mendefinisikan perawatan
kesehatan keluarga sebagai tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang dipusatkan
pada “keluarga” sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan “sehat” sebagai
tujuannya dan perawatan sebagai sasarannya.

2.1.2 Tingkatan Keperawatan Keluarga


Ada 4 tingkatan keperawatan keluarga,yaitu :
1. Level 1
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus dan
pelayanan keperawatan di tingkat iniadalah individu yang akan di kaji dan di
intervensi.
2. Level 2
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan di
intervensi bersamaan, masing-masing anggota di lihat sebagai unit yang terpisah.
3. Level 3
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam
keluarga, anggota-anggta keluarga di pandang sebagai unit yang berinteraksi
fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak, hubungan perkawinan,dll.

4
4. Level 4
Seluruh keluarga di pandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari
pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar
belakang, keluarga dipandang sebagai interkasional sistem, fokus intervensi :
dinamika internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan subsistem
keluarga dengan lingkungan luar.

2.1.3 Tujuan keperawatan keluarga


Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara
kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu melaksanakan
tugas-tugas mereka secara produktif.
Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan
kemampuan keluarga dalam hal:
(1) mengidentifkasi masalah kesehatan yang mereka hadapi
(2) mengambil keputusan tentang siapa/ke mana dan bagaimana pemecahan
masalah tersebut, misalnya dipecahkan sendiri dengan pergi kerumah sakit,
puskesmas, praktik keperawatan/kedokteran, dll.
(3) meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan),
(4) mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga
melalui asuhan keperawatan dirumah,
(5) melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui ashan keperawatan
dirumah,
(6) membantun tenaga professional kesehatan / kesehatann dalam penanggulagan
penyakit/masalah kesehatan mereka dirumah, rujukan kesehatan dan rujukan
medik.

2.1.4 Sasaran Pelayanan Keperawatan Keluarga


Sasaran pelayanan keperawatan keluarga :
a. Keluarga sehat
Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh

5
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan


Jika satu atau lebih anggota keluarga memerlukan perhatian khusus.
Keluarga risiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan untuk
menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga
dengan faktor resiko penurunan status kesehatan misalnya: bayi BBLR, balita
gizi buruk/ kurang, bayi/balita yang belum diimunisasi, bumil anemi.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan dan
memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan/ kesehatan misalnya: klien
pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan,
penyakit terminal.

2.1.5 Jenis Pelayanan Keperawatan Keluarga


a. Hospice Hospital Care
Unit ini berada didalam rumah sakit dan merupakan suatu unit tersendiri
dalam struktur organisasi rumah sakit.
b. Hospice
Adakalanya klien dalam keadaan tidak memerlukan pengawasan ketat atau
tindakan khusus lagi, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Klien kemudian dirawat di suatu
tempat khusus (hospis) yang berada di luar lingkungan rumah sakit.
c. Hospice Home Care
Perawatan di rumah merupakan kelanjutan perawatan di rumah sakit. Pada
perawatan di rumah, keluarga mempunyai peran yang lebih menonjol. Sebagian
besar tindakan perawatan dilaksanakan oleh keluarga.

2.1.6 Keluarga Sebagai Objek dan Subjek Perawatan


Menurut Tinkham dan Voorhies (1984) keluarga mempunyai peran yang penting
dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting

6
untuk memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan bagi dirinya dan orang lain
dalam keluarga. Mereka mengacu pada keluarga sebagai pasien dari perawat
komunitas dengan fokus utamanya pada kebutuhan keluarga dan resolusinya.
Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan)
akan memengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu. Keluarga
merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat serta bersifat mandiri, dan
masalah seorang individu dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain serta
seluruh sitem. Jika seorang perawat hanya mengkaji seorang individu saja, bukan
keluarga, ia akan kehilangan bagian lain yang dibutuhkan untuk memperoleh
pengkajian holistic. Satu hal yang pasti adalah bahwa masalah anggota keluarga
identik dengan masalah keluarga.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya, yang peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan
kesehatan dan individu anggota keluarga melalui dari strategi hingga fase
rehabilitasi.
Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan diri
(selfcare), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga, serta uapaya keperawatan
yang dapat mengurangi resiko akibat pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Upaya
tersebut bertujuan mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang
secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan pada setiap anggota keluarga.
Penemuan suatu kasus merupakan salah satu alasan penting untuk memberikan
perawatan kesehatan. Ditemukanya masalah kesehatan pada satu anggota keluarga
member petunjuk penting bahwa anggota keluarga beresiko tinggi mengalami
masalah yang sama. Misalnya, jika satu anggota keluarga menderita penyakit infeksi
kronis (contohnya TBC), seluruh keluarga harus diperiksa dan dirawat.
Karenanya keluarga merupakan sistem pendidikan yang vital bagi individu,
keluarga perlu dihargai dan dimaksukan perencanaan tindakan bagi individu tersebut.

2.1.7 Batasan Keahlian Keperawatan Keluarga


Akhir-akhir ini keperawatan keluarga menjadi sebuah bidang keahlian khusus
yang tidak terkait dengan berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya. sebagai

7
bidang yang berbeda, keperawatan keluarga ini masih tergolong “bayi” akan
tetapi,ada bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan sebuah bidang
keahlian khusus yang sedang tumbuh, bersifat dinamis, dan mendapat perhatian
dalam praktik, pendidikan, dan penelitian. Sampai saat ini belum terdapat
kesepakatan mengenai cakupan bidang keperawatan keluarga dan perbedaan dengan
keperawatan komunitas (frieedman,1989) dan terapi keluar.
Walaupun demikian, praktik keperawatan keluarga di bagi menjadi 3 tingkatan :
a. Tingkat I
Keperawatan keluarga di konseptualisasikan sebagai suatu bidang dalam
suatu kontes bagi pasien/klien (Bozzet 1987 ). Pada tingkat ini, kelurga sebagai
kelompok primer klien yang paling penting digambarkan sebagai stresor atau
sumber bagi klien, terkait dengan pengkajian interaksi. Menurut Asseciotion for
the care of children’s health (1989) keperawatan yang berpusat pada keluarga
merupakan filosofi dari keperawatan kesehatan anak yang mempertimbangkan
dan memperlakukan anak dalam konteks keluarga serta mengkui keluarga sebagai
pemberi asuhan utama dan berkesinambungan untuk anak.
b. Tingkat II
Adalah keluraga sebagai kumpulan dari anggota keluarga dalam praktik
keperawatan tipe ini, keluarga di pandang sebagai kumpulan individu anggota
kelurga. dikatakan keperawatan keluarga apabila semua anggota keluarga
mendapat perawatan. Sekarang ini ada upaya untuk melihat keluarga sebagai
fokus keperawatan, bukan sebagai kumpulan yang di sebutkan sebeluamnya
(Doberty dan camphell 1988). pada tingkat ini hal yang penting adalah masing-
masing klien dilihat sebagai unit terpisah, bukan unit yang saling berinteraksi.
c. Tingkat III
Adalah keluarga sebagai klien pada tingkat ini keluarga menjadi klien atau
fokus utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang
berinteraksi, dengan fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga,
sturuktur dan fungsi keluarga, serta saling ketergantungan subsistem keluarga
dengan kesehatan, dan keluarga dengan lingkungan luarnya. Hubungan antara

8
penykit dan individu dalam keluarga dianalisis dan dimasukan dalam rencana
asuhan keperawatan (wright dan leahey 1988).

2.1.8 Peran Perawat Keluarga


1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi
tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan
dapat dipercaya
6. Kolaborasi

9
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Keperawatan Keluarga


Belakangan ini keperwatan keluarga berkembang dengan pesat karena :
1. Peningkatan pengakuan dalam keperawatn dan masyarakat tentang perlunya
peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan secara menyeluruh, bukan
hanya praktik yang berorientasi pada penyakit.
2. Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit kronis yang
menyebabkan perawatan diri dan kebutuhan akan asuhan perawatan keluarga
menjadi penting.
3. Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat.
4. Pengkaluan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah dalam
komunitas kita.
5. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang berdasarkan pada keluarga,
seperti teori kedekatan dan teori sistem umum.
6. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke klinik
layanan anak, perkawinan, dan keluaga.

10
7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada tahun
1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang bermasalah dalam pola
komunikasinya terkait dengan anak-anak yang bermasalah.

2.2 Keperawatan Keluarga di Indonesia dan Beberapa Keperawatan Keluarga dibeberapa


Dokumentasi Keperawatan (Trend Dan Issue Keperawatan Keluarga)
2.2.1 Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan keluarga
1. Perubahan Bidang Profesi Keperawatan
a) Perubahan ekonomi
Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai
anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap orientasi
manajemen kesehatan atau keperawatan dari lembaga sosial ke orientasi
bisnis.
b) Kependudukan
Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah
penduduk di Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan
membawa dampak terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran
tersebut terjadi yang dulunya lebih menekankan pada pemberian pelayanan
kesehatan atau perawatan pada “hospital-based” ke “comunity based”.
c) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Atau Keperawatan
Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat di
tuntut untuk menguasai teknolgi komputer di daam melaksanakan MIS
(Manajemen Information System) baik di tatanan pelayanan maupun
pendidikan keperawatan
d) Tuntutan Profesi Keperawatan
Karakteristik Profesi yaitu:
1) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetehuan (body of knowledge)
melalui penelitian
2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang
lain
3) Pendidikan yang memenuhi standar

11
4) Terdapat pengendalian terhadap praktik.
5) Bertanggungjawab dan bertanggung gugat(Accounttable) terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan gabung
6) Merupakan karier seumur hidup
7) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi

2. Dampak Perubahan
1) Praktik keperawatan
a. Pengurangan anggaran
Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema,di satu sisi
dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan,
dilain pihak pemerintah memotong alokasi anggaran untuk pelayan
keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan menjadikan rumah sakit swadan
dimana juga berdampak terhadap kinerja perawat. Dalam melaksanakn
tugasnya perawat sering jarang mengadakan hubungan interpersonal yang
baik karena mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu.
b. Otonomi dan akuntabilitas
Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di
pemerintahan, merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan
otonomi dan akuntabilitas perawat indonesia. Peran serta tesebut perlu di
tingkatkan terus dan di pertahankan. Kemandirian perawat dalam
melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya
otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang harus di
persiapkan.
c. Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam
praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan.
d. Tempat praktik
Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan
klinik(RS);komunitas;dan praktik mandiri di rumah/berkelompok (sesuai
SK MENKES R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan).
e. Perbedaan batas kewenangan praktik

12
Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap
jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan.

2) Tantangan Pendidikan Keperawatan


Di masa depan pendidikan keperawatan dihadapkan pada suatu tantangan
dalam meningkatkan kualitas lulusannya dituntut menguasai kompetensi-
kompetensi profesional. Isi kurikulum program pendidikan ke depan, juga
harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
3) Tantangan Perubahan Iptek
Riset keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan dasar yang harus
dilaksanakan oleh perawat di era global. Meningkatnya kualitas layanan,
sangat ditentukan oleh hasil kajian-kajian dan pembaharuan yang
dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian. (Kuntoro, 2010, hal. 149-150)

2.2.2 Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga


Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami terhadap
literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga, 8 isu
penting dalam keperawatan keluarga saat ini:
1. Isu Praktik :
a) Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan pengetahuan
ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan spesialisasi di
keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi dikeperawatan
keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga juga masih dinyatakan
ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright dan Leahey
mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan kesenjangan ini
adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini
merupakan kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat
individu menjadi tingkat keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu
Bowden dkk menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi
seperti pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang
lebih besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian keluarga

13
yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik, perawat terikat
dengan model kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan
sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan
menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga sulit
diwujudkan.
b) Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk
di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan
besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan
perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks,
multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini
juga termasuk kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang
sehat dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan
staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me
nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam
profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien
keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang
bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan
keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan
Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan menyusun wawancara keluarga
selama 15 menit atau kurang. Pencetusan gagasan dan strategi penghematan
waktu yang realistik guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu
utama praktik dewasa ini.
c) Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada
keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun
oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan
kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau
keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu
penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey
dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan akan

14
kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan keluarg,
hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan
keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email telah
memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar
mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen
telah memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai
konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti
layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota
keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang baik
bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan mereka
sendiri.
d) Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya
beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya
pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki
banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat
dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas,
latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi
seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk persepsi kita, nilai,
kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat dan
sakit, membentuk cara kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua
upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap
menjadi tantangan yang terus dihadapi.
e) Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai
globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan
menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah
diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih baik

15
bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga
karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional. Globalisasi mempunyai
dampak negatif yang bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi
diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi
positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat
diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan membaca
literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat.
Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat
mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum
keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori
keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan
konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga mengalami
pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan publikasi dan
upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain, seperti Denmark,
Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan Inggris juga
mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan keluarga dan
keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat
dibeberapa negara ini.

2. Isu Pendidikan : Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum


keperawatan keluarga dan bagaimana cara menyajikannya?
Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada sekolah
keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan
keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan
muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program
keperawatan pascasarjana dan sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat
diberikan untuk program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara
mengajarkan ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program
sarjana dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi,
terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada
keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota

16
keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat
bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi,
masih belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam
keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di program praktik
tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi). Bahasa
lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan klinis perlu
dilakukan.

3. Isu Penelitian: Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi


keperawatan keluarga.
Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil
kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori
perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori
sistem telah banyak memandu penilitian para perawat penilti keluarga. Penelitian
dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa “tidak ada satupun disiplin
yang memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam Friedman dkk (2013,
hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi
interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi
intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell
dalam editor journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing
Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi
keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah studi
intervensi,kita mengalami kekurangan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk
mendukung evikasi strategi dan program keperawatan keluarga. Selain
itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian besar
penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait
dengan keluarga ( yang berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian
keluarga (yang berfokus pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).

4. Isu kebijakan: Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam


membentuk kebijakan yang memengaruhi keluarga.

17
Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan,
mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem politis guna
menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau. Praktisnya, semua legislasi
domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal, negara bagian atau nasional
mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang
tengah diusulkan dan membantu merumuskan dan mengimplementasikan
kebijakan dan regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung
calon keluarga dan menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan
komisi yang terkait dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting
lain untuk “ membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar
mempunyai hak mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka,
serta lebih cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri.

2.3 Visi dan Misi Keperawatan Keluarga


Visi adalah dream di mana pasangan memiliki keinginan mencapai suatu bentuk
keluarga yang mereka idam-idamkan sebelumnya (sakinah, mawadah, warohmah).
Misi merupakan tugas dan kewajiban pasangan sebagai implementasi visi tersebut
yang sekaligus merupakan tujuan setiap keluarga.

2.4 Urgensi Keperawatan Keluarga bagi Pengembangan Kepribadian


Beberapa alasan keluarga harus menjadi fokus perhatian untuk diberikan adalah :
1. Keluarga merupakan sebuah unit,keluarga merupakan jaringan yang mempunyai ikatan
berat dimana salah satu anggota keluarga mempunyai masalah akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lain
2. Upaya menemukan kasus merupakan salah satu alasan baik untuk memberikan
perawatan kesehatan.
3. Seseorang dapat mencapai suatu pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan
keluarga berfungsi sebagai dukungan dalam konteks keluarga.
4. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
keluarganya,bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan

18
kesehatan anggota keluarga secara individu,mulai dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.
5. Mengkaji atau menilai dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang
penting dalam membantu setiap anggota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat
(wellness) hingga tingkat optimum.
6. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan perawatan diri
(self care),pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti
yang dapat mengurangi resiko yang di ciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari
lingkungan. Tujuannya adalah mengangkat derajat kesehatan keluarga secara
menyeluruh,yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap
anggota keluarga.
7. Keluarga membutuhkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi tugasnya dalam setiap
fase perkembangan.
8. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga dan sebaliknya.
9. Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi
derajat kesehatan sistem di atasnya.

2.5 Garis Besar dan Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif),pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif),pemulihan kesehatan (rehabilitatif) Mengembalikan serta memfungsikan kembali
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah
upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a) Penyuluhan kesehatan masyarakat
b) Peningkatan gizi

19
c) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e) Olahraga secara teratur
f) Rekreasi
g) Pendidikan seks.

2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
c) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
d) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
a) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
c) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d) Perawatan payudara
e) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

4. Upaya Rahabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
a) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan

20
b) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.

5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,
atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk
dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat
dimengerti.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).
Keperawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit
sehingga memerlukan pendekatan yang logis dan sistematis pada keluarga dan setiap
anggotanya.
Perbedaan focus perawatan tergantung pada konseptualisasi keluarga. Dalam
prakteknya, proses keperawatan keluarga menggunakan dua tingkatan yaitu tingkatan ini
digunakan untuk mengkaji dan melaksanakan keperawatan keluarga

3.2 Saran
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap
bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan masukan. Dan juga diharapkan
mahasiswa dan pembaca dapat memahami tentang konsep Keperawatan Keluarga.

22
DAFTAR PUSTAKA

Achsar,K.(2010).Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta:Sagung Seto


Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Bambang Sumantri. (2011). Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas. Diakse pada tanggal 29
September 2016 pada: http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/12/ruang-lingkup-
keperawatan- komunitas.html

Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.


R, J. L. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi.2007.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Jakarta:Graha Ilmu
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC.

Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Yasinta, J. &. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep Dan Praktik. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Zaidin Ali, H. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai