Anda di halaman 1dari 26

Kebijakan Sektor Industri Otomotif

Dalam Rangka Implementasi Roadmap Industri 4.0


Disampaikan Pada
Indonesia Industrial Summit 2018
Jakarta 4-5 April 2018

Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika


Kementerian Perindustrian
2018
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
B. VISI DAN MISI
C. KONDISI SAAT INI DAN SASARAN
D. STRATEGI DAN KEBIJAKAN
E. USULAN INSENTIF
A.1 LATAR BELAKANG

Revolusi industri ke-4 mengaburkan batasan antara


lingkungan fisik, digital dan biologis

Akhir abad ke- Awal abad Awal tahun 1970 Saat ini
18 ke-20

Konektivitas manusia, mesin & data


waktu nyata dimana-mana
Revolusi industri ke-4
Pengontrol logika Sistem cyber-physical
terprogram pertama (PLC)
Modem 084- 969
Revolusi industri ke-3
Lini produksi pertama, rumah Penggunaan elektronik dan TI untuk otomatisasi produksi
potong hewan di Cincinnati -
1870
Revolusi industri ke-2
Alat tenun mekanis
Pengenalan produksi masal berdasarkan pembagian kerja
pertama - 1784
Revolusi industri ke-1
Pengenalan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap

3
Source: A.T. Kearney
A.2 LATAR BELAKANG
Five technologies will be the key technologies in the 4th Industrial revolution
5 Key Technologies of 4IR

5 Main Activities in 4IR


Product
Distribution
R&D&D Development Manufacturing and Sales
After Sales
& Branding
A.3 LATAR BELAKANG

5 Sektor Utama Telah Dipilih Sebagai Sektor Fokus Untuk


“Making Indonesia 4.0”
A.4 LATAR BELAKANG

“Making Indonesia 4.0” akan meningkatkan PDB secara signifikan, kontribusi


manufaktur & menciptakan lapangan kerja
Perkiraan manfaat(1) implementasi Industry 4.0

Penciptaan lapangan Kontribusi PDB dari


Pertumbuhan PDB
kerja manufaktur

+1-2% p.a. >10 juta(3) >25% kontribusi


peningkatan tambahan lapangan
pertumbuhan PDB dari pekerjaan dari kondisi manufaktur terhadap
baseline 2018-2030 saat ini pada 2030 PDB pada 2030

• Peningkatan pertumbuhan • Peningkatan lapangan kerja • Peningkatan kontribusi


PDB ril dari ~5%(2) menjadi dari +20 juta menjadi >30 juta manufaktur terhadap PDB dari
6~7% YoY antara 2018-2030 lapangan kerja pada tahun ~16%(2) menjadi ~25% pada
2030 tahun 2030

1) Manfaat dihitung berdasarkan perbedaan antara scenario aspirasional dengan scenario baseline dengan menggunakan model ekonomi A.T. Kearney
2) Dalam scenario baseline, petumbuhan PDB ril diperkirakan ~5% YoY antara 2018-2030, jumlah lapangan kerja tambahan di tahun 2030 diperkirakan sekitar 22 juta dengan
manufaktur berkontribusi sekitar ~16% dari total PDB Indonesia pada 2030
3) Implementasi Industry 4.0 diharapkan mampu menyerap 30~50% dari 30 juta angkatan kerja pada tahun 2030; Tenaga kerja lainnya telah diserap dalam scenario baseline
Sumber: World Bank, Badan Pusat Statistik, Ministry of Industry, A.T. Kearney 4
B.1 VISI DAN MISI INDUSTRI OTOMOTIF NASIONAL
Visi : Menjadi Pemain Utama dalam Produksi Otomotif Global
Misi : Mengembangkan Industri Otomotif yang Handal dan Kompetitif Serta Berkelanjutan

Peta Jalan

7
C.1 KONDISI INDUSTRI OTOMOTIF SAAT INI

1 Produksi Kendaraan Saat ini 3 Tantangan dan Potensi Rantai Pasok

• Produksi/Penjualan domestik tetap meningkat • Kandungan Lokal dari Perakitan kendaraan telah
(lebih dari 1.2 juta unit pada puncaknya), mencapai level tinggi namun lokalisasi sub-
didorong oleh ekspansi kebutuhan dalam negeri komponen masih rendah, berujung pada
rendahnya TKDN
• Kebutuhan dalam negeri akan terus tumbuh
dikarenakan meningkatnya populasi masyarakat • Penguatan daya saing biaya dengan peningkatan
pendapatan-menengah (middle – income) TKDN yang lebih tinggi (tidak termasuk semua
komponen impor/total biaya komponen)

2 Status daya saing Ekspor Saat ini 4 Tantangan dan Potensi Rantai Nilai
• Ekspansi kendaraan ekspor akan mendongkrak • Tidak terdapat Rantai Nilai (VC) pada upstream
kualitas/standar dari kendaraan dan juga (no R&D&D) pada OEM dan pemasok, hanya
meningkatnya penggunaan kapasitas produksi berpusat pada mid dan downstream pada OEM
• Namun, daya saing ekspor Indonesia masih
berada dibawah Thailand
 Trade Specialization Coefficient (TSC) • Produk yang lebih sesuai dengan pasar ekspor jika
hanya positif untuk kendaraan kemampuan R&D&D di lokalkan (modifikasi
penumpang, namun untuk komponen desain untuk pasar ekspor)
masih tetap negatif

Sumber : Survey of Promotion for Globally Competitive Industry in Indonesia – JICA/Nomura Research Institute Remarks : R&D&D : Research Design Development, VC :
Value Chain
8
C.2 KONDISI INDUSTRI OTOMOTIF SAAT INI
Kinerja Produksi dan Penjualan Otomotif Dalam Negeri Periode 2005 - 2017

Program
PR ODU CTI ON & SA LES LCGC

Thousand Unit Production Sales

1,299
1,254
1,230

1,208

1,177

1,130
1,116

1,099
1,065

1,061
1,013

994
894
838
765
703
608
599
534
501

486
456
434
412
319
269

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 NOV 2017
Production 501 269 412 599 486 703 838 1,065 1,254 1,299 1,099 1,177 1,130
Sales 534 319 434 608 456 765 894 1,116 1,230 1,208 1,013 1,061 994
C.3 KONDISI INDUSTRI OTOMOTIF SAAT INI
Target Pasar Industri Otomotif Dalam Negeri

New Mitsubishi plant, SGMW (Wuling), and Sokonindo Automobile will start production in 2017
C.4 POHON INDUSTRI OTOMOTIF

OPPORTUNITY

DIPRODUKSI LOKAL

BELUM SEPENUHNYA DIPRODUKSI LOKAL

BELUM DIPRODUKSI LOKAL

BEARING
PIRAMIDA INDUSTRI SEKTOR INDUSTRI OTOMOTIF
KBM R4 (2017)

• 22 Perusahaan
OEM • 55.000 Tenaga Kerja

Tier 1 • 500 Perusahaan


Component Industry • 100.000 Tenaga Kerja

Tier 2 & 3 • 1.000 Perusahaan


Component Industry • 90.000 Tenaga Kerja

Outlet, Workshop, Autorized Sales • 14.000 Perusahaan


Service and Spare Parts • 380.000 Tenaga Kerja

Outlet, Workshop, Non Autorized Sales Service


• 42.000 Perusahaan
and Spare Parts
• 504.000 Tenaga Kerja
C.5 KONDISI INDUSTRI OTOMOTIF SAAT INI
Peta Persaingan Industri Otomotif ASEAN (2016)

Phillipines
• Population : 103,32 million
• Production : 116,868 units
Vietnam
• Sales : 359,572 units
• Population : 92,7 million
• Product Champion : Auto
• Production : 231,161 units
parts (Transmision)
• Sales : 270,820 units
• Product Champion :
Thailand Motorcycle
• Population : 68,86 million
• Production : 1,944,417 units
• Sales : 768,788 units
• Product Champion : 1-TON
Pick Up, Eco Car

Malaysia
• Population : 31,19 million
• Production : 545,253 units
• Sales : 580,124 units
• Product Champion : Passenger Car

Indonesia
• Population : 261 million
• Production : 1,177,389 units
• Sales : 1,061,735 units
Source: ASEAN Automotive
• Product Champion : MPV, LCGC
Federation, 2016
C.6 SASARAN

14

9
C.7 SASARAN

15

10
D.1 STRATEGI PENGEMBANGAN

16
D.2 KEBIJAKAN DAN UPAYA
Kebijakan Pendukung
(0) Membuat Rencana Kerja untuk Penguatan Ekspor
Upaya Utama
dan xEV serta kapasitas penerapan
(1) Menarik investasi bagi Industri Komponen Otomotif
Membangun
(2) Menaikkan kemampuan R&D, Kualitas dan Sinergi antar
Produktivitas Pemasok Kementerian
(3) Memperbaiki iklim usaha guna menarik investasi dan Lembaga
khususnya SME, lisensi ekspor dan visa pekerja
(4) Penciptaan Jalur Industri Otomotif dibagian utara
Pulau Jawa Harmonisasi
dan
(5) Pengembangan Manajemen Pabrik dan skill
Rekayasa Produksi (Kemampuan untuk meningkatkan
Sinkronisasi
desain, proses, dsb) Kebijakan

(6) Promosi Investasi R&D&D dan transfer kemampuan


R&D&D ke local melalui mekanisme insentif
Pemberian
(7) Kolaborasi antara universitas teknologi/politeknik Insentif (Fiskal
dan industri otomotif dalam upaya pengembangan skill dan Non-Fiskal)
yang dibutuhkan
untuk Industri
(8) Dukungan ekspansi jasa pendukung D&D seperti
CAE dan Evaluasi Bahan Baku 17
D.3 PROGRAM PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN SHORT TERM (2017 – 2022) MEDIUM TERM (2023 -2027) LONG TERM (2028 -2030)

Membuat rencana kerja untuk 1. Pemetaan pasar ekspor yang memiliki 1. Pemetaan pasar ekspor yang 1. Pemetaan pasar ekspor yang
penguatan ekspor dan xEV serta persyaratan yang lebih rendah daripada memiliki persyaratan yang sama memiliki persyaratan yang lebih
kapasitas penerapan pasar domestik daripada pasar domestik tinggi daripada pasar domestik
2. Pemetaan Non-Tarif Barier negara2 2. Pemetaan Non-Tarif Barier negara2 2. Pemetaan Non-Tarif Barier negara2
potensi ekspor potensi ekspor potensi ekspor
3. Negosiasi FTA dengan negara2 potensi 3. Negosiasi FTA dengan negara2 3. Negosiasi FTA dengan negara2
ekspor potensi ekspor potensi ekspor

Menarik investasi bagi industri Perbaikan iklim usaha melalui deregulasi Penyediaan insentif berupa tax holiday Penyediaan insentif ekspor
komponen otomotif perijinan dan tax allowance
Menaikkan kemampuan R&D, 1. Pemetaan sumber daya R&&D 1. Peyediaan insentif R&D&D Membangun jaringan R&D&D baik level
kualitas dan produktivitas pemasok 2. Pendidikan, pelatihan dan sertifikasi 2. Pengembangan kurikulum R&D D nasional dan internasional
3. Pendirian center of excelence pada pendidikan tinggi

Penciptaan jalur industri otomotif Pemetaan lokasi dan jenis industri yang akan Membangun kawasan industri otomotif Algomerasi industri otomotif di utara
dibagian utara Pulau Jawa dikembangkan di utara pulau Jawa pulau Jawa

Pengembangan manajemen pabrik 1. Pemetaan kondisi kemampuan 1. Pemilihan lighhouse industri Penerapan manajemen pabrik dengan
dan skill rekayasa produksi manajemen dan rekayasa industri 2. Pengembangan TOT standar global (misal: ISO)
(kemampuan untuk meningkatkan 2. Pelatihan dan sertifikasi
desain, proses, dsb)

Promosi investasi R&D&D dan Penyediaan insentif khusus untuk kegiatan Memasukkan R&D&D dalam perhitungan Mendorong Insentif pengurusan paten
transfer kemampuan R&D&D ke R&D&D (super deduction) TKDN dan HKI
lokal melalui mekanisme insentif

Kolaborasi antara universitas 1. Pemetaan kebutuhan 1. Pengembangan program Spesialisasi skill sesuai dengan segmen
teknologi/politeknik dan industri 2. Pengembangan R&D D otomotif di pemagangan di industri otomotif pasar ekspor
otomotif dalam upaya universitas dan politeknik global
pengembangan skill yang 2. Pengembangan kurikulum
dibutuhkan

Dukungan ekspansi jasa pendukung Penguatan institusi (lab uji, sertifikasi dan Pengembangan project D&D dalam Menjadi pelaku global di bidang D&D
D&D seperti CAE dan evaluasi SDM) untuk penerapan D&D mendukung penerapan keahlian CAE dan
bahan baku Evaluasi Bahan Baku 18
E.1 INSENTIF INVESTASI BAGI INDUSTRI OTOMOTIF

REVISI INSENTIF INVESTASI TAX HOLIDAY 2018 INSENTIF INVESTASI TAX ALLOWANCE
PP 9 / 2016
Industri pendukung otomotif dapat
memanfaatkan insentif investasi, dalam Industri pendukung otomotif dapat
lingkup : memanfaatkan insentif investasi, dalam
a. Industri logam dasar hulu (besi baja dan lingkup :
bukan besi baja) dengan atau tanpa a. Industri kendaraan bermotor roda empat
turunannya, yang terintegrasi atau lebih
b. Industri pembuatan komponen utama b. Industri karoseri kendaraan bermotor roda
mesin seperti piston, cylinder head, atau emp;at atau lebih dan industri trailer dan
cylinder block yang terintegrasi dengan semi trailer
industri pembuatan kendaraan bermotor c. Industri suku cadang dan aksesori
roda empat atau lebih kendaraan bermotor roda empat atau
c. Industri pembuatan komponen utama lebih
mesin seperti piston, cylinder head, atau
cylinder block yang terintegrasi dengan
industri pembuatan kendaraan bermotor
roda empat atau lebih

19
E.2 Skema Usulan PPn BM

20
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT TRANSPORTASI DAN ELEKTRONIKA
Kementerian Perindustrian
Jln. Gatot Subroto Kav. 52 – 53
Lantai 11 - 12, Jakarta
http://iubtt.kemenperin.go.id
Tax Holiday

33
Perbandingan Skema Fasilitas Tax Holiday yang Lama dan Baru
Ketentuan PMK 159/2015 s.t.d.d. PMK PMK Baru
103/2016

Subjek Wajib Pajak Baru Penanaman Modal Baru

Persentase pengurangan 100%


10-100%
(single rate)

5-20 tahun dengan Penentuan jangka waktu berdasarkan nilai


investasi

Jangka waktu Tax


Nilai Investasi Holiday
5-15 tahun
Jangka Waktu diperpanjang s.d. 20 tahun Rp500 miliar s.d. kurang dari Rp1 triliun 5 tahun
dengan diskresi Menteri Rp 1 triliun s.d. kurang dari Rp 5 triliun 7 tahun
Keuangan
Rp 5 triliun s.d. kurang dari Rp 15 triliun 10 tahun
Rp 15 triliun s.d. kurang dari Rp 30 triliun 15 tahun
Rp 30 triliun atau lebih 20 tahun

Transisi Tidak diatur 50% selama 2 tahun

Cakupan Industri 8 cakupan Industri Pionir 17 cakupan Industri Pionir

34
Perbandingan Cakupan Industri Pionir Penerima Tax Holiday
PMK 159/2015
s.t.d.d. PMK 103/2016 PMK Baru

1. Industri logam hulu 1. Industri logam dasar hulu (besi baja dan bukan besi baja) dengan atau tanpa turunannya,
2. Industri pengilangan minyak bumi atau yang terintegrasi
2. Industri pemurnian dan/atau pengilangan minyak dan gas bumi dengan atau tanpa
industri dan infrastruktur pengilangan turunannya, yang terintegrasi
minyak bumi, termasuk yang menggunakan 3. Industri petrokimia berbasis minyak bumi, gas alam, atau batubara dengan atau tanpa
skema Kerjasama Pemerintah dan Badan turunannya, yang terintegrasi
Usaha (KPBU) 4. Industri kimia dasar anorganik dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi
3. Industri kimia dasar organik yang bersumber 5. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, perkebunan, atau
kehutanan dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi
dari minyak bumi dan gas alam 6. Industri bahan baku farmasi dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi
4. Industri permesinan yang menghasilkan 7. industri pembuatan semi konduktor dan komponen utama komputer lainnya seperti
mesin industri semikonduktor wafer, backlight untuk LCD, electrical driver, atau LCD yang terintegrasi
5. Industri pengolahan berbasis hasil dengan industri pembuatan komputer
pertanian, kehutanan, dan perikanan 8. Industri pembuatan komponen utama peralatan komunikasi seperti semikonduktor wafer,
backlight untuk LCD, electrical driver, atau LCD yang terintegrasi dengan industri pembuatan
6. Industri telekomunikasi, informasi dan telepon seluler (smartphone)
komunikasi 9. Industri pembuatan komponen utama alat kesehatan yang terintegrasi dengan industri
7. Industri transportasi kelautan pembuatan peralatan iradiasi, elektromedikal, atau elektroterapi
8. Infrastruktur ekonomi yang menggunakan 10. Industri pembuatan komponen utama mesin industri seperti motor listrik atau motor
skema selain Kerjasama Pemerintah dan pembakaran dalam yang terintegrasi dengan industri pembuatan mesin
11. Industri pembuatan komponen utama mesin seperti piston, cylinder head, atau cylinder block
Badan Usaha (KPBU). yang terintegrasi dengan industri pembuatan kendaraan bermotor roda empat atau lebih
12. Industri pembuatan komponen utama mesin seperti piston, cylinder head, atau cylinder block
yang terintegrasi dengan industri pembuatan kendaraan bermotor roda empat atau
lebihIndustri pembuatan komponen utama kapal yang terintegrasi dengan industri
pembuatan kapal
13. Industri pembuatan komponen utama pesawat terbang seperti engine, propeller, rotor, atau
komponen struktur yang terintegrasi dengan industri pembuatan pesawat terbang
14. Industri pembuatan komponen utama kereta api seperti engine atau transmisi yang
terintegrasi dengan industri pembuatan kereta api
15. Industri mesin pembangkit tenaga listrik, termasuk industri mesin pembangkit listrik tenaga
sampah
16. Infrastruktur ekonomi

35
Tax Allowance

36
INSENTIF INVESTASI TAX ALLOWANCE
PP Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal
Di Bidang-bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Di Daerah-daerah Tertentu

TUJUAN LINGKUP INSENTIF


Meningkatkan Kegiatan Investasi Langsung Guna 1. 30% Pengurangan Pajak Penghasilan Netto
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Serta Untuk 2. Dari jumlah Penanaman modal, diberikan
Pemerataan Pembangunan Dan Percepatan selama 6 tahun, masing-masing 5% per
Pembangunan Bagi Bidang-bidang Usaha Tertentu tahun
Dan/Atau Di Daerah-daerah Tertentu 3. Diberikan kepada 143 sektor

USULAN REVISI INSENTIF INVESTASI TAX ALLOWANCE 2018


1. Jumlah Industri Penerima akan diperluas dengan ditambahkan sektor industri padat karya,
berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, serta Kementerian Pariwisata
2. Proses pengajuan tax allowance akan lebih cepat dan sederhana
3. Hitungan tax allowance juga harus memiliki kepastian agar investor bisa menerka efisiensi beban
37
yang akan diperoleh pasca realisasi investasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai