PENDAHULUAN
Saat ini di indonesia sedang manghadapi masalah yang cukup rumit berkaitan
dengan transportasi darat. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, dibarengi dengan
meningkatnya daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor memicu
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Wawasan Kemaritiman serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang kondisi transportasi di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Usaha jasa angkutan memiliki beberapa bidang usaha penunjang, yaitu kegiatan
usaha yang menunjang kelancaran proses kegiatan angkutan, seperti diuraikan di
bawah:
1. Usaha bongkar muat barang, yaitu kegiatan usaha pembongkaran dan pemuatan
barang dan atau hewan dari dan ke kapal.
2. Usaha jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), yaitu kegiatan usaha untuk
pengiriman dan penerimaan barang dan hewan melalui angkutan darat, laut, udara.
3. Usaha ekspedisi muatan kapal laut, yaitu kegiatan usaha pengurusan dokumen dan
pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut
melalui laut.
4. Usaha angkutan di perairan pelabuhan, yaitu kegiatan usaha pemindahan
penumpang dan atau barang dan atau hewan dari dermaga ke kapal atau sebaliknya
dan dari kapal ke kapal, di perairan pelabuhan.
5. Usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau alat apung, yaitu kegiatan usaha
penyediaan dan penyewaan peralatan penunjang angkutan laut dan atau alat apung
untuk pelayanan kapal.
6. Usaha tally, yaitu kegiatan usaha penghitungan, pengukuran, penimbangan dan
pencatatan muatan untuk kepentingan pemilik muatan dan pengangkut.
7. Usaha depo peti kemas, yaitu kegiatan usaha penyimpanan, penumpukan,
pembersihan, perbaikan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pengurusan peti
kemas.
B. Kondisi Transportasi Publik di Indonesia
Dari sisi besaran DWT, kapasitas kapal konvensional dan tanker mendominasi
armada pelayaran yang uzur (umur rata-rata kapal Indonesia 21 tahun, 2001,
bandingkan dengan Malaysia yang 16 tahun, 2000, atau Singapura yang 11 tahun,
2000). Meskipun demikian, justru pada kapasitas muatan dry-bulk dan liquid-
bulk pangsa pasar domestik armada nasional paling kecil. Pada umumnya, kapal
Indonesia mengangkut kargo umum, tapi sekitar setengah muatan dry-bulk dan liquid-
bulk diangkut oleh kapal asing atau kapal sewa berbendera asing. Secara keseluruhan
armada nasional meraup 50% pangsa pasar domestik. Sekitar 80% liquid-bulk berasal
dari P.T. Pertamina. Penumpang angkutan laut bukan feri terutama dilayani oleh PT
Pelni yang mengoperasikan 29 kapal (dalam lima tahun terakhir, PT Pelni menambah
10 kapal). Perusahaan swasta juga membesarkan armada dari 430 (1997) menjadi 521
unit (2001).
Armada Pelayaran Rakyat, yang terdiri dari kapal kayu (misalnya jenis Phinisi,
seperti yang banyak berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa) membentuk mekanisme
industri transportasi laut yang unik. Kapal-kapal yang berukuran relatif kecil (tapi
sangat banyak) melayani pasar yang tidak diakses oleh kapal berukuran besar, baik
karena alasan finansial (kurang menguntungkan) atau fisik (pelabuhan dangkal).
Industri pelayaran rakyat berperan sangat penting dalam distribusi barang ke dan dari
pelosok Indonesia. Armada pelayaran rakyat mengangkut 1.6 juta penumpang (sekitar
8% penumpang bukan feri) dan 7.3 juta MetricTon barang (sekitar 16% kargo umum).
Tapi kekuatan armada ini cenderung melemah, terlihat dari kapasitas 397,000 GRT
pada tahun 1997 menjadi 306,000 GRT pada tahun 2001. (Sumber data: Stramindo,
berdasarkan statistik DitJenHubLa).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan