Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1.1 Setelah praktikum diharapkan mahasiswa dapat melakukan tahapan dalam


mempersiapkan simplisia sebelum melakukan proses ekstraksi dari
tumbuhan
1.2 Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan
serbuk dari simplisia

1.2 DASAR TEORI


Tumbuhan telah digunakan semenjak zaman dahulu untuk mengobati
berbagai penyakit. Pada awalnya tumbuhan digunakan dalam proses
pengobatan dalam bentuk herbalnya, tetapi seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknolobgi, saat ini tumbuhan berperan dalam
menyediakan senyawa murni yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Proses
pencarian senyawa obat dari tumbuhan adalah sebuah proses yang kompleks
dan panjang serta melibatkan berbagai bidang ilmu pengetahuan antara lain
kimia, farmakologi, biokimia, botani, antropologi dan lain-lain.
Tumbuhan memberikan peranan yang penting dalam pengobatan
penyakit, dapat berada dalam bentuk teh herbal, fitofarmaka dan senyawa
murni yang diisolasi dari tumbuhan obat. Secara garis besar, tahapan dalam
proses isolasi senyawa kimia dari tumbuhan adalah pertama persiapan
sampel atau simplisia yang meliputi (pemilihan sampel, pengambilan dan
identifikasi sampel serta sortasi basah, perajangan, pengeringan dan
penghalusan), kedua skrining fitokimia, ketiga ekstraksi dan keempat isolasi
senyawa murni.
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
diigunakanuntuk pengobatandan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC (BPOM, 2014).
Jenis-jenis simplisia:

4
1. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
ataueksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhann adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni
2. Simplisia hewan
3. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta
mengandung zat aktif yang berkhasiat. Cirisimplisia yang baik adalah
dalam kondisi kering (kadar air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas
bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan
simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri lain
simplisia yang baik adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai
bahan segarnya (Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012).
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontminasi danstabilitas bahan. Namun demikian simplisia
sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat di perkecil,
diaturatau dikonstankan (Depkes RI, 2000).
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dan produk siap konsumsi
langsungdapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter standar
umum:
1. Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis)
serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).

1. Simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat


tetapdiupayakan memenuhi 3 paradigma produk kefarmasian, yaitu
Quality–Safety-Efficacy (mutu aman-manfaat).

2. Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung

5
jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia,
yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.

(Depkes RI, 2000)


Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan
sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang
ditetapkan sebelumnya. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa
simplisia yang akan digunakan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi
Departemen Kesehatan (Materia MedikaIndonesia). Sedangkan sebagai produk
yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi persyaratan
produkkefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Depkes RI, 2000).

1. Pemilihan sampel, pengambilan dan identifikasi sampel


Metode yang digunakan dalam pemilihan, pengumpulan dan identifikasi
bahan tanaman secara langsung akan mempengaruhi reproduksibilitas dari suatu
penelitian fitokimia. Kecerobohan pada tahap ini akan dapat mengurangi nilai
ilmiah dari studi keseluruhan.Ssecara umum, pemilihan sampel dapat dilakukan
menggunakan beberapa pendekatan, antara lain
a. Pemilihan sampel secara random
b. Pendekatan fitokimia : pemilihan sampel berdasarkan kandungan
kimianya
c. Pendekatan farmakologis : pemilihan sampel berdasarkan
bioaktivitasnya
d. Pendekatan etnobotani : pemilihan sampel berdasarkan informasi
penggunaan tradisional tumbuhan tertentu. Biasanya sumber informasi
adalah seorang herbalis ataupun dari masyarakat yang biasa
menggunakan tumbuhan obat
e. Pendekatan kemotaksonomi : pemilihan berdasarkan kesamaan
taksonomi misalnya dipilih berdasarkan famili tumbuhan tertentu
f. Pemilihan sampel berdasarkan laporan atau jurnal ilmiah tentang
pengujian bioaktivitas suatu tumbuhan

6
Kadar aktif suatu senyawa dalam suatu tumbuhan berbeda-beda dan
sangat bergantung pada bagian tanaman yang diambil, waktu pengambilan,
umur tumbuhan dan lingkungan tempat tumbuh. Identifikasi sampel perlu
dilakukan oleh ahlinya, serta sampel harus disimpan dengan nomor kode
sampel di herbarium untuk memudahkan penelusuran kembali.

1. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan dengan cara pencucian sampel yang bertujuan
untuk menghilangkan sampel dari tanah dan kotoran lainnya yang melekat.
Pencucian dilakukan dibawah air mengalir.

2. Perajangan
Beberapa sampel memerlukan perajangan terlebih dahulu sebelum
dikeringkan, yang bertujuan untuk membantu proses pengeringan. Tanaman
yang baru diambil, jangan langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan
utuh selama 1 hari, selanjutnya baru dirajang dengan menggunakan pisau
atau alat pemotong lainnya sehingga membentuk irisan tipis atau sesuai
dengan bentuk yang diinginkan.

3. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Secara umum simplisia harus
dikeringkan pada suhu dibawah 30oC, untuk menghindari terurainya
komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan akibat dari pengaruh suhu.
Sampel harus dihindari dari sinar matahari langsung karena adanya potensi
transformasi kimia akibat dari radiasi sinar UV. Dengan mengurangi kadar
air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.

7
4. Penghalusan
Jika sampel yang akan dihaluskan jumlahnya sedikit maka akan digunakan
blender. Tetapi jika jumlah sampel banyak, maka dianjurkan untuk
menghaluskan dengan menggunakan peralatan penghancur skala industri.
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen
dengan derajat halus yang cocok bahan bakunya berupa simplisia sediaan
galenik, atau campurannya (DepKes RI,1994). Serbuk Simplisia adalah sediaan
Obat Tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai,
terbuat dari simplisia atau campuran dengan Ekstrak yang cara penggunaannya
diseduh dengan air panas (BPOM,2014).
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
 Kadar air tidak lebih dari 10 %.
 Angka lempeng total tidak lebih dari 10 3.Angka kapang dan khamir
tidak lebih dari 10 4.Mikroba pathogen negatif.
 Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj.
Untuk penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan
bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan
penyimpanan untuk serbuk simplisia ialah dalam wadah tertutup baik; disimpan
pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari langsung
(DepKes RI,1994).

8
1.3 KLASIFIKASI TANAMAN

1. Temulawak

Nama lain : Temu lawak / koneng gede

Nama tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza (roxb)

Keluarga : Zingiberaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri mengandung felandren,tumerol, zat bewarna


kukumin,
Dan kadar minyak tidak kurang dari 8,2 % (b/v)

Kegunaan : Kolagoga, antispasmodika

Pemerian : Bau khas aromatic, rasa tajam dan pahit

Bagian yang digunakan : Keping akar tinggal

Waktu panen : dilakukan pada umur 9 bulan atau lebih

Syarat temulawak untuk ekspor :

 Warna : Kuning Jingga Sampai Coklat

 Aroma : Khas Aromatic

 Rasa : Pahit Agak Pedas

 Abu : (3-7) %

 Pasir : 1%

 Kadar Minyak Atsiri : Minimal 5%

9
2. Kunyit

Nama lain : Kunyit / kunir

Nama tanaman asal : Curcuma domesticae (Val)

Keluarga : Zingiberaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri, damar, pati, zat warna kurkumin

Kegunaan : karminativa, antidiare, kolagoga, skabisida

Pemerian : Bau khas aromatic , rasa agak pedas lama menimbulkan


rasa
tebal

Bagian yg digunakan : Akar tinggal

Waktu panen : 1 tahun atau lebih

3. Laos

Nama lain : Laos, Lengkuas, galanga rhizoma

Nama tanaman asal : Alpina officinarum (Hance), Alpina gelanga(L), Langua


gelanga (L)

Keluarga : Zinciberaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yangg mengandung sineol,


metilsinamat,kamfer

Kegunaan : Bumbu, karminativa, antifungi

Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas

Bagian yg digunakan : Akar tinggal

Waktu panen : umur 2,5 – 4 bulan

10
4. Kencur

Nama lain : Dringo / jaringau / calamus / sweetflag

Nama tanaman asal : Acorus calamus (L)

Keluarga : Araceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri mengandung egenol,asaron,asaril aldehid,


zat
pahit akorin,zat penyamak ,akoretin, tannin,pati

Kegunaan : Bahan pewangi, karminativa, insektesida, demam nifas

Pemerian : bau khas aromatic, rasa pahit agak pedas.

Bagian yangg digunakan : keping akar tinggal

Waktu panen : dilakukan pada umur 1 tahun

5. Jahe

Nama lain : Jahe

Nama tanaman asal : Zingiber officinnale (Roscoe)

Keluarga : Zinciberaceae

Zat berkhasiat : Pati, damar, oleo resin, gingerin dan minyak atsiri
mengandung
Zingiron, zingiberol, zingiberin, borneol, kamfer,
sineol felandren

Kegunaan : Stimulansia, diaforetika, karminativa

Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas

11
Jenis – jenis jahe berdasarkan bentuk :

1. Jahe putih besar, rimpangnya lebih besar dan ruas rimpangnya lebih
menggembung.

2. Jahe putih kecil, ruasnya kecil agak rata sampai sedikit menggembung.

3. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari jahe putih
kecil

Jenis – jenis jahe berdasarkan pengolahan

1. Jahe segar yang direndam dalam air mendidih, kemudian dikeringkan


cepat- cepat disebut Jahe hitam (Black ginger)

2. Jahe segar yang dicuci secara hati – hati dikupas lapisan gabus dan dicuci
berulang - ulang dan dikelantang,. Jika dimaserasi dengan air kapur akan
nampak putih karena lapisan kapurnya dan disebut Jahe putih (White
ginger).

3. Jahe segar atau yang dikeringkan tanpa pengolahan khusus dan dipakai
untuk bumbu masak disebut Jahe hijau (Green ginger)

Waktu panen :

Panenan dapat dilakukan pada umur 9 – 12 bulan setelah tanam . Panenan


pada umur 6 bulan dapat dilakukan untuk mendapatkan rimpang muda, kurang
berserat, yang umumnya dipakai membuat manisan dan keperluan bumbu dapur.
Panen pada umur 9 – 12 bulan dilakukan bila tanaman mulai mengering
seluruhnya sampai sudah rebah rumpun - rumpunnya

12
6. Daun jambu biji

Nama Lain : Daun Jambu Biji

Tanaman asal : Psidium guajava L.

Keluarga : Myrtaceae

Zat berkhasiat : Zat Penyamak 9%, Minyak Atsiri (Yang Berwarna


Kehijauan Dan Berisi
Eugenol), Asam Malat Danminyak Lemak

Penggunaan : Antidiare dan Adstingensia

Pemerian : bau aromatik dan rasa kelat

Bagian yang digunakan : Daun

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. Daun suji

Nama lain : Daun Suji, Daun Pundak

Tanaman asal : Dracaena angustifolia

Keluarga : Ruscaceae

Zat berkhasiat : mengandung zat warna hijau.

Penggunaan : penyakit leukemia, sakit asma dan menambah nafsu


makan.

Pemerian : daun runcing memanjang, bau khas daun

Bagian yang digunakan : Daun

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13
8. Daun pace

Nama Lain : Mengkudu, Pace, Kudu, buah noni

Nama Tanaman Asal : Morinda citrifolia

Famili : Rubiaceae

Zat Berkhasiat : Morindin, Morindon

Penggunaan : Antidiabetik, anti hipertensi, roborantia,


ekspetoransia

Pemerian : Tajam, manis

Bagian yang digunakan : Daun

14
1.3 METODE KERJA
1.4.1 Alat dan Bahan

 Alat
1. Pisau
2. Gunting
3. Alas Pemotong/Talenan
4. Kertas Koran
5. Baskom & Nampan
6. Tampah Untuk Meniris Sampel Basah
7. Timbangan Digital
8. Lemari Pengering
9. Kain Hitam
10. Desikator
11. Blender
12. Mortir & Alu
13. Spatula & Sudip
14. Ayakan
15. Sendok
16. Plastik
17. Silikagel

 Bahan
1. Curcuma domestica Rhizoma (kunyit)
2. Zingiber officinnale Rhizoma (jahe)
3. Curcuma xanthorrizha Rhizoma (temulawak)
4. Alpinia galanga Rhizoma (laos)
5. Dracanea angustifolia Folium (daun suji)
6. Psidium guajava Folium (daun jambu biji)
7. Morinda citrifolia Folium (daun pace)
8. Syzygium polyanthum Folium (daun salam)

15
1.4.2 Prosedur Kerja

 Penyiapan Sampel Bahan Alam

Pemilihan sampel
Pilihlah sampel dari tumbuhan yang akan diisolasi kangdungan kimianya

Pengambilan sampel
Lakukan pengambilan sampel, serta lakukan pencatatan terhadap :
Bagian tanaman yang diambil
Umur tanaman (jika memungkinkan Waktu pengambilan
Lokasi pengambilan jumlah (gram) sampel segar yang diambil)

Identifikasi
Lakukan indentifikasi organoleptik tumbuhan atau sampel tersebut. Meliputi
(bau, warna, dan bentuk )

Pencucian dan sortasi basah


Lakukan pencucian sampel dari kotoran yang menempel seperti tanah, hama,
tanaman lain, dan lainnya dibawah air mengalir. Pastikan sampel telah bersih dari
pengotor dan tiriskan sampel dari air yang menempel pada sampel dengan cara
diangin-anginkan.

Perajangan
Untuk mempermudah dan membantu proses pengeringan, maka sampel yang telah
disortasi basah dan ditiriskan, selanjutnya dirajang dengan menggunakan pisau
atau pemotong lainnya sehingga membentuk irisan tipis, jika sampel yang diambil
adalah daun, maka proses perajangan tidak diperlukan.

16
Pengeringan
Sampel yang telah dirajang dikeringkan dengan cara :
Dikeringkan dibawah sinar matahari
Diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung

Penyimpanan
Simplisia kering disimpan dalam wadah tertutup rapat dan bebas dari kelembaban
udara.

17
 Pembuatan Serbuk Simplisia

Simplisia dipastikan kekeringannya, dipastikan dengan hasil rajangan mudah


diremah dan mudah patah

Simplisia yang telah kering lalu disortasi kering untuk menghilangkan


kotoran yang masih ada

sumplisia ditimbang kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat


penyerbukan hingga halus (bisa digerus dengan mortir dan alu atau di blender)

Serbuk yang telah halus diayak untuk mendapatkan derajat kehalusan tertentu
kemudian ditimbang dan dimasukan dalam wadah, diberi label.

18
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 HASIL

LEMBAR KERJA DAUN SUJI


PRAKTIKUM : PENYIAPAN SAMPEL BAHAN ALAM
KELOMPOK :1A

HASIL PERCOBAAN

1 Nama Sampel Daun Suji


2 Nama Ilmiah Dracaena angustifolia Folium
3 DATA PANEN
Bagian tanaman yang diambil Daun
Umur tanaman ±10 Tahun
Waktu pengambilan tanaman Pukul 06.20 WIB
Lokasi pengambilan tanaman Padurenan, Bekasi
Berat sampel yang diperoleh /
175 gram
dipanen (sebelum pencucian)
4 IDENTIFIKASI SIMPLISIA
BASAH
Bau Pandang Wangi
Warna Hijau Tua / Hijau Alami
Bentuk Panjang Meruncing
Lainnya (kekhasan) Tidak Memiliki Kekhasan
5 PENCUCIAN & SORTASI
BASAH
Jenis pengotor yang ditemukan Debu-debu Halus
Berat setelah ditiriskan (gram) 250 gram
Rendemen basah (%)
(berat setelah ditiriskan/ berat panen 70%
x 100%)
6 PERAJANGAN Ya / Tidak* (coret yang tdak perlu)
7 PENGERINGAN
Metode pengeringan Diangim-anginkan & Matahari
Tanggal mulai pengeringan Rabu, 11 September 2019
Pengamatan hari-1 Agak Lembab 12 September 2019

19
Pengamatan hari-2 Lembab 13 September 2019
Pengamatan hari-3 Agak Kering 16 September 2019
Pengamatan hari-4 Kering 17 September 2019
Pengamatan hari-5 Sangat Kering 18 September 2019
Tanggal sampel kering dan dilakukan
Rabu, 18 September 2019
penyimpanan
8 IDENTIFIKASI SIMPLISIA
KERING
Bau Khas
Warna Hijau Kecoklatan
Bentuk Potongan Satu Ruas Jari
Lainnya (kekhasan) -
Berat simplisia kering (gram) Matahari : 26,86 g
Diangin-angin : 31,54 g
Rendemen kering (%)
(berat kering / berat basah setelah

20
ditiriskan x 100%)
9 PENYIMPANAN
Wadah penyimpanan Wadah tertutup rapat
Kondisi penyimpanan Serbuk Kering

Praktikan Dosen

( ) ( )

21
LEMBAR KERJA
PRAKTIKUM : PENYERBUKAN SIMPLISIA
KELOMPOK :1A

I. HASIL PERCOBAAN

Nama Sampel Daun Suji


Nama Ilmiah Dracaena angustifolia Folium
Metode penyerbukan Blender
Derajat halus serbuk simplisia Agak Halus
Wadah penyimpanan Plastik dalam Toples
Tanggal penyimpanan Rabu, 18 September 2019

Praktikan Dosen

( ) ( )

22
DAUN SUJI

Daun suji penimbangan daun suji yang masih


kering sebanyak 175 gram

Dilakukan pencucian daun suji Ditimbang kembali daun yang sudah


dicuci menghasilkan berat 250 gram

23
Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin
Rabu, 11- september- 2019 Rabu, 11- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Kamis, 12- september- 2019 Kamis, 12- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Jumat, 13- september- 2019 Jumat, 13- september- 2019

24
Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin
Senin, 16- september- 2019 Senin, 16- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Selasa, 17- september- 2019 Selasa, 17- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Rabu, 18- september- 2019 Rabu, 18- september- 2019
Mendapatkan hasil seberat 26,86 gram Mendapatkan hasil seberat 31,54g

25
LEMBAR KERJA DAUN JAMBU BIJI
PRAKTIKUM : PENYIAPAN SAMPEL BAHAN ALAM
KELOMPOK :1A

HASIL PERCOBAAN

1 Nama Sampel Daun Jambu Biji


2 Nama Ilmiah Psidium guajava Folium
3 DATA PANEN
Bagian tanaman yang diambil Daun
Umur tanaman ±3 Tahun
Waktu pengambilan tanaman Pukul 06.30 WIB
Lokasi pengambilan tanaman Setu, Bekasi
Berat sampel yang diperoleh /
432 g
dipanen (sebelum pencucian)
4 IDENTIFIKASI SIMPLISIA
BASAH
Bau Khas Daun
Warna Hijau Tua
Bentuk Lebar Meruncing
Lainnya (kekhasan) Tidak Memiliki Kekhasan
5 PENCUCIAN & SORTASI
BASAH
Jenis pengotor yang ditemukan Debu – debu Halus
Berat setelah ditiriskan (gram) 619 gram
Rendemen basah (%)
(berat setelah ditiriskan/ berat panen 69,79 %
x 100%)
6 PERAJANGAN Ya / Tidak* (coret yang tdak perlu)
7 PENGERINGAN
Metode pengeringan Diangin – anginkan , & Matahari
Tanggal mulai pengeringan Rabu, 18 September 2019
Pengamatan hari-1 Kamis, 19 September 2019
Pengamatan hari-2 Jum’at, 20 September 2019
Pengamatan hari-3 Senin, 23 September 2019
Pengamatan hari-4 Selasa, 24 September 2019
Pengamatan hari-5 Rabu, 25 September 2019

26
Tanggal sampel kering dan dilakukan
Rabu, 25 September 2019
penyimpanan
8 IDENTIFIKASI SIMPLISIA
KERING
Bau Khas
Warna Hijau Kecoklatan
Bentuk Agak memanjang
Lainnya (kekhasan)
Berat simplisia kering (gram) Matahari : 87,51 g
Diangin-anginkan :77,91 g
Rendemen kering (%)
26,72 %
(berat kering / berat basah setelah

27
ditiriskan x 100%)
9 PENYIMPANAN
Wadah penyimpanan Wadah Tertutup Rapat
Kondisi penyimpanan Serbuk Kering

Praktikan Dosen

( ) ( )

28
LEMBAR KERJA PENYERBUKAN DAUN JAMBU BIJI
PRAKTIKUM : PENYERBUKAN SIMPLISIA
KELOMPOK : 1A

II. HASIL PERCOBAAN

Nama Sampel Daun Jambu Biji


Nama Ilmiah Psidium guajava Folium
Metode penyerbukan Blendre dan Tumbuk
Derajat halus serbuk simplisia Halus
Wadah penyimpanan Plastik dalam Toples
Tanggal penyimpanan Rabu, 25 September 2019

Praktikan Dosen

( ) (

29
DAUN JAMBU BIJI

Penyetaraan wadah untuk menimbang Daun Jambu Biji

Berat daun jambu biji 432,73 gram Berat daun jambu biji setelah di cuci
yaitu 619,16 g

Daun jambu biji setelah di potong tipis

30
Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin
Kamis, 19- september- 2019 Kamis, 19- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Jumat, 20- september- 2019 Jumat, 20- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Senin, 23- september- 2019 Senin, 23- september- 2019

31
Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin
Selasa, 24- september- 2019 Selasa, 24- september- 2019

Pengeringan dengan matahari Pengeringan dengan diangin-angin


Rabu, 25- september- 201 Rabu, 25- september- 2019
Mendapatkan hasil seberat 77,91 gram Mendapatkan hasil seberat 87,57 gram

32
Proses dihancurkan daun yang sudah kering sebelum diblender

Hasil diangin-angin sebesar 76,70 gram Hasil dengan matahari sebesar


79,27 gram

33
2.1 PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan penyiapan sampel bahan alam dan
pembuatan serbuk simplisia. Perlu diketahui simplisia adalah bahan alam yang
telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami
pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60°C
(BPOM,2014).

Langkah langkah yang di lakukan antara lain :

1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU

Hal yang pertama kali dilakukan adalah pengumpulan bahan baku. Kadar
senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain tergantung
pada :

 Bagian tanaman yang digunakan.

 Umur tanaman yang digunakan.

 Waktu panen.

 Lingkungan tempat tumbuh.

 Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa


aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang
tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif
dalam jumlah yang terbesar.

2. SORTASI BASAH

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-


bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang
dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang

34
tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.

3. PENCUCIAN

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya


yang melekat pada simplisia, pencucian dilakukan dengan air bersih. Cara
sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air
yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan
simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan
pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

4. PERAJANGAN

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses


pengeringan dan pembuatan serbuk simplisia. Tanaman yang baru diambil
sebaiknya tidak langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama
1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran
yang dikehendaki.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan


air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat
yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang
diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring,
jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis
untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.

35
5. PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak


mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam
simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang
dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia
tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih
hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak
terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni
proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang
segera setelah sel tumbuhan mati.

Pada praktikum kali ini, pengeringan simplisia dilakukan dengan


menggunakan sinar matahari dan dengan cara diangin-anginkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan
bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat
dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang
salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar
bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat
disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan
yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan
penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari
dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang
dikeringkan.

36
Pada praktikum kali ini pengeringan simplisia dilakukan dengan dua cara,
yaitu:

A. Dengan panas sinar matahari langsung.

Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras
seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan mengandung senyawa aktif yang
relatif stabil oleh panas. Pengeringan dengan sinar matahari merupakan suatu cara
yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang
telah dipotong-potong di udara terbuka diatas tampah-tampah tanpa kondisi yang
terkontrol seperti suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya
baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta
tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu
pengeringan sehingga memberi kesempatan pada mikroba untuk tumbuh sebelum
simplisia tersebut kering. Pengeringan dengan matahari mempunyai
kelebihan yaitu murah, tetapi mempunyai banyak kekurangan yaitu suhu
dan kelembapan yang tidak dapat dikontrol, perlu area penjemuran yang
luas,mudah terkontaminasi, simplisia mudah hilang, misalnya diterbangkan angin,
dimakan hewan atau mungkin mudah dicuri.

B. Dengan diangin-anginkan.

Pengeringan simplisia dengan cara diangin-anginkan tidak dipanaskan dengan


sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan zat aktif yang
dikandungnya tidak stabil / mudah rusak oleh sinar ultraviolet dari sinar matahar
serta mengandung senyawa aktif mudah menguap.

Penutupan dengan kain hitam pada saat pengeringan simplisia bertujuan


untuk menghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapat berakibat
menurunkan mutu minyak atsiri di dalam rimpang. Mengingat simplisia dijemur
dengan kain hitam maka, kecepatan penguapan air dari simplisia terlalu lambat,
jadi sebaiknya simplisia harus sering dibalik agar tidak ditumbuhi jamur.

37
Tumbuhnya jamur pada proses pengeringan dapat mempengaruhi komposisi dari
zat aktif maupun minyak atsiri. Pengeringan sinar matahari dengan kain hitam,
relatif berlangsung lebih lama karena sirkulasi udara kurang bagus, sehingga
transfer uap air keluar dari rimpang menjadi lebih lambat, jadi kecepatan
pengeringan lebih lambat.

Faktor-faktor yang mempercepat pengeringan simplisia, antara lain :

a) Luas Permukaan

Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan yang akan dikeringkan


dipotong-potong atau dihaluskan terlebih dahulu.

b) Perbedaan Suhu dan Udara Sekitar

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan,


makin cepat pemindahan panas kedalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan.

c) Kecepatan Aliran Udara

Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik,


proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat
uap air terbawa dan teruapkan.

d.) Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tertampung dan disingkirkan dari bahan.

38
Setelah pengeringan harus dibuat dalam bentuk serbuk halus untuk
memperkecil ukuran partikel simplisia sehingga luas permukaan partikel
menjadi besar sehingga cairan penyari yang akan mudah melarutkan senyawa
aktif dari simplisia tersebut.

Jika ingin melakukan proses maserasi akan lebih efektif bila simplisia telah
berbentuk serbuk halus karena pada prosesnya setelah dihomogenkan antara
simplisia dengan alkohol kemudian akan disaring, maka akan lebih efektif jika
yang disaring telah berbentuk serbuk halus.

6. SORTASI KERING

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.


Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran lain yang masih ada atau
tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia
dibungkus untuk kemudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang kadang
terdapat jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus
dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda
tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

39
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 60°C.

Langkah langkah yang di lakukan antara lain :

1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU : proses pertama dalam pembuatan serbuk


simplisia.
2. SORTASI BASAH : proses kedua yang bertujuan untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
3. PENCUCIAN : proses ketiga yang bertujuan untuk membersihkan bahan dari
kotoran yang melekat pada bahan
4. PERAJANGAN : proses keempat yang bertujuan untuk mempermudah dan
mempercepat proses pengeringan.
5. PENGERINGAN : proses kelima yang bertujuan untuk menghilangkan kadar
air yang terkandung dalam simplisia dan proses pengeringan ini juga bertujuan
untuk menjaga kualitas mutu simplisia supaya bertahan lama.
6. SORTASI KERING : Sortasi kering adalah proses terakhir dalam pembuatan
serbuk simplisia yang bertujuan untuk memisahkan simplisia kering dengan
bahan yang tidak diinginkan sebelum simplisia dikemas atau disimpan.
Hasil dari kedua bahan dari kelompok kami yaitu serbuk kering yang
halus, dengan rendemen yang berbeda-beda.

3.2 SARAN
Pada praktikum ini lakukan metode kerja dengan baik dan teliti,
serta lakukan dokumentasi karena setiap tahap mulai dari pemilihan
sampel bahan alam sampai penyerbukan simplisia sangat mempengaruhi
standart dari simplisia tersebut.

40
DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional BPOM:Jakarta, hal 3,11.
DepKes RI, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:661/Menkes/Sk/Vii/1994 Tentang Persyaratan Obat
Tradisional,DepKes:Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara PembuatanSimplisia
Sarker, SD. Latif, Z. Gray. A.I. 2006. Natural Product Isolation. ,HumanaPress,
New Jersey.

41

Anda mungkin juga menyukai