Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar belakang

Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang suatu kegiatan
usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi
kebutuhan ikan tersebut. Pada budidaya ikan 60%- 70% biaya produksi digunakan untuk
biaya pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Peningkatan efisiensi pakan melalui
pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat dibutuhkan dalam rangka menekan biaya produksi.
Di era globalisasi ini bahan pakan ikan yang semakin mahal mempengaruhi harga pakan
pada umumnya. Banyak bahan pakan yang harus didapat dari impor. Oleh karena itu segi
biaya pakan merupakan faktor yang paling tinggi pengeluarannya. Selain biaya pakan,
kebutuhan nutrisi dari ikan harus diperhatikan.

Pakan ikan yang baik harus mengandung gizi seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan energi dalam jumlah mencukupi sehingga dapat menunjang
pertumbuhan ikan dengan baik. Pakan yang berkualitas tergantung pada bahan baku
pakan yang berkualitas, maka ketersediaan bahan baku harus terjaga secara kualitas dan
kuantitas (Ayuda, 2011). Pakan ikan umumnya memiliki komposisi berupa tepung ikan,
tepung udang, tepung kedelai, bekatul, vitamin dan mineral. Pakan ikan terdiri dari dua
macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami biasanya dalam bentuk makhluk
hidup (plankton) yang agak sulit untuk dikembangkan. Sedangkan pakan buatan berasal
dari bahan yang diolah dari beberapa bahan yang memenuhi kebutuhan ikan. Salah satu
pakan ikan buatan yang paling banyak dijumpai dipasaran adalah pelet.

Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan
yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan batangan atau
bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm jadi pelet tidak berupa tepung,
tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa larutan (Setyono, 2012). Karakteristik pelet
yang dihasilkan mengacu pada 2 standar pakan ikan sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) tahun 2006 yaitu mengandung protein berkisar 20-35%, lemak bekisar 2-10%, abu
kurang dari 12%, dan air kurang dari 12%.
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana pakan yang berkualitas untuk ikan?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pakan Ikan

2.1.1 Pakan Alami

Pakan alami adalah makanan yang keberadaannya tersedia di alam. Sifat pakan
alami yang mudah dicerna digunakan sebagai pakan benih ikan karena benih ikan
memiliki alat percernaan yang belum sempurna. Oleh karena itu, pakan alami merupakan
pakan yang tepat untuk benih, sehingga kematian yang tinggi pada benih ikan dapat
dicegah (Lingga, 1989).

Keunggulan dari pakan alami sebagai pakan benih ikan antara lain pakan alami
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, mudah dicerna, gerakan pakan menarik
perhatian ikan (Djarijah, 1995). Ukuran diameter pakan yang relatif kecil sehingga benih
ikan mudah memakannya, dan tidak mencemari media pemeliharaan dibandingkan
dengan pakan buatan (Lingga, 1989).

Kerugian yaitu seringkali pakan alami bersifat musiman, sehingga pada saat
tertentu sulit didapat. Dapat membawa hama dan penyakit, seperti cacing sutra, yang
hidup pada lumpur tercemar, sehingga bisa mengimpor bakteri terhadap lingkungan
akuarium. Hama seperti larva capung atau hydra bisa secara tidak sengaja masuk ke
akuarium dan memangsa burayak (Dharmawan, 2010).

Cacing sutra memiliki warna tubuh yang dominan kemerah-merahan. Ukuran


tubuhnya sangat ramping dan halus dengan panjang 1-2 cm. Cacing ini sangat senang
hidup berkelompok atau bergerombolan karena masing-masing individu berkumpul
menjadi koloni yang sangat sulit diurai dan saling berkaitan satu sama lainnya. Dasar
perairan yang paling banyak mengandung bahan organik terlarut merupakan habitat
kesukaannya. Membenamkan kepala merupakan kebiasaan cacing ini untuk mencari
makanan (Khairuman, 2008).

Cacing sutra sering digunakan dalam pembudidayaan ikan hias. Kandungan gizi
dari cacing sutra, terdiri dari protein 57,50%, lemak 13,50%, serat kasar 2,04%, abu
3,60% dan kadar air sebesar 87,19%. Keunggulannya adalah memiliki kandungan protein
yang mampu memacu pertumbuhan ikan lebih efesien (Lingga, 1989).

2.1.2 Pakan Buatan

Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Jumlah dan kualitas protein
mempengaruhi pertumbuhan optimal ikan. Karena zat ini merupakan bagian terbesar dari
daging ikan. Karena itu, dalam menentukan kebutuhan zat makanan, kebutuhan protein
perlu dipenuhi terlebih dahulu (Khairuman, 2003).
Pakan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Pakan harus dapat dimakan oleh ikan, maksudnya kondisi pakan harus baik dan ukuran
pakan harus sesuai dengan ukuran mulut ikan.
2. Pakan harus mudah dicerna.
3. Pakan harus dapat diserap oleh tubuh ikan.

Apabila ketiga persyaratan diatas dapat dipenuhi, pemberian pakan akan


memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
(Khairuman, 2002).

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan
kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan
yang baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam
air, aman bagi ikan (Dharmawan, 2010).
Berdasarkan tingkat kebutuhannya pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu
(1) pakan tambahan,
(2) pakan suplemen,
(3) pakan utama.
Pakan tambahan adalah pakan pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari
alam, namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi
pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat
untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan pakan alami.
Sementara pakan utama adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian
besar pakan alami (Dharmawan, 2010).

Dalam pembuatan pakan ikan, pertama-tama perlu diperhatikan tentang


pemilihan bahannya. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
- Mempunyai nilai gizi tinggi
- Mudah diperoleh
-Mudah diolah
-Tidak mengandung racun
- Harga relatif murah
- Tidak merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan
(Mujiman, 1991)
2.1.3 Jenis-jenis Pakan Berdasarkan bahan bakunya, pakan buatan memiliki dua
karakter,yakni pakan pakan basah dan pakan kering.
a. Pakan basah

Pakan basah adalah pakan ikan yang bahan penyusunnya mengandung kadar air lebih
dominan. Karakter pakan seperti ini sengaja dibuat agar larva dan burayak ikan lebih
mudah mengomsumsi dan mencernanya. Jenis pakan basah ini beragam bentuknya, dari
larutan emulsi, larutan suspensi, sampai bentuk pasta.

Pada bentuk emulsi, bahan-bahan yang terlarut menyatu dengan air sebagai
pelarutnya. Apabila dipegang, terasa agak liat mirip lem encer. Contohnya adalah sari
kacang kedelai yang sudah diramu dengan vitamin serta tambahan protein dari kuning
telur. Pakan berbentuk suspensi, bahan terlarutnya tidak menyatu dengan pelarutnya
karena mengandung partikel-partikel halus yang tidak dapat larut. Contohnya adalah
bubuk spirulina yang ditebarkan dalam kolam pemeliharaan ikan. Pakan bentuk pasta
adalah pakan hasil adonan yang berbentuk gumpalan - gumpalan.

b. Pakan kering Pakan kering adalah pakan ikan yang bahan penyusunnya
mengandung sedikit kadar air, yakni sekitar 5-20 persen. Persentase kandungan air ini
sengaja dibuat agar pakan bisa disimpan lebih lama dan mengapung diperairan.
Kandungan air yang ada dalam pakan digunakan untuk melarutkan komposisi bahan-
bahan penyusunnya agar mudah diramu. Bentuk pakan kering cukup beragam, seperti
granule (butiran), flake (remah), pellet (bulat), dan stick (batang) (Tiana, 2004).

2.1.4. Pelet

Pelet adalah bentuk pakan buatan yang terdiri dari beberapa macam bahan yang
diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga bentuknya merupakan batangan
kecil-kecil. Panjangnya biasanya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung,
tidak berupa butiran dan juga tidak berupa larutan (Mujiman, 1991). Pakan yang tidak
mudah hancur dalam air, minimum tahan dalam air sekitar 10 menit. Pakan yang tidak
cepat tenggelam antara lain pakan buatan berbentuk butiran dengan diameter 2-5 mm
yang populer disebut pelet. Pakan yang akan melayang dalam air dan tidak hancur selama
2-3 menit akan lebih baik. Pakan yang baik memberikan aroma yang dapat menarik dan
merangsang nafsu makan ikan. Pakan yang baik dapat disimpan maksimum 2 bulan tanpa
berubah kualitasnya (Tim lentera, 2002)..

Anda mungkin juga menyukai