Anda di halaman 1dari 5

kendaraan itu berhasil dihentikan dengan selamat, dengan

arah kembali menghadap ke barat.


Mr. Peck bernapas dalam-dalam. Persneling dipindahkan
ke gigi satu, pedal gas ditekan dalam-dalam. Terasa bahwa
ban berputar kencang, lalu kendaraan itu meloncat maju,
tergelincir dan terlambung-lambung keluar dari selokan,
melaju sepanjang jalur tengah menuju ke barat.
Mr. Peck menoleh ke belakang sewaktu mobilnya
muncul dari asap yang menyelubungi. tidak ada mobil di
jalur jalan yang menuju ke barat.
“Nah, sekarang kita sikat!" seru Mr. Peck bersemangat
sambil membanting setir ke kanan. Mobil terlambung
sedikit ketika melewati pinggiran pembatas jalur, lalu
bertambah laju meluncur di jalur kiri jalan yang mengarah
ke barat.
"Hebat, Kakek!" seru Pete.
"Jangan terlalu cepat gembira," kata kakeknya. “Kunyuk-
kunyuk itu pasti akan segera mengetahui apa yang
kulakukan."
Di depan nampak mulut jalan keluar, dan Mr. Peck
membelokkan Buick-nya memasuki jalan itu. Sesampai di
ujung jalan keluar itu ia membelokkan kendaraannya dan
menuju sebuah hutan kecil yang letaknya sekitar setengah
mil dari situ.
"Kita lihat saja sekarang," katanya sambil membelokkan
mobilnya keluar dari jalan dan masuk ke dalam hutan itu
lalu berhenti di situ. Buick-nya kini tidak bisa dilihat lagi
dari jalan raya.
"Mereka takkan mungkin bisa melihat kita di sini,"
katanya. "Mereka pasti memperhatikan jalan di depan
mereka."
Bunyi napasnya terdengar lebih cepat dari biasanya. Tapi
pria berumur lanjut itu tersenyum lebar sambil
memperhatikan jalan raya.
Tidak sampai semenit kemudian gerombolan sepeda
motor yang tadi nampak lagi. Mereka kembali melaju
dalam barisan rapi, dan nampaknya sambil memacu
kendaraan ke barat terus memperhatikan jalan di depan
mereka.
"Orang-orang brengsek," kata Mr. Peck. "Kurasa kita
masih akan berurusan lagi dengan mereka."
Gerombolan pengendara sepeda motor itu terus melaju
dan berapa saat kemudian menghilang di kejauhan.
Tiba-tiba Jupe berseru sambil menuding. "Lihatlah - itu,
di sana!"
Sebuah mobil Lincoln kelabu nampak melaju di jalan
raya, menuju ke timur. Sedetik setelah Jupe berbicara,
kendaraan itu nampak diperlambat jalannya.
"Benar-benar luar biasa," kata Mr. Peck.
"Bisa saja itu bukan Snabel," kata Bob. “Mungkin saja
orang lain."
"Dan jika itu Snabel, kita bisa saja membiarkan dia di
depan kita," kata Pete.
Tapi Lincoln itu minggir ke tepi jalan lalu berhenti, persis
berseberangan dengan tempat Mr. Peck dan anak-anak
bersembunyi sambil mengintai!
(Oo-dwkz-oO)

Bab 12 NY ARIS SAJA!


LINCOLN itu menunggu di tepi jalan dengan lampu
parkir berkelip-kelip.
"Lagi-lagi ia berhasil menemukan jejak kita!" tukas Mr.
Peck. “Sialan! Itu pasti Snabel, dan ia tahu kita ada di sini
Tapi bagaimana caranya?"
Dari balik daun-daun pepohonan yang menutupi, anak-
anak dan Mr. Peck melihat ada mobil patroli polisi muncul
di jalan raya. Mobil itu berhenti di belakang Lincoln tadi
dan seseorang berseragam polisi keluar dari dalamnya.
Pintu Lincoln dibuka oleh pengendaranya yang ternyata
memang Snabel. Dan ia kelihatan berbicara sebentar
dengan polisi itu. Kemudian mereka bersama-sama
menghampiri bagian depan mobil Lincoln. Snabel
membuka tutup kap dan membungkuk, seperti
memperhatikan mesin.
"Ia berpura-pura," kata Jupe mengomentari, “seolah-olah
mobilnya mogok."
Jupe turun dari Buick. "Oke," katanya. "Sementara
Snabel sedang sibuk dengan polisi, kita periksa saja
bagaimana ia bisa selalu menemukan jejak kita."
“Bagaimana caranya?"
"Di mobil ini mestinya ada salah satu alat yang
mengirimkan isyarat," kata Jupe menjelaskan "Snabel
menerima isyarat itu dan dengan demikian tahu di mana
kita berada. Begitulah caranya ia bisa membuntuti kita
tanpa pernah kelihatan oleh kita. Itu satu-satunya cara yang
mungkin.”
Mendengar penjelasan Jupe, dengan segera teman-
temannya bergegas keluar dari mobil sementara Mr. Peck
lari ke belakang dan membuka tutup tempat bagasi. Koper-
koper dikeluarkan dan ditaruh di tanah. Jok belakang
ditarik ke luar. Jupe merogoh-rogoh di bawah jok depan
dan dasbor.
Akhirnya Bob yang menemukan benda yang dicari itu. Ia
merangkak ke kolong mobil. Dan dilihatnya sebuah kotak
plastik yang ukurannya sebesar sabun mandi, ditempelkan
dengan pita perekat ke tangki bensin.
"Kurang ajar!" sergah Mr. Peck. Diambilnya batu untuk
meremukkan alat pemberi isyarat itu.
"Jangan! Tunggu!" Jupe mengambil benda itu lalu
berjingkat untuk menaruhnya di pangkal dahan sebatang
pohon yang ada di dekatnya.
"Biar dia menunggu-nunggu terus sambil bertanya-tanya
dalam hati selama beberapa waktu sementara kita lekas-
lekas pergi dari sini."
Anak-anak bergegas memasukkan barang-barang ke
dalam mobil. Mr. Peck menghidupkan mesin, lalu Buick itu
bergerak lagi. Tapi bukan kembali ke jalan raya, melainkan
melintasi padang rumput ke arah utara.
Sementara mobil terus melaju, Bob menoleh ke belakang.
Sampai lenyap dari penglihatan, nampak olehnya Snabel
masih terus berbicara dengan polisi. Polisi itu menatap
mobil Lincoln yang terbuka kap mesinnya sambil
menggaruk-garuk kepala dengan sikap bingung.
Setelah beberapa lama, Mr. Peck membelokkan
mobilnya masuk ke sebuah jalan tanah yang dilapisi
minyak. Di situ ia menuju kembali ke timur, melewati
sejumlah desa pedalaman. Antara desa yang satu dan desa
berikutnya terbentang padang rumput, di mana kadang-
kadang nampak kawanan sapi dan kuda sedang merumput.
Di Pierre, South Dakota, mereka menyeberangi Sungai
Missouri. Setelah itu melalui lagi kota-kota kecil yang
diselang-seling oleh padang rumput.
Malamnya mereka menginap di sebuah penginapan kecil
di sebuah kota yang letaknya tidak sampai lima puluh mil
dari perbatasan negara bagian Minnesota. Di penginapan
itu ada garasi berkunci di mana Mr. Peck bisa menaruh
mobilnya. Pemilik penginapan itu Mrs. Leonard. Wanita
itu berpenampilan santai dan suka tersenyum. Ia berbicara
terus tanpa henti, dan tanpa mengharapkan dijawab.
Mrs. Leonard menyajikan hidangan makan malam yang
sangat enak rasanya. Keesokan paginya ia membuatkan
sarapan petani yang asli bagi mereka. Selesai sarapan
perjalanan dilanjutkan, di tengah suasana pedalaman
berhawa nyaman.
Waktu melintasi negara bagian Minnesota, sebagian
besar dari perjalanan dilakukan dengan menghindari jalan
raya lintas-negara bagian. Interstate Highway baru dimasuki
kembali ketika mereka sampai di Rochester, dan lewat jalan
raya itu mereka melaju ke La Crosse, Wisconsin. Mr. Peck
senang sekali kelihatannya.
"Masa bodoh Snabel, pokoknya kita ke La Crosse,"
katanya. "Mendiang nenek Pete dibesarkan di situ. Kota itu
sangat menyenangkan."
"Karena alat pelacak- yang dipasangkan Snabel ke mobil
sudah kita singkirkan, kita tidak perlu merasa khawatir
lagi," kata Pete mengetengahkan.
"Snabel itu benar-benar licik," kata Mr. Peck. "Ia
rupanya sudah siap untuk melakukan pekerjaan mata-mata
secara profesional. Mungkin sudah sejak lama ia memasang
alat-alat penyadap di sekitar rumahku. Pantas tahu begitu
banyak tentang hal-hal yang bukan urusannya."

Anda mungkin juga menyukai