mobi
Semakin dekat mereka menghampiri rumah besar yang sudah tua itu,
semakin tidak enak saja perasaan melihatnya. Nampak semakin besar,
suram. Pokoknya menyeramkan. Pete berusaha mengusir ingatan pada
laporan Bob tentang rumah tua itu.
Setelah agak lama menyusur tembok tinggi yang terbuat dari batu dan
di sana-sini sudah runtuh, akhirnya kedua remaja itu memasuki
pekarangan sebenarnya dari Terror Castle,
Sebuah menara menjulang tinggi. Satu lagi, agak lebih pendek dari yang
pertama, kelihatan seakan menatap mereka dengan pandangan masam.
Jendela-jendela memberi kesan seolah-olah mata yang buta, menatap
langit dan mencerminkan kelipan bintang.
''Tapi siapa tahu, yang ini ingin mencicipi makanan lain? Kenapa kita
harus mengambil resiko?"
"Tunggu!" desisnya. "Kau dengar tidak? Itu - ada suara, seperti musik
seram!"
"Ah - mungkin cuma ada dalam khayalan kita," kata Jupiter. Padahal,
dalam hati ia sama sekali tidak yakin, "Atau mungkin yang kita dengar
itu berasal dari pesawat televisi dalam rumah yang mungkin ada di
ngarai berikut. Bunyi itu sampai di sini karena terbawa angin, Barangkali
begitu!"
"Angin, katamu?" gerutu Pete dengan suara pelan. "Bagaimana kalau tadi
itu bunyi orgel, dimainkan Hantu Biru?"
"Kalau benar begitu, kita perlu mendengarnya lebih jelas," kata Jupiter.
"Yuk, kita masuk!"
"Kita sudah sampai," katanya. "Ini serambi utama puri. Kita satu jam di
sini, lalu sesudah itu pergi."
"Pergi!"
"Ya - seperti sudah kukira, itu cuma gema," kata Jupiter, "Kau lihat
sendiri, langit-langit ruangan ini tinggi. Dan bentuknya melingkar.
Dinding melingkar memantulkan gema dengan sangat baik.
Pembangunnya, Mr. Terrill, memang sengaja membangun ruangan ini
begini. Ia memberinya nama Serambi atau Bilik Gema,"
"Ah, aku tadi kan cuma main-main saja," kata Pete pura-pura tak acuh.
"Dari semula aku sudah tahu, itu cuma gema. Ia lantas tertawa keras,
untuk membuktikan bahwa ia tidak takut. Seketika itu juga suara
tertawanya terpantul, seakan-akan dinding tinggi itu sendiri yang
"Ya, itu suaramu," balas temannya dengan berbisik pula. "Jangan kau
ulangi lagi!"
"Jangan khawatir, biar diupah berapa pun takkan kulakukan," bisik Pete.
"Serambi Gema jelas tertulis dalam catatan laporan Bob," kata Jupiter.
"Cuma kau yang kurang teliti membacanya."
"Bisa saja mereka kembali lagi ke Timur," kata Jupiter, "Tapi memang
benar, nampaknya selama paling sedikit dua puluh tahun belakangan ini
tidak ada seorang pun yang sanggup bertahan menginap di sini sepanjang
malam. Tugas kita sekarang, menyelidiki apa yang menyebabkan orang-
orang itu takut. Kalau ternyata memang benar-benar hantu - arwah
Stephen Terrill, pemiliknya yang dulu - itu berarti kita berhasil
membuat penemuan ilmiah yang sangat penting."
"Aku baru saja menilik perasaanku saat ini," kata Jupiter, memotong
kesibukan Pete memperhatikan ruangan itu, "ternyata aku tidak merasa
takut. Cuma agak tegang."
"Aku pun begitu juga," kata Pete. "Sejak gema tadi lenyap, tempat ini
rasanya seperti rumah tua yang biasa saja."
Mata bajak laut yang cuma satu, nampak menatap langsung pada dirinya.
Mata bajak laut itu, yang satu tertutup kain hitam. Tapi yang satu lagi -
nampak jelas, mata yang satu itu menatap ke arahnya! Mata itu
kemerah-merahan. Sementara Pete membalas tatapannya tanpa
berkedip, dilihatnya mata itu terkejap sekali.
"Gambar apa?"
"Itu - yang itu!" Pete menyorotkan senternya ke gambar bajak laut. "Ia
memandang kita. Aku melihatnya tadi."
"Tapi itu bukan mata yang dilukis!" bantah Pete. "Mata sungguhan! Itu
gambar yang dilukis, tapi matanya mata asli!"
"Kurasa kau salah lihat," kata Jupiter. "Sudah jelas itu lukisan. Tapi kita
periksa saja lebih dekat."
"Kurasa aku tadi salah lihat," katanya, "Tapi aku benar-benar merasa
seperti melihat mata itu terkedip ... He!" Napasnya tersentak. "Kau
Juga merasakannya?"
"Kalau begitu, di sini pasti ada hantu," kata Pete Crenshaw. Giginya
mulai gemeletuk. "Aku merasakan hembusan angin dingin, seolah-olah
ada barisan hantu melintas di depanku. Lihatlah, bulu romaku merinding,
Aku takut! Ya, betul- aku takut!"
Pete berpaling. Ia sama sekali tidak bermaksud lari. Tapi kakinya sudah
melakukannya, tanpa menunggu diperintah lagi. Kedua kakinya membawa
dirinya ke luar lewat gerbang besar Terror Castle, menuruni jalan
masuk, Pete lari segesit kijang,
Dan Jupiter ikut lari di sampingnya. Baru sekali itu Pete melihat
temannya itu begitu cepat melarikan diri.
Tapi menurut Pete, bunyi langkah itu tidak kedengaran seperti gema
bahkan sama sekali tidak seperti langkah manusia! Tapi begitu mereka
sudah melewati tembok, langkah itu juga lenyap. Ternyata sekali lagi
Jupiter benar. Tadi itu cuma bunyi gema.
Tapi sama sekali bukan gema yang menyebabkan Pete tercengkam rasa
ngeri yang luar biasa, ketika masih berada dalam serambi bundar di
Terror Castle. Itu diketahuinya dengan pasti!