Anda di halaman 1dari 3

Rumah Profil Album Talirasa Blog Tejotube Macapat Galeri Kontak dan Pesan CD Sujiwotejo

Wayang Durangpo Tahun I (2009 - 2010) search here … Go

Episode 21 Lakone, Payudara Dewi Wilutomo


Minggu, 10 Januari 2010 4,852 Tampilan
Wayang Durangpo
PETRUK mengudara. Bukan jadi Gatutkaca, lho . Juga bukan lagi miloti kapal
terbang. De'e Duduk-Duduk Nduk Daratan TAPI Siaran radio. Operator - e Episode 157 Halal bil Halal ala
Bagong. Acaran- e "Gado-gado". Program tengah malam itu pancen bener- Prabu Kresna
Sunday, 19 August 2012
bener campur aduk. Plek mbarek judul- e . Tergantung Sampeyan arep njaluk
opo ...
Episode 156 Satrio Boyong
Pambukaning Aib
Pesen lagu-lagu, monggo . Minta resep makanan hayo … dari panganan manusia, cucak rowo Sunday, 12 August 2012
sampai asu, silakan. Semua diladeni Mas Penyiar sambil cengengas-cengenges . Ada yang
mintanya melalui SMS atau telepon langsung. Ada yang memakai telepati. Segelintir pendengar Episode 155 Bambang Sagara Ari-
pesan melalui pos merpati. arimu…
Minggu, 5 Agustus 2012

Cuma satu dua permintaan yang ditampik. Tepatnya ditunda. Contohnya pada yang pesen azan.
"Sabar, Rek , kok ce 'kesusune Sampeyan itu, ini belum Subuh, sik jam siji ," kata Petruk masih
cengengesan. Desah tawanya terdengar di Gresik, Lamongan, Tuban, bahkan sampai ke
Suriname.
Blog
Ada yang minta lagu Didi Kempot. Wuah Bagong sigap mencari CD Stasiun Balapan di rakasa
Cangkir . Baru menginjak reffrain , ada yang minta lagu Indonesia Raya. Bagong hepi. Ketemu Lautan Tangis… Lautan Tangis…
penginapan karya WR Supratman itu di meja dekat toilet. Lautan Tangis
Kamis, 26 November 2009

Nduk tengah-tengah syair… bangunlah jiwanya… bangunlah badannya… untuk Indoneeeee… tiba-
Dongeng Cinta Kontemporer II -
tiba saja ada Gareng sebagai pekerja penerima telepon kasih kode. Eh , ada yang minta info
Sujiwo Tejo
penting. Orang ini, kata Gareng, minta daftar sopo wae perempuan yang membunuh bayinya di Jumat, 6 November 2009
Surabaya dini hari itu.
Drama Musikal Pengakuan
Petruk katon dari balik kaca ruang siaran yang kedap suara mulutnya mangap-mangap tepatnya Rahwana, 6 Desember 2008
ikan mujair. Kayaknya dia omong ini, ”Hoi, ndak bisa dipotong, ini lagu kebangsaan. Bukan lagu Senin, 26 November 2007

Ungu, bukan lagu BCL. ”Setelah lama, selesailah Indonesia Raya, tapi peminta daftar algojo bayi
itu keburu mangkel . Dia, orang Brunei, sudah berubah Permintaan melalui merpati pos yang
ujug-ujug bijaksana menclok di mikrofon Petruk, menembus gedung, menembus ruang kedap
suara.

Pesan yang tercantik di kaki kiri merpati bunyinya: Dini hari yang ngeres ini, kompilasi udara
berlendir, dingin tak terkira, tolong diceritakan soal payudara Dewi Wilutomo….

Nah, nah, nah…Selesai Petruk membacakan pesanan itu di udara, langsung telepon di meja
Gareng mak klakep ndak krang-kring krang-kring lagi. Tak seorang pun minta ganti menu acara
yang lain-lain. Mereka seakan menunggu. Akan kayak apa ya payudara Dewi Wilutomo.

Padahal, sebelumnya, siaran berjalan terputus-putus. Petruk membawakan permintaan


pendengar, dihentikan oleh pendengar lain yang minta alternatif. Lagu yang dipesan khusus oleh
seseorang untuk menghibur segenap anggota Pansus Century, dihentikan oleh penelepon dari
Sumedang.

”Eleuh-eleuh eta kumaha’, ari anggota Pansus Century mah sudah banyak hiburannya atuh.
Sekarang malah makin banyak anggota DPR itu yang ”masuk angin” saking seringnya dapat
”hiburan”…Mending lagu eta’ mah dikirimkeun wae kepada Hendri Mulyadi…sebagai
penghormatan. Bayangkeun…orang tadinya dateng cuma mau jadi penonton PSSI lawan Oman,
tapi PSSI tidak menang-menang, akhirnya masuk lapangan…ngebelain bangsa dan nagara…
Hidup Hendri Mulyadi. Hidup Hendri Mulyadi…Mari kita dukung dia sebagai pemimpin PSSI!!!”

Ada lagi siaran yang terputus. Misalnya seorang di Sulawesi yang transmigrasi ke situ tahun 70-
an dari Jawa, minta disiarkan kegiatan Presiden SBY di Puri Cikeas. Baru Petruk setengah jalan
membawakan kegiatan presiden dengan cara merangkai kata-katanya dalam tembang jula-juli,
ada pendengar protes, ”Ganti ramalan nomer kode togel yang keluar minggu depan saja, Mas
Petruk,” kata seorang dari Riau. Akhirnya Petruk banting stir menyebut angka-angka.

Tak demikian ketika masuk pesan via merpati pos tentang dada Dewi Wilutomo. Telepon-telepon
permintaan alternatif segera hening.

Eh, ada ding, satu penelepon dari Jakarta. Tapi inti pesannya justru nggak sabar menunggu kabar
tentang sangu-ne Dewi Wilutomo. ”Cepetan dong, Bang Petruk, ude kagak tahan nih gue…”

***
Petruk berlama-lama tak kunjung bercerita tentang Dewi Wilutomo. Sebenarnya karena dia tidak
terlalu tahu cerita tentang wayang itu. Ketika Ruhut, seorang office boy masuk ngeterno kopi,
Petruk tanya, ”Ssstt…kamu mau gantikan aku siaran? Kamu ngerti lakoke Dewi Wilutomo?”

”Bah, Dewi Wilutomo itu kan cerita wayang, Bah? Masa’ kau sesama wayang tak tahu itu…?” kata
Ruhut. Kebetulan kontrakan office boy dekat kantor Partai Demokrat itu tidak terlalu jauh dari
Stasiun Radio. Ruhut lari ke rumahnya. Datang-datang sudah bawa istrinya, bule asal
Washington yang wajahnya mirip Hillary Clinton.

Dengan dipandu bule Amerika mirip Hillary via bahasa isyarat, agar tak masuk mikrofon,
mulailah Petruk mendongeng.

Oooo…

”Ada seorang tokoh bernama Resi Baratwaja. Dia pengin anaknya, Bambang Kombayana, cepat
menikah. Ada bapak bertanya pada anaknya, buat apa berlapar-lapar tidak menikah. Ada anak
berkata pada bapaknya, buat apa cepat-cepat menikah. Bambang Kombayana dengan sombong
bilang, saya hanya akan menikah dengan …dengan…dengan…”

Perempuan bule menunjuk-nunjuk dirinya. Petruk mencoba menafsirkannya dari balik kaca
siaran. ”Bambang Kombayana hanya akan menikah dengan Hillary Clinton…”

Tangan perempuan bule itu memberi kode bahwa bukan itu maksudnya. Petruk meralat,
”Bambang Kombayana hanya akan menikah dengan perempuan yang mirip dengan Hillary
Clinton…”

Sekali lagi tangan perempuan bule istri Ruhut itu memberi kode ”bukan”. Petruk meralat lagi,
”Bambang Kombayana hanya akan menikah dengan perempuan dari Amerika…”

Perempuan bule itu mengacungkan jempol.

Masih dengan panduan bahasa isyarat dari balik kaca perempuan bule, Petruk melanjutkan
cerita tentang Bambang Kumbayana. Kata Petruk, ”Sang ayah, Resi Baratwaja, akhirnya marah-
marah seperti George Bush pada Saddam Hussein. Akhirnya Bambang Kombayana diusir oleh
ayahnya…Nah, di tepi pantai mau menyeberang ke pulau Jawa, Bambang Kombayana yang tak
bisa berenang itu putus asa. Ia berujar, barang siapa bisa menyeberangkannya, kalau laki akan
diakuinya saudara, kalau perempuan akan dinikahinya…

Mak jlek tiba-tiba muncul seekor kuda terbang. Kuda akhirnya menyeberangkan Bambang
Kombayana ke pulau Jawa. Sehabis menyeberangkan, kuda yang ternyata betina itu tak pergi-
pergi dari Kombayana. ”Katanya siapa pun yang sanggup menyeberangkan, sekali lagi, siapa
pun, kalau perempuan akan Sampeyan nikahi,” kata kuda itu kepada Bambang Kombayana yang
kelak bernama Resi Dorna.

***

Karena cerita Petruk, di samping terbata-bata menafsirkan bahasa isyarat bule istri Ruhut, juga
ndak to the point ke payudara Dewi Wilutomo…mulai banyak krang-kring telepon komplain. Ada
yang minta stop lakon soal payudara itu, ganti saja dengan pembacaan weton Wapres Boediono
dan Mbak Menkeu Sri Mulyani. Tapi pendengar yang lain-lain protes. Mereka tetap saja sabar
menunggu sampai cerita Petruk menginjak soal payudara.

”Ganti saja soal membanjirnya produk-produk dari China yang bikin Indonesia kalang kabut,” kata
seorang penelepon.

”Hush, bu yao shuo hua !!!” begitu kata penelepon dari Beijing. Maksudnya, jangan ganggu alias
don’t disturb.

”Sudah, tukar saja dongeng soal payudara itu dengan cerita soal Burj Khalifa. Menara hampir
setinggi satu kilometer di Dubai itu berapa kalinya Tugu Pahlawan nduk Surabaya?”

”Aaaah, Arraja’ adamul iz’aj!!!” kata seorang TKI yang tinggal di Jeddah. Dia sudah nggak tahan
pengin dengar lakon tentang payudara Dewi Wilutomo. Cerita Petruk akhirnya memang tak
membahas sama sekali payudara tersebut. Istri Ruhut yang bule itu dengan bahasa isyaratnya
malah membelokkan lakon menjadi payudara aktris dunia dari Amerika, Dolly Parton dan
Pamela Anderson.

Tapi masyarakat sudah telanjur tak ingin mendengar tentang apa pun, termasuk persidangan
Antasari dengan saksi Susno Duaji. Masyarakat lebih ingin mendengar kabar tentang payudara
Dewi Wilutomo.

(Ini cerita pakemnya: setelah kawin dengan Dorna, kuda terbang itu berubah menjadi Dewi
Wilutomo. Mereka punya anak, Aswatama. Kelak, ketika mau membunuh turunan Pandawa,
Aswatama membangun gorong-gorong yang langsung menuju ruang tidur Parikesit, cucu
Pandawa. Dalam membangun gorong-gorong, Aswatama diikuti oleh sang Dewi dari belakang.
Aswatama tak boleh menengok ke belakang. Aswatama dibantu oleh cahaya yang berasal dari
payudara Dewi Wilutomo).
*) Sujiwo Tejo tinggal di www.sujiwotejo.com

Disadur Sepenuhnya dari Jawa Pos, Kolom Mingguan, Wayang Durangpo

© 2018 Sujiwotejo ↑

Anda mungkin juga menyukai