�
Itu suara Bob, yang terdengar lewat telepon. Remaja itu sungguh-sungguh berada
dalam situasi gawat. Ia disandera komplotan penjahat yang tak mengenal belas
kasihan.
Bukan baru sekali ini Trio Detektif terjerumus ke dalam bahaya. Kadang-kadang
mereka bisa menyelamatkan diri dengan jalan membeberkan informasi. Dan tepat itulah
yang kini dituntut para penjahat yang menyandera Bob. Penjahat-penjahat itu yakin
sekali bahwa Trio Detektif mengetahui tempat suatu barang berharga disembunyikan.
Padahal kenyataannya tidak begitu !
Bagaimana akal Jupiter agar bisa nenyelamatkan Bob ? Jupiter tidak pantas menjadi
Penyelidik Pertama tiga sekawan detektif remaja itu, jika ia tidak berhasil
menemukan jalan !
Penerbit PT Gramedia
JI. Palmerah Selatan 22 Lt. IV
Jakarta Pusat
MISTERI JERITAN JAM
Scanned and Created Ebook by: syauqy_arr@yahoo.co.id
WEB. http//hanaoiki.wordpress.com
Convert to other format dan edited by Farid ZE
Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Alfred Hitchcock
Trio Detektif
MISTERI JERITAN JAM
ilustrasi oleh
Harry Kane
Penerbit PT Gramedia Jakarta 1964
The Mysteri of The Screaming Clock
by Alfred Hitchcock
Copyright � 1968 by Random House, Inc.
Based upon characters created by Robert Arthur
This translation published by arrangement with Random House, Inc.
Alt rights reserved
�MISTERI JER1TAN JAM�
Alihbahasa: Agus Setiadi
GM 84.051
Hak cipta terjemahan Indonesia
PT Gramedia, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Sampul digambar kembali oleh Nono S
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia, Jakarta 1984
Anggota IKAPI
Dicetak oleh
Percetakan PT Gramedia
Jakarta
Daftar Isi
Bab 1: Jeritan Jam
Bab 2: Jupiter Menemukan Petunjuk
Bab 3: Pengusutan
Bab 4: Melacak Jeritan
Bab 5: Kamar Jam
Bab 6: Misteri Bertambah
Bab 7: Perampasan
Bab 8: Siapakah yang Bernama Rex?
Bab 9: Lagi-lagi Misteri
Bab 10: Terlibat dalam Kesulitan
Bab 11: Gerald yang Satu Lagi
Bab 12: Pertanyaan... Tanpa Jawaban
Bab 13: Petunjuk-petunjuk Baru
Bab 14: Pesan dan Angka-angka Sandi
Bab 15: Bob dalam Kesulitan
Bab 16: Perjumpaan yang Tak Disangka-sangka
Bab 17: Di Tangan Lawan
Bab 18: Kembali ke Kamar Jam
Bab 19: Pencarian yang Sia-sia
Bab 20: Perkembangan Tak Terduga
Halo � apa kabar ? Kita berjumpa lagi dalam kisah petualangan baru, yang melibatkan
ketiga remaja teman-teman lama kita � Trio Detektif � dalam suatu misteri yang
benar-benar aneh. Sebuah weker yang menjerit membawa mereka ke dalam petualangan
yang serba misterius serta penuh ketegangan. Petunjuk-petunjuk yang diperoleh
bukannya memperjelas persoalan, melainkan malah semakin membingungkan !
Kata-kata di atas kutujukan pada sahabat-sahabatku yang sudah lama mengenal Trio
Detektif. Sedang bagi teman-teman baru, baiklah kutambahkan di sini bahwa mereka
itu masing-masing bernama Jupiter Jones, Bob Andrews, dan Pete Crenshaw. Ketiga
remaja itu anak Amerika yang bertempat tinggal di Rocky Beach, sebuah kota kecil di
daerah pesisir Samudra Pasifik, yang letaknya tidak jauh dan Hollywood, California.
Beberapa waktu yang lalu mereka membentuk perusahaan penyelidik swasta dengan nama
�Trio Detektif�. Mereka mempunyai markas berupa sebuah karavan bekas yang telah
diubah menjadi ruang perkantoran. Letaknya tersembunyi di tengah tumpukan barang-
barang bekas yang diperdagangkan, di Jones Salvage Yard. Perusahaan dagang barang-
barang usang itu milik Titus dan Mathilda Jones, paman dan bibi Jupiter. Apabila
tidak sedang beraksi selaku penyelidik, Jupiter beserta kedua temannya bekerja di
situ untuk mendapatkan uang saku.
Kurasa cukup sekian untuk kali ini, karena kudengar bunyi dengungan lembut sebuah
weker listrik. Awas! Alat penunjuk waktu itu sebentar lagi akan � ah baca saja
sendiri bagaimana lanjutannya!
Alfred Hitchcock
�Bukan ini saja yang dibeli Mr. Jones, melainkan bermacam-macam barang,� kata Bob
agak sangsi. �Mana mungkin ia bisa ingat satu-satu tempat asal barang beliannya.�
�Betul,� kata Jupiter. �Tapi pertimbangan Pete sudah benar. Pertama-tama kita
bertanya dulu pada Paman Titus, apakah Ia masih ingat di mana ia membeli weker ini.
Baru setengah jam yang lalu ia menyerahkannya padaku, dalam kotak yang berisi
macam-macam. Sekarang kita lihat saja dulu apa saja yang juga ada dalam kotak itu.�
Ia merogohkan tangannya ke dalam sebuah kotak kardus yang terletak di atas meja
kerjanya. Dikeluarkannya burung hantu yang sudah diawetkan. Bulu burung itu hampir
seluruhnya sudah rontok Kemudian muncul sebuah sikat pakaian yang sudab nyaris
gundul. Lalu menyusul lampu meja yang sudah rusak, bertangkai panjang yang dapat
digerak-gerakkan. Lalu sebuah jambangan bunga yang sumbing bibirnya, sepasang
penahan buku berbentuk kepala kuda, serta beberapa benda kecil lainnya. Hampir
semuanya berada dalam keadaan rusak. Semuanya barang bekas yang tak berharga. Atau
sebaliknya. sangat bernilai. Ini tergantung selera.
�Kelihatannya ada orang yang menyingkirkan barang-barang bekas� kata Jupiter sambil
meneliti benda-benda itu. �Semua dimasukkan ke dalam kotak ini, lalu dituang ke
tempat sampah. Oleh tukang sampah seluruh isi kotak kemudian dijual pada Paman
Titus- Paman boleh dibilang mau membeli apa saja, asal harganya cocok � dengan
memperhitungkan ketrampilan kita untuk membetulkan apa yang masih bisa dibetulkan,
untuk kemudian dijual lagi.�
�Sedollar pun tak mau kukeluarkan untuk membeli kesemuanya ini,� kata Pete.
�Kecuali weker itu, yang kelihatannya masih baik. Cuma bunyinya saja yang aneh.
Bayangkan, dibangunkan suara jeritan!�
Jupiter mendului keluar meninggalkan tempat kerja mereka itu, menuju pondok kecil
di pekarangan depan yang dipakai sebagai kantor. Hans dan Konrad, kedua pemuda
keturunan Jerman yang bekerja sebagai pembantu Paman Titus, nampak sedang sibuk
menyusun bahan-bahan bangunan yang masih bisa dipakai, membentuk tumpukan rapi.
Titus Jones, paman Jupiter yang bertubuh kecil dengan kumis besar melintang serta
sepasang mata cerah yang selalu bersinar jenaka, saat itu sedang memeriksa sejumlah
perabot bekas.
�Nah?� sapanya ketika melihat ketiga remaja itu datang menghampiri. �Jika kalian
ingin mendapat uang saku sedikit, ini ada beberapa mebel yang perlu diperbaiki dan
dicat.�
�Baikiah � kami akan mengerjakannya nanti, Paman,� kata Jupiter berjanji. �Saat ini
kami tertarik pada jam ini, yang kami temukan dalam kotak berisi barang-barang
bekas yang Paman serahkan padaku untuk diperiksa. Paman masih ingat, di mana Paman
memperolehnya?�
�Cuma nama depannya saja. Tom. Cuma itu saja. Tapi katanya pagi ini ia akan datang
kemari, mengantarkan barang-barang lagi. Kalau ia datang nanti, bisa kautanyakan
sendiri padanya.�
Saat itu sebuah mobil pick up tua masuk ke pekarangan. Seorang laki-laki berpakaian
montir, dengan bibir dan dagu ditumbuhi rambut yang sudah beberapa hari tak
dicukur, melompat turin dari kendaraan itu
�Nah � itu dia datang,� kata Mr. Jones. �Selamat pagi, Tom!�
�Selamat pagi, Titus,� kata orang yang baru datang itu. �Aku membawakan beberapa
mebel lagi untukmu. Bagus sekali. Masih bisa dibilang baru.�
�Maksudmu belum cukup tua � jadi belum bisa kaukatakan barang antik,� kata Titus
Jones terkekeh. �Begini sajalah! Tanpa memeriksa lagi, langsung saja kubayar
sepuluh dollar untuk semuanya.�
�Oke,� kata orang yang bemama Tom itu dengan segera. �Di sini saja kuturunkan?�
"Di sana saja, di belakang kantor. Tapi sebelumnya Jupiter ini masih ingin
menanyakan sesuatu padamu."
�Boleh saja. Bicaralah, nak.�
�Kami sedang mengusut asal sebuah kotak kardus berisi barang-barang bekas yang Anda
berikan pada Paman Titus� kata Jupiter. "Dalam kotak itu antara lain terdapat jam
ini. Mungkin saja Anda masih ingat�
�Jam?� Laki-laki tua itu terkekeh. �Berlusin-lusin jam tua yang kupungut saban
minggu. Kebanyakan di antaranya kemudian kubuang lagi karena sudah terlalu rusak.
Tidak� aku tidak ingat lagi.�
"Dalam kotak itu juga ada burung hantu yang diawetkan,� kata Bob menyertai
pembicaraan. �Kalau itu, mungkin Anda masih ingat�
�Burung hantu? Nanti dulu. Kalau itu -" Laki-laki tua itu berusaha mengingat-ingat.
�Aku ingat memungut kotak kardus yang di dalamnya ada burung hantu yang diawetkan.
Barang seperti itu tidak sering kupungut.Ya� betul, sekarang aku ingat lagi. Aku
mengambilnya dan sebuah rumah di� sebentar, sebentar� pasti aku akan ingat lagi.
Di...,, "
Tapi kemudian ia menggeleng. �Wah, sayang aku tidak ingat lagi. Habis, itu
sudah lebih dan dua minggu yang lewat. Sejak itu kutaruh saja dalam garasi, sampai
kemudian kuserahkan pada pamanmu bersama mebel tua yang dibelinya. Tidak, aku tidak
bisa ingat lagi dari mana asal kotak kardus itu."
Jupiter mendorong tingkap yang ada di lantai trailer ke atas. Ketiga remaja itu
menyusup ke atas lewat lubang yang terbuka, masuk ke ruang kantor markas yang
sempit. Kantor itu diperlengkapi dengan sebuah meja, satu lemari kecil tempat
menyimpan catatan, sebuah mesin tik, sebuah alat perekam dan sebuah telepon.
Jupiter menyalakan lampu yang terpasang di langit-langit lalu mengambil kaca
pembesar dari laci meja. Dengan alat itu ditelitinya dasar jam weker. Sambil
mengangguk disodorkannya barang itu pada Bob.
Bob ikut meneliti dengan kaca pembesar. Dilihatnya nama seseorang terukir dengan
huruf-huruf yang kecil sekali pada dasar jam. A. Felix.
�Apa artinya?� tanya Bob.
�Kurasa bisa kujelaskan sebentar lagi,� jawab Jupiter. �Pete, tolong ambilkan buku
telepon. Yang berisi iklan baris.�
Pete menyodorkan buku telepon yang diminta. Jupiter membalik-balik halaman selama
beberapa saat. Kemudian ia berseru dengan gembira.
"Lihat ini!�
Di bawah kelompok TUKANG JAM ada sebuah ikian pendek
A. Felix � Tukang Jam � Pekerjaan luar biasa merupakan keistimewaan kami.
Kalimat itu disusul oleh alamat yang terletak di Hollywood, lengkap dengan nomor
telepon.
"Tukang jam,� kata Jupiter menjelaskan pada kedua temannya, �Sering mengukirkan
nomor kode tertentu pada arloji atau jam yang mereka betulkan. Gunanya agar bisa
langsung mengenali apabila alat penunjuk waktu itu datang lagi lain kali. Mereka
pun kadang-kadang mengukirkan nama mereka, yaitu pada hasil pekerjaan yang mereka
banggakan. Kurasa kita sudah berhasil mengusut siapa yang membuat jam ini bisa
menjerit. ltu langkah pertama penyelidikan kita. Langkah berikut, kita tanyakan
pada Mr. Felix siapa yang memberi tugas padanya.�
Bab 3 Pengusutan
Toko A. Felix � Tukang Jam temyata cuma kecil saja. Letaknya di suatu jalan sempit
di samping Hollywood Boulevard, jalan raya yang termasyhur di kota film itu.
"Kita parkir di sini saja, Worthington,� kata Jupiter pada supir Rolls-Royce yang
mengantar mereka ke situ dari Rocky Beach. Jupiter memenangkan hak memakai mobil
mewah itu lengkap dengan supirnya yang dari lnggris beberapa waktu yang lalu, dalam
sayembara yang diadakan oleh sebuah perusahaan penyewaan mobil, Rent-�n-Ride Auto
Agency. Tapi kemudian hak penggunaan itu habis. Untung saja ada August August
seorang anak lnggris yang ditolong oleh Trio Detektif sehingga berhasil menemukan
harta warisan yang sangat berharga. Dan berkat bantuan teman baru itu, hak mereka
untuk menggunakan mobil mentereng itu beserta pengemudinya bisa diperpanjang lagi.
"Very good, Master Jupiter,� kata supir bangsa Inggris itu dengan sikap anggun. Ia
biasa bergaul dengan kaum bangsawan di negerinya, sehingga sikapnya pun mirip
mereka. Jupiter dan kedua temannya pada mulanya tidak biasa menghadapi tingkah laku
yang begitu berbasa-basi. Maklumlah, kaum remaja Amerika lebih cenderung bersikap
seadanya saja. Tapi lama-lama mereka biasa juga disapa dengan sebutan Master, yang
berarti �Tuan muda�
Worthington memarkir mobil mewah itu, lalu ketiga remaja penumpangnya turun. Mereka
menghampiri jendela toko yang sempit dan berdebu. Pada kaca jendela itu tertulis,
A. Felix � Tukang Jam dengan cat emas yang sudah terkelupas di sana-sini. Mereka
mengintip ke dalam. Di balik kaca nampak berbagai jenis jam berjejalan: besar-
kecil, baru dan antik. Ada yang biasa-biasa saja bentuknya dan ada pula yang penuh
hiasan meriah, dengan burung-burung dan bunga. Sementara mereka masih memandang ke
dalam, pintu sebuah jam tinggi yang terbuat dari kayu terbuka. Dari dalamnya muncul
sebuah boneka peniup terompet. Boneka itu melangkah seperti orang berbaris.
Kemudian mengambil sikap tegak, mengangkat terompet. lalu meniupnya beberapa kali
untuk memberi tahu pukul berapa saat itu.
�Lucu,� kata Pete mengomentari. �Aku lebih suka diberi tahu dengan terompet,
dibandingkan dengan jeritan.�
�Yuk, kita masuk,� ajak Jupiter. �Mungkin Mr. Felix bisa memberi keterangan lebih
lanjut�
Begitu pintu toko didorong, ketiga remaja itu bingung sejenak. Ruangan sempit itu
seperti penuh dengan bunyi dengung nyaring. Seakan-akan ada sejuta lebah di tempat
itu, kemudian mereka sadar bahwa bunyi itu berasal dan kumpulan jam yang ada di
situ. Mungkin seratus atau bahkan lebih � semuanya berdetik dan berdetak serempak.
Seorang laki-laki tua bertubuh kecil datang menghampiri mereka, menyusur gang yang
penuh dengan jam. Mata orang itu bersinar-sinar di bawah alis tebal yang sudah
putih. Ia memakai celemek dari kulit.
�Kalian menginginkan jam yang istimewa barangkali?� kata Mr. Felix � karena memang
dialah tukang jam yang bemama demikian. Nada suaranya ramah. �Atau mungkin hendak
membetulkan arloji rusak?�
�Tidak, Sir,� kata Jupiter dengan sopan. �Kami cuma ingin meminta keterangan
sedikit tentang jam ini� Sambil berkata begitu. dibukanya tas yang dibawa lalu
dikeluarkannya jam yang bisa menjerit.
Mr. Felix meneliti jam itu sesaat
�Jam weker listrik, model yang sudah agak tua,� katanya sambil meneliti. �Tidak
begitu berharga. Menurutku, biaya reparasinya lebih mahal daripada harga bendanya
sendiri.�
�Jam itu tidak perlu dibetulkan,� kata Jupiter. �Coba saja Anda sambungkan
stekernya ke stop-kontak�
Sambil mengangkat bahu, laki-laki wa itu menuruti permintaan Jupiter.
"Sekarang geser tuas untuk mengaktifkan weker,� kata Jupiter lebih lanjut .
Hal itu dilakukan oleh Mr. Felix. Seketika itu juga suara jeritan menggema nyaring
dalam ruangan toko yang sempit. Laki-laki tua itu buru-buru menggeser kembali tuas
kecil yang terdapat di bagian belakang jam. Seketika itu juga jeritan tadi lenyap.
Mr. Felix mengangkat jam itu lalu mengamatinya dengan lebih teliti. Ia tersenyum.
"Ya, sekarang kuingat lagi jam ini,� katanya. Pekerjaannya waktu itu cukup rumit,
walau tidak lebih rumit dari lain-lainnya yang juga pernah kulakukan.�
�Jadi Anda yang membuat jam ini bisa menjerit? " kata Pete meminta penegasan.
"Betul � aku yang membuatnya. Hebat juga ya, tekniknya? Tapi tidak bisa kuceritakan
pada kalian siapa yang memberi tugas. Rahasia pelanggan selalu kujaga baik-baik�
"Memang betul,� kata Jupiter. �Tapi yang menjadi soal sekarang, jam ini ditemukan
terbuang dalam tumpukan barang bekas lainnya. Pemiliknya pasti membayar banyak pada
Anda untuk membuatnya bisa menjerit, jadi tak mungkin ia kemudian membuangnya �
kecuali apabila terjadi secara tak sengaja. Sekarang kami ingin mengembalikannya
pada orang itu.�
�Begitu.� kata Mr. Felix dengan sikap merenung.
�Kami mengharap akan mendapat hadiah untuk itu,� kata Bob menambahkan, supaya
kedengaran lebih meyakinkan.
Mr. Felix mengangguk �Ya, itu masuk akal. Memang, mestinya jam ini terbuang dengan
tidak sengaja, karena belum rusak. Kalau begitu kurasa aku bisa mengatakan apa yang
kuketahui. Nama orang yang memesan jam ini Clock�
�Clock?� seru Bob dan Pete serempak. Mereka merasa heran, karena nama itu dalam
bahasa lnggris berarti �Jam�.
�Betul, Clock. Orang itu mengatakan bahwa namanya begitu. A. Clock! Tentu saja aku
menganggap ia cuma bercanda saja, karena ia sudah beberapa kali kemari membawa jam
untuk dikerjakan.�
�Rasanya itu bukan namanya yang asli,� kata Jupiter menimbang-nimbang. �Tapi itu
tidak menjadi soal. Pokoknya jika Anda mau mengatakan di mana ia tinggal, kami bisa
saja pergi mendatanginya.�
�Sayangnya aku cuma tahu nomor teleponnya saja. Tapi kalian kan bisa menelepon
untuk menghubunginya.�
Laki-laki tua itu pergi ke balik meja pelayanan dan mengeluarkan sebuah buku
catatan berukuran besar dari rak. Ia membalik-balik halaman buku itu, lalu berhenti
pada suatu halaman tertentu,
"Selamat siang,� kata Jupiter. Suaranya diberatkan, agar terdengar seperti orang
dewasa. Anak itu memang sangat berbakat di bidang akting, dan kadang-kadang bakat
itu dipergunakan olehnya. �Di sini perusahaan telepon. Kami hendak memeriksa
keluhan tentang sambungan rangkap.
�Sambungan rangkap? Saya tidak mengerti maksud Anda,� kata wanita yang menerima
telepon.
�Ada beberapa pelanggan di sektor kediaman Anda mengeluh sering salah sambung,�
kata Jupiter. �Saya ditugaskan mengecek alamat-alamat yang nomornya saya putar.
Dengan begitu bisa kami ketahui di mana letaknya kesalahan hubungan. Jadi kalau
saya boleh tahu alamat rumah ini?�
�Alamat rumah? Ini Franklin Street, nomor 309. Tapi saya masih belum, mengerti -"
Kalimat itu tidak selesai diucapkan, karena tiba-tiba terdengar suara orang
menjerit. Suara berat seorang laki-laki. Seolah-olah ada pria bertubuh besar yang
menjerit ketakutan. Ketiga remaja itu pasti sudah terlonjak mendengamya, apabila
saat itu mereka tidak sedang berdesak-desakan dalam bilik telepon yang sempit.
Apalagi terlonjak, bahkan bernapas dengan bebas pun sudah sulit di situ. Walau
demikian mereka masih saja kaget setengah mati.
Sedang hubungan telepon terputus.
Bab 7 Perampasan
�Orang?" Kini Jupiter yang berseru heran. �Maksud Anda, ada orang yang namanya
begitu?�
"Itu julukannya,� kata Mr. Hitchcock menjelaskan. �Nama aslinya Albert Clock.
Orang-orang iseng menjulukinya Screaming Clock � Jam Menjerit. Ia memang penjerit�
Keterangan Mr. Hitchcock malah semakin membingungkan Jupiter. Apalagi Pete dan Bob
� mereka hanya bisa melongo saja.
�Penjerit?� tanya Jupiter. �Saya tidak mengerti maksud Anda�
�Pekerjaannya menjerit,� kata Mr. Hitchcock terkekeh geli. �Dulu sewaktu televisi
belum ada, acara sandiwara radio dengan kisah-kisah misteri sangat digemari orang.
Bahkan pernah dalam seminggu ada tiga puluh lima acara kisah misteri. Kalian masih
kecil � jadi tidak mungkin mengalami masa itu. Tapi acara-acara kisah misteri itu
sangat mengasyikkan! Dan kisah-kisah itu banyak yang mengandung adegan orarig
menjerit. Jeritan selalu bisa menimbulkan ketegangan suasana. Mungkin kalian
mengira setiap aktor bisa menjerit, kalau itu merupakan bagian dan peran yang
dimainkannya. Itu memang betul. Tapi jika diperlukan suara jeritan yang benar-benar
asyik, sutradara selalu memakai tenaga spesialis. Jadi orang semacam Aibert Clock
itu, yang pekerjaannya khusus menjerit. Kurasa ia satu-satunya yang melulu hanya
menjerit saja kerjanya. Aku pun sudah beberapa kali memakainya dalam film-filmku.
Orangnya serba bisa. Ia bisa menjerit seperti anak kecil, wanita, laki-laki. Bahkan
jeritan dan raungan beberapa jenis binatang pun bisa ditirukan olehnya. Ia selalu
membanggakan diri sebagai ahli menjerit yang paling serba bisa. Tapi drama radio
kemudian pudar kepopulerannya ketika televisi mulai berkembang. Profesi penjerit
tidak begitu diperlukan lagi. Beberapa tahun yang lalu aku masih memakai Bert Clock
dalam satu atau dua filmku. Tapi setelah itu ia seakan menghilang. Itulah sebabnya
kenapa aku tadi mengatakan sudah bertahun-tahun tidak mendengar apa-apa lagi
tentang dia. Dan kau tadi mengatakan kini sedang mengusut dirinya?�
�Rupanya begitu, walau tadi kami belum tahu,� kata Jupiter. "Urusan sekarang ini
kami mulai dengan mengusut sebuah jam yang benar � bukan orang yang julukannya
begitu.�
Dikeluarkannya jam weker dan tas yang dibawanya, lalu diperagakannya kemampuan alat
penunjuk waktu itu untuk menjerit. Mr. Hitchcock sangat tertarik melihatnya.
�Konstruksi yang benar-benar luar biasa,� katanya. �Kurasa jam ini memang merupakan
pesanan Bert Clock� karena siapa lagi yang mau minta dibikinkan jam yang bisa
menjerit, kecuali orang yang julukannya Jam Menjerit?�
Jupiter kemudian menuturkan tentang kamar penuh jam yang sebelumnya telah mereka
saksikan dengan mata dan telinga. Ia juga menyebutkan Mr. Hadley serta penangkapan
terbadap diri Ralph Smith, ayah Harry. Mr. Hitchcock mendengarkan dengan serius.
�Agak aneh juga,� katanya. �Hadley itu kurasa memang Bert Cock Clock memang
bertubuh kecil. Katamu tadi, Hadley itu pendek gemuk Mungkin saja Clock sudah gemuk
sekarang. Dan setelah kuingat-ingat tadi, aku memang pemah mendengar kabar bahwa ia
mendapat harta warisan pada saat ia tidak sering lagi diperlukan di radio. Bisa
saja kubayangkan ia minta dibikinkan berbagai jenis jam yang bisa menyuarakan
bermacam-macam jeritan yang merupakan keistimewaannya, sebagai kenangan pada
prolesinya di masa lampau dan juga sebagai lelucon baginya bersama kawan-kawan
lamanya. Tapi aku tidak mengerti, apa sebabnya ia berganti nama.�
�Apakah ia menaruh minat pada karya seni, Mr. Hitchcock?� tanya Bob.
�Sepanjang pengetahuanku, tidak. Memang ada sejumlah aktor yang kegemarannya
mengumpukan benda-benda seni. Di Hollywood sini banyak karya seni berharga yang
dimiliki para aktor, produser, dan sutradara. Tapi aku tidak pernah mendengar bahwa
Bert Clock menaruh minat ke arah itu.�
�Terima kasih, Sir,� kata Jupiter. Ia berdiri, dilkuti kedua temannya. �Anda sudah
memberikan sejumlah keterangan yang rasanya perlu kami pikirkan lebih lanjut.
Misalnya saja bahwa Clock itu Hadley. Itu agak mengherankan. Sedang bagaimana
hubungan antara penangkapan terhadap ayah Harry dengan fakta-fakta lainnya, saat
ini saya belum tahu. Jika ada kemajuan yang tercapai, Anda akan kami beri kabar.�
Ketiga remaja itu meminta diri. Mereka diantarkan oleh Worthington kembali ke Rocky
Beach, ke perusahaan jual-beli barang-barang bekas yang diusahakan Paman Titus.
Mereka turun di depan pintu gerbang. Ketiganya berjalan sambil berpikir-pikir,
masuk ke tempat penimbunan yang penuh dengan barang-barang bekas. Tahu-tahu seorang
laki-laki muncul dari balik tumpukan kayu.
�He! Kalian bertiga tentunya masih ingat padaku, kan?" katanya. Mereka memang masih
ingat. Orang itu Mr. Jeeters, yang baru sejam sebelumnya mereka lihat di rumah Mr.
Hadley yang ditinggali keluarga Smith.
�Pada kalian ada sebuah weker,� sergah Mr .Jeeters. �Dalam tas yang kaujinjing itu.
Weker itu kepunyaanku.�
Secara tak disangka-sangka orang itu beraksi dengan cepat, merampas tas yang
dijinjing Jupiter.
�Sekarang jadi milikku,� kata orang itu. �Karena ada di tanganku! Siapa yang
memegang, dialah pemiliknya.�
�Seenaknya saja!" teriak Pete. Ia meloncat menyambar kaki Mr. Jeeters. Bob dan
Jupiter langsung ikut membantu. Jupiter mencengkeram lengan laki-laki itu,
sementara Bob berusaha menarik tas yang dicengkeram olehnya.
Tapi Mr. Jeeters ternyata kuat sekali. Bob dan Jupiter ditepiskannya seperti
mengusir lalat saja. Lalu dicengkeramnya bagian punggung kemeja Pete yang masih
memegang kakinya. Remaja bertubuh kekar itu diangkatnya dan dilemparkannya ke
samping. Pete terbanting ke tanah berdebu.
�Coba saja sekali lagi, kalau ingin mengalami cedera!� katanya mengejek.
Ia kaget sekali ketika tahu-tahu ada yang mencengkeram bahunya dari
belakang. Hans, satu dad kedua pemuda Jerman pembantu Paman Titus, datang menolong
Trio Detektif.
�Kembalikan tas Jupe padanya, Mister,� kata Hans.
�Lepaskan!� bentak Mr. Jeeters sambil mengayunkan tinju ke dagu Hans. Hans
mengelak. Kedua laki-laki ini kemudian bergulat. Pete melihat tas yang terlepas dan
pegangan Mr. Jeeters. Ia cepat-cepat maju untuk mengambilnya, lalu buru-buru mundur
ke tempat yang aman. Sementara Hans dan Mr. Jeeters masih terus bergumul, saling
berusaha menjatuhkan lawannya.
Kemudian Hans berhasil memegang tubuh Mr. Jeeters. Orang itu diangkatnya tinggi-
tinggi, seperti mengangkat anak yang sedang mengamuk saja.
�Apa yang harus kulakukan sekarang, Jupe?� tanya Hans dengan tenang. �Kupegang
terus orang ini sementara kau memanggil polisi?�
�Kurasa itu tidak perlu.� jawab Jupiter setelah berpikir dengan cepat. Kalau
dilaporkan pada polisi, ada kemungkinan mereka nanti tidak memberikan tanggapan
serius. Maklumlah, itu kan cuma soal pencurian weker murah saja. Tapi jika polisi
menanggapi dengan serius, besar kemungkinannya weker akan ditahan sebagai barang
bukti. Padahal Jupiter sendiri memerlukannya, karena kini semakin besar tekadnya
hendak mengusut misteri yang menyelubunginya.
�Kaulepaskan saja orang itu,� katanya pada Hans. �Pokoknya weker sudah kita
dapatkan kembali.�
�Oke,� kata Hans dengan segan. Mr. Jeeters dilepaskannya dengan begitu saja,
sehingga jatuh tersungkur ke tanah.
Orang itu berdiri sambil membersihkan pakaiannya yang kotor kena debu.
�Baiklah,� katanya menggerutu. �Akan menyesal kalian nanti!�
Sambil mengucapkan kata-kata yang mengandung ancaman itu, ia meninggalkan tempat
itu.
"Wah � maaf, kami tidak tahu,� kata Bob. Ia berpikir dengan cepat. Jika Mr. King
selama itu di rumah sakit, tidak mungkin dia yang membuang weker ke tempat sampah.
Tapi Bob tahu, Jupiter pasti takkan langsung mundur tanpa berusaha lebih lanjut.
Karenanya Bob lantas memutuskan untuk bertanya lagi.
�Mr. King itu � nama julukannya Rex, Ma'am?�
Wanita itu menatap remaja yang berdiri di depannya. Ia memperoleh kesan bahwa Bob
pasti anak baik-baik. Apalagi sikapnya sopan. Coba kalau tidak � pasti pintu sudah
dibanting di depan hidungnya.
�Ya, memang begitulah julukannya,� kata wanita itu kemudian. �Kenapa kau
menanyakannya? Jika ini suatu keisengan ��
�Tidak, tidak � sama sekali tidak,� kata Bob cepat-cepat �Kami ini sedang
menyelidiki sebuah jam, Mrs. King. Sebentar, nanti saya perlihatkan barangnya.�
Dibukanya tas yang dijinjingnya dan ditunjukkannya weker yang ada di dalamnya.
"Pernahkah Anda melihat weker ini?�
Bibir Mrs. King menipis.
�Jam itu lagi!� tukasnya marah. �Barang begitu dikirimkan pada suamiku! Apalagi ia
sedang sakit. Jika ia sampai mendengar bunyinya pasti keadaannya akan bertambah
parah. Habis, teriakan itu begitu menyeramkan!�
Bob dan Hariy berpandang-pandangan sejenak. Temyata mereka tidak keliru alamat.
�Kalau begitu Mr. Clock yang mengirimkannya pada Mr. King?" desak Bob.
�Bert Clock itu benar-benar keterlaluan, mengirimkan barang begitu pada suamiku!"
tukas Mrs. King. �Hanya karena mereka pernah bekerja sama beberapa tahun yang
lewat, sewaktu suamiku mengarang naskah sandiwara misteri untuk radio. Tanpa
menduga apa-apa, aku menancapkan stekernya ke sambungan listrik. Tahu-tahu
terdengar jeritan seram itu! Jantungku, nyaris copot karenanya. Aku langsung
melemparkannya ke tempat sampah. Kenapa sekarang tahu-tahu bisa ada pada kalian?"
�Tukang sampah menjualnya pada salah seorang kawanku,� jawab Bob. �Anda melihat
tidak, pesan yang direkatkan pada dasamya?"
�Pesan?� Wanita itu mengerutkan kening. �Aku sama sekali tidak melihat pesan apa-
apa. Aku memang langsung membuang barang itu keesokan harinya. Memang ada surat
pendek dan Bert Clock yang menyertai, tapi surat itu juga kubuang.�
�Mungkinkah Anda masih bisa mengingat isi surat itu?� tanya Bob. �Soalnya penting
sekali!�
�Apa isinya? Anu � Bert Clock menulis, jika suamiku mau mendengar dan memperhatikan
weker yang dikirimkannya, maka nasibnya yang buruk akan bisa berubah. Menurutku,
itu omong kosong saja! Aku jengkel pada Bert Clock, kenapa sampai hati berbuat
iseng terhadap suamiku yang di samping sedang sakit, juga pusing memikirkan utang-
utang yang belum dilunasi sampai sekarang, karena ia menganggur terus sampai
sekarang. Padahal mereka dulunya bersahabat karib. Aku tidak mengerti apa sebabnya
Bert Clock berbuat begitu, menakut-nakuti kami dengan salah satu jeritannya yang
menyeramkan.�
Mrs. King mengerutkan keningnya lagi. "Kenapa kalian menanyakan segala hal ini?�
tanyanya dengan nada curiga. �Apa sebabnya weker itu menarik bagi kalian?"
�Kami berusaha mengumpulkan segala keterangan yang bisa didapat mengenainya,� kata
Bob
menjelaskan. �Soalnya, Mr. Clock beberapa waktu yang lalu �yah, kita katakan saja
tahu-tahu lenyap, dan menurut kami weker ini mungkin merupakan semacam petunjuk.
Anda tidak memperhatikan dari mana weker ini dikirimkan, Mrs. King?�
�Tidak, itu sama sekali tak kuperhatikan. Aneh! Katamu, Bert Clock menghilang. Apa
sebabnya -"
Saat itu terdengar bunyi dering telepon di dalam rumah
�Maaf, ada telepon! Yah � hanya keterangan itu saja yang bisa kuberikan. Selamat
siang.� Pintu ditutup lagi olehnya.
Bob memandang ke arah Harry yang selama itu berdiri di sampingnya.
�Nah begitulah jalannya pengusutan. Harry." katanya. �Lumayan juga banyaknya
keterangan yang berhasil kita kumpulkan tadi. Aku tidak tahu apakah semua ada
artinya � tapi tanpa dijelaskan oleh Jupe pun aku bisa mengatakan bahwa Mr. Clock
mengirimkan weker ini pada Mr. King dengan alasan tertentu, walau ternyata bahwa
Mr. King tidak sampai menerimanya karena sedang sakit dan tidak ada di sini. Mrs.
King yang menerima mengira Mr. Clock hendak berbuat iseng terhadap suaminya dan
karena itu lantas membuangnya ke tempat sampah. Mr. King mungkin tahu makna weker
ini. Tapi kita tidak bisa menjumpainya saat ini. Jadi kita terpaksa mereka-reka
sendiri jawabannya.�
�Waduh!� kata Harry yang sementara itu semakin tertarik �Sekarang kita coba
mendatangi Miss Imogene Taylor. Aku ingin tahu, keterangan apa saja yang bisa kita
peroleh dan wanita itu!�
Temyata tidak banyak Miss Taylor itu wanita bertubuh kecil dan kelihatannya tidak
bisa diam. Ia bertempat tinggal di sebuah rumah mungil di daerah Woodland Hills,
beberapa mil di luar North Hollywood. Rumah itu letaknya nyaris tersembunyi di
balik semak dan pohon-pohon pisang. Miss Taylor sudah beruban rambutnya. Dengan
suaranya yang seperti kicauan burung serta kaca mata model kunonya yang berbingkai
emas, Ia menimbulkan kesan seolah-olah merupakan tokoh dongeng.
Bob dan Harry diajaknya masuk ke ruang duduk yang penuh dengan koran, majalah,
serta bantal-bantal hias yang macam-macam bentuknya. Ruangan itu kelihatannya acak-
acakan, sehingga bisa diperkirakan bahwa kalau ada sesuatu yang dicari di situ
pasti takkan bisa ditemukan. Tapi begitu mendengar pertanyaan yang diajukan oleh
Bob mengenai Mr. Clock serta pesannya, wanita yang sudah berumur itu menaikkan kaca
matanya ke kening lalu mencari-cari di meja tulisnya, sementara mulutnya tidak
henti-hentinya menyerocos dengan kalimat pendek-pendek yang diucapkan dengan
diselingi
tarikan napas.
�My goodness!� ucapnya. �Ternyata ada juga yang datang. Kusangka pesan itu cuma
untuk iseng saja. Lelucon Bert Clock. Di studio dulu ia paling suka iseng. Di
studio radio, maksudku. Waktu itu kami semua ikut dalam acara-acara radio. Sejak
itu aku kehilangan kontak dengannya. Sampai suratnya datang. Disertai selembar
kertas berisi pesan. Suratnya mengatakan aku harus menyerahkan pesan itu pada orang
yang datang menanyakan� apalagi jika menyebut-nyebut soal weker. Aduh � di mana
lagi kutaruh kaca mataku tadi? Tanpa itu aku tidak bisa melihat�
Bob memberitahukan bahwa kaca mata itu ada di keningnya. Dengan cepat Miss Taylor
menurunkannya ke batang hidung, sementara tangannya merogoh ke dalam sebuah tempat
sempit untuk mengambil secarik kertas yang ada di situ.
�Ini dia!� katanya. Aku masih ingat bahwa aku menyimpannya di salah satu tempat.
Temyata di sini kutaruh waktu itu. Kalau pun ini salah satu keisengan Bert lagi,
aku mau saja meneruskannya karena kami dulu bersahabat karib. Tapi kalian masih
begini muda! Tak mungkin pernah mendengar Bert beraksi di radio.�
�Betul,� kata Bob membenarkan. �Kami belum pernah berjumpa dengan dia. Tapi saat
ini kami sedang mengusut yang Anda sebut keisengannya ini, dengan maksud hendak
mengetahui maknanya. Terima kasih atas bantuan Anda, Miss Taylor�
�Ah, cuma begitu saja pakai terima kasih. Kalau kalian beijumpa dengan Bert, tolong
sampaikan salamku padanya, ya. Wah, dia itu benar-benar penjerit jempolan! Orang
dulu biasa sengaja menunggu siaran sandiwara karni. Judulnya, 'Jeritan Tengah
Malam'. Ceritanya menyeramkan. Karangan Rex King. Rex jago kalau disuruh mengarang
teka-teki, mengatur indikasi, misteri, dan sebangsanya. Ya, ya! Kalian mau minum
teh? Tidak? Aku mengerti, kalau kalian harus cepat-cepat pergi lagi. Anak laki-laki
memang biasa bergegas-gegas. Begitulah anak laki-laki.�
Bob dan Harry menghembuskan napas panjang ketika sudah kembali berada dalam mobil.
"Huuuh," desah Hariy sambil nyengir. �Kusangka ia takkan pemah berhenti mengoceh.
Tapi pokoknya kita berhasil menemukan pesan itu. Kita lihat saja bagaimana
bunyinya.�
Bob mengacungkan sampul surat. Sampul itu belum dibuka.
�Sebetulnya kita harus menunggu Jupe dulu,� katanya. �Tapi � yah, kurasa kita bisa
saja melihatnya sekarang.�
Bob membuka sampul itu lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalamnya, sementara
Harry memperhatikan dengan sikap tidak sabar. Sesaat kemudian air muka kedua remaja
itu berubah. Kelihatannya bingung setelah membaca pesan yang tertulis di kertas.
�Jadi Mr. King saat ini sakit dan berbaring di rumah sakit,� gumamnya. �Mr. Clock
mengirimkan weker aneh itu padanya, dengan perkiraan bahwa Mr. King akan melakukan
penyelidikan serta mengumpulkan pesan-pesan itu lalu menguraikan makna yang
tersembunyi � tapi setelah itu apa? ltulah persoalannya!�
�Pada pesan yang direkatkan ke dasar weker ditulis, �Setelah itu bertindak! Bahkan
kau pun akan heran melihat hasilnya.� � kata Bob mengingatkan.
�Tepat,� kata Jupiter. �Tapi kenapa ia harus heran? Apakah yang akan terjadi kalau
diambil tindakan? Itu yang perlu kita selidiki. Tapi sekarang kita usut saja makna
pesan-pesan in, satu demi satu. Pesan yang didapat Bob dan Harry dan Miss Taylor
mestinya yang nomor satu � jadi itu saja yang paling dulu kita tilik�
Dibeberkan kertas berisi pesan itu, lalu bersama-sama mereka menelaahnya. Tapi
bunyinya masih saja tetap misterius.
Its quiet there even in a hurrican
(Saat badai pun di situ tenang.)
Just a word of advice, politely given.
(Hanya sepotong nasehat dengan sopan)
Old English bowmen loved it
(Pemanah lnggris kuno menyukainya)
Bigger than a raindrop; smaller than an ocean.
(Lebih besar dan tetesan hujan; lebih kecil ketimbang samudra)
Im 26. How old are
(Aku 26. Berapa umurmu?)
It sits on a shelf like a well-fed elf
(Duduk di papan rak bagaikan peri montok)
�Aku masih tetap tidak bisa membayangkan bahwa ini merupakan pesan,� kata Harry.
�Kecuali jika dibuat berwujud sandi.�
�Ini kan untuk Mr. King yang sedang sakit,� kata upiter mengingatkannya. �Ia jago
sekali dalam soal petunjuk suata teka-teki. Rupanya ini sengaja dibuat untuk
diuraikan olehnya sebagai pengisi waktu. Dan jika ia bisa, kita juga harus mampu.�
�Kita? Maksudmu kau sendiri,� kata Pete dengan lesu.
�Kalau ditilik sepintas lalu,� sambung Jupiter," kalimat-kalimat aneh ini
kelihatannya seperti petunjuk-petunjuk untuk teka-teki silang. Aku menarik
kesimpulan bahwa tiap kalimat mengandung makna satu kata tertentu. Lalu kala kata-
kata itu sudah kita temukan semua, akan ada satu kalimat yang terdiri dan enam
kata.�
�Tapi kata-kata yang mana?� desak Pete. �Misalnya kalimat pertama.Tempat mana yang
selalu tenang, juga apabila ada badai?�
�Tempat paling aman waktu badai, di ruang kolong rumah yang berdinding beton,� kata
Harry berusaha menebak.
�Atau dalam lemari besi di bank,� kata Bob.
�Entah, ya,� gumam Jupiter sambil mencubit bibir bawahnya. �Mungkin dugaanmu yang
lebih tepat, Bob. Ada kemungkinan pesan-pesan ini ada hubungan dengan sesuatu yang
berharga.�
�Kenapa kau menduga begitu?� tanya Pete ingin tahu.
�Kalau tidak menyangkut barang berharga, untuk apa harus repot-repot begini?� balas
Jupite bertanya. �Ya � sudah jelas ini menyangkut benda berharga, dan itu mungkin
ada dalam lemari besi di bank. Sekarang kalimat kedus. Di sini dikatakan �Hanya
sepotong nasihat dengan sopan.� Apa kata lain untuk nasehat? Tolong ambilkan kamus
yang di rak itu, Pete.�
Pete mengambilkan lalu menyerahkannya pada Jupiter.
�Ini dia,� kata Jupiter setelah membalik-balik halaman kamus itu sebentar.
�Nasihat: ajaran atau anjuran yang baik.� Kita lihat saja cocok tidaknya. �Lemari
besi � anjuran...� rasanya malah menjadi semakin aneh.�
�Memang,� kata Pete sependapat. �Jika kau ingin mengetahui pendapatku ��
"Tahan dulu, Pete!� seru Jupiter.
Pete melongo.
�Tahan? Apanya yang harus kutahan Aku tadi cuma hendak menyampaikan pendapat ��
"Itu dia!� kata Jupiter bergairah. �Pendapat! ltu kan nasihat yang disampaikan
dengan sopan. Kurasa kalimat yang kedua sudah berhasil kautemukan maknanya.�
Pete terkejap-kejap tak mengerti.
"Kalau kau mengatakan begitu, mestinya teka-teki ini tidak begitu sukar,� katanya
kemudian. Tapi aku masih tetap tidak bisa menebak arti, lemarii besi � pendapat�.�
�Aku juga belum,� kata Jupiter mengaku. �Tapi ken masih ada kalimat-kalimat
lainnya.�
�Kalimat ketiga berbunyi, Pemanah Inygris kuno menyukainya� kata Bob sambil
membaca. �Menyukai apa? Pemanah beraksi dengan busur serta anak panah. Mungkin
panah yang mereka sukai,�
�Mereka juga gemar berperang,� kata Jupiter.
�Lemari besi � pendapat� perang!� kata Harry dengan nada bingung. �Bagiku,
kedengarannya malah semakin aneh,�
�Aku sependapat denganmu.� kata Jupiter dengan kening berkerut "Tapi -"
Saat itu terdengar suara Bibi Mathilda Jones berseru memanggil-manggil dengan
lantang masuk lewat tingkap langit-langit yang terbuka.
�Jupiter! Yuk� kita makan! Toko akan ditutup!�
�Sebentar lagi aku datang, Bibi Mathilda,� jawa Jupiter lewat mikrofon yang
berhubungan dengan alat pengeras suara yang terdapat di kantor bibinya. Kemudian ia
berkata pada ketiga temannya �Kurasa kita cuma bisa sampai di sini saja hari ini.
Bagaimana, Harry � kau bisa datang lagi besok?�
�Kurasa tidak bisa,� kata Harry. �Ibuku memerlukan bantuanku di rumah. Di samping
itu aku juga tidak melihat adanya kemajuan di sini.�
�Yah � kalau begitu nanti kau akan mendapat kabar dari kami,� kata Jupiter.
�Sementara itu kau awasi Mr. Jeeters. Jangan lupa, orang itu pernah mencoba
merampas weker dari kami. Mungkin dia juga membuntuti kalian tadi, lalu mencuri
weker dari mobilmu yang diparkir.�
�Baiklah, aku akan mengawasinya.� kata Harry berjanji.�Aku curiga padanya. Ia pasti
hendak melakukan sesuatu secara diam-diam.�
�Sementara itu kami bertiga �� Jupiter tidak sempat menyelesaikan kalimatnya,
karena saat itu telepon berdering.
�Kantor Trio Detektif � di sini Jupiter Jones, kata Jupe sambil mendekatkan gagang
pesawat itu ke mulutnya.
�Halo,� kata yang menelepon.
Sesaat Jupite tidak mengenali suara itu. Tapi orang itu sendiri yang menyebutkan
nama. �Di sini Gerald Watson. Kau tadi datang ke rumahku untuk mengambil pesan yang
dititipkan Bert Cock�
�Ya, betul,� kata Jupiter. �Ada apa?�
�Aku cuma hendak memberi tahu apa yang terjadi setelah kalian pergi dari sini
tadi,� kata orang itu.
�Apakah yang terjadi?"
"Ada orang lain datang menanyakan pesan itu,� kata Gerald Watson. �Seorang laki-
laki bertubuh jangkung dan berambut hitam. Kurasa ia orang Amerika Selatan. Ia
datang membawa teman, laki-laki bertubuh kecil. Menurut pengakuan orang itu, mereka
disuruh datang oleh Bert Clock�
�Tapi pesan itu kan sudah Anda serahkan pada kami,� kata Jupiter. Ia tidak begitu
mengerti.
�Betul,� kata Mr. Watson, �Mereka lalu menanyakan pada siapa pesan itu kuserahkan.
Kutunjukkan kartu nama kalian, yang kemudian mereka catat Setelah mereka pergi, aku
lantas berpikir-pikir. Aku agak curiga terhadap mereka. Orang yang bernama Carlos
itu bicaranya pintar sekali. Terlalu pintar!�
�Yah � apa boleh buat,� kata Jupiter. �Terima kasib atas pemberitahuan Anda, Mr.
Watson.�
Setelah mengembalikan gagang telepon ke tempatnya, Jupiter berpaling memandang
teman- temannya.
�Sekarang Carlos dan Gerald Cramer sudah mengetahui nama-nama kita,� katanya.
�Sudah jelas mereka menginginkan pesan-pesan serta weker itu. Mr. Jeeters juga
begitu. Jadi yang mencuri weker itu orang lain lagi yang belum kita ketahui
identitasnya. Ternyata banyak sekali minat yang ada dalam misteri ini! Aku ingin
sekali tahu, kita ini sedang terlibat dalam urusan apa!�
�Apa itu � petunjuk?� kata Pete lesu. �Belum pernah kudengar kata itu,�
Kelihatannya ia benar-benar segan berpikir saat itu.
�Ah � kenapa tidak kita dengarkan saja apa yang hendak dikatakan olehnya,� kata
Jupiter mengalah. �Baiklah, Bob � petunjuk apa yang berhasil kauketahui?�
�Begini ceritanya,� kata Bob memulai. �Tadi sewaktu sedang istirahat siang di
perpustakaan, aku melihat-lihat dalam ensikiopedi untuk mengetahui seluk-beluk
badai dan topan.�
Jupiter mendengarkan dengan penuh minat, sementara Bob melanjutkan penjelasannya.
Menurut keterangan dalam ensikiopedi yang dibacanya
tadi, di tengah badai ada satu tempat yang tenang � yaitu di pusatnya. Di tempat-
tempat lain badai bisa saja mengamuk dengan kecepatan seratus mil per jam. Tapi
tepat di pusatnya cuaca bisa saja tenang dengan matahari bersinar terang. Dalam
bahasa lnggris, pusat badai disebut eye � jadi �mata�.
�Lalu?� kata Jupiter.
Keterangan selanjutnya itulah yang tadi menyebabkan Bob begitu bergairah, ingin
meneruskan pengusutan dengan segera. Eye dilafalkan berbunyi�ai� � sama dengan I �
yang berarti �saya� atau �aku�.
�Nab, kurasa I itulah kata pertama dari pesan itu,� kata Bob.
�Satu-satunya pesan yang ingin kudengar saat ini cuma dari Bibi Mathilda, yang
mengatakan makan malam sudah siap,� kata Pete mengomel.
�Kurasa Bob benar � Ia menemukan petunjuk penting.� kata Jupiter sambil berdiri
dengan susah payah. �Lalu apa petunjuk yang satu lagi, Bob?�
�Kecuali �badai�, aku juga membaca tentang hal memanah serta �pemanah Inggris
kuno�,� sambung Bob. �Mereka itu biasanya memakai busur panah yang dibuat dari kayu
potion yew . Jadi kalau dikatakan pemanah Inggris kuno menyukainya � ada juga
betulnya, kan! Sedang kata yew ucapannya persis sama seperti ucapan kata you �
�kau� atau �anda�.�
�Kurasa jalan pikiranmu benar, Bob,� kata Jupiter setelah merenungkan sebentar.
�Sebaiknya kita masuk sebentar ke markas sebelum dlpanggil makan oleb Bibi
Mathilda. Kita coba sekali lagi mengusut makna pesan yang itu.�
�Kenapa tidak besok saja?� tanya Pete yang sudah malas berpikir. Tapi akhimya ia
ikut juga, ketika dilihatnya Bob dan Jupiter melangkah menuju Lorong Dua.
Tidak lama kemudian ketiga remaja ini sudah duduk mengelilingi meja yang di atasnya
terletak kertas berisi pesan misterius pertama.
�Kalimat pertama pesan ini berbunyi, ' Saat badai pun di situ tenang,� �kata
Jupiter sambil membaca kalimat itu. �Jika tebakan Bob tepat, maka kata yang dicari
itu �mata� � jadi eye.� Dituliskannya kata itu.
�Sedang kalimat kedua yang mengatakan, �Hanya sepotong nasihat dengan sopan�,
menurut kita kemarin mungkin berarti pendapat. Kata itu pun dicatatnya.
�Lalu apabila kalimat �Pemanah lnggris kuno menyukainya� berarti �Yew' maka tiga
kalimat pertama sudah kita temukan. Begini bunyinya.�
Mata pendapat yew.
�Agak aneh,� kata Jupiter sendiri, �tapi langsung ada artinya jika tulisannya kita
ubah berdasarkan bunyi pengucapannya.�
Kalimat semula yang tertulis �Eye suggestion yew� diubahnya menjadi �I suggest
you'.
�I suggest you �� jadi �Kusarankan padamu ��
Begitu membacanya. Pete langsung lupa pada rasa capek �Wah � kelihatannya memang
seperti awal pesan tertentu. Oke, Jupe � apa kata yang keempat?�
�Petunjuk yang ada di sini berbunyi begini,� kata Jupiter membacakan, �Lebih besar
dari tetesan hujan; lebih kecil ketimbang samudra.� itu bisa sungai, bisa danau �
atau laut
�Laut � jadi sea,� seru Bob bersemangat �Sea lafalnya sama dengan see �lihat�.
Pasti itu kata yang tepat Lalu sekarang petunjuk kelima. �Aku 26. Berapa umurmu?�
Wah � ini rasanya lebih sulit. Apa yang berumur 26 tahun?�
"Kurasa sebutan umur cuma untuk menyesatkan saja,� kata Jupiter mengutarakan
dugaannya. Angka 26 itu menurutku pasti berarti yang kedua uluh enam dalam suatu
rangkaian tertentu. Yang paling umum dikenal sebagai nomor 26 adalah��
"Biar aku saja yang mencoba!� sela Pete.
Dalam abjad ada 26 huruf � dan hurut yang terakhir adalah z. Bagaimana, bisa cocok
tidak?�
�Kalau kita pakai bunyinya sebagai pegangan, bisa saja,� kata Jupiter �Huruf z
dalam bahasa Inggris bunyinya mirip kata the. Lagi pula cocok untuk pesan yang
dicari. Sekarang tinggal petunjuk terakhir, �Duduk di papan rak bagaikan peri
montok,� Nah � siapa punya gagasan mengenainya?�
�Aku sudah mencari keterangan mengenai �peri� di perpustakaan,� kata Bob, �tapi tak
ada yang bisa
dipakai�
�Apa yang duduk di papan rak?� kala Pete setengah bertanya �Seperti peri?"
�Kata �peri� itu kurasa juga cuma untuk menyesatkan saja,� kata Jupiter. �Bob, kau
biasa duduk menghadapi papan-papan rak sepanjang hari. Tidak terbayangkan olehmu,
apa yang biasa duduk di situ?�
�Buku!� kata Bob setengah berteriak �Dan buku kan penuh dengan kata-kata. Bisa saja
dikatakan montok � karena orang dikatakan montok kalau banyak makan. Jadi buku bisa
dikatakan montok karena banyak kata-kata di dalamnya !�
�Kurasa kita sekarang sudab berhasil menemukan pesan yang sebenamya,� kata Jupiter
�Sebentar � kutulis dulu,�
Ia menuliskan kelima kata yang telah ditemukan.
I suggest you see the book.
"Kusarankan kau lihat buku� kata Pete menyimak tulisan itu. �Wow! Tapi � lalu apa
artinya? Buku yang mana yang disarankan agar kita lihat? Dan jika kita sudah
melihatnya, lalu apa yang diperbuat dengannya?�
�Masih ada dua pesan lagi yang juga perlu diuraikan teka-tekinya,� kata Jupiter.
�Jika kita ��
kalimatnya terpotong oleh seruan Bibi Mathilda memanggil mereka.
�Ayo, Anak-anak � kita makan?�
�Itu berarti kita harus berhenti sampai di sini saja, �kata Jupiter agak menyesal.
�Tapi besok kita teruskan lagi. Kurasa kita akan bisa lebih lancar saat itu, karena
sudah tidak capek lagi seperti sekarang.�
Ketiga remaja itu pergi meninggalkan pesan-pesan misterius itu untuk diteruskan
pengusutannya besok.
Saat itu mereka sudah lapar sekali.
Sambil makan ketiga remaja itu sibuk membicarakan arti pesan yang baru saja mereka
uraikan kalimatnya. Pesan itu menganjurkan untuk melihat buku. Tapi buku mana?
Mereka sama sekali tidak bisa menebaknya.
"Mungkinkah kalau injil?� kata Pete berusaha menduga. �Kan banyak orang menyebutnya
�Buku Suci�
�Menurutku bukan itu jawabannya,� kata Jupiter sambil mengambil makanan pencuci
mulut porsi lagi.�Tapi siapa tahu, mungkin juga benar! Barangkali pesan selanjutnya
bisa menambah penjelasan.�
"Proyek apa lagi yang sedang kalian tangani saat ini,?� tanya Paman Titus yang
duduk di ujung meja makan.
"Ada beberapa pesan misterius yang sedang kami selidiki maknanya, Paman,� kata
Jupiter. Sampai sekarang baru awalnya yang berhasil kami telusuri.�
"Kalian ini ada-ada saja, dengan klub kalian itu!� kata Bibi Mathilda. Ia memotong
kue lagi untuk Pete. �Sungguh � untung aku bisa memberi pekerjaan bagi kalian! Coba
kalau tidak, kalian pasti sepanjang hari kerjanya cuma menekuni teka-teki saja.�
Ketiga remaja itu dulu memang pernah mempunyai klub penerka teka-teki. Kemudian
beralih menjadi Trio Detektif. Tapi Mrs. Jones masih saja mengira kesibukan utama
mereka bertiga adalah menebak permainan teka-teki.
�Yah � yang jelas malam ini aku tidak bisa lagi menebak apa-apa,� kata Jupiter
sambil menguap. "Sepanjang hari tadi kami Anda suruh bekerja udara terbuka, Bibi �
jadinya aku sekarang cepat sekali mengantuk�
�Aku bahkan dua kali lebih cepat,� kata Pete yang ikut-ikutan menguap. �Makanannya
enak sekali, Mrs. Jones � tapi maaf, kalau boleh saya ingin pulang tidur sekarang
juga.�
Setelah berpamitan, Pete dan Bob pulanng. Mereka bersepeda bersama-sama sejauh
beberapa blok, lalu berpisah dan menuju ke rumah masing-masing.
Keduanya tidak melihat mobil pick up tertutup yang mengikuti mereka dan belakang
dengan lambat-lambat Ketika mereka berpisah, kendaraan itu lalu membuntuti Bob.
Sementara itu Jupiter membantu bibinya membereskan meja. Tapi ia melakukannya
sambil sebentar-sebentar menguap.
�Wah, kau rupanya benar-benar sudah sangat capek, Jupiter, kata Bibi Mathilda
�Sana, pergi saja tidur.�
Tanpa menunggu disuruh dua kali lagi, ia langsung pergi ke kamar tidur. Tapi ketika
sudah berbaring di tempat tidur, pikirannya mulai menerawang ke pesan-pesan
misterius yang belum sempat diusut malam itu.
Kusarankan kaulihat buku. Itu pesan pertama. Buku yang mana? Mungkinkah jawabannya
terkandung dalam pesan kedua? Jupiter berusaha mengingat-ingat bunyi pesan kedua.
Semakin keras ia berusaha mengingat, semakin lenyap rasa mengantuk. Akhirnya ia
mengambil keputusan. Sebelum bisa tidur, ia hendak berusaha menguraikan makna pesan
yang kedua dulu.
Ia berpakaian lagi lalu turun ke bawah. Paman dan bibinya yang sedang menonton
televisi kaget melihat ia muncul lagi
"Astaga. Kusangka kau sudah lama tidur,� kata Bibi Mathilda.
�Maunya memang begitu, tapi kemudian ada sesuatu yang teringat, kata Jupiter. �Anu,
semacam teka-teki. Tadi kutinggalkan di tempat kerja. Aku hendak mengambilnya untuk
kuusut sebentar sebelum tidur.
�Asal otakmu tidak capek saja nanti. karena terlalu banyak memikirkan teka-teki,�
kata Mrs. Jones sambil mendesah.
Jupiter pergi ke sisi depan kompleks penimbunan barang yang dekat Ietaknya dan
rumah. Pintu gerbang sudah ditutup dan dikunci dengan gembok. Tapi ada jalan masuk
rahasia yang bisa dipakai dalam keadaan mendesak, seperti saat itu. Jupiter
berjalan sepanjang pagar kayu yang dihiasi gambar-gambar berwarna-warni. Akhirnya
sampai di depan dua lembar papan pagar. Papan-papan itu dicat berwarna hijau.
Jupiter mendorong satu tempat tertentu dengan jari telunjuknya. Tanpa berbunyi
sedikit pun kedua papan tadi tergeser ke belakang. Kini di depan remaja itu ada
jalan masuk yang sempit. Itulah Gerbang Hijau Satu. Satu dari beberapa jalan masuk
dan keluar yang hanya dikenal ketiga anggota Trio Detektif saja. Jupiter melewati
celah sempit itu dan masuk ke bagian yang merupakan bengkel khusus tempat ia
bekerja.
Kini ia menuju ke mesin cetak, menggeser kisi-kisi besi yang tersandar di sebelah
belakang untuk membuka jalan masuk ke Lorong Dua. Ia merangkak masuk sampai ke
ujungnya, mengangkat tingkap lantai ke atas dan naik ke ruang kantor Markas Trio
Detektif.
Pesan-pesan misterius disimpannya dalam laci meja. Sambil menyalakan lampu atas,
dikeluarkannya kertas-kertas itu. Kertas berisi pesan pertama yang menyuruh lihat
buku dikesampingkannya. Pesan kedua yang diperolehnya bersama Pete dari orang yang
bernama Gerald Watson dibeberkannya di depannya.
Dibaca begitu saja. bunyinya sangat membingungkan.
Take one lily; kill my friend Eli.
(Ambil satu lily; bunuh kawanku Eli)
Positively number one.
(Sudah pasti nomor satu.)
Take a broom and swat a bee.
(Ambil sapu dan pukul seekor lebah.)
What you do with clothes, almost.
(Apa yang kaulakukan dengan pakaian, hampir.)
Dalam keadaan biasa, deretan angka-angka itu takkan ada artinya sama sekali bagi
Jupiter. Tapi karena dalam pesan yang berhasil diuraikan ada saran untuk melihat
buku, maka rasanya ia memahami makna angka-angka itu. Suatu bentuk sandi yang
sering dipakai, melibatkan penggunaan buku tertentu. Pengirim pesan mengutip kata-
kata dalam salah satu buku yang dinilai cocok untuk keperluannya, mencatat nomor
halaman serta letak kata yang dipilih dalam halaman itu, lalu mengirimkan catatan
itu saja pada orang yang dituju Karena si penerima juga memiliki buku itu, pesan
yang dikirim bisa dibaca olehnya dengan jalan mencari kata-katanya dalam buku. Dan
angka-angka yang tertera di atas kertas itu menurut dugaan Jupiter pasti berarti
nomor halaman serta letak urutan kata dalam salah satu buku tertentu.
Tapi Jupiter tidak memiliki buku itu. Ia bahkan sama sekali tidak tahu buku mana
yang dimaksudkan. Yang lebih payah lagi. kertas yang ada padanya cuma sepotong �
sedang potongan sisanya masih ada di tangan Carlos! Jupiter memasukkan kertas-
kertas pesan kembali ke laci. Ia hendak tidur sekarang. Tapi ketika ia hendak
keluar lagi lewat Lorong Dua, tahu-tahu pesawat telepon berdering. Diangkatnya
gagang pesawat itu dengan perasaan heran. Siapa lagi yang menelepon malam-malam
begini, katanya dalam hati.
�Ya � di sini Jupiter Jones dari Trio Detektif.�
�Jupe!� Eh � itu kan suara Bob. Kedengarannya seperti ketakutan. �Gawat nih, Jupe �
aku perlu bantuan!"
�Jupe!�
Lewat telepon yang ada di Markas Trio Detektif, Jupiter mendengar suara Bob yang
bernada panik.
�Gawat nih � aku perlu bantuan!
�Kenapa, Bob?� tanya Jupiter tegang.
�Aku berada di tangan Mr. Jeeters.� kata Bob. �Carlos dan Jerry juga ada di sini.
Harry mereka culik pula.�
Diceritakannya secara ringkas apa yang terjadi sebelumnya.
"Aku mereka paksa menelepon orang tuaku untuk mengatakan bahwa malam ini aku
menginap di rumahmu," kata Bob selanjutnya. �Kata Mr. Jeeters kau bisa saja minta
izin pada paman dan bibimu untuk menginap di tempatku, lalu pergi
tanpa menimbulkan kecurigaan. Katanya jika kau tidak datang membawakan pesan-pesan
itu, tanpa mengatakan apa-apa pada orang lain, karni �yah, kami pasti akan
merasakan akibatnya. Tapi ia bersumpah jika kau membawa pesan-pesan itu, kita semua
akan segera dibebaskan, begitu apa yang dicari sudah mereka peroleh. Bagaimana,
Jupe? Menurutmu, apakah kau akan melakukan seperti yang mereka minta? Mungkin lebih
baik kauhubungi polisi lalu -"
Bob tidak melanjutkan kata-katanya. Lewat sambungan telepon terdengar bunyi
tamparan, diiringi napas tersentak. Setelah itu terdengar suara Mr. Jeeters.
�Sudah kaudengar kawanmu tadi,� kata itu. �Jika kau ingin melihatnya lagi tanpa
kekurangan suatu apa pun � seperti jari atau telinga misalnya � kaulakukan apa yang
kukatakan sekarang ini. Setengah jam lagi kau sudah menunggu di depan tempat
barang-barang bekas itu dengan membawa semua kertas yang berisi pesan. Akan
kukirimkan mobil untuk menjemputmu di situ. Tapi jangan bilang siapa-siapa �
mengerti?? Kalau itu kauturuti, kau
akan selamat pada akhirnya nanti�
�Baiklah, Mr. Jeeters,� kata Jupiter. �Aku akan mematuhi perintah. Aku akan sudah
siap untuk dijemput, setengah jam lagi.�
�Awas kalau tidak!� geram Mr. Jeeters. Jupiter termenung setelah itu. Ia menimbang-
nimbang. Sesaat timbul niatnya untuk menelepon Pete. Tapi tidak jadi, karena
menurut pertimbangannya Pete tidak usah dilibatkan tanpa perlu. Jupiter memperoleh
kesan bahwa orang yang meneleponnya tadi tidak main-main. Jika pesan-pesan sudah
ada padanya lalu dengannya ia berhasil menemukan barang misterius yang dicari-cari,
memang tidak ada alasan baginya untuk tidak membebaskan mereka.
Jupiter memasukkan kedua kertas berisi pesan yang sudah berhasil diuraikan serta
sepotong lagi yang robek dan belum diketahui isinya ke kantung kemejanya. Lalu
sebelum meninggalkan tempat itu lewat Lorong Dua, dituliskannya pesan yang
berbunyi, �Cari kami di kamar tempat kumpulan jam� di secarik kertas yang
diletakkannya di atas meja. Pesan itu � yah, untuk berjaga-jaga saja, karena ia
yakin bahwa teka-teki yang sedang dihadapi pasti berkisar sekitar kamar jam itu.
Ia merangkak keluar lewat Lorong Dua, lalu melanjutkan langkah menuju Gerbang Hijau
Satu. Ketika ia sampai di situ tahu-tahu ada bayangan gelap muncul dari timbunan
barang bekas serta menyelinap ke arahnya. Jupiter cepat sekali daya reaksinya. Ia
melompat ke papan Gerbang Hijau Satu. Maksudnya hendak menerobos ke luar. Tapi
ternyata ia masih kalah cepat. Dadanya didekap lengan yang kekar, sementara
mulutnya disekap sehingga ia nyaris tidak bisa bernapas. Didengarnya suara berbisik
dengan nada mengejek dekat telinganya,
�Nah � berjumpa lagi kita sekarang. Dan kali ini aku yang mengatur permainan.�
Suara itu berlogat Prancis, walau tidak begitu kentara. Jupiter langsung
mengenalinya. Orang itu Hugenay, pencuri lukisan kelas kakap! Trio Detektif, sudah
pernah berurusan dengan orang Eropa yang perlente dan cerdik itu. Takkan mungkin
Jupiter bisa lupa padanya! Ia masih tetap agak merasa seram apabila teringat pada
pekuburan tua berselimut kabut, di mana ia bersama Pete jatuh ke tangan orang itu.
Jupiter bergidik.
�Rupanya kau memang masih ingat padaku,� bisik Hugenay. �Jadi kautahu bahwa aku
tidak bisa dipermainkan. Kau akan kulepaskan sekarang � lalu kita berbicara
sebentar! Tapi jangan berbuat yang aneh-aneh! Aku tidak suka mengancam. Tapi jika
kau mencoba berteriak, aku akan terpaksa � membungkammu!�
Dalam keadaan disekap begitu, Jupiter memaksa diri mengangguk. Hugenay kelihatannya
puas atas jawaban itu. Dilepaskannya tangannya yang menyekap mulut Jupiter yang
berusaha menoleh. Nampak wajah laki-laki yang masih mendekapnya, diterangi sinar
lampu yang remang-remang di situ. Hugenay tersenyum tipis.
�Kau nampaknya heran melihat aku lagi." kata orang Prancis itu dengan suara lirih.
�Padahal seharusnya kau tahu, jika ada urusan menyangkut lukisan curian bernilai
setengah juta dollar. Hugenay pasti akan muncul,�
�Lukisan curian?� tanya Jupiter heran. �Jadi itukah yang ramai dicari-cari oleh
berbagai pihak selama ini?�
�Kau tidak tahu?� Sekarang Hugenay yang kelihatan tercengang. "Lima lukisan
berharga yang nilai keseluruhannya sekitar setengah juta dollar lenyap sejak dicuri
lebih dari dua tahun yang lalu � itulah yang kukejar saat ini. Kau pasti tahu pula,
karena kalau tidak untuk apa ikut-ikut sibuk?"
�Kami sedang menyelidiki misteri sebuah weker yang bisa menjerit,� kata Jupiter.
"Pengusutan yang kami lakukan menghasilkan beberapa petunjuk yang menyebabkan
timbul dugaan bahwa ada sesuatu barang berharga yang disembunyikan. Tapi aku tidak
tahu barang apa."
"0 ya, weker itu,� kata Hugenay. �Aku juga bertanya-tanya mengenainya. Aku sudah
membongkarnya."
�Jadi Anda rupanya yang mencurinya?� tanya Jupiter. �Anda yang mengejar Bob dan
Harry kemarin?�
�Betul,� kata Hugenay. �Aku juga menyuruh orang membuntutimu, tapi dasar goblok �
mereka kemudian kehilangan jejak. Aku mengambil weker itu ketika petugas polisi itu
dengan baiknya menggiring kawan-kawanmu masuk ke kantor polisi, dan mereka
meninggalkan barang itu dalam mobil yang diparkir di luar, Aku sudah membongkarnya
untuk mencari-cari petunjuk yang mungkin saja tersembunyi atau diukirkan di
dalamnya. Tapi sia-sia saja� aku sama sekali tidak menemukan apa-apa. Jadi sekarang
aku perlu sekali mengetahui apa isi pesan-pesan yang berhasil diperoleh kelompokmu
yang pintar itu�
�Untuk apa aku mengatakannya?" kata Jupiter yang sementara itu sudah pulih
ketabahannya. �Jika aku sekarang menjerit, dengan segera Hans dan Konrad sudah akan
ada di sini dan Anda akan habis dihajar keduanya.�
Hugenay terkekeh pelan.
�Aku senang pada anak yang berani.� katanya. �Tapi jangan sampai nekat. Aku tidak
sendiri, dan � Tapi untuk apa mengancam? Aku menawarkan imbalan bagi kesediaanmu
bekerja sama. Bantu aku, nanti kau akan kutolong.�
�Menolongku dengan cara bagaimana?�
�Pemuda bernama Harry yang kaujumpai di rumah Bert Clock waktu itu � ayahnya saat
ini kan ada dalam penjara. Aku bisa membantumu membuktikan bahwa orang itu tidak
bersalah. Aku memperoleh lukisan-lukisan itu � sedang kau akan bisa membebaskan
orang yang tidak bersalah dari penjara. Masa kesempatan itu kau tolak?�
Jupiter berpikir dengan cepat. Kemudian ia mengangguk.
�Baiklah � jika Anda mau begitu. aku bersedia menolong. Tapi masih ada satu hal
lagi yang harus Anda lakukan.�
�Apa itu, Sahabat mudaku yang gemuk tapi pintar?"
Jupiter menceritakan apa yang terjadi terhadap diri Bob serta situasi yang dihadapi
saat itu, yaitu bahwa dalam waktu tak sampai setengah jam lagi ia akan dijemput
dengan mobil, lalu dibawa ke tempat di mana Bob dan Harry berada dalam kekuasaan
Mr. Jeeters beserta kawan-kawannya.
Hugenay mengumpat-umpat dalam bahasa Prancis.
"Tak kusangka manusia-manusia goblok itu akan beraksi begini cepat, tukasnya.
Rencanaku semula hendak menyambar lukisan-lukisan itu lalu pergi sebelum mereka
sempat berbuat apa-apa!�
�Jadi Anda tahu tentang mereka?� tanya Jupiter heran.
�Tentu saja. Aku tahu jauh lebih banyak dan yang bisa kauduga. Aku sudah dua minggu
ada di kota ini, mencari-cari petunjuk yang bisa dijadikan pegangan, Aku punya
�yah, katakanlah cara-cara khusus. Anggap saja sambungan telepon orang-orang itu
sudab kusadap sehingga segala pembicaraan nereka yang rahasia bisa kuketahui, Tapi
itu anggapanmu � aku sendiri tidak mengatakan itu benar atau tidak. Namun sekarang
rupanya ada perubahan dalam rencana mereka. Kita harus menggagalkan rencana itu.
�Ya, aku akan menolongmu menyelamatkan kawan-kawanmu, lalu kita mencari lukisan-
lukisan itu sampai ketemu, dan besok malam � kira-kira saat seperti ini � aku akan
sudah jauh dari sini. Sekarang kau harus mulai dengan mematuhi instruksi rnereka.
Pada saatnya nanti kau harus ada di luar, menunggu jemputan. Kau nanti ikut dengan
mobil itu, sedang aku akan membuntuti dengan sembunyi-sembunyi bersama orang-
orangku. Selebihnya serahkan saja padaku. Makin sedikit yang kauketahui, makin
baik,�
Jupiter sadar bahwa tidak ada pilihan lain kecuali mempercayai Hugenay. Ia
menyelinap ke luar lewat Gerbang Hijau Satu lalu pulang ke rumah. Saat itu ia agak
menyesali diri. Kenapa waktu itu aku ingin mengusut weker sialan yang bisa
menjerit, sesalnya dalam hati. Tapi apa boleh buat, penyesalan itu sudah terlambat.
Lagi pula ia tahu bahwa Hugenay cerdik serta banyak akalnya. Ia yakin orang Prancis
itu pasti akan bisa mengakali Mr. Jeeters serta kedua temannya, Jerry dan Carlos.
Jupiter masuk ke rurnah di mana paman dan bibinya masih menonton televisi.
Dikatakannya pada mereka bahwa Bob baru saja menelepon karena ada sesuatu yang
perlu dibicarakan. Paman dan bibinya langsung mengizinkannya menginap di rumah Bob.
Setelah itu Jupiter naik ke tingkat atas masuk ke kamarnya. Dipakainya jaket yang
hangat, sementara kertas-kertas pesan yang semula ada di kantung kemeja
dipindahkannya ke kantung jaket sebelah dalam.
Setelah itu ia turun lagi. Sesudah meminta permisi serta mengucapkan selamat tidur
pada Paman Titus serta Bibi Mathilda, ia pergi ke luar lalu berdiri di depan pintu
gerbang muka kompleks tempat jual-beli barang-barang bekas.
Hugenay sudah menunggunya di situ. Orang itu datang menghampiri. Sambil memegang
bahu Jupiter ia berkata dengan bersungguh-sungguh,
"lngat, ya � sekarang kita bekerja bahu membahu," katanya. "Pertama-tama kita
harus membebaskan Bob dan Harry dulu. Apabila mobil yang menjemputmu nanti datang,
kau harus langsung naik. Jangan tunjukkan gelagat bahwa kau tahu aku membuntuti
dari belakang. Tapi jika mereka kemudian kelihatannya agak curiga, terserah pada
kepintaranmu untuk mengatasi problem itu. Sekarang kau akan kutinggalkan sendiri�
Laki-laki Prancis itu menghilang dalam gelap. Jupiter tidak bisa melihat, apakah
ada mobil menunggu dekat situ atau tidak. Mungkin Hugenay menyuruh kendaraan itu
bersembunyi di ujung seberang dan kompleks itu. Jupiter menunggu jemputan. Ia agak
menggigil sedikit. Daerah yang letaknya sedikit di luar kota itu sepi sekali. Dan
gelap.
Tahu-tahu nampak sinar lampu membelah kegelapan. Sebuah mobil truk kecil yang
tertutup rapat bergerak dengan pelan menyusur jalan. Sesaat sosok tubuh Jupiter
diterangi sinar lampunya. Truk itu berhenti. Pintu terbuka dan laki-laki bertubuh
kecil yang bernama Jerry menjulurkan tubuhnya ke luar.
�Cepat naik!" sergahnya dengan suara serak. �Dan jangan macam-macam � demi
keselamatan dirimu sendiri serta kedua temanmu!"
�Kau juga!" bentaknya. �Kau � he! Apa yang kaulakukan itu? Bau apa ini. yang
terbakar?"
�Ia membakar pesan-pesan itu!� seru Jupiter. Obor pengelas masih menyemburkan nyala
api kecil, dan Mr. Jeeters ternyata menggunakannya untuk membakar kertas-kertas
pesan yang langsung hangus menjadi abu.
�Sekarang uraikanlah teka-teki itu kalau masih bisa,� ejek Mr. Jeeters dengan sikap
puas.
�Kedua pesan pertama masih bisa kuingat� kata Jupiter. "Tapi jika kertas dengan
angka-angka ikut terbakar, aku tidak melihat kemungkinan akan bisa mengetahui apa
yang hendak dikatakan oleh Mr. Clock�
�Putar saja otakmu sekarang, sampai pusing,� kata Mr. Jeeters sambil tertawa. ia
berpaling, menatap Carlos dan Jerry.
�Tolol!� desisnya. �Kalian katakan tadi, kalian berhasil melenyapkan jejak Si
Gendut ini ternyata menghubungi polisi, dan kalian membiarkan mereka membuntuti
kalian sampai kemari
�Tapi aku sama sekali tidak menghubungi polisi!� kata Jupiter dengan cepat. Ia pun
ikut tercengang menghadapi perkembangan baru itu.
�Awasi mereka terus, Joe,� kata polisi yang pertama. Kemudian ia melangkah ke pintu
garasi dan membukanya. Seorang laki-laki berpotongan perlente masuk. Pintu garasi
ditutup kembali. Orang yang baru masuk itu berdiri sambil tersenyum ke arah
kelompok yang ada dihadapannya.
�Well, well,�: katanya. �Bagus! Situasi di sini kelihatannya beres sepenuhnya.�
Jupiter terbeliak.
�Mr. Hugenay!� ucapnya kaget.
Jupiter agak jengkel terhadap dirinya sendiri, karena tidak menduga bahwa cermin
besar itu bisa dipakai sebagai tempat penyembunyian beberapa lukisan berukuran
kecil. Tapi Bob dan Pete mengatakan bahwa ia telah berhasil dengan gemilang dalam
tahap-tahap penyelidikan yang selebihnya, sehingga bisa saja dimaafkan kalau ia
tidak menyadari hal yang paling menentukan.
Ketika Jupiter untuk pertama kalinya memperdengarkan rekaman jeritan, ia melihat
kaca cermin besar bergetar sedikit. Ia langsung menyadari apa yang seharusnya
terjadi saat itu. Dengan jalan menyaringkan suara sampai sekeras-kerasnya, ia
kemudian berhasil memecahkan kaca dengan cara yang cukup dramatik untuk memuaskan
seleranya.
Kini masih ada satu pertanyaan lagi yang perlu dijawab. Apa sebabnya Bert Clock
mengirimkan pesan-pesan anehnya pada tiga orang teman serta weker yang menjerit
pada Rex King � dan bukan pada polisi?
Mr. King sendiri yang memberikan penjelasan mengenainya, yang menurutku merupakan
jawaban yang sebenarnya.
Di sini aku mengutip kata-kata Rex King.
�Bert Clock tahu bahwa aku sedang dirundung kesialan, dan bahwa sejak lama aku
menganggur. Di Hollywood sini publisitas besar sekali artinya. Aku memerlukan
sesuatu yang bisa membuat namaku disebut-sebut lagi dalam surat kabar, supaya
produser film dan televisi yang membacanya akan teringat lagi pada diriku.
Ia lantas mengatur siasat dalam mana aku direncanakannya akan menemukan lukisan-
lukisan yang hilang dengan cara yang sangat dramatik. Menurut perhitungannya
kejadian itu pasti akan menjadi berita besar dalam berbagai surat kabar. Dan
andaikan aku tidak terkapar di rumah sakit ketika weker itu datang, dengan mudah
aku bisa menghubungi kawan-kawan yang dititipi pesan-pesan serta menguraikan teka-
tekinya, lalu mengajak sejumlah wartawan dan detektif untuk menjadi saksi saat aku
menemukan lukisan-lukisan itu. Kejadian itu pasti akan merupakan berita yang
menggemparkan, dan aku akan memperoleh publisitas besar-besaran.
Bert memang sahabat yang baik � walau ia itu pencuri � dan tindakannya yang
terakhir sebelum mati adalah berusaha menolongku. Karenanya aku tidak bisa
menganggapnya jahat. Aku hanya menyesal bahwa semuanya tidak berjalan seperti yang
direncanakan olehnya, sebab publisitas itu berguna sekali bagiku.�
Kalian pasti senang mendengar bahwa berita-berita dalam surat kabar mengenai
kejadian ini ternyata juga menyebut nama Mr. King. yang karenanya kemudian
memperoleh sejumlah tugas baru.
Sedang tentang Trio Detektif, kasus ini telah mereka nyatakan selesai. Dan kini
mereka sedang mencari-cari kasus baru. Entah apa lagi yang akan mereka hadapi
sekarang.
Alfred Hitchcock