Anda di halaman 1dari 57

�Tolong, Jupe!


Itu suara Bob, yang terdengar lewat telepon. Remaja itu sungguh-sungguh berada
dalam situasi gawat. Ia disandera komplotan penjahat yang tak mengenal belas
kasihan.
Bukan baru sekali ini Trio Detektif terjerumus ke dalam bahaya. Kadang-kadang
mereka bisa menyelamatkan diri dengan jalan membeberkan informasi. Dan tepat itulah
yang kini dituntut para penjahat yang menyandera Bob. Penjahat-penjahat itu yakin
sekali bahwa Trio Detektif mengetahui tempat suatu barang berharga disembunyikan.
Padahal kenyataannya tidak begitu !
Bagaimana akal Jupiter agar bisa nenyelamatkan Bob ? Jupiter tidak pantas menjadi
Penyelidik Pertama tiga sekawan detektif remaja itu, jika ia tidak berhasil
menemukan jalan !
Penerbit PT Gramedia
JI. Palmerah Selatan 22 Lt. IV
Jakarta Pusat
MISTERI JERITAN JAM
Scanned and Created Ebook by: syauqy_arr@yahoo.co.id
WEB. http//hanaoiki.wordpress.com
Convert to other format dan edited by Farid ZE
Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu

Alfred Hitchcock
Trio Detektif
MISTERI JERITAN JAM
ilustrasi oleh
Harry Kane
Penerbit PT Gramedia Jakarta 1964
The Mysteri of The Screaming Clock
by Alfred Hitchcock
Copyright � 1968 by Random House, Inc.
Based upon characters created by Robert Arthur
This translation published by arrangement with Random House, Inc.
Alt rights reserved
�MISTERI JER1TAN JAM�
Alihbahasa: Agus Setiadi
GM 84.051
Hak cipta terjemahan Indonesia
PT Gramedia, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Sampul digambar kembali oleh Nono S
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia, Jakarta 1984
Anggota IKAPI
Dicetak oleh
Percetakan PT Gramedia
Jakarta

Daftar Isi
Bab 1: Jeritan Jam
Bab 2: Jupiter Menemukan Petunjuk
Bab 3: Pengusutan
Bab 4: Melacak Jeritan
Bab 5: Kamar Jam
Bab 6: Misteri Bertambah
Bab 7: Perampasan
Bab 8: Siapakah yang Bernama Rex?
Bab 9: Lagi-lagi Misteri
Bab 10: Terlibat dalam Kesulitan
Bab 11: Gerald yang Satu Lagi
Bab 12: Pertanyaan... Tanpa Jawaban
Bab 13: Petunjuk-petunjuk Baru
Bab 14: Pesan dan Angka-angka Sandi
Bab 15: Bob dalam Kesulitan
Bab 16: Perjumpaan yang Tak Disangka-sangka
Bab 17: Di Tangan Lawan
Bab 18: Kembali ke Kamar Jam
Bab 19: Pencarian yang Sia-sia
Bab 20: Perkembangan Tak Terduga

Sepatah kata pendahuluan

Halo � apa kabar ? Kita berjumpa lagi dalam kisah petualangan baru, yang melibatkan
ketiga remaja teman-teman lama kita � Trio Detektif � dalam suatu misteri yang
benar-benar aneh. Sebuah weker yang menjerit membawa mereka ke dalam petualangan
yang serba misterius serta penuh ketegangan. Petunjuk-petunjuk yang diperoleh
bukannya memperjelas persoalan, melainkan malah semakin membingungkan !
Kata-kata di atas kutujukan pada sahabat-sahabatku yang sudah lama mengenal Trio
Detektif. Sedang bagi teman-teman baru, baiklah kutambahkan di sini bahwa mereka
itu masing-masing bernama Jupiter Jones, Bob Andrews, dan Pete Crenshaw. Ketiga
remaja itu anak Amerika yang bertempat tinggal di Rocky Beach, sebuah kota kecil di
daerah pesisir Samudra Pasifik, yang letaknya tidak jauh dan Hollywood, California.
Beberapa waktu yang lalu mereka membentuk perusahaan penyelidik swasta dengan nama
�Trio Detektif�. Mereka mempunyai markas berupa sebuah karavan bekas yang telah
diubah menjadi ruang perkantoran. Letaknya tersembunyi di tengah tumpukan barang-
barang bekas yang diperdagangkan, di Jones Salvage Yard. Perusahaan dagang barang-
barang usang itu milik Titus dan Mathilda Jones, paman dan bibi Jupiter. Apabila
tidak sedang beraksi selaku penyelidik, Jupiter beserta kedua temannya bekerja di
situ untuk mendapatkan uang saku.

Kurasa cukup sekian untuk kali ini, karena kudengar bunyi dengungan lembut sebuah
weker listrik. Awas! Alat penunjuk waktu itu sebentar lagi akan � ah baca saja
sendiri bagaimana lanjutannya!
Alfred Hitchcock

Bab 1 Jeritan Jam


Jam itu menjerit.
Bunyinya seperti wanita yang berteriak karena sangat ketakutan. Mulainya bernada
rendah. Tapi kemudian meninggi. Akhirnya melengking. Telinga Jupiter sampai sakit
karenanya. Remaja itu merinding. Suara itu benar-benar menimbulkan rasa ngeri.
Padahal jam itu biasa saja wujudnya Sebuah weker listrik model lama. Jupiter tadi
mencolokkan stekernya ke tempat sambungan listrik, karena ingin tahu apakah masih
jalan atau tidak. Tahu-tahu terdengar suara menjerit itu!
Jupiter menyambar kabel. Steker jam itu dicabutnya dari tempat sambungan listrik.
Seketika itu juga jeritan terhenti. Jupiter menghembuskan napas lega. Ia benar-
benar kaget tadi, mendengar bunyi weker yang mirip jeritan.
Di belakangnya terdengar langkah berlari-lari menghampiri. Sesaat kemudian Bob
Andrews dan Pete Crenshaw sudah berdiri di samping Jupiter, napas keduanya
tersengal-sengal. Mereka rupanya bergegas-gegas datang, meninggalkan pekerjaan
yang sedang dilakukan di pekarangan depan, tempat penjualbelian barang-barang bekas
yang merupakan usaha paman dan bibi Jupiter.
�Astaga � suara apa itu tadi?� tanya Bob.
�Kau yang berteriak, Jupe ?� Pete memperhatikan Jupiter dengan sikap cemas.
Jupiter menggeleng.
�Coba kalian dengarkan ini,� katanya. �Ada sesuatu yang agak aneh.�
Sambil berkata begitu dicolokkannya sekali lagi steker tadi ke tempat sambungan
listrik. Sekali lagi terdengar suara jeritan seram. Jupiter mencabut steker � dan
jeritan langsung terhenti.
�Wow!� kata Pete. �Itu yang kaumaksudkan dengan agak aneh? Jam menjerit � hanya
agak aneh katamu?�
�Aku ingin tahu, bagaimana komentarnya jika tahu-tahu jam ini memperoleh sayap lalu
terbang?� kata Bob sambil nyengir. �Mungkin baru saat itu ia menganggapnya cukup
aneh. Kalau untukku, jam yang menjerit anehnya sudah tidak tertolong lagi. Bisa
kubilang sudah hampir yang paling aneh di antara hal-hal aneh yang pernah kujumpai!

Jupiter tidak mempedulikan komentar-komentar kedua sahabatnye. Ia sibuk meneliti
jam yang berbunyi aneh itu. Ia membalik-balik benda itu.
�Ah!� katanya kemudian. Dan nada suaranya terdengar bahwa ia puas.
�Apanya yang �ah�?� tanya Pete.
�Tuas kecil yang menyebabkan weker ini berbunyi temyata berada pada posisi hidup,�
kata Jupiter. �Coba sekarang kuhidupkan lagi, sementara tuas kugeser ke posisi
mati.�
Steker dimasukkan lagi ke sambungan listrik. Jarum detik nampak bergerak, disertai
bunyi desuman lembut. Tapi cuma itu saja. Tidak ada bunyi lain.
�Kita lihat sekarang apa yang terjadi, jika tuas ini kugeser lagi ke posisi hidup.�
Jupiter melakukan apa yang dikatakan olehnya. Seketika itu juga terdengar jeritan
melengking. Jupiter cepat-cepat menggeser tuas kecil ke posisi mati.
�Nah, bagian pertama dari misteri sudah berhasil kita pecahkan. Weker ini berbunyi
dengan suara jeritan, dan bukan berdering seperti biasa.�
�Misteri?� tanya Pete heran. �Misteri mana yang sudah berhasil kita pecahkan bagian
pertamanya?�
�Maksud Jupe, weker yang menjerit kan merupakan misteri,� kata Bob berusaha
menjelaskan. �Dan ia sudah berhasil mengetahui, apa sebabnya bisa menjerit�
�Bukan apa sebabnya, tapi hanya kapan jeritan terdengar,� kata Jupiter membetulkan,
�Weker ini menjerit apabila tuas berada pada posisi hidup. Sedang apa sebabnya,
merupakan misteri yang menurut perasaanku pasti menarik untuk diselidiki.�
�Diselidiki? Apa maksudmu?� tanya Pete. �Bagaimana caranya menyelidiki jam? Kita
ajukan pertanyaan-pertanyaan gencar untuk menyudutkan, sempai akhirnya benda ini
mengaku?�
�Jam yang menjerit dan tidak berdering seperti umumnya, jelas merupakan hal yang
misterius,� jawab Jupiter. �Sedang semboyan kita � semboyan Trio Detektif ��
�Kita menyelidiki apa saja!� seru Pete dan Bob serempak.
�Baiklah,� kata Pete kemudian. �Jadi ini merupakan misteri. Tapi aku tetap ingin
tahu, bagaimana caranya mengusut jam.�
�Kita harus menyelidiki kenapa bunyinya dibuat menjerit, dan bukan berdering. Pasti
ada alasannya,� kata Jupiter menjelaskan. �Saat ini tidak ada urusan lain yang
harus kita selidiki. Jadi kuusulkan agar kita berlatih dengan mengadakan
penyelidikan terhadap jam yang menjerit ini.�
Pete mengerang.
�Masa segala-galanya harus kita selidiki,� keluhnya.
Tapi Bob kelihatannya langsung tertarik mendengar usul Jupiter.

�Dari mana kau akan mulai, Jupe?� tanyanya berminat.


Jupiter Jones mengambil kotak perkakasnya dan laci meja kerja yang ada di dekat
situ. Ketiga remaja itu berada di suatu bagian kompleks Jones Salvage Yard yang
merupakan bengkel Jupiter. Ia diizinkan oleh Paman Titus dan Bibi Mathilda bekerja
di situ. Di bengkel itu ia bersama kedua sahabatnya bisa bekerja dengan tenang,
terlindung di balik tumpukan barang bekas.
Pada satu sisi bengkel itu terdapat tumpukan tinggi berbagai jenis barang bekas.
Balok-balok besi, kayu, peti-peti, papan luncur yang berasal dan tempat anak-anak
bermain, dan masih banyak lagi. Semua diatur dengan seksama untuk menutupi sebuah
karavan kecil yang dijadikan Markas Trio Detektif. Ada beberapa jalan masuk rahasia
ke karavan itu, yang tidak mungkin bisa dilewati orang dewasa. Tapi saat itu mereka
tidak perlu masuk.
Jupiter mengambil obeng dan kotak perkakas, lalu membuka tutup jam yang sebelah
belakang. Setelab semua sekrupnya dilepas, tutup tadi digesernya pada kabel supaya
ia bisa melihat ke bagian dalam jam.
�Ah!� katanya. Dengan ujung obeng ditudingnya sesuatu yang rupanya merupakan
tambahan pada bagian dalam jam. Wujudnya berupa piringan sebesar mata uang dollar
Amerika. Tapi lebih tebal.
"Kurasa inilah mekanisme yang menimbulkan bunyi jeritan,� katanya. �Seseorang yang
tahu seluk-beluk mesin jam memasangnya di sini, menggantikan lonceng weker yang
biasa.�
�Tapi untuk apa?� tanya Bob.
�Itulah teka-teki yang kita hadapi. Jika kita ingin melakukan pengusutan
mengenainya. Pertama-tama kita harus mengetahui siapa yang memasang piringan ini di
sini.�
�Aku tak tahu bagaimana kita bisa melakukannya, kata Pete.
�Kau bilang begitu karena tidak berpikir dengan sikap penyelidik,� kata Jupiter.
�Sekarang coba kauperas otakmu sedikit. Katakan bagaimana kau akan memulai
pengusutan terhadap misteri ini�
�Yah� kata Pete agak ragu, �Kurasa pertama-tama aku akan menyelidiki dari mana jam
ini berasal.�
�Tepat. Dan bagaimana caramu menyelidikinya?�
�Weker ini sampai di sini sebagai barang bekas yang tidak dipakai lagi,� kata Pete.
�Jadi mestinya dibeli oleh Paman Titus. Mungkin pamanmu itu masih ingat di mana ia
membelinya.�

�Bukan ini saja yang dibeli Mr. Jones, melainkan bermacam-macam barang,� kata Bob
agak sangsi. �Mana mungkin ia bisa ingat satu-satu tempat asal barang beliannya.�
�Betul,� kata Jupiter. �Tapi pertimbangan Pete sudah benar. Pertama-tama kita
bertanya dulu pada Paman Titus, apakah Ia masih ingat di mana ia membeli weker ini.
Baru setengah jam yang lalu ia menyerahkannya padaku, dalam kotak yang berisi
macam-macam. Sekarang kita lihat saja dulu apa saja yang juga ada dalam kotak itu.�

Ia merogohkan tangannya ke dalam sebuah kotak kardus yang terletak di atas meja
kerjanya. Dikeluarkannya burung hantu yang sudah diawetkan. Bulu burung itu hampir
seluruhnya sudah rontok Kemudian muncul sebuah sikat pakaian yang sudab nyaris
gundul. Lalu menyusul lampu meja yang sudah rusak, bertangkai panjang yang dapat
digerak-gerakkan. Lalu sebuah jambangan bunga yang sumbing bibirnya, sepasang
penahan buku berbentuk kepala kuda, serta beberapa benda kecil lainnya. Hampir
semuanya berada dalam keadaan rusak. Semuanya barang bekas yang tak berharga. Atau
sebaliknya. sangat bernilai. Ini tergantung selera.

�Kelihatannya ada orang yang menyingkirkan barang-barang bekas� kata Jupiter sambil
meneliti benda-benda itu. �Semua dimasukkan ke dalam kotak ini, lalu dituang ke
tempat sampah. Oleh tukang sampah seluruh isi kotak kemudian dijual pada Paman
Titus- Paman boleh dibilang mau membeli apa saja, asal harganya cocok � dengan
memperhitungkan ketrampilan kita untuk membetulkan apa yang masih bisa dibetulkan,
untuk kemudian dijual lagi.�

�Sedollar pun tak mau kukeluarkan untuk membeli kesemuanya ini,� kata Pete.
�Kecuali weker itu, yang kelihatannya masih baik. Cuma bunyinya saja yang aneh.
Bayangkan, dibangunkan suara jeritan!�

�Hmm.� Jupiter merenung. �Katakanlah, kau ingin menakut-nakuti seseorang. Mungkin


bahkan sampai menyebabkan kematiannya. Lalu jam ini ditaruh di ruang tidur
menggantikan weker yang ada di situ. Lalu apabila weker ini menjerit sebagai ganti
deringan untuk membangunkan, korban mengalami serangan jantung karenanya. Itu kan
rencana pembunuhan yang sangat licin!�

�Astaga!� desah Bob: �Jadi menurutmu, itu kegunaan weker ini ?�


�Entahlah � aku tadi hanya menyebutkan salah satu kemungkinan,� jawab Jupiter.
�Sekarang kita tanyakan saja pada Paman Titus, mungkin ia masih ingat dari mana ia
memperoleh jam ini.�

Jupiter mendului keluar meninggalkan tempat kerja mereka itu, menuju pondok kecil
di pekarangan depan yang dipakai sebagai kantor. Hans dan Konrad, kedua pemuda
keturunan Jerman yang bekerja sebagai pembantu Paman Titus, nampak sedang sibuk
menyusun bahan-bahan bangunan yang masih bisa dipakai, membentuk tumpukan rapi.
Titus Jones, paman Jupiter yang bertubuh kecil dengan kumis besar melintang serta
sepasang mata cerah yang selalu bersinar jenaka, saat itu sedang memeriksa sejumlah
perabot bekas.
�Nah?� sapanya ketika melihat ketiga remaja itu datang menghampiri. �Jika kalian
ingin mendapat uang saku sedikit, ini ada beberapa mebel yang perlu diperbaiki dan
dicat.�

�Baikiah � kami akan mengerjakannya nanti, Paman,� kata Jupiter berjanji. �Saat ini
kami tertarik pada jam ini, yang kami temukan dalam kotak berisi barang-barang
bekas yang Paman serahkan padaku untuk diperiksa. Paman masih ingat, di mana Paman
memperolehnya?�

"Hmm.� Paman Titus mengerutkan kening. Ia berpikir sebentar, berusaha mengingat-


ingat. �Aku mendapatnya dari seseorang. Diberi begitu saja, tanpa perlu kubayar.
Kotak kardus itu ditambahkannya pada kumpulan mebel yang kubeli ini. Orang itu
pengumpul barang bekas, di jalan menuju Hollywood. Kerjanya mengambili barang-
barang bekas yang dfsingkirkan ke tempat pembuangan sampah. Barang yang temyata
masih ada harganya kemudian dijual. Banyak orang yang suka membuang barang bekas
yang sebetulnya masih berguna.�

�Paman tahu siapa nama orang itu?�

�Cuma nama depannya saja. Tom. Cuma itu saja. Tapi katanya pagi ini ia akan datang
kemari, mengantarkan barang-barang lagi. Kalau ia datang nanti, bisa kautanyakan
sendiri padanya.�

Saat itu sebuah mobil pick up tua masuk ke pekarangan. Seorang laki-laki berpakaian
montir, dengan bibir dan dagu ditumbuhi rambut yang sudah beberapa hari tak
dicukur, melompat turin dari kendaraan itu

�Nah � itu dia datang,� kata Mr. Jones. �Selamat pagi, Tom!�

�Selamat pagi, Titus,� kata orang yang baru datang itu. �Aku membawakan beberapa
mebel lagi untukmu. Bagus sekali. Masih bisa dibilang baru.�

�Maksudmu belum cukup tua � jadi belum bisa kaukatakan barang antik,� kata Titus
Jones terkekeh. �Begini sajalah! Tanpa memeriksa lagi, langsung saja kubayar
sepuluh dollar untuk semuanya.�

�Oke,� kata orang yang bemama Tom itu dengan segera. �Di sini saja kuturunkan?�
"Di sana saja, di belakang kantor. Tapi sebelumnya Jupiter ini masih ingin
menanyakan sesuatu padamu."
�Boleh saja. Bicaralah, nak.�
�Kami sedang mengusut asal sebuah kotak kardus berisi barang-barang bekas yang Anda
berikan pada Paman Titus� kata Jupiter. "Dalam kotak itu antara lain terdapat jam
ini. Mungkin saja Anda masih ingat�
�Jam?� Laki-laki tua itu terkekeh. �Berlusin-lusin jam tua yang kupungut saban
minggu. Kebanyakan di antaranya kemudian kubuang lagi karena sudah terlalu rusak.
Tidak� aku tidak ingat lagi.�
"Dalam kotak itu juga ada burung hantu yang diawetkan,� kata Bob menyertai
pembicaraan. �Kalau itu, mungkin Anda masih ingat�
�Burung hantu? Nanti dulu. Kalau itu -" Laki-laki tua itu berusaha mengingat-ingat.
�Aku ingat memungut kotak kardus yang di dalamnya ada burung hantu yang diawetkan.
Barang seperti itu tidak sering kupungut.Ya� betul, sekarang aku ingat lagi. Aku
mengambilnya dan sebuah rumah di� sebentar, sebentar� pasti aku akan ingat lagi.
Di...,, "
Tapi kemudian ia menggeleng. �Wah, sayang aku tidak ingat lagi. Habis, itu
sudah lebih dan dua minggu yang lewat. Sejak itu kutaruh saja dalam garasi, sampai
kemudian kuserahkan pada pamanmu bersama mebel tua yang dibelinya. Tidak, aku tidak
bisa ingat lagi dari mana asal kotak kardus itu."

Bab 2 Jupiter Menemukan Petunjuk


�Nah � itu satu pengusutan kita yang langsung macet sebelum bisa dimulai,� kata
Pete. �Karena kita tidak bisa mengusut asal weker itu, takkan mungkin kita bisa
mengetahui � cari apa lagi kau sekarang, Jupe?"
Saat itu mereka sudah kembali berada di bengkel. Pete berhenti bicara, karena
melihat Jupiter membalik-balik kotak kardus kosong yang semula antara lain
dijadikan tempat menaruh weker yang bisa menjerit, �Kotak begini kadang-kadang ada
tulisan alamatnya,� kata Jupiter.
�Menurutku, itu kotak biasa saja, yang dipakai untuk barang-barang belanja di di
pasar raya,� kata Bob.
�Ya, kau benar. Sama sekali tidak ada alamat tertulis di sini,� kata Jupiter.
�Kalau begitu,� kata Pete menyambung kalimatnya yang tadi, �seperti kataku tadi �
pengusutan kita sekali ini � ada apa, Bob?�
Pete melihat Bob memotong secarik kertas persegi empat yang melayang jatuh ke bawah
mesin cetak.
�Ini, kertas ini kulihat jatuh dari kotak kardus itu,� kata Bob pada Jupiter. �Ada
tulisannya.�
�Mungkin daftar belanja,� kata Pete. Tapi sambil berkata begitu dihampirinya Bob,
karena ingin tahu apa yang tertulis pada kertas itu. Ternyata beberapa kalimat
pendek yang ditulis dengan tinta. Jupiter membacakannya keras-keras.
Rex yang baik
Tanya Imogene.
Tanya Gerald
Tanya Martha.
Setelah itu bertindak! Bahkan kau pun akan heran melihat hasilnya.
�Astaga!� seru Bob heran. �Apa maknanya?�
Tanya Gerald! Tanya Imogene! Tanya Martha!� ulang Pete sambil mengeluh. �Siapa
mereka itu � dan apa yang harus ditanyakan pada mereka? Lagi pula, untuk apa?�
"Kurasa, ini semua merupakan bagian dari misteri jam aneh itu,� kata Jupiter.
�Kenapa kau mengatakan begitu?� tanya Bob. �Itu kan cuma secarik kertas yang
terselip dalam kotak kardus itu. Bagaimana kita bisa mengetahui ada tidaknya
hubungan dengan jam itu?�
�Kurasa ada hubungannya,� jawab Jupiter. �Perhatikan saja kertas ini. Kan nampak
bekas digunting, sehingga berukuran tertentu. Kurang lebih lima kali sepuluh senti.
Sekarang perhatikan sisi belakangnya. Apa yang kalian lihat?"
�Kelihatannya seperti bekas lem yang sudah kering,� kata Bob sambil memperhatikan.
"Tepat� kata Jupiter. �Kertas ini mulanya direkatkan pada sesuatu benda. Kita
teliti jam itu lagi. Dasarnya cukup lebar untuk ditempeli kertas itu Lihatlah �
kalau kertas ini kutempelkan � pas sekali! Dasar ini terasa kasar. Menurut
kesimpulanku, ini pasti lem yang sudah kering. Jadi jawabannya sederhana saja.
Kertas ini mulanya direkatkan pada dasar jam yang bisa menjerit ini. Tapi kemudian
terlepas � mungkin karena tergeser kian kemari.�
"Tapi untuk apa pesan segila itu direkatkan ke dasar jam?" tanya Pete ingin tahu.
�Aku sama sekali tidak mengerti�
�Misteri yang tidak misterius, bukan misteri namanya,� kata Jupiter.
�Ya, itu aku juga tahu," kata Pete sebal �Yah, sekarang misteri sudah menjadi lipat
dua, sedang kita kembali pada pangkal persoalan. Kita masih tetap belum bisa
mengusut asal-usul jam ini dan � apa lagi yang kaubuat itu, Jupe?�
�Aku mengorek sisa-sisa lem yang melekat pada dasar jam. Kelihatannya ada sesuatu
di bawahnya. Nampaknya seperti tulisan yang terukir. Tapi kecil sekali, sehingga
tidak bisa dibaca dengan mudah. Lagi pula ada lem yang menutupi. Yuk, kita masuk
saja ke markas, lalu menelitinya dengan kaca pembesar.�
Sambil bicara Jupiter melangkah ke belakang mesin cetak. Kisi-kisi besi yang
kelihatannya seperti kebetulan saja tersandar di situ digesernya ke samping. Kini
nampak ujung sebuah pipa besar yang terbuat dari pelat besi berombak. Ketiga remaja
itu satu demi satu memasuki pipa yang panjangnya sekitar sepuluh meter dan yang
pinggirnya dilapisi selimut-selimut tua supaya lutut tidak sakit apabila terbentur.
Itulah jalan rahasia untuk masuk ke markas, yang dinamakan Lorong Dua. Sebagian
dari pipa itu menyuruk masuk ke dalam tanah. Melewati jalan rahasia itu, akhirnya
mereka sampai tepat di bawah trailer tua yang dijadikan markas.

Jupiter mendorong tingkap yang ada di lantai trailer ke atas. Ketiga remaja itu
menyusup ke atas lewat lubang yang terbuka, masuk ke ruang kantor markas yang
sempit. Kantor itu diperlengkapi dengan sebuah meja, satu lemari kecil tempat
menyimpan catatan, sebuah mesin tik, sebuah alat perekam dan sebuah telepon.
Jupiter menyalakan lampu yang terpasang di langit-langit lalu mengambil kaca
pembesar dari laci meja. Dengan alat itu ditelitinya dasar jam weker. Sambil
mengangguk disodorkannya barang itu pada Bob.
Bob ikut meneliti dengan kaca pembesar. Dilihatnya nama seseorang terukir dengan
huruf-huruf yang kecil sekali pada dasar jam. A. Felix.
�Apa artinya?� tanya Bob.
�Kurasa bisa kujelaskan sebentar lagi,� jawab Jupiter. �Pete, tolong ambilkan buku
telepon. Yang berisi iklan baris.�
Pete menyodorkan buku telepon yang diminta. Jupiter membalik-balik halaman selama
beberapa saat. Kemudian ia berseru dengan gembira.

"Lihat ini!�
Di bawah kelompok TUKANG JAM ada sebuah ikian pendek
A. Felix � Tukang Jam � Pekerjaan luar biasa merupakan keistimewaan kami.
Kalimat itu disusul oleh alamat yang terletak di Hollywood, lengkap dengan nomor
telepon.
"Tukang jam,� kata Jupiter menjelaskan pada kedua temannya, �Sering mengukirkan
nomor kode tertentu pada arloji atau jam yang mereka betulkan. Gunanya agar bisa
langsung mengenali apabila alat penunjuk waktu itu datang lagi lain kali. Mereka
pun kadang-kadang mengukirkan nama mereka, yaitu pada hasil pekerjaan yang mereka
banggakan. Kurasa kita sudah berhasil mengusut siapa yang membuat jam ini bisa
menjerit. ltu langkah pertama penyelidikan kita. Langkah berikut, kita tanyakan
pada Mr. Felix siapa yang memberi tugas padanya.�

Bab 3 Pengusutan
Toko A. Felix � Tukang Jam temyata cuma kecil saja. Letaknya di suatu jalan sempit
di samping Hollywood Boulevard, jalan raya yang termasyhur di kota film itu.
"Kita parkir di sini saja, Worthington,� kata Jupiter pada supir Rolls-Royce yang
mengantar mereka ke situ dari Rocky Beach. Jupiter memenangkan hak memakai mobil
mewah itu lengkap dengan supirnya yang dari lnggris beberapa waktu yang lalu, dalam
sayembara yang diadakan oleh sebuah perusahaan penyewaan mobil, Rent-�n-Ride Auto
Agency. Tapi kemudian hak penggunaan itu habis. Untung saja ada August August
seorang anak lnggris yang ditolong oleh Trio Detektif sehingga berhasil menemukan
harta warisan yang sangat berharga. Dan berkat bantuan teman baru itu, hak mereka
untuk menggunakan mobil mentereng itu beserta pengemudinya bisa diperpanjang lagi.
"Very good, Master Jupiter,� kata supir bangsa Inggris itu dengan sikap anggun. Ia
biasa bergaul dengan kaum bangsawan di negerinya, sehingga sikapnya pun mirip
mereka. Jupiter dan kedua temannya pada mulanya tidak biasa menghadapi tingkah laku
yang begitu berbasa-basi. Maklumlah, kaum remaja Amerika lebih cenderung bersikap
seadanya saja. Tapi lama-lama mereka biasa juga disapa dengan sebutan Master, yang
berarti �Tuan muda�
Worthington memarkir mobil mewah itu, lalu ketiga remaja penumpangnya turun. Mereka
menghampiri jendela toko yang sempit dan berdebu. Pada kaca jendela itu tertulis,
A. Felix � Tukang Jam dengan cat emas yang sudah terkelupas di sana-sini. Mereka
mengintip ke dalam. Di balik kaca nampak berbagai jenis jam berjejalan: besar-
kecil, baru dan antik. Ada yang biasa-biasa saja bentuknya dan ada pula yang penuh
hiasan meriah, dengan burung-burung dan bunga. Sementara mereka masih memandang ke
dalam, pintu sebuah jam tinggi yang terbuat dari kayu terbuka. Dari dalamnya muncul
sebuah boneka peniup terompet. Boneka itu melangkah seperti orang berbaris.
Kemudian mengambil sikap tegak, mengangkat terompet. lalu meniupnya beberapa kali
untuk memberi tahu pukul berapa saat itu.
�Lucu,� kata Pete mengomentari. �Aku lebih suka diberi tahu dengan terompet,
dibandingkan dengan jeritan.�
�Yuk, kita masuk,� ajak Jupiter. �Mungkin Mr. Felix bisa memberi keterangan lebih
lanjut�
Begitu pintu toko didorong, ketiga remaja itu bingung sejenak. Ruangan sempit itu
seperti penuh dengan bunyi dengung nyaring. Seakan-akan ada sejuta lebah di tempat
itu, kemudian mereka sadar bahwa bunyi itu berasal dan kumpulan jam yang ada di
situ. Mungkin seratus atau bahkan lebih � semuanya berdetik dan berdetak serempak.
Seorang laki-laki tua bertubuh kecil datang menghampiri mereka, menyusur gang yang
penuh dengan jam. Mata orang itu bersinar-sinar di bawah alis tebal yang sudah
putih. Ia memakai celemek dari kulit.
�Kalian menginginkan jam yang istimewa barangkali?� kata Mr. Felix � karena memang
dialah tukang jam yang bemama demikian. Nada suaranya ramah. �Atau mungkin hendak
membetulkan arloji rusak?�
�Tidak, Sir,� kata Jupiter dengan sopan. �Kami cuma ingin meminta keterangan
sedikit tentang jam ini� Sambil berkata begitu. dibukanya tas yang dibawa lalu
dikeluarkannya jam yang bisa menjerit.
Mr. Felix meneliti jam itu sesaat
�Jam weker listrik, model yang sudah agak tua,� katanya sambil meneliti. �Tidak
begitu berharga. Menurutku, biaya reparasinya lebih mahal daripada harga bendanya
sendiri.�
�Jam itu tidak perlu dibetulkan,� kata Jupiter. �Coba saja Anda sambungkan
stekernya ke stop-kontak�
Sambil mengangkat bahu, laki-laki wa itu menuruti permintaan Jupiter.
"Sekarang geser tuas untuk mengaktifkan weker,� kata Jupiter lebih lanjut .
Hal itu dilakukan oleh Mr. Felix. Seketika itu juga suara jeritan menggema nyaring
dalam ruangan toko yang sempit. Laki-laki tua itu buru-buru menggeser kembali tuas
kecil yang terdapat di bagian belakang jam. Seketika itu juga jeritan tadi lenyap.
Mr. Felix mengangkat jam itu lalu mengamatinya dengan lebih teliti. Ia tersenyum.
"Ya, sekarang kuingat lagi jam ini,� katanya. Pekerjaannya waktu itu cukup rumit,
walau tidak lebih rumit dari lain-lainnya yang juga pernah kulakukan.�
�Jadi Anda yang membuat jam ini bisa menjerit? " kata Pete meminta penegasan.
"Betul � aku yang membuatnya. Hebat juga ya, tekniknya? Tapi tidak bisa kuceritakan
pada kalian siapa yang memberi tugas. Rahasia pelanggan selalu kujaga baik-baik�
"Memang betul,� kata Jupiter. �Tapi yang menjadi soal sekarang, jam ini ditemukan
terbuang dalam tumpukan barang bekas lainnya. Pemiliknya pasti membayar banyak pada
Anda untuk membuatnya bisa menjerit, jadi tak mungkin ia kemudian membuangnya �
kecuali apabila terjadi secara tak sengaja. Sekarang kami ingin mengembalikannya
pada orang itu.�
�Begitu.� kata Mr. Felix dengan sikap merenung.
�Kami mengharap akan mendapat hadiah untuk itu,� kata Bob menambahkan, supaya
kedengaran lebih meyakinkan.
Mr. Felix mengangguk �Ya, itu masuk akal. Memang, mestinya jam ini terbuang dengan
tidak sengaja, karena belum rusak. Kalau begitu kurasa aku bisa mengatakan apa yang
kuketahui. Nama orang yang memesan jam ini Clock�
�Clock?� seru Bob dan Pete serempak. Mereka merasa heran, karena nama itu dalam
bahasa lnggris berarti �Jam�.
�Betul, Clock. Orang itu mengatakan bahwa namanya begitu. A. Clock! Tentu saja aku
menganggap ia cuma bercanda saja, karena ia sudah beberapa kali kemari membawa jam
untuk dikerjakan.�
�Rasanya itu bukan namanya yang asli,� kata Jupiter menimbang-nimbang. �Tapi itu
tidak menjadi soal. Pokoknya jika Anda mau mengatakan di mana ia tinggal, kami bisa
saja pergi mendatanginya.�
�Sayangnya aku cuma tahu nomor teleponnya saja. Tapi kalian kan bisa menelepon
untuk menghubunginya.�
Laki-laki tua itu pergi ke balik meja pelayanan dan mengeluarkan sebuah buku
catatan berukuran besar dari rak. Ia membalik-balik halaman buku itu, lalu berhenti
pada suatu halaman tertentu,

�A. Clock.� katanya sambil membaca. �Nomor teleponnya ��


Disebutkannya nomor telepon orang itu, yang langsung dicatat oleh Bob dalam buku
catatannya.
"Masih ada keterangan lainnya lagi, Sir?" tanya Jupiter.
Mr. Felix menggelengkan kepala.
"Cuma itu saja,� katanya. �Mungkin bahkan dengan itu saja aku sudah terlalu banyak
membeberkan. Sekarang maaf, ya pekerjaanku masih banyak yang menunggu. Waktu sangat
berharga, dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Laki-laki tua itu masuk lagi ke tempat kerjanya. Jupiter meluruskan sikapnya,
seolah-olah hendak menyatakan kebulatan tekad.
"Lumayan juga kemajuan yang kita capai sampai sekarang," katanya. �kini kita
hubungi nomor yang diberikan Mr. Felix tadi. Ketika datang kemari, aku sempat
melihat bahwa di pojok jalan ada tempat menelepon.�
"Apa yang akan kaukatakan nanti?� tanya Pete sementara Jupiter memasuki bilik
telepon itu.
�Aku akan bersiasat agar bisa mendapatkan alamatnya," kata Jupiter.
Bob dan Pete ikut masuk ke dalam bilik telepon sempit itu, karena ingin mengikuti
pembicaraan. Penyelidik Pertama memasukkan mata uang ke celah, lalu memutar nomor
yang dicatat oleh Bob tadi. Setelah menunggu sesaat terdengar suara seorang wanita.

"Selamat siang,� kata Jupiter. Suaranya diberatkan, agar terdengar seperti orang
dewasa. Anak itu memang sangat berbakat di bidang akting, dan kadang-kadang bakat
itu dipergunakan olehnya. �Di sini perusahaan telepon. Kami hendak memeriksa
keluhan tentang sambungan rangkap.
�Sambungan rangkap? Saya tidak mengerti maksud Anda,� kata wanita yang menerima
telepon.
�Ada beberapa pelanggan di sektor kediaman Anda mengeluh sering salah sambung,�
kata Jupiter. �Saya ditugaskan mengecek alamat-alamat yang nomornya saya putar.
Dengan begitu bisa kami ketahui di mana letaknya kesalahan hubungan. Jadi kalau
saya boleh tahu alamat rumah ini?�
�Alamat rumah? Ini Franklin Street, nomor 309. Tapi saya masih belum, mengerti -"
Kalimat itu tidak selesai diucapkan, karena tiba-tiba terdengar suara orang
menjerit. Suara berat seorang laki-laki. Seolah-olah ada pria bertubuh besar yang
menjerit ketakutan. Ketiga remaja itu pasti sudah terlonjak mendengamya, apabila
saat itu mereka tidak sedang berdesak-desakan dalam bilik telepon yang sempit.
Apalagi terlonjak, bahkan bernapas dengan bebas pun sudah sulit di situ. Walau
demikian mereka masih saja kaget setengah mati.
Sedang hubungan telepon terputus.

Bab 4 Melacak Jeritan


�Mestinya inilah blok itu, Worthington,� kata Jupiter. �Sekarang kita jalan pelan-
pelan, sambil mencari alamat rumahnya.�
�Baik Master Jones,� kata pengemudi Rolls- Royce yang ditumpangi. Mobil mewah itu
dijalankan lambat-lambat, menyusuri Franklin Street. Jalan itu letaknya di kawasan
yang agak tua dan dulunya tergolong mentereng di kota itu. Rumah-rumah di situ
besar-besar, walau nampak agak kurang terawat.
�Itu dia!� seru Pete setelah beberapa saat mencari-cari.
Worthington menghentikan mobil ke pinggir. Jupiter mengajak kedua sahabatnya turun,
lalu berjalan menghampiri rumah yang dicari. Mereka memperhatikan bangunan itu
dengan penuh minat. Kerai pada jendela-jendelanya diturunkan semua. Rumah itu
menampakkan kesan tidak ditinggali lagi. Di depan pintu rumah ada dua jenjang.
Ketiga remaja itu naik lalu membunyikan bel.
Agak lama juga mereka menunggu tanpa terjadi apa-apa. Kemudian pintu berderik
terbuka. Seorang wanita berdiri di ambangnya. Ia belum begitu tua. Tapi
kelihatannya letih. Dan sama sekali tidak gembira.
�Maaf jika kami mengganggu, tapi kami ingin bertemu dengan Mr. Clock." kata
Jupiter.
�Mr. Clock?� Wanita itu kelihatannya heran. �Di sini tidak ada yang bernama
begitu.�
�Mungkin itu bukan namanya yang asli,� kata Jupiter menjelaskan, �tapi ia penggemar
jam. Dan ia tinggal di sini. Atau mungkin juga pernah.�
�Penggemar jam? Kalau begitu yang kaumaksudkan pasti Mr. Hadley. Tapi Mr. Hadley
sudah -"
�Jangan bilang apa-apa pada mereka!�
Seorang pemuda berambut hitam tiba-tiba muncul dan berdiri di depan wanita tadi.
Umur pemuda itu sekitar tujuh belas tahun. Ia menatap Trio Detektif dengan tampang
masam, �Jangan mau bicara dengan mereka, Bu!� tukasnya. "Tutup saja pintu. Urusan
apa mereka kemari lalu seenaknya saja bertanya-tanya?�
�Jangan begitu, Harry,� kata wanita tadi pada pemuda itu, yang rupanya anaknya.
�Itu tidak sopan. Mereka ini kelihatannya anak baik-baik. Mereka mencari Mr. Hadley
� setidak-tidaknya begitulah menurut dugaanku.�
�Mr. Hadley-kah yang tadi menjerit, beberapa menit yang lalu?� tanya Jupiter dengan
tiba-tiba.
Pemuda yang bernama Harry menatapnya dengan mata terbelalak.
�Ya, betul!� jawabnya dengan kasar. �Itu jeritannya sebelum mati. Sekarang cepat
pergi dan sini, karena kami masih harus menguburkan Mr. Hadley.�
Sehabis berkata begitu ditutupnya pintu dengan keras.
�Kalian dengar itu?� kata Pete. �Mereka baru saja membunuh orang dan kini hendak
menguburkan mayatnya!�
"Apakah tidak lebih baik jika kita panggil saja polisi?� kata Bob.
�Jangan panggil polisi dulu,� kata Jupiter. Sebelumnya kita masih perlu
mengumpulkan keterangan lebih banyak. Kita harus berusaha memasuki rumah ini.�
�Secara paksa maksudmu?� tanya Bob.
�Bukan � bukan dengan cara begitu,� jawab Jupiter sambil menggeleng. �Kita harus
membuat mereka tadi mengizinkan kita masuk,� Dengan suara pelan Jupiter mengatakan
bahwa ia melihat pemuda yang bernama Harry mengintip dan balik jendela di sebelah
pintu. �Akan kubunyikan bel sekali lagi.�
Jupiter menekan bel keras-keras. Seketika itu juga pintu rumah dibuka dan dalam.
�Ayo, pergi! Tadi kan sudah kukatakan,� bentak Harry. �kami tidak ingin diganggu?�
�Kami tidak bermaksud mengganggu,� kata Jupiter dengan cepat. �Kami ini sedang
mengusut suatu kejadian misterius. Untuk itu kami memerlukan bantuanmu. Nih � kartu
pengenal kami.� Dengan sigap dikeluarkannya selembar kartu nama dan kantungnya.
Harry menerimanya lalu menyimak tulisan yang tertera di situ.
TRIO DETEKTIF
�Kami Menyelidiki Apa Saja�
? ? ?
Penyelidik Satu � Jupiter Jones
Penyelidik Dua � Peter Crenshaw
Catatan dan Penelitian � Bob Andrews
�Apa arti ketiga tanda tanya ini?� kata Harry dengan nada mengejek �Anu ya �
artinya tidak tahu harus berbuat apa!?�
"Itu merupakan lambang pertanyaan yang tak terjawab, teka-teki yang tak
terpecahkan, misteri yang tak terjelaskan,� jawab Jupiter. �Semboyan kami yang ini
� 'Kami menyelidiki apa saja�. Saat ini kami sedang menyelidiki sebuah jam yang
sangat aneh. Ini dia barangnya.�
Jupiter menyodorkan jam weker yang dibawanya pada Harry. Pemuda itu kelihatannya
ingin tahu, karena ia meneliti alat penunjuk waktu itu.
�Apanya yang kaukatakan aneh?� tanya Harry kemudian.
�Bisa kutunjukkan, jika kami boleh mempergunakan sambungan listrik di dalam rumah
sebentar,� jawab Jupiter, Ia Iangsung melangkah masuk dengan sikap yakin bahwa
Harry pasti akan mengizinkan. Dan ternyata pemuda itu memang agak menepi, memberi
jalan. Jupiter bersama kedua temannya memasuki suatu serambi yang gelap dan sempit.
Di satu sisinya nampak tangga yang menuju ke tingkat atas. Sedang di sisi
seberangnya ada jam besar. Bunyi detiknya nyaring dalam ruangan sempit itu. Di
sampingnya terdapat sebuah meja dengan pesawat telepon di atasnya.
Bob dan Pete melirik ke sana kemari, mencari-cari tubuh Mr. Hadley yang mereka kira
pasti tergeletak di situ. Tapi tidak ada mayat di situ. Sementara itu Jupiter sudah
melihat stop kontak di samping jam.
"Di sini sajalah,� katanya sambil memasukkan steker jam weker yang dibawanya ke
sambungan listrik itu. �Dengar baik-baik, karena sekarang aku akan menggeser tuas
kecil ini!�
Sekali lagi weker itu memperdengarkan jeritannya. Bunyinya dalam serambi gelap itu
menyebabkan Pete dan Bob merinding karena seram.
�Nah.� kata Jupiter sambil mencabut steker, "bagaimana � bukankah ini barang
misterius yang pantas diselidiki asal-usulnya?"
"Tidak!� jawab Harry dengan kasar. �Siapa pun bisa membuat jam yang menjerit. Tidak
percaya? Bisa kubuktikan! Tunggu sebentar�
Sambil berkata begitu, ia meraih sisi belakang jam besar. Ternyata untuk menjangkau
kabel listrik. Kabel itu disambungkannya ke stop-kontak. Bulu tengkuk Jupiter serta
kedua temannya merinding ketika mendengar suara berat seorang laki-laki menjerit.
Jeritan itu meninggi lalu menjauh. Kedengarannya seperti jeritan seseorang yang
jatuh dari tebing yang tinggi.
Jam besar itu bisa menjerit! Rupanya jeritan itulah yang mereka dengar tadi lewat
telepon.
Wanita tadi muncul sambil bergegas-gegas dari salah satu kamar belakang.
�Aduh, Harry! Kenapa �� Ia tertegun ketika melihat Jupiter dan kedua temannya ada
di situ. �Oh,� kata wanita itu agak bingung. �Kaumasukkan mereka rupanya. Kenapa,
Harry? Mau apa mereka?"
�Mereka membawa weker yang bisa menjerit, Bu,� kata Hany sambil menarik kabel dari
stop-kontak �Aku belum pernah melihatnya. Tapi mestinya kepunyaan Mr. Hadley.�
Ia mengambil weker yang tadi diletakkan di atas meja, lalu menyodorkan benda itu
pada ibunya.
Wanita itu menggeleng.
�Aku juga belum pernah melihatnya,� katanya. �Kau pasti itu kepunyaan Mr. Hadley?�
�Pasti, Bu,� kata Harry. �Siapa lagi kecuali dia yang bisa membuat jam berteriak?�
�Ya. memang,� kata ibunya. �Tapi dari mana anak-anak ini memperolehnya?�
�Belum tahu.� kata Harry. Suaranya masih bernada marah. Tapi sudah agak lebih ramah
dibandingkan dengan suaranya tadi. �Mereka bertiga ini mengaku penyelidik! Dan
karena pada mereka ada jam yang pasti milik Mr. Hadley, aku lantas ingin tahu apa
sebetulnya yang mereka kehendaki.�
Harry membuka sebuah pintu. Ia menggamit ketiga remaja itu, menyuruh mereka masuk.
Ruangan yang dimasuki ternyata sebuah ruang perpustakaan. Ruangannya lapang. Pada
dinding-dindingnya yang berlapis kayu dipolitur tergantung sejumlah lukisan cat
minyak. Pada dinding yang berseberangan dengan pintu ada sebuah cermin besar.
Bayangan mereka yang baru mnasuk nampak di situ.
Perpustakaan itu berisi buku-buku yang teratur, rapi dalam rak-rak setinggi langit-
langit. Tapi perhatian Jupiter serta kedua temannya terarah pada jam-jam yang ada
di situ. Berlusin-lusin jumlahnya. Ada yang tegak di lantai seperti jam besar di
serambi depan tadi. Sedang yang lainnya ada yang di atas meja, dan ada pula yang
dipajang dalam rak. Semua nampak antik dan mahal. Mekanisme jam-jam itu rupanya
sudah diubah memakai tenaga listrik, karena sama sekali tak terdengar detak-detik
suara alat-alat penunjuk waktu itu. Hanya desuman lembut saja yang sampai ke
telinga.
�Kalian lihat jam-jam ini? Semuanya bisa menjerit,� kata Harry.

Bab 5 Kamar Jam


Suara jeritan menggema. Memenuhi ruangan lapang itu. Mulanya jeritan melengking
tinggi, seperti suara bayi yang ketakutan. Disusul suara teriakan marah seorang
laki-laki. Lalu digantikan raungan liar binatang buas. Itu jeritan macan tutul.
Setelah itu dari segala penjuru datang jeritan, lengkingan, teriakan, auman, dan
raungan binatang. Semuanya berbaur menimbulkan suara yang menegakkan bulu roma,
Jupiter dan kedua temannya duduk berdampingan di sofa. Rasanya belum pernah mereka
mendengar bunyi yang begitu menyeramkan seumur hidup mereka.
Harry duduk menghadapi sebuah meja. Tangannya bergerak kian kemari, sibuk
menggerakkan seperangkat tuas yang menyebabkan ruangan itu dipenuhi suara jerit dan
teriakan. Kini nyata bagi Trio Detektif, bahwa segala jam yang ada dalam ruangan
itu diperlengkapi dengan mekanisme untuk bisa mengeluarkan teriakan. Kemungkinannya
mekanisme yang dipakai mirip dengan yang ada pada weker. Harry membuat jam-jam itu
menjerit satu per satu dan semuanya serempak dengan kecekatan yang menunjukkan
bahwa ia sudah biasa melakukannya.
Pemuda itu memandang Trio Detektif sambil nyengir. Ia merasa senang melihat wajah
mereka yang tercengang. Akhirnya semua mekanisme dimatikan, dan ruangan itu hening
kembali seperti semula.
�Pasti kalian baru sekali ini mendengar seperti itu tadi,� katanya. �Sekarang
tentunya mengerti, apa sebabnya weker kalian sama sekali tidak membuat aku heran.
Aku sudah terbiasa mendengar jam yang menjerit�
�Apakah ruangan ini dibuat kedap suara?� tanya Jupiter. �Sebab kalau tidak, polisi
pasti datang sebentar lagi, karena dipanggil para tetangga yang merasa terganggu.�
�Tentu saja kedap suara,� kata Harry dengan sikap agak menyombong. �Ini kamar
jeritan Mr. Hadley. Saat malam hari dulu, ia suka duduk-duduk di sini sambil
membunyikan kumpulan jamnya. Ia mengajari aku tekniknya sebelum ia�� Harry tidak
menyelesaikan kalimat itu. �Pokoknya, aku diajari olehnya.�
�Apakah yang teijadi dengan Mr. Hadley kemudian?� tanya Jupiter.
�Tidak ada apa-apa yang terjadi dengannya. Kenapa harus terjadi apa-apa?" tukas
Harry.
�Kau tadi mengatakan, �sebelum ia �, tapi tidak kauteruskan. Kusangka kau hendak
mengatakan bahwa ia mengalami sesuatu.�
�Ia kemudian pergi dan sini. Cuma itu saja. Lagi pula, itu sama sekali bukan
urusanmu!�
�Kami mulai dengan pengusutan sebuah weker yang bisa menjerit,� kata Jupiter, �lalu
kini ternyata menjumpai sebuah ruangan penuh dengan jam yang semuanya menjerit!
Menurut dugaanku. Ini bukan misteri yang biasa-biasa saja! Untuk apa ada orang
mengutak-atik begini banyak jam sehingga bisa menjerit dengan suara manusia serta
binatang? Aku tidak melihat gunanya!�
"Aku setuju sekali,� kata Pete mengutarakan pendapatnya. �Belum pernah kudengar ada
hal seedan ini.�
�Itu merupakan kegemaran Mr. Hadley.� Harry kini mengambil sikap bertahan, �Dan
yang namanya kegemaran itu tidak perlu ada gunanya. Ia ingin mempunyai hobby yang
lain dan yang lain, dan karenanya lantas mengumpulkan jam yang menjerit. Kalau kau
� kegemaranmu apa?� Pertanyaan itu dilontarkannya pada Jupiter.
�Mengusut misteri � seperti yang sekarang ini,� jawab Jupiter.
�Kan sudah kukatakan, di sini sama sekali tidak ada misteri,� tukas Harry.
�Mungkin memang begitu � tapi yang jelas ada sesuatu yang mengganggu perasaanmu.
Kau bersikap seperti membenci setiap orang. Kenapa tidak kauceritakan saja
persoalan yang sedang kauhadapi? Mungkin kami bisa menolong.�
�Bagaimana mungkin kalian bisa menolong?� Harry sudah nampak marah lagi. �Maksudku,
tak ada yang menyebabkan perasaanku tidak enak � kecuali kalian bertiga! Kalianlah
yang menggangguku. Kenapa kalian tidak pergi saja. Jangan ganggu aku lagi!� Harry
lari ke pintu lalu membukanya.
�Keluar!� sergahnya. �Dan jangan kembali lagi, karena �� Harry tergagap. Pintu
depan rumah dibuka dari luar. Seorang laki-laki bertubuh besar melangkah masuk.
Orangnya tidak begitu jangkung, tapi bahunya lebar sekali. Orang itu memandang
Harry sebentar, lalu menatap Jupiter, Bob, dan Pete silih berganti. Tampangnya
masam.
�Ada apa ini?� tanya laki-laki itu pada Harry. �Kau mengajak kawan-kawanmu masuk
untuk bermain-main, berbuat berisik sehingga aku nanti terganggu? Kau kan tahu, aku
memerlukan ketenangan seratus persen.�
�Kami sama sekali tidak berisik, Mr. Jeeters,� jawab Harry dengan sikap cemberut.
�Lagi pula, bunyi dalam kamar ini tidak bisa didengar dari luar.�
Laki-laki bertubuh besar itu menatap Trio Detektif silih berganti, seakan hendak
mengingat-ingat tampang mereka bertiga.
�Aku nanti perlu bicara sedikit dengan ibumu� kata orang itu sambil menaiki tangga
menuju tingkat atas.
�Kenapa ia tidak suka jika kau mengajak orang masuk kemari?� tanya Bob bingung.
�Ini kan rumahmu sendiri?�
�Bukan, ini rumah Mr. Hadley,� kata Harry. �Ibuku pengurus rumah tangganya. Sejak
Mr. Hadley pergi, kami tinggal di sini. Tingkat atas disewakan Ibu pada Mr.
Jeeters, untuk memperoleh uang guna merawat rumah ini. Sekarang sebaiknya kalian
pergi saja � supaya tidak menambah kerepotan.
�Baiklah,� kata Jupiter. �Yuk. Bob, Pete. Terima kasih, Harry, untuk kebaikanmu
menunjukkan jam-jam lain yang bisa berteriak tadi.�
Jupiter melangkah ke luar, sambil mengambil weker yang tadi diletakkan di atas meja
dekat jam besar. Bersama kedua temannya ia kembali ke tempat Worthington memarkir
mobil.
"Tidak banyak yang kita capai dalam pengusutan ini,� kata Pete menggerutu sementara
mereka masuk ke mobil. �Menurutku, siapa pun berhak mengumpulkan jam yang bisa
menjerit, jika itu memang kegemarannya. Kurasa misterimu berakhir sampai di sini
saja, Jupe.�
�Ya. kurasa juga begitu," kata Jupiter sependapat. Ia mengarahkan kata-kata
selanjutnya pada Worthington. "Karena kita sudah ada di Hollywood, kita mampir
sebentar di World Studios tempat Mr. Hitchcock aku ingin minta kesempatan bertemu
dengan dia. Mungkin saja ia tertarik pada jam kita ini.
�Baik, Master Jupiter." kata Worthington sambil menghidupkan mobil.
"Tunggu sebentar,� seru Bob dengan tiba-tiba, karena melihat Harry berlari keluar
dan rumah dan mendatangi mereka. Pete membuka kaca jendela mobil. Harry menjulurkan
kepalanya ke dalam.
"Untung kalian belum pergi,� katanya dengan napas tersengal-sengal. "Tekadku sudah
bulat sekarang! Kalian kan penyelidik �jadi kurasa ada kemungkinan kalian bisa
menolongku. Ayahku saat ini mendekam di penjara karena dipersalahkan melakukan
sesuatu yang sama sekali tidak dibuatnya. Aku ingin minta tolong pada kalian untuk
membuktikan bahwa ia tidak bersalah."

Bab 6 Misteri Bertambah


�Masuk saja dulu dan ceritakan soalnya,� kata Jupiter sambil membukakan pintu.
�Setelah itu akan kita lihat, apakah kami bisa membantumu atau tidak.�
Kisah yang dituturkan Harry tidak panjang. Sekitar tiga tahun yang lalu ia ikut
ayah dan ibunya pindah tempat kediaman ke rumah Mr. Hadley. Orang itu tidak
menikah. Ibu Harry diminta bantuannya untuk mengatur urusan rumah tangga Mr.
Hadley, dengan imbalan hak menempati suatu apartemen kecil di belakang serta gaji
sekadarnya. Ayah Harry bekerja sebagai agen perusahaan asuransi jiwa. Saat itu
usahanya baru mulai dikembangkan.
Keadaan mereka di situ cukup lumayan. Tapi enam bulan yang lalu terjadi perampokan
di rumah seorang pengusaha di Beverly Hills yang letaknya tidak jauh dari situ.
Yang dicuri tiga lukisan modern yang sangat berharga. Diduga pencurinya masuk
dengan jalan menyusup lewat sebuah jendela yang sempit sekali. Atau lewat pintu
depan, dengan memakai kunci palsu. Sedang ketiga lukisan itu direnggutkan dari
bingkainya masing-masing.
Polisi mengetahuinya berdasarkan pengusutan yang dilakukan, bahwa Ralph Smith �
demikianlah nama ayah Harry�beberapa minggu sebelum peristiwa pencurian itu pernah
datang ke rumah itu, untuk menawarkan jasa asuransi jiwa pada pengusaha
bersangkutan. Pada kesempatan itu tentu saja ia melihat lukisan-lukisan yang
kemudian hilang dicuri. Tapi Ralph Smith mengatakan tidak tahu apa-apa tentang
seni, jadi tidak tahu bahwa ketiga lukisan itu sangat berharga.
Hanya berdasarkan alasan karena ia pernah masuk ke rumah yang kecurian itu, polisi
kemudian menggeledah tempat tinggal keluarga Smith. Dan temyata ketiga lukisan yang
hilang itu ditemukan terselip di bawah alas lantai dapur. Ayah Harry langsung
ditahan. Oleh pengadilan ia dianggap terbukti melakukan pencurian. Untuk itu ia
dijatuhi hukuman penjara lima tahun.
Itu terjadi tiga bulan yang lalu. Ayah Harry tetap berkeras mengatakan bahwa ia
tidak bersalah dan tidak tahu bagaimana lukisan-lukisan itu bisa sampai ada di
bawah alas lantai dapur tempat kediamannya. Tapi hakim tetap pada keputusan semula,

"Padahal ayahku benar-benar tidak bersalah!� kata Harry mengakhiri kisahnya.


�Ayahku bukan penjahat. Kalau ia yang mencuri, pasti aku serta ibuku tahu. Tapi
polisi kini malah beranggapan bahwa ialah yang sering melakukan pencurian benda-
benda seni di kota ini selama sepuluh tahun belakangan ini. Dugaan mereka hanya
karena ayahku agen asuransi yang malam-malam suka datang ke rumah orang."
�Jadi sekarang aku ingin menyewa kalian untuk membantuku membersihkan nama ayahku.
Tapi aku tidak bisa membayar banyak. Uangku di tabungan cuma ada lima belas dollar,
Tapi semuanya akan kuberikan pada kalian, apabila kalian bisa menolong ayahku.�
Jupiter terkejap-kejap matanya, memikirkan urusan itu. Sedang Bob dan Pete berlagak
tolol. Menurut mereka, polisi tak mungkin akan menyebabkan ayah Harry dihukum
apabila tidak memiliki bukti-bukti kuat.
�Kasus ini sulit sekali, Harry,� kata Jupiter kemudian. �Rasanya tidak banyak yang
bisa dijadikan pegangan.�
�Kalau soalnya gampang, untuk apa aku menyewa penyelidik!" Harry sudah mulai panas
lagi. �Kalian membawa-bawa kartu nama yang menyatakan bahwa kalian ini penyelidik.
Aku kepingin lihat buktinya. Lakukanlah pengusutan!�
Jupiter mencubiti bibir bawahnya. Hal itu selalu dilakukannya apabila sedang sibuk
berpikir.
�Baiklah paling sedikit kami nanti akan memikirkannya," katanya menerima permintaan
Harry. "Tapi jika bukan ayahmu yang mencuri, kenapa lukisan-lukisan itu tahu-tahu
ada di bawah alas lantai dapur tempat kediaman kalian?�
�Aku tidak tahu,� Harry berbicara dengan nada sedih. �Mr. Hadley dulu sering
kedatangan tamu. Mungkin salah satu dari mereka yang menyembunyikannya di situ.
Atau mungkin seseorang yang hendak membalas dendam terhadap ayahku karena salah
satu sebab. Bisa saja orang itu menyelinap masuk malam-malam, lalu sengaja
menyembunyikan lukisan-lukisan itu di suatu tempat yang tidak sukar diketahui.�
"Apakah kalian tidak biasa mengunci pintu sebelah belakang?� tanya Bob,
�Tentu saja dikunci,� jawab Harry. �Tapi rumah itu sudah tua. Pintunya bisa dibuka
dengan gampang. Kami tidak pernah merepotkannya karena tidak ada barang berharga di
tempat kami yang mungkin akan menarik untuk dicuri.�
�Hmmm.� Jupiter masih saja mencubiti bibir bawahnya. �Lukisan-lukisan itu
diselipkan ke bawah alas lantai dapur. Itu tempat yang paling gampang dicapai jika
yang melakukannya masuk lewat pintu belakang. Dengan mudah saja itu disembunyikan
di situ, lalu pergi lagi tanpa perlu masuk ke rumah.�
"Itu pertimbangan yang bagus sekali, Jupe,� kata Pete. �Pasti menang begitulah
kejadian sebenarnya.�
�Bagaimana jika Mr. Hadley yang mencuri lalu menyembunyikan lukisan-lukisan itu di
situ?� sela Bob.
�Apakah waktu itu polisi juga mencurigainya?" tanya Jupiter.
Harry menggeleng.
�Mr. Hadley tak mungkin akan melakukan perbuatan begitu,� katanya menjelaskan. �Ia
suka pada kami, kecuali itu ia ada di rumah ketika ketiga lukisan itu dicuri.�
�Kalau begitu memang tidak mungkin,� kata Jupiter sependapat. �Walau demikian aku
merasa agak aneh juga.�
�Apanya yang aneh?� tanya Bob.
�Kita kan mulanya mengusut sebuah jam aneh yang bisa berteriak. Kita berhasil
mengetahui bahwa pemiliknya dulu mempunyai kegemaran mengumpulkan jam yang bisa
menjerit. Pengusutan terhadap jam membawa kita pada misteri lain, yaitu siapa yang
mencuri lukisan-lukisan berharga lalu mengatur sedemikian rupa sehingga ayah Harry
kemudian dipenjarakan karena dipersalahkan mencuri lukisan-lukisan itu. Yang aneh
bagiku ialah bahwa misteri yang satu membawa kita ke misteri lain. Tapi itu masuk
akal � jika antara keduanya memang ada hubungan.�
�Hubungan yang bagaimana?� desak Pete.
�Aku juga tidak tahu.� kata Jupiter berterus terang. �Tapi walau begitu aku ingin
tahu segalanya yang bisa kauceritakan mengenai Mr. Hadley, Harry. Kau mencatatnya,
Bob.�
Tidak terlalu banyak yang bisa diceritakan Harry pada mereka. Menurut dia, Mr.
Hadley itu bertubuh gemuk pendek dan periang, kelihatannya uangnya banyak. Menurut
kabar ia mewarisi harta itu beberapa tahun yang lalu. Dari pengamatan terhadap
sejumlah kenalan yang kadang-kadang mampir, Harry serta ayah-ibunya menarik
kesimpulan bahwa Mr. Hadley dulunya aktor. Soalnya kenalannya banyak yang
kelihatannya orang teater. Tapi Mr. Hadley sendiri tidak pemah mengatakan apa-apa
mengenai pekerjaannya dulu.
Ia menjadi saksi dalam persidangan yang mengadili ayah Harry. Mr. Hadley mengatakan
bahwa ia yakin Ralph Smith tidak bersalah. Ia kelihatannya kaget sekali ketika
akhirnya ayah Harry dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara. Lalu tidak
lama kemudian ia mengatakan hendak ke luar negeri guna merawat kesehatannya.
Dimintanya pada Mrs. Smith agar merawat rumah selama ia pergi.
Mr. Hadley berangkat membawa dua buah koper. Sejak itu tidak pernah ada kabar
mengenainya. Beberapa kenalannya mula-mula masih ada yang mampir. Tapi akhirnya tak
seorang pun muncul. Uang yang ditinggalkan untuk ongkos merawat rumah lama-kelamaan
habis. Sekitar saat itu Mr. Jeeters muncul. Ia mencari tempat pondokan. lbu Harry
lantas mengambil keputusan. Rumah bagian tingkat atas disewakan padanya. Sewaktu
mengadakan perjanjian sewa-menyewa, Mr. Jeeters menegaskan bahwa ia memerlukan
ketenangan dan sama sekali tidak mau diganggu. Ia rewel sekali mengenai soal itu.
�Itulah semuanya yang kuketahui,� kata Harry. �kalian tentu akan mengatakan, itu
tidak banyak. Kalau kupikir lebih lanjut, rasanya kalian takkan bisa menolong
ayahku,� katanya suram. �Tidak ada yang bisa! Maaf atas sikapku yang kasar tadi.
Aku yang membunyikan jam besar dalam serambi ketika kalian berbicara dengan ibuku
lewat telepon. Maksudku untuk mencegah ibuku meneruskan bicara. Mulanya kusangka
kalian wartawan atau sebangsanya. Soalnya � yah, aku jengkel mengenai segala-
galanya.�
�Kami mengerti,� kata Jupiter, dan kami akan memikirkan masalah ini. Jika kami
menemukan jalan pemecahannya, nanti kau akan kami hubungi.�
Harry turun dan mobil lalu kembali ke rumah. Worthington menghidupkan mobil lagi.
�Ke mana kita, Master Jupiter?� tanya supir itu. �Pulang?�
Jupiter menggeleng. Kelihatannya ia sibuk berpikir.
�Kita tadi kan bermaksud hendak mampir di kantor Alfred Hitchcock,� katanya. �Jika
Mr. Hadley itu dulu aktor, ada kemungkinan Mr. Hitchcock kenal padanya. Beratus-
ratus aktor pernah bekerja dengan sutradara itu. Antarkan kami ke World Studios,
Worthington.�
�Baik, Sir.� Supir berbangsa lnggris itu memutar mobil lalu menekan pedal gas.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di gerbang depan World Studios, yang
menempati satu blok penuh di balik pagar tinggi. Penjaga gerbang menelepon sebentar
untuk menanyakan apakah Mr. Hitchcock ada di kantor. Tenyata ada. Kebetulan
sutradara terkenal itu ada waktu sedikit, sehingga bisa menerima kedatangan ketiga
remaja itu. Tidak lama kemudian mereka sudah duduk menghadapi meja kerjanya yang
besar.
�Nah,� kata Alfred Hitchcock dengan suaranya yang berat, �ada urusan apa kalian
datang kemari? Sudah sibuk lagi dengan pengusutan baru?�
"Ya, Sir,� kata Jupiter. �Tapi saat ini situasinya tidak jelas. Saya tidak tahu
pasti persoalannya memang perlu diselidiki atau tidak. Begini soalnya. kami mulanya
hendak mengusut jam yang menjerit."
�Jam Menjerit?� potong Alfred Hitchcock dengan nada heran. �Apa kabarnya orang itu?
Sudah bertahun-tahun aku tidak mendengar apa-apa tentang dia!�

Bab 7 Perampasan
�Orang?" Kini Jupiter yang berseru heran. �Maksud Anda, ada orang yang namanya
begitu?�
"Itu julukannya,� kata Mr. Hitchcock menjelaskan. �Nama aslinya Albert Clock.
Orang-orang iseng menjulukinya Screaming Clock � Jam Menjerit. Ia memang penjerit�
Keterangan Mr. Hitchcock malah semakin membingungkan Jupiter. Apalagi Pete dan Bob
� mereka hanya bisa melongo saja.
�Penjerit?� tanya Jupiter. �Saya tidak mengerti maksud Anda�
�Pekerjaannya menjerit,� kata Mr. Hitchcock terkekeh geli. �Dulu sewaktu televisi
belum ada, acara sandiwara radio dengan kisah-kisah misteri sangat digemari orang.
Bahkan pernah dalam seminggu ada tiga puluh lima acara kisah misteri. Kalian masih
kecil � jadi tidak mungkin mengalami masa itu. Tapi acara-acara kisah misteri itu
sangat mengasyikkan! Dan kisah-kisah itu banyak yang mengandung adegan orarig
menjerit. Jeritan selalu bisa menimbulkan ketegangan suasana. Mungkin kalian
mengira setiap aktor bisa menjerit, kalau itu merupakan bagian dan peran yang
dimainkannya. Itu memang betul. Tapi jika diperlukan suara jeritan yang benar-benar
asyik, sutradara selalu memakai tenaga spesialis. Jadi orang semacam Aibert Clock
itu, yang pekerjaannya khusus menjerit. Kurasa ia satu-satunya yang melulu hanya
menjerit saja kerjanya. Aku pun sudah beberapa kali memakainya dalam film-filmku.
Orangnya serba bisa. Ia bisa menjerit seperti anak kecil, wanita, laki-laki. Bahkan
jeritan dan raungan beberapa jenis binatang pun bisa ditirukan olehnya. Ia selalu
membanggakan diri sebagai ahli menjerit yang paling serba bisa. Tapi drama radio
kemudian pudar kepopulerannya ketika televisi mulai berkembang. Profesi penjerit
tidak begitu diperlukan lagi. Beberapa tahun yang lalu aku masih memakai Bert Clock
dalam satu atau dua filmku. Tapi setelah itu ia seakan menghilang. Itulah sebabnya
kenapa aku tadi mengatakan sudah bertahun-tahun tidak mendengar apa-apa lagi
tentang dia. Dan kau tadi mengatakan kini sedang mengusut dirinya?�
�Rupanya begitu, walau tadi kami belum tahu,� kata Jupiter. "Urusan sekarang ini
kami mulai dengan mengusut sebuah jam yang benar � bukan orang yang julukannya
begitu.�
Dikeluarkannya jam weker dan tas yang dibawanya, lalu diperagakannya kemampuan alat
penunjuk waktu itu untuk menjerit. Mr. Hitchcock sangat tertarik melihatnya.
�Konstruksi yang benar-benar luar biasa,� katanya. �Kurasa jam ini memang merupakan
pesanan Bert Clock� karena siapa lagi yang mau minta dibikinkan jam yang bisa
menjerit, kecuali orang yang julukannya Jam Menjerit?�
Jupiter kemudian menuturkan tentang kamar penuh jam yang sebelumnya telah mereka
saksikan dengan mata dan telinga. Ia juga menyebutkan Mr. Hadley serta penangkapan
terbadap diri Ralph Smith, ayah Harry. Mr. Hitchcock mendengarkan dengan serius.
�Agak aneh juga,� katanya. �Hadley itu kurasa memang Bert Cock Clock memang
bertubuh kecil. Katamu tadi, Hadley itu pendek gemuk Mungkin saja Clock sudah gemuk
sekarang. Dan setelah kuingat-ingat tadi, aku memang pemah mendengar kabar bahwa ia
mendapat harta warisan pada saat ia tidak sering lagi diperlukan di radio. Bisa
saja kubayangkan ia minta dibikinkan berbagai jenis jam yang bisa menyuarakan
bermacam-macam jeritan yang merupakan keistimewaannya, sebagai kenangan pada
prolesinya di masa lampau dan juga sebagai lelucon baginya bersama kawan-kawan
lamanya. Tapi aku tidak mengerti, apa sebabnya ia berganti nama.�
�Apakah ia menaruh minat pada karya seni, Mr. Hitchcock?� tanya Bob.
�Sepanjang pengetahuanku, tidak. Memang ada sejumlah aktor yang kegemarannya
mengumpukan benda-benda seni. Di Hollywood sini banyak karya seni berharga yang
dimiliki para aktor, produser, dan sutradara. Tapi aku tidak pernah mendengar bahwa
Bert Clock menaruh minat ke arah itu.�
�Terima kasih, Sir,� kata Jupiter. Ia berdiri, dilkuti kedua temannya. �Anda sudah
memberikan sejumlah keterangan yang rasanya perlu kami pikirkan lebih lanjut.
Misalnya saja bahwa Clock itu Hadley. Itu agak mengherankan. Sedang bagaimana
hubungan antara penangkapan terhadap ayah Harry dengan fakta-fakta lainnya, saat
ini saya belum tahu. Jika ada kemajuan yang tercapai, Anda akan kami beri kabar.�
Ketiga remaja itu meminta diri. Mereka diantarkan oleh Worthington kembali ke Rocky
Beach, ke perusahaan jual-beli barang-barang bekas yang diusahakan Paman Titus.
Mereka turun di depan pintu gerbang. Ketiganya berjalan sambil berpikir-pikir,
masuk ke tempat penimbunan yang penuh dengan barang-barang bekas. Tahu-tahu seorang
laki-laki muncul dari balik tumpukan kayu.
�He! Kalian bertiga tentunya masih ingat padaku, kan?" katanya. Mereka memang masih
ingat. Orang itu Mr. Jeeters, yang baru sejam sebelumnya mereka lihat di rumah Mr.
Hadley yang ditinggali keluarga Smith.
�Pada kalian ada sebuah weker,� sergah Mr .Jeeters. �Dalam tas yang kaujinjing itu.
Weker itu kepunyaanku.�
Secara tak disangka-sangka orang itu beraksi dengan cepat, merampas tas yang
dijinjing Jupiter.
�Sekarang jadi milikku,� kata orang itu. �Karena ada di tanganku! Siapa yang
memegang, dialah pemiliknya.�
�Seenaknya saja!" teriak Pete. Ia meloncat menyambar kaki Mr. Jeeters. Bob dan
Jupiter langsung ikut membantu. Jupiter mencengkeram lengan laki-laki itu,
sementara Bob berusaha menarik tas yang dicengkeram olehnya.
Tapi Mr. Jeeters ternyata kuat sekali. Bob dan Jupiter ditepiskannya seperti
mengusir lalat saja. Lalu dicengkeramnya bagian punggung kemeja Pete yang masih
memegang kakinya. Remaja bertubuh kekar itu diangkatnya dan dilemparkannya ke
samping. Pete terbanting ke tanah berdebu.
�Coba saja sekali lagi, kalau ingin mengalami cedera!� katanya mengejek.
Ia kaget sekali ketika tahu-tahu ada yang mencengkeram bahunya dari
belakang. Hans, satu dad kedua pemuda Jerman pembantu Paman Titus, datang menolong
Trio Detektif.
�Kembalikan tas Jupe padanya, Mister,� kata Hans.
�Lepaskan!� bentak Mr. Jeeters sambil mengayunkan tinju ke dagu Hans. Hans
mengelak. Kedua laki-laki ini kemudian bergulat. Pete melihat tas yang terlepas dan
pegangan Mr. Jeeters. Ia cepat-cepat maju untuk mengambilnya, lalu buru-buru mundur
ke tempat yang aman. Sementara Hans dan Mr. Jeeters masih terus bergumul, saling
berusaha menjatuhkan lawannya.
Kemudian Hans berhasil memegang tubuh Mr. Jeeters. Orang itu diangkatnya tinggi-
tinggi, seperti mengangkat anak yang sedang mengamuk saja.
�Apa yang harus kulakukan sekarang, Jupe?� tanya Hans dengan tenang. �Kupegang
terus orang ini sementara kau memanggil polisi?�
�Kurasa itu tidak perlu.� jawab Jupiter setelah berpikir dengan cepat. Kalau
dilaporkan pada polisi, ada kemungkinan mereka nanti tidak memberikan tanggapan
serius. Maklumlah, itu kan cuma soal pencurian weker murah saja. Tapi jika polisi
menanggapi dengan serius, besar kemungkinannya weker akan ditahan sebagai barang
bukti. Padahal Jupiter sendiri memerlukannya, karena kini semakin besar tekadnya
hendak mengusut misteri yang menyelubunginya.
�Kaulepaskan saja orang itu,� katanya pada Hans. �Pokoknya weker sudah kita
dapatkan kembali.�
�Oke,� kata Hans dengan segan. Mr. Jeeters dilepaskannya dengan begitu saja,
sehingga jatuh tersungkur ke tanah.
Orang itu berdiri sambil membersihkan pakaiannya yang kotor kena debu.
�Baiklah,� katanya menggerutu. �Akan menyesal kalian nanti!�
Sambil mengucapkan kata-kata yang mengandung ancaman itu, ia meninggalkan tempat
itu.

Bab 8 Siapakah yang Bernama Rex?


�Rapat dibuka,� kata Jupiter Jones sambil mengetuk-ngetuk meja. Seketika itu juga
ketiga remaja lainnya yang juga ada dalam ruang markas yang sempit itu berhenti
bercakap-cakap. Saat itu satu hari setelah kejadian usaha perampasan jam weker oleh
Mr. Jeeters. Kini para remaja itu mengadakan rapat, untuk melihat kemajuan apa saja
yang tercapai sementara itu. Itu pun kalau ada yang dicapai!
Paginya Jupiter menelepon Harry Smith di rumahnya. Pemuda itu baru saja memperoleh
SIM beberapa waktu yang lalu. Karenanya ia datang mengendarai mobil tua milik
ayahnya.
�Sampaikan laporanmu dulu, Bob,� kata Jupiter. Di antara mereka berempat Bob yang
paling sibuk selama itu. Paginya ia ikut ke Los Angeles dengan ayahnya, yang
bekerja sebagai penulis untuk suatu surat kabar beroplag besar di kota itu. Ayahnya
memperkenalkan Bob pada orang yang mengelola ruang tempat penyimpanan data. Dalam
ruangan luas itu terdapat beratus-ratus lemari khusus berisi guntingan koran yang
disusun berdasarkan pokok persoalan serta nama orang yang terlibat di dalamnya.
Tugas Bob pertama-tama mencari semua informasi yang bisa diperoleh mengenai ayah
Harry, Ralph Smith, mengenai persidangan perkaranya, lalu mengenai diri A. Clock
atau Mr. Hadley, dan setelah itu mengenai pencurian lukisan-lukisan berharga pada
umumnya.
Bob membawa seberkas catatan. Banyak informasi yang disampaikan olehnya, tapi ia
melakukannya seringkas mungkin.
Mengenai jalannya persidangan pengadilan terhadap Ralph Smith, tidak banyak
informasi baru. Bukti-bukti yang diajukan semua bersifat tidak langsung, tapi cukup
kuat untuk meyakinkan polisi tentang kesalahan orang yang mereka tahan. Polisi
berusaha mendesak Ralph Smith, agar mengaku bahwa ialah pencuri benda-benda seni
yang selama sepuluh tahun terakhir beraksi di daerah sekitar Hollywood dan Los
Angeles. Tapi ayah Harry berkeras menyatakan bahwa ia tidak bersalah.
�Beberapa kasus pencurian itu kan terjadi ketika kalian masih bertempat tinggal di
San Francisco, Harry?" tanya Bob.
�Ya, betul � baru enam tahun yang lalu kami pindah ke Hollywood,� jawab Harry.
�Jadi ternyata ayahku tidak mungkin bersalah. Mustahil ia bisa terlibat dalam
kasus-kasus pencurian yang lebih dulu terjadi."
�Memang tidak mungkin, jika semuanya merupakan hasil kerja komplotan yang itu-itu
juga,� sela Jupiter. �Coba kauceritakan sekarang mengenai rangkaian pencurian
benda-benda seni di kota ini, Bob.�
Menurut keterangan yang berhasil dikumpulkan oleh Bob, selama sepuluh tahun
terakhir paling sedikit telah terjadi sekitar selusin aksi pencurian lukisan
berharga. Jadi pukul rata sekali setahun. Seperti dikatakan oleh Mr. Hitchcock
banyak aktor, produser, dan sutradara kaya di Hollywood yang gemar mengumpulkan
benda-benda seni dan menyimpan lukisan-lukisan yang sangat tinggi nilainya di rumah
mereka. Lukisan-lukisan itu dengan sendirinya tidak dijaga seketat penjagaan benda-
benda seni di museum. Dalam kasus-kasus pencurian yang terjadi, para pencuri masuk
ke rumah lewat jendela atau dengan jalan mencongkel kunci pintu, merobek lukisan
dari bingkainya, lalu menghilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
�Polisi menduga bahwa lukisan-lukisan yang dicuri itu kemudian dijual pada
hartawan-hartawan penggemar seni di Amerika Selatan yang akan menyimpan lukisan-
lukisan itu untuk dinikmati sendiri.� kata Bob.
"Lukisan-lukisan bernilai tinggi sangat terkenal di kalangan kesenian, dan karena
itu tidak mungkin bisa dijual secara terang-terangan melainkan harus ditawarkan
pada orang-orang tertentu saja yang tidak akan pernah memamerkan pada umum.�
�Lukisan-lukisan yang lenyap itu kemudian tidak ada yang berhasil ditemukan
kembali?" tanya Jupiter.
�Tidak ada � kecuali tiga yang ditemukan dalam rumah Harry,� jawab Bob. Ia
meneruskan laporannya dengan kasus pencurian terbesar yang terjadi dua tahun
sebelum itu. Sejumlah besar lukisan langka dipinjamkan pada suatu balai seni yang
hendak mengadakan pameran khusus. Tapi sebelum pameran sempat dilangsungkan,
komplotan pencuri berhasil masuk dan mencuri lima lukisan yang nilai keseluruhannya
setengah juta dollar.
"Tapi itu belum merupakan rekor,� kata Bob menambahkan. �Belum lama berselang ada
pencuri yang memotong daun pintu sebuah museum di lnggris, lalu mencuri delapan
lukisan dengan nilai keseluruhan ditaksir antara empat sampai delapan juta dollar.
Lukisan-lukisan itu kemudian bisa ditemukan kembali. Tapi selama ini itulah
pencurian yang merupakan rekor disegi nilai barangnya�
"Wow!� seru Pete kagum. "Itu kan uang yang banyak sekali untuk lukisan."
�Memang,� kata Bob sependapat �Nah � pokoknya di kota ini banyak terjadi pencurian
benda-benda seni berharga. Dan semuanya berlangsung dengan begitu mulus, sehingga
setiap kali polisi kembali menghadapi teka-teki. Rupanya kini timbul dugaan bahwa
ayah Harry ikut terlibat dalam kebanyakan kasus pencurian itu. Padahal kecurigaan
takkan terarah padanya, jika ia tidak diketahui datang ke rumah itu beberapa hari
sebelumnya, untuk menawarkan jasa asuransi jiwa. Jadi -"
"Nanti dulu!� Harry langsung memotong dengan marah. �Sudah kukatakan dari semula,
ayahku sama sekali tidak bersalah. Jika kau hendak mengatakan bahwa hanya karena ia
agen asuransi yang sering mendatangi tempat-tempat kediaman orang kaya -".
�Tenang sajalah, Harry,� kata Jupiter menyabarkan. �Kami tidak mengatakan ayahmu
yang melakukannya. Persoalan bagaimana lukisan-lukisan itu bisa sampai ada di bawah
alas lantai dapur kalian, merupakan satu misteri lagi. Rasanya banyak misteri yang
perlu kita selidiki Yang pertama, siapa yang mencuri lukisan-lukisan itu? Kedua,
bagaimana lukisan-lukisan itu bisa sampai di tempat di mana barang-barang itu
kemudian ditemukan? Ketiga, apa yang menyebabkan Mr. Hadley yang mungkin nama
sebenarnya Mr. Clock kemudian pergi lalu menghilang sampai sekarang? Dan misteri
keempat, dari mana datangnya weker ini, ada apa makna sebenarnya yang terkandung
padanya?�
Sambil bicara Jupiter menyentuh jam weker yang ada di depannya, di atas meja.
�Jam ini jelas mempunyai arti tertentu,� sambungnya. �Mr. Jeeters kemarin
kelihatannya ingin sekali merampasnya dari tangan kita. Itu bukti bahwa barang ini
penting sekali maknanya."
�Aku yang bersalah, karena dari aku orang itu tahu tentang kalian serta weker itu,�
kata Harry meminta maaf. �Tapi ketika kalian sudah pergi, ia lantas mendesakku
dengan berbagai pertanyaan sambil � yah, ia menakut-nakuti ibuku. Jadi akhirnya aku
terpaksa mengaku bahwa kalian datang untuk bertanya mengenal salah satu jam
kepunyaan Mr. Hadley yang kalian temukan. Keteranganku itu menyebabkan ia langsung
bertindak. Kartu nama kalian yang kupegang dirampas olehnya, lalu ia bergegas-gegas
pergi.�
�Untungnya kemudian Hans datang untuk menolong kami,� kata Jupiter. �Aku ingin
tahu, Harry - menurutmu, apakah ada tingkah laku Mr. Jeeters yang mencurigakan
selama ia tinggal di tempat kalian?�
�Malam hari ia sering mondar-mandir dalam rumah!� cetus Harry dengan cepat.
"Menurut katanya, ia pengarang dan sering tidak bisa tidur. Suatu malam kudengar ia
mengetuk-ngetuk dinding, seolah-olah sedang mencari sesuatu.�
�Hmm.� Jupiter merenung sambil mencubit bibir bawahnya. �Aku punya dugaan tertentu.
Tapi mungkin saja keliru. Kita kembali saja pada persoalan sebenamya. Aku tidak
melihat kemungkinan bahwa kita bisa membongkar teka-teki pencurian lukisan-lukisan
itu, apabila polisi saja sudah tidak mampu. Tapi bagi kita masib ada misteri weker
ini, yang juga perlu diusut asal-usulnya. Itu saja yang sekarang kita lakukan.�
�Apa gunanya itu bagi ayahku." bantah Harry dengan keras. "Ia merana di penjara,
tapi kalian malah sibuk mengusut weker rongsokan!"
"Kita harus mempunyai pangkal tolak untuk melakukan penyelidikan,� kata Jupiter
menjelaskan. �Saat ini ada beberapa misteri yang kita hadapi, dan kurasa weker ini,
entah dalam bentuk mana, merupakan salah satu mata rantai penghubung di antaranya.�
�Baiklah kalau begitu,� kata Harry setengah menggerutu. �Tapi bagaimana kalian bisa
mengusut asal-usulnya, jika ditemukan tercampak di tengah tumpukan sampah.�
"Pada kita ada kertas dengan pesan tertentu, yang semula direkatkan pada dasarnya.�
kata Jupiter. Ia membuka sebuah laci meja. Laci itu merupakan tempat penyimpanan
rahasia untuk mengamankan benda-benda penting berukuran kecil. Diambilnya kertas
yang ditemukan di kotak kardus tempat weker semula ditaruh, lalu dibacakannya
kalimat-kalimat pesan aneh yang tertulis di situ,
Rex yang baik.
Tanya Imogene.
Tanya Gerald.
Tanya Martha
Setelah itu bertindak! Bahkan kau pun akan heran melihat hasilnya.
�Siapa sih orang-orang itu?� kata Pete bingung. �Bagaimana kita bisa menemukan
mereka � dan kalau bisa kita temukan, lalu apa yang akan harus kita tanyakan pada
mereka?�
�Jangan semuanya sekaligus dong,� kata Jupiter. �Pertama, pesan ini kelihatannya
ditujukan pada Rex. Dan situ aku mendapat kesimpulan bahwa weker dengan pesan ini
tentunya dikirimkan pada Rex ini. Jadi kita harus mencari Rex.�
�Seperti ditanyakan Pete tadi � bagaimana caranya?" sela Bob.
�Kita harus berpikir secara logis,� kata Jupiter. �Rex ini mestinya teman Mr. Clock
� atau Mr. Hadley. Untuk gampangnya kita pakai saja satu nama, yaitu Mr. Clock.
Pokoknya, Rex ini pasti temannya. 0, ya � Harry, kau bawa tidak buku alamat Mr.
Clock?�
�Sudah kucari, tapi tidak kutemukan,� kata Harry yang kelihatannya mulai tertarik.
�Yang ada daftar nama orang-orang yang biasa dikirimi kartu Natal. Aku menemukannya
terselip di bagian belakang salah satu laci.�
Pemuda itu mengeluarkan selembar kertas terlipat. Jupiter meratakan kertas itu.
�Bagus,� katanya. �Nama teman-temannya pasti tertera di sini. Sekarang kita lihat
saja, apakah Rex juga ada di antaranya.�
Keempat remaja itu sibuk meneliti daftar yang berisi sekitar seratus nama yang
diketik rapi, lengkap dengan catatan alamat.
�Kulihat ada satu Imogene, dua Gerald � sedang Martha ada tiga,� kata Bob. �Tapi
Rex tidak ada.�
"Betul � tidak ada nama Rex pada daftar ini,� kata Jupiter.
"Tunggu, tunggu dulu!� seru Bob dengan tiba-tiba. �Nih � lihat! Di sini ada nama
Walter King!�
�Memangnya kenapa?� tanya Pete.
�King�jadi 'raja' �bahasa Latinnya rex,� kata Bob menjelaskan. �Mungkin saja Rex
itu julukan bagi seseorang yang bernama King.�
�Kalau menurutku, King itu nama anjing,� gumam Jupiter. Tapi tidak ada yang
menanggapi. Jupiter mencatat nama Walter King serta alamat yang tertera di
belakangnya pada selembar kartu.
�Deduksimu bagus sekali, Bob,� katanya. �Ini satu-satunya petunjuk yang ada, jadi
kita perlu mengusutnya lebih lanjut nanti. Sekarang kita lihat, bagaimana dengan
Imogene, Gerald, dan Martha. Ini ada Miss Imogene Taylor. Tempat tinggalnya di
North Hollywood. Gerald ada dua, kedua-duanya dekat Pasadena. Lalu Martha ada tiga,
dengan tempat tinggal terpencar. Kita berempat. Jadi kurasa sebaiknya kita berbagi
tugas dalam dua regu. Bob � kau seregu dengan Harry, karena dia membawa mobil. Aku
seregu dengan Pete. Akan kutelepon Mr. Gelbert untuk minta disediakan Rolls-Royce
kita.� Orang yang disebut namanya itu manajer perusahaan Rent-n-Ride Auto Agency
pemilik Rolls-Royce yang disupiri oleh Worthington.
�Kita hubungi orang-orang ini untuk melihat petunjuk apa yang bisa kita peroleh
dari mereka, lalu setelah itu kita berkumpul lagi di sini. Bob, Mr. King, dan Miss
Imogene merupakan bagianmu karena tempat tinggal mereka searah bagimu. Sedang aku
bersama Pete mendatangi yang lain-lainnya.�
�Lalu apa yang harus kutanyakan pada mereka?" tanya Bob.
�Tanyakan pada Mr. King, apakah Mr. Clock mengirimkan weker ini padanya. Begitu
pula apakah ia mengetahui ada kertas berisi pesan direkatkan ke dasarnya. Kalau ia
mengatakan tahu, apa yang kemudian dilakukan olehnya,� kata Jupiter memberi
instruksi. �Jangan lupa tanyakan kenapa kemudian dibuang. Sebaiknya kaubawa weker
in untuk ditunjukkan padanya � apabila ia ternyata sudah lupa.�
�Oke," kata Bob. �Lalu pada Miss Imogene, apa yang harus kukatakan padanya?�
"Bisa saja kautanyakan apakah Mr. Clock meninggalkan pesan tertentu,� kata Jupiter.
"Mungkin kau nanti juga perlu menunjukkan weker padanya. untuk meyakinkan dirinya
bahwa kau berhak mengetahui pesan itu.�
�Baiklah. Tapi bagaimana jika kalian nanti juga memerlukan weker ini, untuk
diperlihatkan pada Gerald dan Martha?"
�Aku akan membawa jam yang bentuknya mirip dengan ini,� kata Jupiter. �Kurasa kami
nanti hanya perlu menyebutkannya saja, tanpa harus memperlihatkan. Walau begitu
untuk berjaga-jaga, di tempat ini pasti ada beberapa weker tua yang mirip.
Jupiter melihat bahwa teman-temannya telah mengerti.
�Jadi semua sudah beres?� katanya lagi. �Kalau begitu kurasa kita berangkat saja
sekarang. Bob � kau sudah bisa berangkat dengan Harry. Aku dan Pete masih harus
menunggu Worthington datang dulu.�
"Nanti dulu!� kata Pete dengan tiba-tiba. �Jupe � kau melupakan sesuatu yang sangat
penting. Kita belum bisa berangkat sekarang.�
Jupiter terkejap karena heran.
�Kenapa belum bisa?�
�Karena,� kata Pete dengan tampang serius, �sekarang sudah saatnya kita makan
siang.�

Bab 9 Lagi-lagi Misteri


�Kurasa kita sudah hampir sampai,� kata Bob sambil meneliti nomor-nomor rumah,
sementara Harry mengemudikan mobil tua milik ayahnya menyusuri suatu daerah apik di
bagian utara kota Hollywood �Ya betul! Itu dia nomor rumah Mr. King.�
Harry memarkir mobil di pinggir jalan.
�Tinggal di sini pasti mahal,� kata Harry, sementara mereka berdua menyusuri jalan
batu yang melengkung menuju ke rumah yang hendak didatangi.
Bob mengangguk. Ia menjinjing tas yang berisi weker yang bisa menjerit. Dalam hati
ia bertanya-tanya, mungkinkah barang itu benar-benar berasal dan rumah yang saat
itu ditekan belnya.
Pintu terbuka. Seorang wanita menatap mereka dari dalam rumah. Orangnya sudah agak
tua dan nampaknya banyak pikiran.
�Ya, ada apa?" tanya wanita itu. �Jika kalian ini hendak mengumpulkan sumbangan
untuk pramuka, aku sudah memberikan sumbangan.�
�Kami datang bukan untuk itu, Ma'am,� kata Bob dengan sopan. �Kalau bisa, kami
ingin bertemu sebentar dengan Mr. King.�
"Tidak bisa. Ia sedang sakit. Selama beberapa bulan harus berbaring di rumah sakit�

"Wah � maaf, kami tidak tahu,� kata Bob. Ia berpikir dengan cepat. Jika Mr. King
selama itu di rumah sakit, tidak mungkin dia yang membuang weker ke tempat sampah.
Tapi Bob tahu, Jupiter pasti takkan langsung mundur tanpa berusaha lebih lanjut.
Karenanya Bob lantas memutuskan untuk bertanya lagi.
�Mr. King itu � nama julukannya Rex, Ma'am?�
Wanita itu menatap remaja yang berdiri di depannya. Ia memperoleh kesan bahwa Bob
pasti anak baik-baik. Apalagi sikapnya sopan. Coba kalau tidak � pasti pintu sudah
dibanting di depan hidungnya.
�Ya, memang begitulah julukannya,� kata wanita itu kemudian. �Kenapa kau
menanyakannya? Jika ini suatu keisengan ��
�Tidak, tidak � sama sekali tidak,� kata Bob cepat-cepat �Kami ini sedang
menyelidiki sebuah jam, Mrs. King. Sebentar, nanti saya perlihatkan barangnya.�
Dibukanya tas yang dijinjingnya dan ditunjukkannya weker yang ada di dalamnya.
"Pernahkah Anda melihat weker ini?�
Bibir Mrs. King menipis.
�Jam itu lagi!� tukasnya marah. �Barang begitu dikirimkan pada suamiku! Apalagi ia
sedang sakit. Jika ia sampai mendengar bunyinya pasti keadaannya akan bertambah
parah. Habis, teriakan itu begitu menyeramkan!�
Bob dan Hariy berpandang-pandangan sejenak. Temyata mereka tidak keliru alamat.
�Kalau begitu Mr. Clock yang mengirimkannya pada Mr. King?" desak Bob.
�Bert Clock itu benar-benar keterlaluan, mengirimkan barang begitu pada suamiku!"
tukas Mrs. King. �Hanya karena mereka pernah bekerja sama beberapa tahun yang
lewat, sewaktu suamiku mengarang naskah sandiwara misteri untuk radio. Tanpa
menduga apa-apa, aku menancapkan stekernya ke sambungan listrik. Tahu-tahu
terdengar jeritan seram itu! Jantungku, nyaris copot karenanya. Aku langsung
melemparkannya ke tempat sampah. Kenapa sekarang tahu-tahu bisa ada pada kalian?"
�Tukang sampah menjualnya pada salah seorang kawanku,� jawab Bob. �Anda melihat
tidak, pesan yang direkatkan pada dasamya?"
�Pesan?� Wanita itu mengerutkan kening. �Aku sama sekali tidak melihat pesan apa-
apa. Aku memang langsung membuang barang itu keesokan harinya. Memang ada surat
pendek dan Bert Clock yang menyertai, tapi surat itu juga kubuang.�
�Mungkinkah Anda masih bisa mengingat isi surat itu?� tanya Bob. �Soalnya penting
sekali!�
�Apa isinya? Anu � Bert Clock menulis, jika suamiku mau mendengar dan memperhatikan
weker yang dikirimkannya, maka nasibnya yang buruk akan bisa berubah. Menurutku,
itu omong kosong saja! Aku jengkel pada Bert Clock, kenapa sampai hati berbuat
iseng terhadap suamiku yang di samping sedang sakit, juga pusing memikirkan utang-
utang yang belum dilunasi sampai sekarang, karena ia menganggur terus sampai
sekarang. Padahal mereka dulunya bersahabat karib. Aku tidak mengerti apa sebabnya
Bert Clock berbuat begitu, menakut-nakuti kami dengan salah satu jeritannya yang
menyeramkan.�
Mrs. King mengerutkan keningnya lagi. "Kenapa kalian menanyakan segala hal ini?�
tanyanya dengan nada curiga. �Apa sebabnya weker itu menarik bagi kalian?"
�Kami berusaha mengumpulkan segala keterangan yang bisa didapat mengenainya,� kata
Bob
menjelaskan. �Soalnya, Mr. Clock beberapa waktu yang lalu �yah, kita katakan saja
tahu-tahu lenyap, dan menurut kami weker ini mungkin merupakan semacam petunjuk.
Anda tidak memperhatikan dari mana weker ini dikirimkan, Mrs. King?�
�Tidak, itu sama sekali tak kuperhatikan. Aneh! Katamu, Bert Clock menghilang. Apa
sebabnya -"
Saat itu terdengar bunyi dering telepon di dalam rumah
�Maaf, ada telepon! Yah � hanya keterangan itu saja yang bisa kuberikan. Selamat
siang.� Pintu ditutup lagi olehnya.
Bob memandang ke arah Harry yang selama itu berdiri di sampingnya.
�Nah begitulah jalannya pengusutan. Harry." katanya. �Lumayan juga banyaknya
keterangan yang berhasil kita kumpulkan tadi. Aku tidak tahu apakah semua ada
artinya � tapi tanpa dijelaskan oleh Jupe pun aku bisa mengatakan bahwa Mr. Clock
mengirimkan weker ini pada Mr. King dengan alasan tertentu, walau ternyata bahwa
Mr. King tidak sampai menerimanya karena sedang sakit dan tidak ada di sini. Mrs.
King yang menerima mengira Mr. Clock hendak berbuat iseng terhadap suaminya dan
karena itu lantas membuangnya ke tempat sampah. Mr. King mungkin tahu makna weker
ini. Tapi kita tidak bisa menjumpainya saat ini. Jadi kita terpaksa mereka-reka
sendiri jawabannya.�
�Waduh!� kata Harry yang sementara itu semakin tertarik �Sekarang kita coba
mendatangi Miss Imogene Taylor. Aku ingin tahu, keterangan apa saja yang bisa kita
peroleh dan wanita itu!�
Temyata tidak banyak Miss Taylor itu wanita bertubuh kecil dan kelihatannya tidak
bisa diam. Ia bertempat tinggal di sebuah rumah mungil di daerah Woodland Hills,
beberapa mil di luar North Hollywood. Rumah itu letaknya nyaris tersembunyi di
balik semak dan pohon-pohon pisang. Miss Taylor sudah beruban rambutnya. Dengan
suaranya yang seperti kicauan burung serta kaca mata model kunonya yang berbingkai
emas, Ia menimbulkan kesan seolah-olah merupakan tokoh dongeng.
Bob dan Harry diajaknya masuk ke ruang duduk yang penuh dengan koran, majalah,
serta bantal-bantal hias yang macam-macam bentuknya. Ruangan itu kelihatannya acak-
acakan, sehingga bisa diperkirakan bahwa kalau ada sesuatu yang dicari di situ
pasti takkan bisa ditemukan. Tapi begitu mendengar pertanyaan yang diajukan oleh
Bob mengenai Mr. Clock serta pesannya, wanita yang sudah berumur itu menaikkan kaca
matanya ke kening lalu mencari-cari di meja tulisnya, sementara mulutnya tidak
henti-hentinya menyerocos dengan kalimat pendek-pendek yang diucapkan dengan
diselingi
tarikan napas.
�My goodness!� ucapnya. �Ternyata ada juga yang datang. Kusangka pesan itu cuma
untuk iseng saja. Lelucon Bert Clock. Di studio dulu ia paling suka iseng. Di
studio radio, maksudku. Waktu itu kami semua ikut dalam acara-acara radio. Sejak
itu aku kehilangan kontak dengannya. Sampai suratnya datang. Disertai selembar
kertas berisi pesan. Suratnya mengatakan aku harus menyerahkan pesan itu pada orang
yang datang menanyakan� apalagi jika menyebut-nyebut soal weker. Aduh � di mana
lagi kutaruh kaca mataku tadi? Tanpa itu aku tidak bisa melihat�
Bob memberitahukan bahwa kaca mata itu ada di keningnya. Dengan cepat Miss Taylor
menurunkannya ke batang hidung, sementara tangannya merogoh ke dalam sebuah tempat
sempit untuk mengambil secarik kertas yang ada di situ.
�Ini dia!� katanya. Aku masih ingat bahwa aku menyimpannya di salah satu tempat.
Temyata di sini kutaruh waktu itu. Kalau pun ini salah satu keisengan Bert lagi,
aku mau saja meneruskannya karena kami dulu bersahabat karib. Tapi kalian masih
begini muda! Tak mungkin pernah mendengar Bert beraksi di radio.�
�Betul,� kata Bob membenarkan. �Kami belum pernah berjumpa dengan dia. Tapi saat
ini kami sedang mengusut yang Anda sebut keisengannya ini, dengan maksud hendak
mengetahui maknanya. Terima kasih atas bantuan Anda, Miss Taylor�
�Ah, cuma begitu saja pakai terima kasih. Kalau kalian beijumpa dengan Bert, tolong
sampaikan salamku padanya, ya. Wah, dia itu benar-benar penjerit jempolan! Orang
dulu biasa sengaja menunggu siaran sandiwara karni. Judulnya, 'Jeritan Tengah
Malam'. Ceritanya menyeramkan. Karangan Rex King. Rex jago kalau disuruh mengarang
teka-teki, mengatur indikasi, misteri, dan sebangsanya. Ya, ya! Kalian mau minum
teh? Tidak? Aku mengerti, kalau kalian harus cepat-cepat pergi lagi. Anak laki-laki
memang biasa bergegas-gegas. Begitulah anak laki-laki.�
Bob dan Harry menghembuskan napas panjang ketika sudah kembali berada dalam mobil.
"Huuuh," desah Hariy sambil nyengir. �Kusangka ia takkan pemah berhenti mengoceh.
Tapi pokoknya kita berhasil menemukan pesan itu. Kita lihat saja bagaimana
bunyinya.�
Bob mengacungkan sampul surat. Sampul itu belum dibuka.
�Sebetulnya kita harus menunggu Jupe dulu,� katanya. �Tapi � yah, kurasa kita bisa
saja melihatnya sekarang.�
Bob membuka sampul itu lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalamnya, sementara
Harry memperhatikan dengan sikap tidak sabar. Sesaat kemudian air muka kedua remaja
itu berubah. Kelihatannya bingung setelah membaca pesan yang tertulis di kertas.

It�s quiet there even in a hurricane.


Just a word of advice, politely given.
Old English bowmen loved it.
Bigger than a raindrop; smaller than an ocean.
I'm 26. How old are you?
It sits on a shelf like a well-fed elf
Bob dan Harry menatap kertas berisi pesan itu dengan perasaan kecut. Mereka bingung
menghadapi urut-urutan kalimat yang bunyinya begini,
Saat badai pun di situ tenang.
Hanya sepotong nasihat dengan sopan
Pemanah Inggris kuno menyukainya.
Lebih besar dari tetesan hujan lebih kecil ketimbang samudra.
Aku 26. Berapa umurmu?
Duduk di papan rak bagaikan peri montok.
�Ampun?� keluh Harry. �Apa lagi arti kata-kata itu?�

Bab 10 Terlibat dalam Kesulitan


Di daftar nama orang-orang yang dikirimi kartu ucapan selamat Natal yang ditemukan
di tempat kediaman Mr. Clock ada tiga wanita bernama Martha. Ketiga-tiganya tinggal
di daerah yang mengarah ke Pasadena. Dua alamat didatangi oleh Jupiter dan Pete,
barulah ditemukan Martha yang dicari. Mrs. Martha Harris, seorang janda bertubuh
germuk. Ia dulu aktris radio dan televisi. Tapi sekarang sudah pensiun.
Mrs. Harris gemar memelihara kucing. Bukan hanya seekor saja, tapi banyak. Semuanya
kucing Siam. Binatang-binatang itu berkeliaran dengan bebas dalam kamar, sementara
pemilik mereka duduk sambil bercakap-cakap dengan kedua remaja yang mendatanginya.
Dua di antaranya � dua ekor kucing, bukan kedua remaja itu � duduk di lengan kursi
besar tempat wanita itu duduk. Mrs. Harris berbicara sambil mengelus-elus kedua
binatang itu.
�0 ya, tentu saja aku kenal dengan Bert Clock!� kata Martha Harris. �Aneh, kalian
datang untuk bertanya mengenai dia. Tidak, sebetulnya tidak aneh, karena kurasa ia
sudah memperkirakan akan ada orang datang. Kalau bukan begitu, ia takkan
mengirimkan sampul itu untuk kuserahkan pada kalian!�
�Mr. Clock mengirimkan sampul surat pada Anda, Ma'am?" tanya Jupiter. �Kapan?"
�Nanti dulu �� Mrs. Harris mengingat-ingat sebentar. �Mestinya sekitar dua minggu
yang lalu. Dalam surat yang ditujukannya padaku ia mengatakan, �Jika ada orang
datang menanyakan pesan dariku, serahkan sampul ini dengan teriring berkahku.
Semoga ia asyik dengannya.�
Mrs. Harris merogoh ke dalam sebuah laci sambil mengusir seekor kucing yang
merintangi. Ia mengeluarkan sebuah sampul lalu menyerahkannya pada Jupiter.
�Apa sih yang dilakukan Bert Clock sekarang?� tanya wanita itu. �Terakhir aku
mendengar tentang dirinya, ia memperoleh harta sedikit lalu pensiun. Tapi itu sudah
bertahun-tahun yang lalu. Sekarang spesialis menjerit memang sudah jarang
diperlukan lagi, sejak siaran radio menurun kepopulerannya.�
�Tidak banyak yang kami ketahui tentang dia,� kata Jupiter. �Ia tahu-tahu
menghilang, beberapa bulan yang lalu.�
�Aneh!" kata Mrs. Harris. �Tapi Bert Clock itu memang dari dulu sudah selalu aneh.
Tidak ada yang bisa menebak apa yang sedang dipikirkan olehnya. Kenalannya orang-
orang aneh � joki, penjudi, dan macam-macam lagi seperti itu.�
"Terima kasih atas kesediaan Anda menyimpankan sampul ini,� kata Jupiter. �Yuk,
Pete, kita harus pergi lagi.�
Keduanya meninggalkan Mrs. Harris yang dikerumuni kucing-kucing kesayangannya.
Mereka kembali ke tempat Worthington menunggu dalam Rolls-Royce.
�Sekarang kita lihat bagaimana bunyi pesan itu,� kata Pete tidak sabaran.
"Kita masuk dulu,� kata Jupiter sambil membuka pintu mobil. Ketika sudah berada di
dalamnya, Jupiter membuka sampul. Di dalamnya ada secarik kertas, mirip dengan yang
ditemukan oleh Bob dan Harry. Tapi pesan yang tertera pada kertas yang dipegang
Jupiter lebih aneh lagi, karena sama sekali tidak berwujud kalimat-kalimat,
melainkan urut-urutan angka belaka yang disusun dalam sekitar sepuluh sampai lima
belas baris. Awalnya seperti berikut,
3-27 4-36 5-19 48-12 7-11 15-9
101-2 5-16 45-37 98-98 20-135 84-9
�Astaga!� seru Pete. �Dan segala angka-angka ini ada artinya?"
�Rupanya ditulis dalam bentuk sandi,� jawab Jupiter. �Kita akan bisa memahami
maksudnya, jika kuncinya sudah kita temukan. Tapi itu nanti saja kita tangani.�
Jupiter melipat kertas pesan itu dan mengantunginya. �Sekarang kita mencari Gerald.
Dalam daftar penerima kartu Natal ada dua orang bemama Gerald. Yang tinggalnya
paling dekat dan sini Gerald Cramer. Kita coba mendatanginya dulu."
Mobil berangkat setelah Jupiter menyebutkan alamat yang hendak dituju pada
Worthington. Dalam perjalanan Jupiter sibuk berpikir. Ia sama sekali tidak
mengatakan apa-apa. Menurut Pete, kalau pun saat itu sudah ada kemajuan yang
tercapai, yang jelas ia sendiri tidak tahu apa-apa. Tapi mungkin saja isi pesan
berikut akan lebih banyak memberikan informasi.
Mobil Rolls-Royce mereka berhenti di depan sebuah rumah di daerah yang jelas tidak
tergolong elit. Pete mengikuti Jupiter yang keluar dari mobil lalu berjalan
menghampiri rumah.
�Karena dalam daftar ada dua Gerald, kemungkinan kita langsung menjumpai yang benar
lima puluh persen banding lima puluh persen,� kata Jupiter sambil menekan bel.
"Tapi walau begitu - "
�Ya � mau apa?�
Seorang laki-laki membukakan pintu. Orangnya kecil. Jupiter saja masih lebih
tinggi. Tubuhnya kurus, sedang tungkainya bengkok membentuk huruf 0 .
�Maaf � tapi kalau tidak salah, Anda kan kenal dengan Bert Clock� kata Jupiter. Ia
bersikap pura-pura tidak menyadari tatapan mata curiga yang diarahkan laki-laki
bertubuh kecil itu pada dirinya.
"Kenal Bert Clock? Siapa bilang aku kenal Bert Clock?� tukas orang itu. �Itu
bohong! Aku sama sekali tidak pernah dengar apa-apa tentang Bert Clock. Aku tidak
kenal padanya. Sekarang pergi!�
�Jangan buru-buru marah, Gerald sahabatku,� kata seseorang memotong dengan nada
suara sopan dan beradab. Dari dalam rumah muncul seorang laki-laki bertubuh tinggi
dan berpotongan necis. Ia berdiri di belakang laki-laki yang disapa dengan sebutan
Gerald. Rambut orang itu hitam berkilat. Ia berbicara dengan logat Spanyol.
�Apa sebabnya kau bertanya tentang seseorang yang dikenal dengan nama Bert Clock?�
tanya laki-laki necis ito pada Pete dan Jupiter. �kurasa kalian kan bukan detektif?
� Ia mengatakannya sambil tersenyum.
�Kami ini �� Pete tidak jadi meneruskan kata-kata yang hendak diucapkan karena
Jupiter cepat-cepat rnenyenggolnya.
�Kami sedang berusaha mencari-cari pesan yang ditinggalkan Mr. Clock pada beberapa
temannya,� kata Jupiter pada laki-laki jangkung itu. Ia meninggalkannya dalam
beberapa bagian. Satu di antaranya ada seorang temannya yang bernama Gerald.
Menurut kami Gerald itu mungkin Gerald Cramer yang tinggal di sini, karena namanya
ada dalam daftar teman-teman Mr. Clock yang dikirimi kartu Natal.�
�Begitu. Menarik sekali,� kata laki-laki jangkung itu. �Ayo, masuklah sebentar �
mungkin aku bisa membantu. Temanku ini yang bernama Gerald Cramer. Aku minta maaf
atas kekasarannya tadi. Ia banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya.�
Pete dan Jupiter mengikuti kedua laki-laki itu masuk ke ruang duduk yang agak
berantakan, lalu, duduk di situ.
�Aku tidak mengerti urusan ini Carlos,� kata laki-laki yang bertubuh kecil sambil
menggerutu. �Tapi pokoknya aku tidak suka!�
�Biar aku saja yang menanganinya,� tukas orang yang disebut Carlos. Sambil menoleh
ke arah Jupiter ia berkata, "Begini � kami ini bingung dan merasa tidak enak atas
lenyapnya Bert Clock serta pesan aneh yang dikirimkannya pada Gerald. Kami ingin
sekali mengetahui segalanya yang bisa kaukatakan tentang dirinya. Tahukah kau di
mana ia sekarang berada?�
�Tidak� jawab Jupiter, �kami cuma berusaha mengusut jejak pesan-pesannya. Soalnya
begini. Mula-mula kami secara kebetulan menemukan jam weker aneh yang dikirimkan
Mr. Clock pada seseorang. Lalu -"
�Weker?� kata Carlos memotong. �Ada barang itu padamu sekarang?� Sambil bertanya
matanya menatap tas kecil yang dijinjing Jupiter.
Jupiter mengeluarkan weker yang mirip sekali dengan yang asli dan bisa menjerit,
lalu memperlihatkannya
�Ini tanda pengenal kami,� katanya.
Laki-laki jangkung itu mengambil weker itu lalu mengamatinya dengan teliti.
�Kelihatannya biasa�biasa saja� katanya. �Sekarang mengenai pesannya. Bagaimana
bunyinya?�
�Tidak begitu jelas,� kata Jupiter. �Dikatakan agar bertanya pada Martha dan pada
Gerald. Tapi tidak disebut apa yang harus ditanyakan pada mereka. Kami sudah
berhasil menemukan wanita yang bemama Martha. Ia menerima sepucuk surat dari Mr.
Clock beserta sebuah sampul tertutup yang dikatakan harus diserahkan pada orang
yang datang menanyakannya. Setelah itu kami kemari. Karena Gerald Cramer merupakan
nama selanjutnya yang tertera dalam daftar Natal Mr. Clock Apakah Mr. Cramer ml
juga menerima pesan?�
�Memang betul,� kata laki-laki yang bernama Carlos. �Tapi Bert agak lain pesannya
pada Gerald. Ia menulis, sebelum pesan yang ada padanya diserahkan, ia terlebih
dulu harus melihat pesan yang lain. Bolehkah saya melihat pesan yang diserahkan
nyonya bernama Martha itu padamu?�
�Yah ��
Jupiter agak ragu. Tapi melihat Carlos menyodorkan tangan ia meraih ke dalam
kantung lalu mengeluarkan kertas yang hanya berisi angka-angka berderet panjang.
Carlos memperhatikan angka-angka itu. Dari air mukanya ketahuan bahwa ia kecewa.
�Hanya angka-angka belaka!� katanya. �Kelihatannya ini semacam sandi. Apa maknanya?

�Kami juga tidak mengerti,� jawab Jupiter �Saya mengharapkan akan bisa
mengetahuinya dan isi pesan selanjutnya. Pesan yang ditinggalkan pada Gerald.�
�Mungkin juga,� kata Carlos sependapat. �Tapi mulai saat ini aku yang akan
melanjutkan pengusutan. karena bukan kalian sebenarnya yang berhak atas weker serta
pesan-pesan itu. Sekarang serahkan segala pesan lain yang mungkin masih ada padamu,
supaya aku bisa menangani urusan ini selanjutnya.�
�Kami tidak menyimpan pesan apa-apa lagi,� kata Jupiter. Air mukanya menjadi agak
pucat karena dilihatnya sikap Carlos dengan tiba-tiba berubah menjadi mengancam.
�Kalau boleh kami minta weker itu kembali, beserta pesan tadi. Weker itu kepunyaan
kami dan ini penyelidikan kami ��
�Ringkus mereka, Jerryl� perintah Carlos pada Gerald, �Kita harus menggeledah
mereka � siapa tahu masih ada pesan lainnnya lagi pada mereka.�
Dengan cepat laki-laki itu melakukan apa yang diperintahkan. Dengan lengannya yang
berotot ia memegang tubuh Pete, sehingga remaja itu sedikit pun tidak bisa bergerak
lagi.
Beberapa mil dan situ, Bob dan Harry juga sedang menghadapi kesulitan.
Mereka sudah pergi dan rumah Miss Taylor, dan saat itu sedang berada dalam mobil
yang dikemudikan Harry. Maksud mereka hendak kembali ke Rocky Beach. Ketika tinggal
satu mil lagi dan Rocky Beach, tapi masih berada di daerah berbukit-bukit yang
termasuk pegunungan Santa Monica, Bob melihat ada mobil mengikuti. Mobil itu
berwama biru tua dengan atap biru. Sebelum itu ia juga sudah melihatnya, yaitu
ketika memasuki jalan itu, yang tidak banyak dilalui kendaraan. Tapi kini mobil
yang di belakang itu nampak dengan cepat semakin mendekat.
�Harry!� kata Bob dengan sikap tegang �Kurasa kita dibuntuti orang. Mobil itu sejak
tadi ada di belakang kita terus. Dan sekarang kelihatannya hendak menyusul.�
�0, ya? Kita lihat saja apakah ia bisa!� kata Harry sambil menekan pedal gas.
Mobil tua itu melesat maju, mengambil tikungan dengan cepat lalu meluncur seperti
peluru di suatu penurunan panjang.
Bob menoleh ke belakang. Mobil biru tadi melesat secara gila-gilaan, mengejar
dengan cepat. Ketika jarak yang memisahkan tinggal sekitar seratus meter, jalan
kendaraan itu agak diperlambat. Hany menekan pedal gas semakin dalam. Mobil tua
kepunyaan ayahnya semakin laju jalannya sehingga sudah membahayakan penumpangnya.
Tapi mobil biru tadi masih saja bisa menyusul dengan lambat.
Harry membelokkan mobil memasuki suatu tikungan dengan begitu cepat, sehingga
kendaran itu nyaris saja terjungkir masuk jurang. Untung Harry cukup sigap. Ketika
mobil sudah berhasil dikuasai kembali, ia berpaling pada Bob. Mukanya pucat pasi.
�Kemampuanku mengemudi tidak memadai untuk berpacu di daerah berbukit-bukit ini,�
kata Harry. �Siapa pun orang yang di belakang itu, jelas ia akan bisa mengejar
kita.�
�Sedikit saja lagi,� kata Bob sambil berdoa dalam hati. �Kalau kita sudah memasuki
Rocky Beach, orang itu pasti tidak berani mengejar lagi."
�Akan kucoba,� kata Harry. �Kita berjalan di tengah saja � supaya ia tidak bisa
menyusul.�
Dengan nekat Harry mengendarai mobilnya di bagian tengah jalan yang sempit itu.
Mobil biru yang mengejar sudah begitu dekat, sehingga hampir menyentuh bumper
belakang. Bob menoleh ke belakang. Dilihatnya orang yang mengendarai mobil itu. Ia
merasa seakan-akan pernah melihatnya. Tapi tidak tahu di mana.
Mobil yang dikemudikan Harry meluncur terus dengan laju di jalan sunyi itu. Kedua
remaja itu sudah cemas sekali. Mereka ingin sudah bisa sampai di bagian yang
menurun keluar dari bukit-bukit itu dan memasuki kota. Tapi kemudian Harry terpaksa
membanting setir ke kanan karena harus mengelakkan lubang di jalan. Saat itu juga
mobil yang ada di belakang maju sampai mendampingi lalu mulai mendesak mereka ke
pinggir.
�Aku terpaksa berhenti! Kalau tidak, bisa hancur kita nanti!" teriak Hany. Ia
menginjak rem. Mobil yang mendesak juga memperlambat kecepatannya. Bob memandang ke
samping, berusaha mengenali pengemudi mobil yang mengenakan kaca mata hitam. Ia
tidak tahu siapa orang itu � tapi rasanya seperti pernah melihatnya.
Harry menghentikan mobil. Kendaraan yang mengejar juga berhenti. Tapi tahu-tahu
melesat maju dengan cepat, lalu menghilang di balik tikungan yang ada di depan.
�Kenapa jadi begitu?� tanya Hany bingung. Mula-mula ia mengejar kita, tapi sekarang
tahu-tahu lari!�
Sesaat kemudian ketahuan juga apa yang menyebabkan tindakan aneh itu. Di kejauhan
terdengar samar bunyi sirene yang makin lama makin mendekat. Sebuah mobil patroli
polisi Rocky Beach berhenti di samping mereka Sirene berhenti berbunyi. Seorang
polisi berwajah garang turun, lalu datang menghampiri.
�Coba kulihat SIM Anda!� bentaknya pada Harriy. �Aku sudah sering mengalami
pengemudi yang gila-gilaan, tapi belum pernah kulihat yang berbuat seperti Anda
tadi di daerah perbukitan ini. Kalau punya SIM pun, Anda kali ini tidak bisa bebas
dari hukuman!"

Bab 11 Gerald yang Satu Lagi


�Jangan lepaskan!� seru Carlos pada laki-laki bertubuh kecil yang memiting Pete
dari belakang. Gerald memang kecil, tapi ternyata kuat.
Carlos menyambar pisau pembuka surat yang terletak di atas meja, lalu mengacungkan
ujungnya yang runcing ke dada Jupiter.
�Jangan bergerak jika masih ingin selamat, Anak muda, dan serahkan semua pesan yang
ada padamu!� sergahnya.
Jupiter berdiri tanpa berani bergerak. Tapi Pete yang tidak bisa melihat bahwa
Carlos menggenggam senjata tajam, tidak mau menyerah dengan begitu saja. Percuma
saja ia ikut dalam regu gulat sekolah menengah jika ia tidak menguasai teknik-
teknik melepaskan diri dari pitingan lawan. Secepat kilat dibentangkannya kedua
lengannya, sambil membungkuk ke depan dengan gerakan mengejut.
Gerald terlempar jatuh ke depan, melayang lewat di atas kepala Pete, lalu menubruk
Carlos. Laki-laki berpenampilan necis itu jatuh terjerembab, ditindih Gerald.
�Cepat, Dua � kita harus lari dari sini!� seru Jupiter. Carlos masih terkapar di
lantai. Kelihatannya ia masih belum sepenuhnya menyadari apa yang baru saja
terjadi. Tangannya masih mengenggam kertas berisi pesan yang diserahkan Mrs. Martha
Harris. Jupiter menyambar kertas itu lalu lari ke pintu. Di situ ia bertubrukan
dengan Pete yang juga ingin cepat-cepat lari ke luar. Setelah sibuk sekejap,
keduanya lari di trotoar menuju ke mobil.
�Weker!� seru Pete saat itu. �Kau lupa membawa weker kita!�
�Biar saja� itu kan bukan yang asli,� jawab Jupe ketika mereka sudah masuk ke dalam
mobil �Cepat, Worthington, kita harus pergi dari sini!�
Mobil Rolls-Royce meninggalkan tempat itu dengan begitu tiba-tiba sehingga Jupiter
dan Pete terjungkir jatuh ke lantai.
"Pokoknya ini yang penting,� kata Jupiter setelah keduanya berhasil duduk kembali.
Ia mengacungkan kertas yang ada dalam genggaman. �Pesan dari Mr. Clock ini berhasil
kuambil kembali dari��
Ia tertegun. Kedua remaja itu menatap kertas� yang ternyata robek. Hanya separuhnya
saja yang dipegang Jupiter. Sisanya masih ada ditangan Carlos!
�Wah, payah!� keluh Pete. �Yang setengahnya lagi robek!�
�Kalau begitu kita terpaksa kembali lagi,� kata Jupiter termangu.
"Dan berhadapan dengan mereka itu lagi?� kata Pete memprotes.
�Betul juga,� kata Jupiter setelah berpikir sebentar. �Sementara itu Carlos pasti
sudah menyembunyikan potongan yang ada di tangannya. Sudah jelas ia akan mungkir
kalau didesak�
�Ke mana kita sekarang, Tuan-tuan muda� tanya Worthington yang duduk di belakang
setir. �Kita kembali saja ke markas?�
�Tidak,� jawab Jupiter. �Masih ada satu pesan lagi yang harus kita cari. Gerald
Cramer tadi rupanya bukan Gerald yang benar. Sekarang kita coba Gerald Watson.� Ia
menyebutkan alamat orang itu pada Worthington
"Coba dengar sebentar, Satu,� kata Pete pada Jupiter. �Ada satu hal yang menjadi
pikiranku. Laki-laki kecil tadi, Gerald Cramer, temyata tidak mendapat titipan
pesan dan Mr. Clock Tapi walau begitu ia dan begitu pula Carlos langsung tertarik
begitu mendengar tentang adanya pesan-pesan itu. Kenapa begitu, menurutmu?"
�Aku tidak tahu pasti,� jawab Jupiter. �Tapi kuduga mereka tahu sesuatu tentang Mr.
Clock yang tidak kita ketahui, serta menilai pesan-pesan itu penting artinya.
Sekarang kita harus menyelidiki apa sebabnya begitu. Mungkin pesan-pesan itu
sendiri yang akan memberi keterangan, apabila kita sudah berhasil menguraikan makna
yang tersembunyi.�
"Kalau kita sudah berhasil!" Pete tertawa hambar. �Saat itu kita akan sudah jadi
kakek-kakek berjanggut panjang, apabila menilik kerumitannya. Yang ada padamu saja
sudah membingungkan! Apalagi kau cuma punya sepotong.�
"Itu juga kuketahui, tanpa perlu kaukatakan lagi,� tukas Jupiter. �Pokoknya kita
harus berusaha sebisa-bisa kita. lnikah alamatnya, Worthington?�
"Kelihatannya begitu,� jawab supir berbangsa Inggris itu sambil menghentikan mobil
di pinggir jalan. �Apakah mungkin akan terjadi bahaya lagi kali ini?"
�Kurasa tidak,� jawab Jupiter. �Tapi jika nanti ternyata bantuan Anda diperlukan,
kami akan berteriak. Yuk, Dua!�
Pete mengikutinya berjalan menyusur jalan masuk menuju sebuah rumah mungil bergaya
Spanyol yang terletak di tengah kebun. Seorang laki-laki yang sudah berumur sedang
sibuk merapikan tanaman mawar di depan rumah. Ia menoleh ketika kedua remaja itu
datang menghampiri.
�Mr. Gerald Watson?� tanya Jupiter.
Laki-laki itu mengangguk.
�Betul,� katanya sambil membuka sarung tangan yang dipakal untuk berkebun. �Apa
yang bisa kulakukan untuk kalian? Kalian kan tidak bermaksud hendak meminta tanda
tanganku?�
Orang itu terkekeh. �Sudah lama sekali tidak ada lagi yang datang meminta. Tapi
dulu, ketika aku masih membintangi siaran �Jeritan di Tengah Malam� dengan peran
detektif, banyak yang memburu-buru. Kurasa kalian pasti belum pernah mendengar
siaran itu, ya?�
�Memang belum, Sir,� kata Jupiter. �Kata orang kisahnya seram.�
�Bukan menyeramkan lagi namanya,� kata Gerald Watson membenarkan. �Pembukaannya
selalu jeritan � jeritan Bert Clock � sedang kisah-kisahnya mengenai berbagai
misteri yang serba aneh dan seram. Penulis kisahnya Bert dan Rex King. Kurasa
kerangkanya datang dari Bert, lalu disusun skenarionya oleh Rex. Ia sangat ahli
kalau soal teka-teki, mengarang petunjuk, dan sebangsanya. Tapi itu cerita lama.
Kalian kemari ini mau apa sebenarnya. Mudah-mudahan saja bukan mencari langganan
untuk majalah!�
�Kami datang untuk menanyakan pesan yang dititipkan Mr. Clock pada Anda,� kata
Jupiter. �Ia meninggalkan pesan lain yang menyuruh mintakan itu pada Anda."
�Ah, pesan itu!� Sikap Mr. Watson yang semula agak ragu langsung berubah. "Ya, ya,
tentu saja. Tahu-tahu saja itu datang � sudah sejak bertahun-tahun tidak ada kabar
lagi dari Bert Clock kecuali kartu-kartu Natal. Yuk kita masuk � nanti kuambilkan
pesan itu.�
Ia mendului masuk ke rumah, ke sebuah ruangan rapi. Barang yang paling menonjol di
situ sebuah tape recorder besar serta rak yang penuh dengan kaset Mr. Watson
mengambil sebuah sampul dari sebuah laci. Sampul itu sudah terbuka.
"Ini dia,� katanya. �Aku sudah membukanya. Tak bisa kutahan rasa ingin tahuku. Tapi
aku sama sekali tidak bisa menebak maunya.�
Jupiter mengeluarkan kertas yang berisi pesan, lalu membacanya bersama Pete (pada
versi asli tertulis Jupiter, mungkin salah ketik). Pesan itu itu berbunyi sebagai
berikut,
Take one lily; kill my friend Eli.
Positively number one.
Take a broom and swat a bee.
What you do with clothes, almost.
Not Mother, not Sister, not Brother; but perhaps Father.
Hymns? Hams? Homes? Almost not quite.
Pete hanya bisa menggaruk-garuk kepala saja, membaca kalimat-kalimat aneh itu yang
artinya begini,
Ambil satu lily; bunuh kawanku Eli
Sudah pasti nomor satu.
Ambil satu sapu dan pukul seekor lebah.
Apa yang kaulakukan dengan pakaian, hampir.
Bukan Ibu, bukan saudara laki atau perempuan, tapi mungkin Bapak.
Himne? Ham? Runah tinggal? Hampir, tidak
�Asyik ya � pesan itu?� kata Mr. Watson sementara kedua remaja membaca. �Aku sudah
mencoba menebak maknanya. tapi tetap saja tidak bisa. Misalnya saja kalimat pertama
� aku tidak pernah tahu bahwa Bert punya kawan bernama Eli kalau membaca kalimat
itu kelihatannya ia hendak membunuh Eli lalu meletakkan bunga lily di dadanya,
kan?" sambungnya. Ia terkekeh. "Berikan pada siapa saja yang datang menanyakan
kalau-kalau ada pesan," tulisnya padaku. Kalian datang dan pesan itu kuberikan
�jadi urusan itu sekarang beres. Tapi ngomong-ngomong, aku belum tahu kalian ini
siapa.�
�Wah, maaf � ini tanda pengenal kami.� Jupiter menyodorkan kartu nama Trio
Detektif. Mr. Watson membaca keterangan yang tertulis pada kartu itu dengan
bersungguh-sungguh, lalu, menyalami Pete dan Jupiter.
�Aku senang bisa berkenalan dengan kalian, katanya. �Jika kalian ingin tahu tentang
Bert Clock, mungkin kalian mau mendengar beberapa siaran radio kami � yang dimulai
dengan suara jeritannya. Siaran-siaran itu benar-benar hebat! Tiap siaran diawali
dengan jeritan lain. Belum lagi kisahnya � tidak ada kisah televisi yang bisa
menandinginya sekarang. Kotak-kotak kaset yang kalian lihat itu � semuanya berisi
siaran yang kubuat bersama Bert Clock�
Pete dan Jupiter sebenarnya ingin menerima ajakan itu, karena mereka tahu bahwa di
antara acara-acara siaran radio masa lalu, ada beberapa acara yang jauh lebih
menyeramkan daripada acara misteri yang mana pun juga dalam televisi sekarang. Tapi
sayang waktu untuk itu tidak ada. Karenanya mereka lantas meminta diri. Sambil
berjalan menuju mobil yang menunggu di luar, mereka masih saja sibuk memikirkan
pesan aneh tadi. Jupiter mengatakan pada Worthington agar mereka diantar kembali
Rocky Beach.
�Mudab-mudahan jika kita sampai Bob dan Harry sudah ada di sana,� katanya pada
Pete. �Jika mereka juga berhasil, semua pesan akan kita teliti untuk menemukan apa
makna sebenarnya.�
Tapi Bob dan Harry tidak ada di kantor. Tepatnya, tidak ada di kantor Markas Trio
Detektif. Saat itu mereka berada di kantor polisi Rocky Beach, disuruh masuk ke
kantor Chief Reynold dengan diantar polisi yang menahan Harry dengan tuduhan
ngebut.
�Kata Chief Reynolds kau dikenalnya,� kata polisi itu pada Bob. �Tapi jangan sangka
karena itu kalian bisa bebas. Remaja tukang ngebut seperti kalian ini merupakan
bahaya bagi orang banyak!�
Chief Reynolds, kepala polisi Rocky Beach yang bertubuh kekar, sedang duduk
menghadapi meja kerjanya yang besar dan penuh dengan kertas-kertas. Ia nienoleh
ketika kedua remaja itu masuk bersama polisi tadi.
�Nab, Bob,� katanya. �sekali ini kedatanganmu tidak menyenangkan. Laporan Officer
Zebert ini tadi kedengarannya tidak bisa dianggap enteng. Ngebut di pegunungan di
samping membahayakan jiwa kalian berdua, juga bisa mengakibatkan kematian orang
lain pula!�
�Maaf, Chief,� kata Bob, �tapi kami tadi bukan dengan sengaja mau ngebut. melainkan
karena dikejar mobil lain. Kami berhasil dikejarnya ketika petugas ini datang�lalu
mobil lain itu cepat-cepat lari."
�Dikejar, ya?� Polisi yang bernama Zebert itu tersenyum penuh arti. �Coba Anda
sendiri tadi melihat mereka menyikat tikungan demi tikungan, Chief! Lalu mereka
berpacu sebelah-menyebelah, menuruni Mountain Road. Kalau saat itu ada mobil lain
datang dari depan, pasti semuanya langsung mati.�
�Kenapa sampai mobil lain itu mengejar kalian? " tanya Chief Reynolds. �Kan nampak
jelas bahwa tak mungkin kalian banyak membawa uang."
�Kami sedang mengadakan pengusutan, Sir,� kata Bob. �Kami sedang menyelidiki sebuah
weker aneh,"
�Weker aneh!" tukas petugas polisi yang mendampingi. �Anda pernah mendengar alasan
seedan ini, Chief?
�Tapi ini benar," kata Bob mengotot. �Kami kan pernah melakukan penyelidikan
terhadap Hantu Hijau, Chief. Tentunya Anda masih ingat. Anda bahkan meminta kami �
maksud saya Jupiter Jones, Pete Crenshaw, serta saya sendiri � membantu meneliti
apa itu sebenarnya.�
Misteri yang diingatkannya pada kepala polisi itu pemah menyebabkan Chief Reynolds
mengaku terus terang bahwa ia benar-benar bingung karenanya. Dan Chief Reynolds
mengangguk
�Memang betul begitu,� katanya. �Sekarang mana weker itu � dan apa yang menyebabkan
kau menyebutnya aneh?�
�Tadi kami tinggalkan dalam mobil,� kata Bob. �Kalau kami boleh mengambilnya
sebentar, nanti kami tunjukkan mengapa kami mengatakan jam itu anehl�
�Baiklah,� kata Chief Reynolds. �Zebert! Tolong ambilkan barang itu dan bawa
kemari!�
�Ada di dalam tas di bangku depan,� kata Bob pada petugas polisi yang dengan segera
keluar.
�Kau tahu bahwa aku mau mempercayai keteranganmu, Bob,� kata Chief Reynolds
sementara mereka menunggu Officer Zebert kembali, �Tapi akhir-akhir ini kami
dipusingkan para remaja yang gemar ngebut, sehingga kami harus mengambil tindakan
keras � nah, itu Officer Zebert sudah kembali. Mana wekernya, Zebert?�
Petugas polisi itu menggelengkan kepalanya.
�Tidak saya temukan, Chief,� katanya. �Di bangku depan tidak ada tas. Tidak ada
jam. Sama sekali tidak ada apa-apa di situ!�
Bob dan Harry saling berpandang-pandangan dengan perasaan kecut.
�Aduh!� seru Bob, �weker kita dicuri orang!�

Bab 12 Pertanyaan... Tanpa Jawaban


�Kenapa Bob dan Harry belum muncul-muncul juga, ya?� kata Pete pada Jupiter yang
saat itu sedang duduk menghadapi mejanya di Markas Trio Detektif. Penyelidik
Pertama itu sedang meneliti pesan Mr. Clock yang dititipkan pada Mr. Watson. Karena
ia diam saja, Pete menyambung, "Kulihat sebentar ke luar, mungkin sementara ini
mereka datang.�
Ia pergi ke pojok ruangan, di mana terdapat sepotong pipa tungku yang langsung
menjulur ke bawah dari atap. Oleh Jupiter pipa itu disulap menjadi periskop yang
diberinya nama �Serbalihat�, Trailer yang dijadikan Markas Trio Detektif
dikelilingi timbunan barang bekas yang bertumpuk-tumpuk sampai setinggi atap.
Karenanya diperlukan periskop untuk bisa melihat ke sekeliling.
Pete mengintip sebentar ke luar lewat alat peneropong itu.
�Nah, itu mobil Harry datang,� katanya.
Beberapa saat kemudian terdengar bunyi ketukan pada tingkap yang merupakan ujung
Lorong Dua. Pete membukakannya. Bob dan Harry muncul dan bawah, masuk ke ruangan
kantor. Keduanya nampak agak capek.
�Kalian berhasil memperoleh pesan itu?� tanya Jupiter.
�Kalau memperolehnya memang berhasil,� jawab Bob. �Tapi kalau soal mengerti
maksudnya, itu soal lain!�
�Coba kulihat sebentar,� kata Jupiter. �Dan mana weker kita?�
�Tidak ada lagi.� Tampang Bob nampak tidak enak. Jupiter menatapnya dengan tajam.
�Kenapa sampai bisa hilang?�
�Dicuri orang!� kata Harry dengan cepat. �Dan dalam mobil, sewaktu diparkir di
kantor polisi.�
�Apa yang kalian lakukan di situ?� tanya Pete heran.
�Kami ditahan karena ngebut,� kata Harry menjelaskan.
�Ketika sedang di daerah bukit, tahu-tahu ada yang mengejar kami ��
Bergantian dengan Bob, diceritakannya pengalaman yang mereka alami di bukit-bukit
pegunungan Santa Monica.
�Akhirnya Chief Reynolds mengizinkan kami pergi.� kata Bob mengakhiri kisah itu.
�Katanya ia tidak tahu dalam petualangan macam mana lagi kita sekarang terlibat �
tapi juga rupanya begitu penting sampai ada orang mengejar kami. Sebaiknya urusan
itu kita serahkan saja untuk ditangani polisi.�
�Menurutku polisi takkan tertarik pada apa yang kita ketahui sampai sejauh ini,�
kata Jupiter. "Kurasa mereka pasti cenderung menganggapnya lelucon belaka. Kami
tadi juga menjumpai kesulitan.�
Diceritakannya urusan yang dialaminya bersama Pete, menghadapi Canlos serta laki-
laki bertubuh kecil, yang menurut Jupiter kelihatannya seperti joki. Atau bekas
joki.
�Jadi ternyata ada orang lain yang juga tertarik pada weker serta pesan-pesan itu,�
katanya. Weker itu mungkin dicuri orang yang sebelumnya mengejar kalian. Ketika ia
melihat kalian dibawa ke kantor polisi, ia mengikuti dari belakang lalu mengambil
weker itu dan dalam mobil.�
�Tapi siapakah yang mungkin tahu-menahu tentang weker aneh serta pesan-pesan itu?�
tanya Bob. �ltulah yang tidak kumengerti.�
�Yah, kita tahu bahwa Mr. Jeeters tahu tentang weker itu." kata Jupiter. �Ada
kemungkinan itu kemudian dikatakannya pada orang lain. Lalu masih ada pula Cados
serta Gerald Cramer. Sebelum kami menyadari bahwa laki-laki kecil itu sebenarnya
bukan Gerald yang kita cari, kami sudah menceritakan hampir segala-galanya pada
mereka. Jadi ada sejumlah orang yang cukup banyak mengetahui tentang kegiatan
kita.�
�Sudah terlalu banyak, kalau menurut pendapatku!� kata Pete menggerutu. �He, Jupe �
apakah pesan yang didapat Bob juga seedan yang ada pada kita?�
Jupiter membentangkan kertas berisi pesan yang sudah diserahkan Bob padanya.
�Sama-sama tidak bisa dimengerti,� katanya. "Tapi baiklah kita pelajari bersama-
sama, mungkin nanti ketahuan juga maunya! Tapi sebelumnya coba kausampaikan dulu
laporan lengkap, Bob � tentang perjumpaan kalian dengan Mr. King dan dengan wanita
yang bernama Miss Imogene Taylor.�
Jupiter menyimak laporan Bob sambil memperhatikan hal-hal yang dianggapnya menarik.

�Jadi Mr. King saat ini sakit dan berbaring di rumah sakit,� gumamnya. �Mr. Clock
mengirimkan weker aneh itu padanya, dengan perkiraan bahwa Mr. King akan melakukan
penyelidikan serta mengumpulkan pesan-pesan itu lalu menguraikan makna yang
tersembunyi � tapi setelah itu apa? ltulah persoalannya!�
�Pada pesan yang direkatkan ke dasar weker ditulis, �Setelah itu bertindak! Bahkan
kau pun akan heran melihat hasilnya.� � kata Bob mengingatkan.
�Tepat,� kata Jupiter. �Tapi kenapa ia harus heran? Apakah yang akan terjadi kalau
diambil tindakan? Itu yang perlu kita selidiki. Tapi sekarang kita usut saja makna
pesan-pesan in, satu demi satu. Pesan yang didapat Bob dan Harry dan Miss Taylor
mestinya yang nomor satu � jadi itu saja yang paling dulu kita tilik�
Dibeberkan kertas berisi pesan itu, lalu bersama-sama mereka menelaahnya. Tapi
bunyinya masih saja tetap misterius.
Its quiet there even in a hurrican
(Saat badai pun di situ tenang.)
Just a word of advice, politely given.
(Hanya sepotong nasehat dengan sopan)
Old English bowmen loved it
(Pemanah lnggris kuno menyukainya)
Bigger than a raindrop; smaller than an ocean.
(Lebih besar dan tetesan hujan; lebih kecil ketimbang samudra)
Im 26. How old are
(Aku 26. Berapa umurmu?)
It sits on a shelf like a well-fed elf
(Duduk di papan rak bagaikan peri montok)
�Aku masih tetap tidak bisa membayangkan bahwa ini merupakan pesan,� kata Harry.
�Kecuali jika dibuat berwujud sandi.�
�Ini kan untuk Mr. King yang sedang sakit,� kata upiter mengingatkannya. �Ia jago
sekali dalam soal petunjuk suata teka-teki. Rupanya ini sengaja dibuat untuk
diuraikan olehnya sebagai pengisi waktu. Dan jika ia bisa, kita juga harus mampu.�
�Kita? Maksudmu kau sendiri,� kata Pete dengan lesu.
�Kalau ditilik sepintas lalu,� sambung Jupiter," kalimat-kalimat aneh ini
kelihatannya seperti petunjuk-petunjuk untuk teka-teki silang. Aku menarik
kesimpulan bahwa tiap kalimat mengandung makna satu kata tertentu. Lalu kala kata-
kata itu sudah kita temukan semua, akan ada satu kalimat yang terdiri dan enam
kata.�
�Tapi kata-kata yang mana?� desak Pete. �Misalnya kalimat pertama.Tempat mana yang
selalu tenang, juga apabila ada badai?�
�Tempat paling aman waktu badai, di ruang kolong rumah yang berdinding beton,� kata
Harry berusaha menebak.
�Atau dalam lemari besi di bank,� kata Bob.
�Entah, ya,� gumam Jupiter sambil mencubit bibir bawahnya. �Mungkin dugaanmu yang
lebih tepat, Bob. Ada kemungkinan pesan-pesan ini ada hubungan dengan sesuatu yang
berharga.�
�Kenapa kau menduga begitu?� tanya Pete ingin tahu.
�Kalau tidak menyangkut barang berharga, untuk apa harus repot-repot begini?� balas
Jupite bertanya. �Ya � sudah jelas ini menyangkut benda berharga, dan itu mungkin
ada dalam lemari besi di bank. Sekarang kalimat kedus. Di sini dikatakan �Hanya
sepotong nasihat dengan sopan.� Apa kata lain untuk nasehat? Tolong ambilkan kamus
yang di rak itu, Pete.�
Pete mengambilkan lalu menyerahkannya pada Jupiter.
�Ini dia,� kata Jupiter setelah membalik-balik halaman kamus itu sebentar.
�Nasihat: ajaran atau anjuran yang baik.� Kita lihat saja cocok tidaknya. �Lemari
besi � anjuran...� rasanya malah menjadi semakin aneh.�
�Memang,� kata Pete sependapat. �Jika kau ingin mengetahui pendapatku ��
"Tahan dulu, Pete!� seru Jupiter.
Pete melongo.
�Tahan? Apanya yang harus kutahan Aku tadi cuma hendak menyampaikan pendapat ��
"Itu dia!� kata Jupiter bergairah. �Pendapat! ltu kan nasihat yang disampaikan
dengan sopan. Kurasa kalimat yang kedua sudah berhasil kautemukan maknanya.�
Pete terkejap-kejap tak mengerti.
"Kalau kau mengatakan begitu, mestinya teka-teki ini tidak begitu sukar,� katanya
kemudian. Tapi aku masih tetap tidak bisa menebak arti, lemarii besi � pendapat�.�
�Aku juga belum,� kata Jupiter mengaku. �Tapi ken masih ada kalimat-kalimat
lainnya.�
�Kalimat ketiga berbunyi, Pemanah Inygris kuno menyukainya� kata Bob sambil
membaca. �Menyukai apa? Pemanah beraksi dengan busur serta anak panah. Mungkin
panah yang mereka sukai,�
�Mereka juga gemar berperang,� kata Jupiter.
�Lemari besi � pendapat� perang!� kata Harry dengan nada bingung. �Bagiku,
kedengarannya malah semakin aneh,�
�Aku sependapat denganmu.� kata Jupiter dengan kening berkerut "Tapi -"
Saat itu terdengar suara Bibi Mathilda Jones berseru memanggil-manggil dengan
lantang masuk lewat tingkap langit-langit yang terbuka.
�Jupiter! Yuk� kita makan! Toko akan ditutup!�
�Sebentar lagi aku datang, Bibi Mathilda,� jawa Jupiter lewat mikrofon yang
berhubungan dengan alat pengeras suara yang terdapat di kantor bibinya. Kemudian ia
berkata pada ketiga temannya �Kurasa kita cuma bisa sampai di sini saja hari ini.
Bagaimana, Harry � kau bisa datang lagi besok?�
�Kurasa tidak bisa,� kata Harry. �Ibuku memerlukan bantuanku di rumah. Di samping
itu aku juga tidak melihat adanya kemajuan di sini.�
�Yah � kalau begitu nanti kau akan mendapat kabar dari kami,� kata Jupiter.
�Sementara itu kau awasi Mr. Jeeters. Jangan lupa, orang itu pernah mencoba
merampas weker dari kami. Mungkin dia juga membuntuti kalian tadi, lalu mencuri
weker dari mobilmu yang diparkir.�
�Baiklah, aku akan mengawasinya.� kata Harry berjanji.�Aku curiga padanya. Ia pasti
hendak melakukan sesuatu secara diam-diam.�
�Sementara itu kami bertiga �� Jupiter tidak sempat menyelesaikan kalimatnya,
karena saat itu telepon berdering.
�Kantor Trio Detektif � di sini Jupiter Jones, kata Jupe sambil mendekatkan gagang
pesawat itu ke mulutnya.
�Halo,� kata yang menelepon.
Sesaat Jupite tidak mengenali suara itu. Tapi orang itu sendiri yang menyebutkan
nama. �Di sini Gerald Watson. Kau tadi datang ke rumahku untuk mengambil pesan yang
dititipkan Bert Cock�
�Ya, betul,� kata Jupiter. �Ada apa?�
�Aku cuma hendak memberi tahu apa yang terjadi setelah kalian pergi dari sini
tadi,� kata orang itu.
�Apakah yang terjadi?"
"Ada orang lain datang menanyakan pesan itu,� kata Gerald Watson. �Seorang laki-
laki bertubuh jangkung dan berambut hitam. Kurasa ia orang Amerika Selatan. Ia
datang membawa teman, laki-laki bertubuh kecil. Menurut pengakuan orang itu, mereka
disuruh datang oleh Bert Clock�
�Tapi pesan itu kan sudah Anda serahkan pada kami,� kata Jupiter. Ia tidak begitu
mengerti.
�Betul,� kata Mr. Watson, �Mereka lalu menanyakan pada siapa pesan itu kuserahkan.
Kutunjukkan kartu nama kalian, yang kemudian mereka catat Setelah mereka pergi, aku
lantas berpikir-pikir. Aku agak curiga terhadap mereka. Orang yang bernama Carlos
itu bicaranya pintar sekali. Terlalu pintar!�
�Yah � apa boleh buat,� kata Jupiter. �Terima kasib atas pemberitahuan Anda, Mr.
Watson.�
Setelah mengembalikan gagang telepon ke tempatnya, Jupiter berpaling memandang
teman- temannya.
�Sekarang Carlos dan Gerald Cramer sudah mengetahui nama-nama kita,� katanya.
�Sudah jelas mereka menginginkan pesan-pesan serta weker itu. Mr. Jeeters juga
begitu. Jadi yang mencuri weker itu orang lain lagi yang belum kita ketahui
identitasnya. Ternyata banyak sekali minat yang ada dalam misteri ini! Aku ingin
sekali tahu, kita ini sedang terlibat dalam urusan apa!�

Bab 13 Petunjuk-petunjuk Baru


Bob sarapan dengan terburu-buru. Ia hendak pergi ke Jones Salvage Yard, seperti
sudah disepakatkan bersama kemarin sebelum berpisah.
Tapi tahu-tahu telepon berdering. Miss Bennett, pengawas perpustakaan di mana Bob
kadang-kadang membantu, menanyakan apakah ia punya waktu untuk datang. Banyak
pekerjaan yang perlu diselesaikan di perpustakaan, kata Miss Bennett.
Bob tidak bisa menolak, walau ia sebenarnya ngin ikut hadir di markas untuk mencoba
menguraikan teka-teki yang terkandung dalam pesan-pesan Bert Clock bersama Jupiter
dan Pete.
Tapi ia juga tidak mau mengecewakan Miss Bennett. Akhirnya ia mengatakan bahwa ia
akan segera datang.
Miss Bennett menyambut kedatangannya dengan perasaan lega, karena pembantunya yang
tetap hari itu tidak masuk. Bob langsung sibuk, sampai saat makan siang. Miss
Bennett bertanya, apakah ia masih bisa terus menbantu. Bob memang ringan tangan. Ia
tidak sampai hati menolak. Ia cepat-cepat makan roti sandwich yang dibekalkan
ibunya agar masih tersisa waktu baginya sendiri untuk mengadakan penyelidikan.
Secara untung-untungan ia memutuskan untuk mencari-cari keterangan mengenai
�badai�, karena itu disebut-sebut dalam kalimat awal pesan misterius yang pertama.
Dibacanya ulasan yang agak panjang dalam ensikiopedi. Ditemukannya suatu fakta di
situ yang langsung menimbulkan semangat. Fakta itu cepat-cepat dicatat. Setelah itu
ia berpindah menyimak keterangan mengenai hal memanah. Perhatiannya khusus pada
pemanah Inggris kuno. Di situ ia kembali menemukan fakta yang menyebabkan ia ingin
bersorak rasanya. Tapi keinginan itu ditahan olehnya. Setelah itu ia berpindah ke
�samudra�. Tapi mengenai itu tidak dijumpai sesuatu yang mungkin bisa dipakai.
Sementara itu waktu istirahat makan siang sudah habis. Ia melanjutkan kesibukannya
lagi membantu Miss Bennett. Ia ingin cepat-cepat pergi ke markas untuk menyampaikan
fakta-fakta yang berhasil ditemukannya pada Pete dan Jupiter.
Tapi pekerjaan di perpustakaan masih banyak yang perlu diselesaikan. Ketika sudah
pukul lima sore barulah Miss Bennett mengatakan bahwa ia boleh pulang, tanpa lupa
mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Bob tidak menunggu lama-lama lagi.
Disambarnya sepedanya lalu dikayuhnya dengan cepat ke Jones Salvage Yard. Sesampai
di tempat itu ditemukannya Jupiter dan Pete sedang sibuk bekerja. Dengan tampang
Iesu kedua remaja itu menumpukkan barang-barang bekas dengan rapi di bagian
belakang pondok yang dipergunakan sebagai kantor perusahaan.
�Sepanjang hari tadi kami bekerja terus� keluh Jupiter ketika Bob turun dari
sepedanya. �Pagi tadi Paman Titus pulang membawa barang satu truk penuh. Lalu kami
disuruh Bibi Mathilda menyortir barang-barang itu, sampai sekarang. Hari ini Hans
dan Konrad tidak masuk. Jadi kami tidak sempat melanjutkan pengusutan sama sekali.�

�Ada kabar dan Harry?� tanya Bob.


�Ia tadi menelepon. Katanya, ia didesak Mr. Jeeters untuk mengatakan apa saja yang
dilakukan olehnya bersama kita kemarin. Karena takut diancam, Harry lalu bercerita
bahwa kita kemarin disibukkan oleh pesan-pesan edan yang tidak keruan artinya.
Harry juga mengatakan pada Mr. Jeeters tentang weker yang dicuri orang. Mr. Jeeters
marah sekali ketika mendengar itu.�
�Rupanya Mr. Jeeters mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui,� kata Bob.
�Mungkin kita juga akan bisa tahu apabila sudah berhasil menguraikan teka-teki
pesan-pesan itu. Itu kalau memang bisa! He, Jupe � aku tadi ��
�Jupiter!�
Suara Mrs. Jones yang nyaring tidak mungkin tidak terdengar.
�Ayo � jangan. santai saja, kau kan belum selesai! Bob Andrews! Untung kau datang.
Tolong catatkan semua barang yang baru dibeli Titus, ya! Tapi yang rapi � aku akan
menyiapkan makan malam!�
Bibi Mathilda datang lalu menyodorkan sebuah buku catatan yang besar ke tangan Bob.
Buku itu berisi catatan barang-barang yang ada di Jones Salvage Yard.
�Catat dengan teliti, ya,� kata bibi Jupiter itu pada Bob. "Dan kalau kalian nanti
selesai, semua di sini harus sudah rapi. Nanti kalian kupanggil, apabila makanan
sudah siap!�
Bob yang sudah sehari penuh bekerja di perpustakaan, harus bekerja lagi di situ,
membantu Bibi Mathilda. Pete dan Jupe menumpukkan barang-barang yang baru datang
sambil menyebutkan jenisnya satu-satu.
�Satu kursi goyang!� seru Pete.
�Satu kursi goyang,� gumam Bob sambil mencatat.
�Satu set alat berkebun, sudah berkarat� kata Jupiter.
�Satu set alat berkebun, berkarat,� ucap Bob pelan sambil mencatat lagi.
Begitu terus, hampir satu jam lamanya. Akhimya semua selesai diatur dan dicatat
Pete dan Jupiter langsung duduk terhenyak. Mereka kelihatannya sangat capek. Bob
sebenarnya juga agak capek. Tapi ia ingin cepat-cepat mengetahui, apakah hasil
penelitiannya di perpustakaan tadi ada gunanya atau tidak dalam pengusutan makna
pesan-pesan itu.
�He � apakah kita akan melanjutkan pekerjaan kita kemarin?� tanyanya
�Aduh � aku capek sekali, tidak mungkin otakku bisa bekerja,� kata Pete sambil
mengeluh. "Bahkan bergerak saja sudah tidak mampu lagi. Sana � jangan ganggu kami
lagi, Bob. Saat ini sama sekali tak ada minatku pada misteri!�
�Otakku juga sudah macet sekarang,� kata Jupiter. �Lebih baik besok saja kita
teruskan, Bob.�
�Tapi aku punya petunjuk baru!� kata Bob. �Bahkan dua sekaligus. Kurasa bisa cocok�

�Apa itu � petunjuk?� kata Pete lesu. �Belum pernah kudengar kata itu,�
Kelihatannya ia benar-benar segan berpikir saat itu.
�Ah � kenapa tidak kita dengarkan saja apa yang hendak dikatakan olehnya,� kata
Jupiter mengalah. �Baiklah, Bob � petunjuk apa yang berhasil kauketahui?�
�Begini ceritanya,� kata Bob memulai. �Tadi sewaktu sedang istirahat siang di
perpustakaan, aku melihat-lihat dalam ensikiopedi untuk mengetahui seluk-beluk
badai dan topan.�
Jupiter mendengarkan dengan penuh minat, sementara Bob melanjutkan penjelasannya.
Menurut keterangan dalam ensikiopedi yang dibacanya
tadi, di tengah badai ada satu tempat yang tenang � yaitu di pusatnya. Di tempat-
tempat lain badai bisa saja mengamuk dengan kecepatan seratus mil per jam. Tapi
tepat di pusatnya cuaca bisa saja tenang dengan matahari bersinar terang. Dalam
bahasa lnggris, pusat badai disebut eye � jadi �mata�.
�Lalu?� kata Jupiter.
Keterangan selanjutnya itulah yang tadi menyebabkan Bob begitu bergairah, ingin
meneruskan pengusutan dengan segera. Eye dilafalkan berbunyi�ai� � sama dengan I �
yang berarti �saya� atau �aku�.
�Nab, kurasa I itulah kata pertama dari pesan itu,� kata Bob.
�Satu-satunya pesan yang ingin kudengar saat ini cuma dari Bibi Mathilda, yang
mengatakan makan malam sudah siap,� kata Pete mengomel.
�Kurasa Bob benar � Ia menemukan petunjuk penting.� kata Jupiter sambil berdiri
dengan susah payah. �Lalu apa petunjuk yang satu lagi, Bob?�
�Kecuali �badai�, aku juga membaca tentang hal memanah serta �pemanah Inggris
kuno�,� sambung Bob. �Mereka itu biasanya memakai busur panah yang dibuat dari kayu
potion yew . Jadi kalau dikatakan pemanah Inggris kuno menyukainya � ada juga
betulnya, kan! Sedang kata yew ucapannya persis sama seperti ucapan kata you �
�kau� atau �anda�.�
�Kurasa jalan pikiranmu benar, Bob,� kata Jupiter setelah merenungkan sebentar.
�Sebaiknya kita masuk sebentar ke markas sebelum dlpanggil makan oleb Bibi
Mathilda. Kita coba sekali lagi mengusut makna pesan yang itu.�
�Kenapa tidak besok saja?� tanya Pete yang sudah malas berpikir. Tapi akhimya ia
ikut juga, ketika dilihatnya Bob dan Jupiter melangkah menuju Lorong Dua.
Tidak lama kemudian ketiga remaja ini sudah duduk mengelilingi meja yang di atasnya
terletak kertas berisi pesan misterius pertama.
�Kalimat pertama pesan ini berbunyi, ' Saat badai pun di situ tenang,� �kata
Jupiter sambil membaca kalimat itu. �Jika tebakan Bob tepat, maka kata yang dicari
itu �mata� � jadi eye.� Dituliskannya kata itu.
�Sedang kalimat kedua yang mengatakan, �Hanya sepotong nasihat dengan sopan�,
menurut kita kemarin mungkin berarti pendapat. Kata itu pun dicatatnya.
�Lalu apabila kalimat �Pemanah lnggris kuno menyukainya� berarti �Yew' maka tiga
kalimat pertama sudah kita temukan. Begini bunyinya.�
Mata pendapat yew.
�Agak aneh,� kata Jupiter sendiri, �tapi langsung ada artinya jika tulisannya kita
ubah berdasarkan bunyi pengucapannya.�
Kalimat semula yang tertulis �Eye suggestion yew� diubahnya menjadi �I suggest
you'.
�I suggest you �� jadi �Kusarankan padamu ��
Begitu membacanya. Pete langsung lupa pada rasa capek �Wah � kelihatannya memang
seperti awal pesan tertentu. Oke, Jupe � apa kata yang keempat?�
�Petunjuk yang ada di sini berbunyi begini,� kata Jupiter membacakan, �Lebih besar
dari tetesan hujan; lebih kecil ketimbang samudra.� itu bisa sungai, bisa danau �
atau laut
�Laut � jadi sea,� seru Bob bersemangat �Sea lafalnya sama dengan see �lihat�.
Pasti itu kata yang tepat Lalu sekarang petunjuk kelima. �Aku 26. Berapa umurmu?�
Wah � ini rasanya lebih sulit. Apa yang berumur 26 tahun?�
"Kurasa sebutan umur cuma untuk menyesatkan saja,� kata Jupiter mengutarakan
dugaannya. Angka 26 itu menurutku pasti berarti yang kedua uluh enam dalam suatu
rangkaian tertentu. Yang paling umum dikenal sebagai nomor 26 adalah��
"Biar aku saja yang mencoba!� sela Pete.
Dalam abjad ada 26 huruf � dan hurut yang terakhir adalah z. Bagaimana, bisa cocok
tidak?�
�Kalau kita pakai bunyinya sebagai pegangan, bisa saja,� kata Jupiter �Huruf z
dalam bahasa Inggris bunyinya mirip kata the. Lagi pula cocok untuk pesan yang
dicari. Sekarang tinggal petunjuk terakhir, �Duduk di papan rak bagaikan peri
montok,� Nah � siapa punya gagasan mengenainya?�
�Aku sudah mencari keterangan mengenai �peri� di perpustakaan,� kata Bob, �tapi tak
ada yang bisa
dipakai�
�Apa yang duduk di papan rak?� kala Pete setengah bertanya �Seperti peri?"
�Kata �peri� itu kurasa juga cuma untuk menyesatkan saja,� kata Jupiter. �Bob, kau
biasa duduk menghadapi papan-papan rak sepanjang hari. Tidak terbayangkan olehmu,
apa yang biasa duduk di situ?�
�Buku!� kata Bob setengah berteriak �Dan buku kan penuh dengan kata-kata. Bisa saja
dikatakan montok � karena orang dikatakan montok kalau banyak makan. Jadi buku bisa
dikatakan montok karena banyak kata-kata di dalamnya !�
�Kurasa kita sekarang sudab berhasil menemukan pesan yang sebenamya,� kata Jupiter
�Sebentar � kutulis dulu,�
Ia menuliskan kelima kata yang telah ditemukan.
I suggest you see the book.
"Kusarankan kau lihat buku� kata Pete menyimak tulisan itu. �Wow! Tapi � lalu apa
artinya? Buku yang mana yang disarankan agar kita lihat? Dan jika kita sudah
melihatnya, lalu apa yang diperbuat dengannya?�
�Masih ada dua pesan lagi yang juga perlu diuraikan teka-tekinya,� kata Jupiter.
�Jika kita ��
kalimatnya terpotong oleh seruan Bibi Mathilda memanggil mereka.
�Ayo, Anak-anak � kita makan?�
�Itu berarti kita harus berhenti sampai di sini saja, �kata Jupiter agak menyesal.
�Tapi besok kita teruskan lagi. Kurasa kita akan bisa lebih lancar saat itu, karena
sudah tidak capek lagi seperti sekarang.�
Ketiga remaja itu pergi meninggalkan pesan-pesan misterius itu untuk diteruskan
pengusutannya besok.
Saat itu mereka sudah lapar sekali.

Bab 14 Pesan dan Angka-angka Sandi

Sambil makan ketiga remaja itu sibuk membicarakan arti pesan yang baru saja mereka
uraikan kalimatnya. Pesan itu menganjurkan untuk melihat buku. Tapi buku mana?
Mereka sama sekali tidak bisa menebaknya.
"Mungkinkah kalau injil?� kata Pete berusaha menduga. �Kan banyak orang menyebutnya
�Buku Suci�
�Menurutku bukan itu jawabannya,� kata Jupiter sambil mengambil makanan pencuci
mulut porsi lagi.�Tapi siapa tahu, mungkin juga benar! Barangkali pesan selanjutnya
bisa menambah penjelasan.�
"Proyek apa lagi yang sedang kalian tangani saat ini,?� tanya Paman Titus yang
duduk di ujung meja makan.
"Ada beberapa pesan misterius yang sedang kami selidiki maknanya, Paman,� kata
Jupiter. Sampai sekarang baru awalnya yang berhasil kami telusuri.�
"Kalian ini ada-ada saja, dengan klub kalian itu!� kata Bibi Mathilda. Ia memotong
kue lagi untuk Pete. �Sungguh � untung aku bisa memberi pekerjaan bagi kalian! Coba
kalau tidak, kalian pasti sepanjang hari kerjanya cuma menekuni teka-teki saja.�
Ketiga remaja itu dulu memang pernah mempunyai klub penerka teka-teki. Kemudian
beralih menjadi Trio Detektif. Tapi Mrs. Jones masih saja mengira kesibukan utama
mereka bertiga adalah menebak permainan teka-teki.
�Yah � yang jelas malam ini aku tidak bisa lagi menebak apa-apa,� kata Jupiter
sambil menguap. "Sepanjang hari tadi kami Anda suruh bekerja udara terbuka, Bibi �
jadinya aku sekarang cepat sekali mengantuk�
�Aku bahkan dua kali lebih cepat,� kata Pete yang ikut-ikutan menguap. �Makanannya
enak sekali, Mrs. Jones � tapi maaf, kalau boleh saya ingin pulang tidur sekarang
juga.�
Setelah berpamitan, Pete dan Bob pulanng. Mereka bersepeda bersama-sama sejauh
beberapa blok, lalu berpisah dan menuju ke rumah masing-masing.
Keduanya tidak melihat mobil pick up tertutup yang mengikuti mereka dan belakang
dengan lambat-lambat Ketika mereka berpisah, kendaraan itu lalu membuntuti Bob.
Sementara itu Jupiter membantu bibinya membereskan meja. Tapi ia melakukannya
sambil sebentar-sebentar menguap.
�Wah, kau rupanya benar-benar sudah sangat capek, Jupiter, kata Bibi Mathilda
�Sana, pergi saja tidur.�
Tanpa menunggu disuruh dua kali lagi, ia langsung pergi ke kamar tidur. Tapi ketika
sudah berbaring di tempat tidur, pikirannya mulai menerawang ke pesan-pesan
misterius yang belum sempat diusut malam itu.
Kusarankan kaulihat buku. Itu pesan pertama. Buku yang mana? Mungkinkah jawabannya
terkandung dalam pesan kedua? Jupiter berusaha mengingat-ingat bunyi pesan kedua.
Semakin keras ia berusaha mengingat, semakin lenyap rasa mengantuk. Akhirnya ia
mengambil keputusan. Sebelum bisa tidur, ia hendak berusaha menguraikan makna pesan
yang kedua dulu.
Ia berpakaian lagi lalu turun ke bawah. Paman dan bibinya yang sedang menonton
televisi kaget melihat ia muncul lagi
"Astaga. Kusangka kau sudah lama tidur,� kata Bibi Mathilda.
�Maunya memang begitu, tapi kemudian ada sesuatu yang teringat, kata Jupiter. �Anu,
semacam teka-teki. Tadi kutinggalkan di tempat kerja. Aku hendak mengambilnya untuk
kuusut sebentar sebelum tidur.
�Asal otakmu tidak capek saja nanti. karena terlalu banyak memikirkan teka-teki,�
kata Mrs. Jones sambil mendesah.
Jupiter pergi ke sisi depan kompleks penimbunan barang yang dekat Ietaknya dan
rumah. Pintu gerbang sudah ditutup dan dikunci dengan gembok. Tapi ada jalan masuk
rahasia yang bisa dipakai dalam keadaan mendesak, seperti saat itu. Jupiter
berjalan sepanjang pagar kayu yang dihiasi gambar-gambar berwarna-warni. Akhirnya
sampai di depan dua lembar papan pagar. Papan-papan itu dicat berwarna hijau.
Jupiter mendorong satu tempat tertentu dengan jari telunjuknya. Tanpa berbunyi
sedikit pun kedua papan tadi tergeser ke belakang. Kini di depan remaja itu ada
jalan masuk yang sempit. Itulah Gerbang Hijau Satu. Satu dari beberapa jalan masuk
dan keluar yang hanya dikenal ketiga anggota Trio Detektif saja. Jupiter melewati
celah sempit itu dan masuk ke bagian yang merupakan bengkel khusus tempat ia
bekerja.
Kini ia menuju ke mesin cetak, menggeser kisi-kisi besi yang tersandar di sebelah
belakang untuk membuka jalan masuk ke Lorong Dua. Ia merangkak masuk sampai ke
ujungnya, mengangkat tingkap lantai ke atas dan naik ke ruang kantor Markas Trio
Detektif.
Pesan-pesan misterius disimpannya dalam laci meja. Sambil menyalakan lampu atas,
dikeluarkannya kertas-kertas itu. Kertas berisi pesan pertama yang menyuruh lihat
buku dikesampingkannya. Pesan kedua yang diperolehnya bersama Pete dari orang yang
bernama Gerald Watson dibeberkannya di depannya.
Dibaca begitu saja. bunyinya sangat membingungkan.
Take one lily; kill my friend Eli.
(Ambil satu lily; bunuh kawanku Eli)
Positively number one.
(Sudah pasti nomor satu.)
Take a broom and swat a bee.
(Ambil sapu dan pukul seekor lebah.)
What you do with clothes, almost.
(Apa yang kaulakukan dengan pakaian, hampir.)

Not Mother, not Sister. not Brother; but perhaps Father.


(Bukan Ibu, bukan saudara laki atau perempuan; tapi mungkin Bapak)
Hymns? Hams? Homes? Almost not quite.
(Himne? Ham? Rumah tinggal? Hampir, tidak sama.)
Tapi sesudah membaca kalimat-kalimat aneh itu beberapa kali, dalam pikiran Jupiter
mulai terbayang beberapa kemungkinan. Pemecahan rahasia pesan pertama menunjukkan
jalan yang harus ditempuh. Setiap kalimat merupakan petunjuk pada kata tertentu,
seperti pada teka-teki silang yang agak rumit.
Baris pertama mengatakan, �Ambil satu lily.� Jupiter melakukannya dengan jalan
menuliskan �satu lily� di atas kertas. One lily. Ditatapnya tulisan itu. Apa
hubungannya dengan Eli yang harus dibunuh? Kemudian ia melihatnya. Tiga huruf di
tengah One lily� adalah kata itu! Dengan perasaan puas dihapusnya ketiga huruf itu.
Jadi ia �membunuh� Eli. Yang tinggal kini berbunyi, �Only'
�Only! Hanya!� seru Jupiter lirih. �Pasti itu kata yang harus dicari� Sekarang
kalimat kedua. Bagaimana bunyinya? �Sudah pasti nomor satu.� Dalam pesan pertama,
nomor dua puluh enam temyata huruf z. Bagaimana kalau yang pasti nomor satu ini
huruf a? Cocok! Pesan kedua ini dimulal dengan, Only a �. Jadi Hanya satu."
Ia langsung saja menuliskan kata broom yang harus diambil dan kalimat ketiga. Pukul
seekor lebah. Hmm. Rasanya bee juga bukan �lebah�, tapi bunyi huruf b menurut ejaan
dalam bahasa Inggris. Pukul b, artinya pasti hapuskan huruf itu. Itu dilakukan
olehnya. Yang tinggal kini kata room. �Kamar�?
Jupiter semakin bersemangat. Ia bekerja sambil menggumam pada dirinya sendiri,
seperti yang kadang-kadang dilakukannya jika ia sedang asyik.
�Sekarang, Apa yang kaulakukan dengan pakaian, hanya� Yah � pakaian biasanya
diapakan? Tentu saja dipakai.�
Dalam bahasa Inggris, �memakai� adalah to wear. Jadi wear.
�Kata apakah yang hampir seperti wear, tapi bukan? Bagaimana kalau where?�
Where berarti �di mana.'
�Ya, mestinya itulah kata yang hams kucari." gumam Jupiter. �Jadi pesan itu sampai
sekarang sudah berbunyi, Only a room where �. Jadi �Hanya satu kamar di mana ��
Sejauh ini, memang bisa ada artinya.�
Potongan kalimat itu ditulisnya di atas kertas, laku dimulainya menghadapi baris
pesan kelima.
Itu agak membingungkan. Dicobanya mencari kata-kata padanan untuk �ayah�. Bagaimana
kalau Dad atau Pop� atau barangkali �Kepala keluarga�. Tidak, semua �rasanya tidak
cocok!
Jupiter berpikir sambil mencubiti bibir bawabnya. Mungkin kata Father dimaksudkan
dalam makna yang lebih luas. Bagaimana dengan �Father Christmas�? Tidak, rasanya
tidak cocok. Atau �Father Time�?
Dalam kebudayaan Barat. waktu diperlambangkan sebagai uang. Misalnya saja saat
pergantian tahun, tahun baru biasa digambarkan sebagai bayi yang baru lahir,
sementara tahun yang lama berupa kakek-kakek yang sudah tua renta. Dan secara umum,
perlambang waktu disebut �Bapak Waktu�, atau �Father Time�!
Jupiter bergegas menuliskan kalimat terakhir. Apa yang bunyinya mirip hymns. hams,
dan homes � tapi agak lain? Cuma ada dua yang bisa diingatnya saat itu. Hems dan
hums, Hems tidak cocok, karena berarti �mengelim baju�. Kalau hums � cocok! Dengan
rasa menang dituliskannya kalimat yang ditemukan.
Only a room where Father Tune hums. �Hanya satu kamar di mana Bapak Waktu
mendengung.� Tapi waktu kan tidak mendengung. Waktu berlalu
tanpa bunyi. Tapi jika yang dimaksudkan jam � jam berdetik � kecuali �
"ltu dia jawaban yang benar!� seru Jupiter seorang diri. �Jam-jam yang ada di ruang
baca Mr. Clock mendengung semuanya karena digerakkan dengan tenaga listrik. ltulah
satu ruangan di mana waktu benar-benar mendengung.�
Sekarang sudab ada dua pesan yang mengandung makna yang bisa dimengerti.
Kusarankan kaulihat buku
Hanya satu kamar di mana Bapak Waktu mendengung
Kamar yang dimaksud mestinya kamar dalam rumah Mr. Clock tempat jam-jam yang semua
mengeluarkan suara menjerit itu. Tapi kalau buku � ia masih tetap belum tahu buku
mana yang dimaksudkan. Tapi mungkin petunjuk mengenainya akan diperoleh juga
kemudian.
Kini Jupiter mengambil potongan kertas dengan bagian awal pesan yang diperoleh dan
Miss Martha Harris, lalu memperhatikan deretan hurul-huruf yang paling atas.

3-27 4-36 5-19 48-12 7-11 15-9

Dalam keadaan biasa, deretan angka-angka itu takkan ada artinya sama sekali bagi
Jupiter. Tapi karena dalam pesan yang berhasil diuraikan ada saran untuk melihat
buku, maka rasanya ia memahami makna angka-angka itu. Suatu bentuk sandi yang
sering dipakai, melibatkan penggunaan buku tertentu. Pengirim pesan mengutip kata-
kata dalam salah satu buku yang dinilai cocok untuk keperluannya, mencatat nomor
halaman serta letak kata yang dipilih dalam halaman itu, lalu mengirimkan catatan
itu saja pada orang yang dituju Karena si penerima juga memiliki buku itu, pesan
yang dikirim bisa dibaca olehnya dengan jalan mencari kata-katanya dalam buku. Dan
angka-angka yang tertera di atas kertas itu menurut dugaan Jupiter pasti berarti
nomor halaman serta letak urutan kata dalam salah satu buku tertentu.
Tapi Jupiter tidak memiliki buku itu. Ia bahkan sama sekali tidak tahu buku mana
yang dimaksudkan. Yang lebih payah lagi. kertas yang ada padanya cuma sepotong �
sedang potongan sisanya masih ada di tangan Carlos! Jupiter memasukkan kertas-
kertas pesan kembali ke laci. Ia hendak tidur sekarang. Tapi ketika ia hendak
keluar lagi lewat Lorong Dua, tahu-tahu pesawat telepon berdering. Diangkatnya
gagang pesawat itu dengan perasaan heran. Siapa lagi yang menelepon malam-malam
begini, katanya dalam hati.
�Ya � di sini Jupiter Jones dari Trio Detektif.�
�Jupe!� Eh � itu kan suara Bob. Kedengarannya seperti ketakutan. �Gawat nih, Jupe �
aku perlu bantuan!"

Bab 15 Bob dalam Kesulitan


Bob bersepeda pulang seorang diri, setelah berpisah dari Pete tadi. Ia tidak sadar
bahwa di belakangnya ada mobil pick up tertutup membuntuti. Tapi ketika memasuki
ruas jalan yang tidak ada rumah di pinggirnya, mobil itu menyusul lalu berhenti
agak di depannya. Seorang remaja bergegas turun.
�Bob!� seru remaja itu.
Bob terkejut. lalu cepat-cepat mengerem. Tennyata remaja yang turun dari mobil yang
menyusul itu Harry. Ia nampak gugup sekali. Bob turun dari sepedanya, lalu
menuntunnya mendekati Harry.
�Kenapa kau, Harry? Ada bahaya?�
Seorang laki-laki bertubuh kecil sigap meloncat turun dari bagian belakang mobil.
�Kau yang akan mengalami bahaya jika tidak mau patuh,� geram laki-laki itu. �Jangan
coba-coba lari!�
�Maaf Bob!� Tampang Harry nampak kecut. �Aku dipaksa mencegatmu. Ibuku mereka
kurung di rumah.�
�Sudah, jangan banyak bicara lagi,� sergah laki-laki tadi. Pada Bob ia membentak,
�Kemarikan sepedamu, dan kau sendiri masuk. Ayo, cepat!�
Bob celingukan sebentar. Jalan saat itu sepi. Tidak ada orang yang bisa dimintai
tolong. Lagi juga tidak ada gunanya. Lagi pula ia tidak bisa lari cepat, karena
kakinya pernah patah dulu.
Laki-laki bertubuh kecil itu merampas sepeda dari tangannya sambil menolakkannya
dengan sikap tidak sabar ke arah mobil.
�Ayo, masuk!� bentaknya. �Kau juga, Harry!�
Bob naik ke bagian belakang mobil, disusul oleh Harry. Laki-laki tadi menaikkan
sepeda Bob ke situ pula. Pintu belakang ditutup lalu dikunci. kedua remaja itu kini
terkurung di tempat gelap.
�Mereka tadi berjanji takkan menyakiti kita, Bob,� kata Harry dengan suara lirih.
�Mereka cuma meminta keterangan � tentang weker serta pesan-pesan itu. Tapi tidak
cukup banyak yang bisa kukatakan. Karenanya mereka lantas memutuskan untuk
memperobehnya dari satu di antara kalian. Sedari tadi mereka mengamat-amati
kompleks penimbunan barang bekas, menunggu kesempatan baik untuk menyergap salah
seorang dari kalian bertiga.�
�Tapi siapa mereka itu?� tanya Bob, sementara mobil tempat mereka disandera
berjalan tergoyang-goyang ke salah satu tujuan yang tidak mereka ketahui.
�Satu dari mereka Mr. Jeeters. Kecuali dia masih ada dua orang lagi. Yang satu
jangkung, bernama Carlos. Sedang yang ketiga orang yang kaulihat tadi namanya
Jerry. Ia dulunya joki.�
�Carlos dan Gerald!� kata Bob kaget. �Mereka itulah yang didatangi Pete dan Jupiter
kemarin siang. Dari Carlos itu Jupiter berhasil merampas salah satu kertas pesan,
walau cuma sepotong. Potongan sisanya masih ada padanya!�
"Ya � dan itu yang menyebabkan kau diculik, Mereka ingin tahu maksud pesan itu,�
keluh Harry. �Mereka mencari sesuatu yang berharga dan bertekad untuk menemukannya.
Menurut dugaan mereka, pasti kita ada petunjuk tentang tempat barang itu
disembunyikan!�
�Andaikan itu benar, yang jelas kita tidak mengetahui bagaimana bunyi petunjuk
itu,� jawab Bob. �Tapi Jupe tadi mengatakan bahwa ia yakin misteri ini menyangkut
sesuatu yang berharga�
�Carlos dan Jerry mendatangi Mr. Jeeters tadi sore. Lama sekali mereka berbicara
bertiga. Kemudian tahu-tahu aku dicekal lalu dipaksa menceritakan segala-galanya
yang kuketahui.Wah
� maaf sekali, Bob, tapi aku terpaksa. Habis, mereka mengancamku. Kata mereka jika
aku tidak mau membantu, ibuku akan menjadi korban.�
�Jangan kaupersalahkan dirimu, karena memang tidak ada jalan lain,� kata Bob.
�Katamu tadi, ibumu dikurung oleh mereka?�
�Ya, di rumah Mr. Hadley � maksudku, Mr. Clock. Mereka tadi juga menyebut-nyebutnya
dengan nama Mr. Clock. Aku menguping pembicaraan mereka. Dari situ kuketahui bahwa
Mr. Jeeters memang sengaja mondok di rumah itu karena hendak mencari tempat
penyembunyian barang tertentu. Kau nanti harus mengatakan segalanya yang
kauketahui, ya � supaya kita dibebaskan lagi dan ibuku tidak apa-apa. Berjanji ya,
Bob!�
�Sulitnya, aku ini sebenarnya tidak tahu apa-apa,� kata Bob. �Pesan yang satu
menang sudah berhasil kami uraikan maknanya. Tapi ternyata hanya menganjurkan
untuk melihat buku. Buku yang mana, kami sama sekali tidak tahu! Pengusutan kami
tadi baru sampai di situ saja.�
�Mereka pasti marah kalau begitu.� kata Harry dengan cemas. �Soalnya, mereka yakin
bahwa sementara ini kalian pasti sudah berhasil menemukan kunci teka-teki pesan-
pesan itu. Mereka menyelidiki siapa kalian sebenarnya. Dan kini mereka berkeyakinan
bahwa kalian pasti sangat cerdas.�
�Yang cerdas itu Jupe,� kata Bob sambil mendesah. "Mungkin jika aku bisa meyakinkan
mereka bahwa aku ini tidak tahu apa-apa, nanti kita akan dibebaskan. Bagaimanapun
apa gunanya bagi mereka menahan kita terus, jika kita tidak tahu apa-apa?�
Keduanya terdiam, dengan harapan bahwa ucapan Bob yang terakhir benar-benar akan
menjadi kenyataan nanti. Sementara itu mobil yang mengangkut mereka meluncur terus.
Beberapa kali terasa bahwa kendaraan itu membelok. Tapi arah yang dituju sama
sekali tidak bisa diketahui. Rasanya lama sekali perjalanan itu. Tapi akhirnya
mobil berhenti. Terdengar bunyi seperti pintu sorong sebuah garasi didorong. Mobil
pengangkut itu maju sedikit, lalu berhenti lagi. Terdengar kembali bunyi pintu
sorong. Rupanya ditutup lagi. Pintu belakang mobil dibuka. Terdengar suara laki-
laki yang bemama Jerry.
�Ayo, sekarang turun,� katanya pada Bob dan Harry. �Jangan bertingkah, jika masih
ingin selamat!�
Bob turun lebih dulu, diikuti oleh Harry. Bob menginjakkan kaki ke lantai beton. Ia
memandang berkeliling. Ternyata mereka berada dalam sebuah garasi yang bisa memuat
dua mobiL Pintu garasi tertutup rapat. Di sisi kiri dan kanan ruangan itu ada
jendela yang tertutup kerai. Tempat itu diterangi lampu listrik yang tergantung
tanpa tutup. Sinarnya remang-remang. Hanya mobil yang mereka tumpangi tadi saja
yang ada dalam garasi itu.
Bagian yang separuh lagi diubah menjadi semacam bengkel. Berbagai perlengkapan
nampak di situ, begitu pula bermacam-macam perkakas. termasuk alat pengelas.
Di samping bangku kerja ada beberapa kursi.
�Duduk,� kata Jerry sambil menunjuk ke kursi-kursi itu (di versi asli ia). Ia
menyeringai dengan sikap mengejek. �Santai-santai sajalah!�
Kedua remaja itu duduk. Mr. Jeeters keluar dari sebelah depan mobil, diikuti oleh
Carlos yang necis dan tersenyum-senyum. Muka Mr. Jeeters yang lonjong nampak pucat
disinari cahaya lampu remang-remang. Kesannya sama sekali tidak mengenakkan
perasaan kedua remaja itu.
�Ikat mereka dulu dengan tali,� kata Mr. Jeeters pada Jerry. �Setelah itu kita akan
bicara.�
Dengan tangkas Jerry melibatkan seutas tali yang diambil dari meja kerja pada dada
Bob dan Harry, lalu menyimpulkannya erat-erat di bagian belakang kursi tempat
keduanya duduk. Mr. Jeeters mengambil satu kursi lagi untuk tempat duduk baginya
sendiri. Ia menyalakan sebatang cerutu besar, lalu menghembuskan asap ke arah kedua
remaja itu.
�Mestinya Harry sudah mengatakan apa yang kami maui,� katanya pada Bob.
�Dikatakannya tadi bahwa Anda ingin mengetahui arti pesan-pesan itu.� kata Bob.
Suaranya agak gemetar.
�Tepat, itulah yang kami inginkan. Pesan-pesan itu merupakan petunjuk tempat
penyembunyian sesuatu yang sangat berharga,� geram Mr. Jeeters. �kami tahu segala-
galanya tentang bagaimana kalian sampai berhasil memperoleh pesan-pesan itu!
Bagaimana kalian mengusut asal-usul weker yang menjerit, mula-mula ke Bert Clock,
lalu ke Rex King � begitu pula bahwa kalian berhasil mendatangi mereka yang
dititipi pesan Bert Clock. Sekarang kami ingin tahu isi pesan-pesan itu.�
�Aku sendiri ingin tahu makna perbuatan konyol ini � mengirimkan weker yang
menjerit pada Rex King serta pesan-pesan pada yang lain-lainnya,� kata Carlos
menyela. �Apa sebetulnya niat Bert?�
�Cuma ia sendiri yang tahu,� kata Jerry mencampuri pembicaraan. Aku kenal betul
watak Bert �jalan pikirannya suka berbelit-belit. Ia paling jago dalam menyusun
rencana, lalu menyuruh orang lain melaksanakannya dan menanggung resiko. Kita
takkan bisa tahu dengan tepat niat sebenarnya selama kita belum berhasil
menemukannya. Dan ia sekarang seolah-olah lenyap dengan begitu saja, tanpa
meninggalkan jejak.�
�Aku setuju dengan pendapat Jerry,� kata Mr. Jeeters dengan nada masam. "Tak ada
gunanya menebak-nebak niat Bert yang sebenarnya. Sekarang ini kita pusatkan saja
perhatian pada barangnya. Nah � sekarang jangan buang waktu lagi,� katanya pada
Bob. �Apa isi pesan-pesan itu?"
Bob terkesiap.
�Yah � pesan pertama,� katanya sambil meneguk ludah, bunyinya begini. Kusarankan
kau lihat buku.� Cuma itu saja. Cuma satu kalimat itu saja.�
"Kusarankan kaulihat buku.� Hm,� gumam Mr Jeeters. Ia menggigit-gigit bibir
bawahnya. �Baiklah. Lalu buku apa yang dimaksudkan dengannya?�
�Entah�dalam pesan itu juga tidak dikatakan.�
�Mungkin ada dalam pesan selanjutnya.� Mr. Jeeters nampak mulai tidak sabar. �Apa
isi pesan yang kedua?�
"Tidak tahu, karena kami belum sempat mengulasnya,� kata Bob sambil meneguk ludah
sekali lagi. �Kami tadi sudah capek sekali. Jadi kami undurkan penanganannya sampai
besok.�
�Awas � jangan coba-coba berbohong padaku!� tukas Mr. Jeeters dengan nada
mengancam. "Aku ingin tahu bunyi pesan yang kedua!�
"Sungguh, aku benar-benar tidak tahu!� jawab Bob. �Kami tadi belum sempat
mengupasnya. Maksud kami, akan langsung meneruskannya besok pagi-pagi!�
�Mungkin ia memang tidak bohong,� kata Carlos menengahi.
�Mungkin juga.� kata Mr. Jeeters dengan jengkel. �Itu mungkin saja. Baiklah � kalau
begitu kita teruskan dengan pesan ketiga, yang berupa deretan angka-angka. Sepotong
daripadanya ada padaku, yang tidak berhasil dirampas anak gendut kawanmu itu dari
tangan Carlos.�

Ia mengeluarkan kertas yang robek sepotong dari kantungnya, lalu mengacungkannya ke


depan hidung Bob. -
�Apa makna angka-angka ini?�
�Aku tidak tahu,� kata Bob berterus terang. �Jupiter juga sama saja.�
Tampang Mr. Jeeters saat itu menyeramkan sekali. Tapi rupanya ia terpaksa percaya
bahwa Bob memang mengatakan yang sebenarnya. Kedua teman sekomplotannya juga
begitu.
�Kita sebenarnya harus menunggu dulu,� kata Carlos. �Tapi jika kita menunggu, lalu
anak-anak yang suka campur tangan ini menemukan tempat penyembunyian itu dan
memanggil polisi, kita takkan bisa berbuat apa-apa lagi. Yang menjadi persoalan
sekarang � apa yang harus kita lakukan sesudah ini?�
�Jelas bahwa kita perlu berusaha mendapatkan pesan-pesan yang lain itu,� kata Mr.
Jeeters menggerutu.�Jika mereka ini bisa menguraikannya, kita pasti juga mampu.
Asal pesan-pesan itu bisa kita kuasai, selanjutnya beres. He kau,� sergahnya pada
Bob, �ada pada siapa sekarang kertas-kertas itu?�
�Jupiter Jones yang menyimpan semuanya.� kata Bob. �Tapi sekarang ia sudah tidur,�
�Kalau begitu kita bangunkan dia,� kata Mr. Jeeters geram. �Aku punya akal bagus!
Kita pancing temanmu yang gendut itu agar datang kemari. Lalu bersama-sama kita
menguraikan rahasia pesan-pesan selebihnya.�
�Tapi menurutmu, bagaimana kita bisa memancingnya agar datang?� tanya Carlos sambil
berpikir-pikir.
�Ia pasti sayang pada temannya ini,� kata Mr Jeeters sambil menggerakkan tangan
menunjuk Bob. �Tentu ia tidak ingin dia ini mengalami sesuatu yang tidak enak. Aku
yakin, ia pasti akan mau sekali mengantarkan pesan-pesan itu kemari. Betul, kan?�
katanya setengah bertanya pada Bob.
�Aku tidak tahu,� jawab Bob lesu. Semula ia memperkirakan akan dibebaskan kembali
bersama Harry, apabila Mr. Jeeters serta yang dua lagi sudah benar-benar yakin
bahwa ia tidak tahu lebih banyak. Tapi kini mereka malah bemiat hendak mencekal
Jupiter pula!
�Aku yakin ia pasti mau,� kata Mr Jeeters lagi. �Bagi kami hasilnya sama saja, cuma
akan makan waktu sedikit lebih lama. Sekarang pertama-tama kita harus mengusahakan
agar ayah-ibumu tidak bingung karena kau belum pulang sampai sekarang. Kautelepon
mereka. Katakan, malam ini kau menginap di rumah Jupiter Setelah itu kautelepon
anak gendut itu. Katakan jika ia masih ingin melihatmu lagi dalam keadaan selamat,
ia harus mematuhi perintah tanpa bilang apa-apa pada orang lain. Jerry! Ambilkan
telepon untuknya!�
Bekas joki itu meraih pesawat telepon yang ada di meja kerja, lalu menyodorkannya
pada Bob.
�Nih!� katanya dengan kasar.
�Tidak - aku tidak mau menelepon siapa-siapa!� kata Bob. la memaksa dirinya
bersikap tegar. �Tadi aku sudah mengatakan semua yang kuketahui. Jadi �jadi�� Ia
meneguk ludah untuk menghilangkan rasa gugup, lalu melanjutkan, �jadi habis
perkara!�
�Jerry.� Mr. Jeeters melirik sebentar ke arah meja bengkel. �Kulihat di situ ada
alat pengelas. Tolong nyalakan, lalu bawa kemari.�
Laki-Iaki bertubuh kecil itu melakukan apa yang disuruh. Sesaat kemudian Mr.
Jeeters sudah memegang obor las yang menyala, menyemburkan lidah api berwarna
kuning menyilaukan. Obor itu didekatkannya ke muka Bob. Anak itu memejamkan mata,
silau melihat semburan api panas yang terasa seperti membakar muka.
�Sekarang bagaimana,� kataMr. Jeeters dengan suara lirih �Kaupilih menelepon atau
ingin rambutmu dicukur dengan api? Kuberi waktu lima menit untuk memilih!�
Bab 16 Perjumpaan yang Tak Disangka-sangka

�Jupe!�
Lewat telepon yang ada di Markas Trio Detektif, Jupiter mendengar suara Bob yang
bernada panik.
�Gawat nih � aku perlu bantuan!
�Kenapa, Bob?� tanya Jupiter tegang.
�Aku berada di tangan Mr. Jeeters.� kata Bob. �Carlos dan Jerry juga ada di sini.
Harry mereka culik pula.�
Diceritakannya secara ringkas apa yang terjadi sebelumnya.
"Aku mereka paksa menelepon orang tuaku untuk mengatakan bahwa malam ini aku
menginap di rumahmu," kata Bob selanjutnya. �Kata Mr. Jeeters kau bisa saja minta
izin pada paman dan bibimu untuk menginap di tempatku, lalu pergi
tanpa menimbulkan kecurigaan. Katanya jika kau tidak datang membawakan pesan-pesan
itu, tanpa mengatakan apa-apa pada orang lain, karni �yah, kami pasti akan
merasakan akibatnya. Tapi ia bersumpah jika kau membawa pesan-pesan itu, kita semua
akan segera dibebaskan, begitu apa yang dicari sudah mereka peroleh. Bagaimana,
Jupe? Menurutmu, apakah kau akan melakukan seperti yang mereka minta? Mungkin lebih
baik kauhubungi polisi lalu -"
Bob tidak melanjutkan kata-katanya. Lewat sambungan telepon terdengar bunyi
tamparan, diiringi napas tersentak. Setelah itu terdengar suara Mr. Jeeters.
�Sudah kaudengar kawanmu tadi,� kata itu. �Jika kau ingin melihatnya lagi tanpa
kekurangan suatu apa pun � seperti jari atau telinga misalnya � kaulakukan apa yang
kukatakan sekarang ini. Setengah jam lagi kau sudah menunggu di depan tempat
barang-barang bekas itu dengan membawa semua kertas yang berisi pesan. Akan
kukirimkan mobil untuk menjemputmu di situ. Tapi jangan bilang siapa-siapa �
mengerti?? Kalau itu kauturuti, kau
akan selamat pada akhirnya nanti�
�Baiklah, Mr. Jeeters,� kata Jupiter. �Aku akan mematuhi perintah. Aku akan sudah
siap untuk dijemput, setengah jam lagi.�
�Awas kalau tidak!� geram Mr. Jeeters. Jupiter termenung setelah itu. Ia menimbang-
nimbang. Sesaat timbul niatnya untuk menelepon Pete. Tapi tidak jadi, karena
menurut pertimbangannya Pete tidak usah dilibatkan tanpa perlu. Jupiter memperoleh
kesan bahwa orang yang meneleponnya tadi tidak main-main. Jika pesan-pesan sudah
ada padanya lalu dengannya ia berhasil menemukan barang misterius yang dicari-cari,
memang tidak ada alasan baginya untuk tidak membebaskan mereka.
Jupiter memasukkan kedua kertas berisi pesan yang sudah berhasil diuraikan serta
sepotong lagi yang robek dan belum diketahui isinya ke kantung kemejanya. Lalu
sebelum meninggalkan tempat itu lewat Lorong Dua, dituliskannya pesan yang
berbunyi, �Cari kami di kamar tempat kumpulan jam� di secarik kertas yang
diletakkannya di atas meja. Pesan itu � yah, untuk berjaga-jaga saja, karena ia
yakin bahwa teka-teki yang sedang dihadapi pasti berkisar sekitar kamar jam itu.
Ia merangkak keluar lewat Lorong Dua, lalu melanjutkan langkah menuju Gerbang Hijau
Satu. Ketika ia sampai di situ tahu-tahu ada bayangan gelap muncul dari timbunan
barang bekas serta menyelinap ke arahnya. Jupiter cepat sekali daya reaksinya. Ia
melompat ke papan Gerbang Hijau Satu. Maksudnya hendak menerobos ke luar. Tapi
ternyata ia masih kalah cepat. Dadanya didekap lengan yang kekar, sementara
mulutnya disekap sehingga ia nyaris tidak bisa bernapas. Didengarnya suara berbisik
dengan nada mengejek dekat telinganya,
�Nah � berjumpa lagi kita sekarang. Dan kali ini aku yang mengatur permainan.�
Suara itu berlogat Prancis, walau tidak begitu kentara. Jupiter langsung
mengenalinya. Orang itu Hugenay, pencuri lukisan kelas kakap! Trio Detektif, sudah
pernah berurusan dengan orang Eropa yang perlente dan cerdik itu. Takkan mungkin
Jupiter bisa lupa padanya! Ia masih tetap agak merasa seram apabila teringat pada
pekuburan tua berselimut kabut, di mana ia bersama Pete jatuh ke tangan orang itu.
Jupiter bergidik.
�Rupanya kau memang masih ingat padaku,� bisik Hugenay. �Jadi kautahu bahwa aku
tidak bisa dipermainkan. Kau akan kulepaskan sekarang � lalu kita berbicara
sebentar! Tapi jangan berbuat yang aneh-aneh! Aku tidak suka mengancam. Tapi jika
kau mencoba berteriak, aku akan terpaksa � membungkammu!�
Dalam keadaan disekap begitu, Jupiter memaksa diri mengangguk. Hugenay kelihatannya
puas atas jawaban itu. Dilepaskannya tangannya yang menyekap mulut Jupiter yang
berusaha menoleh. Nampak wajah laki-laki yang masih mendekapnya, diterangi sinar
lampu yang remang-remang di situ. Hugenay tersenyum tipis.
�Kau nampaknya heran melihat aku lagi." kata orang Prancis itu dengan suara lirih.
�Padahal seharusnya kau tahu, jika ada urusan menyangkut lukisan curian bernilai
setengah juta dollar. Hugenay pasti akan muncul,�
�Lukisan curian?� tanya Jupiter heran. �Jadi itukah yang ramai dicari-cari oleh
berbagai pihak selama ini?�
�Kau tidak tahu?� Sekarang Hugenay yang kelihatan tercengang. "Lima lukisan
berharga yang nilai keseluruhannya sekitar setengah juta dollar lenyap sejak dicuri
lebih dari dua tahun yang lalu � itulah yang kukejar saat ini. Kau pasti tahu pula,
karena kalau tidak untuk apa ikut-ikut sibuk?"
�Kami sedang menyelidiki misteri sebuah weker yang bisa menjerit,� kata Jupiter.
"Pengusutan yang kami lakukan menghasilkan beberapa petunjuk yang menyebabkan
timbul dugaan bahwa ada sesuatu barang berharga yang disembunyikan. Tapi aku tidak
tahu barang apa."
"0 ya, weker itu,� kata Hugenay. �Aku juga bertanya-tanya mengenainya. Aku sudah
membongkarnya."
�Jadi Anda rupanya yang mencurinya?� tanya Jupiter. �Anda yang mengejar Bob dan
Harry kemarin?�
�Betul,� kata Hugenay. �Aku juga menyuruh orang membuntutimu, tapi dasar goblok �
mereka kemudian kehilangan jejak. Aku mengambil weker itu ketika petugas polisi itu
dengan baiknya menggiring kawan-kawanmu masuk ke kantor polisi, dan mereka
meninggalkan barang itu dalam mobil yang diparkir di luar, Aku sudah membongkarnya
untuk mencari-cari petunjuk yang mungkin saja tersembunyi atau diukirkan di
dalamnya. Tapi sia-sia saja� aku sama sekali tidak menemukan apa-apa. Jadi sekarang
aku perlu sekali mengetahui apa isi pesan-pesan yang berhasil diperoleh kelompokmu
yang pintar itu�
�Untuk apa aku mengatakannya?" kata Jupiter yang sementara itu sudah pulih
ketabahannya. �Jika aku sekarang menjerit, dengan segera Hans dan Konrad sudah akan
ada di sini dan Anda akan habis dihajar keduanya.�
Hugenay terkekeh pelan.
�Aku senang pada anak yang berani.� katanya. �Tapi jangan sampai nekat. Aku tidak
sendiri, dan � Tapi untuk apa mengancam? Aku menawarkan imbalan bagi kesediaanmu
bekerja sama. Bantu aku, nanti kau akan kutolong.�
�Menolongku dengan cara bagaimana?�
�Pemuda bernama Harry yang kaujumpai di rumah Bert Clock waktu itu � ayahnya saat
ini kan ada dalam penjara. Aku bisa membantumu membuktikan bahwa orang itu tidak
bersalah. Aku memperoleh lukisan-lukisan itu � sedang kau akan bisa membebaskan
orang yang tidak bersalah dari penjara. Masa kesempatan itu kau tolak?�
Jupiter berpikir dengan cepat. Kemudian ia mengangguk.
�Baiklah � jika Anda mau begitu. aku bersedia menolong. Tapi masih ada satu hal
lagi yang harus Anda lakukan.�
�Apa itu, Sahabat mudaku yang gemuk tapi pintar?"
Jupiter menceritakan apa yang terjadi terhadap diri Bob serta situasi yang dihadapi
saat itu, yaitu bahwa dalam waktu tak sampai setengah jam lagi ia akan dijemput
dengan mobil, lalu dibawa ke tempat di mana Bob dan Harry berada dalam kekuasaan
Mr. Jeeters beserta kawan-kawannya.
Hugenay mengumpat-umpat dalam bahasa Prancis.
"Tak kusangka manusia-manusia goblok itu akan beraksi begini cepat, tukasnya.
Rencanaku semula hendak menyambar lukisan-lukisan itu lalu pergi sebelum mereka
sempat berbuat apa-apa!�
�Jadi Anda tahu tentang mereka?� tanya Jupiter heran.
�Tentu saja. Aku tahu jauh lebih banyak dan yang bisa kauduga. Aku sudah dua minggu
ada di kota ini, mencari-cari petunjuk yang bisa dijadikan pegangan, Aku punya
�yah, katakanlah cara-cara khusus. Anggap saja sambungan telepon orang-orang itu
sudab kusadap sehingga segala pembicaraan nereka yang rahasia bisa kuketahui, Tapi
itu anggapanmu � aku sendiri tidak mengatakan itu benar atau tidak. Namun sekarang
rupanya ada perubahan dalam rencana mereka. Kita harus menggagalkan rencana itu.
�Ya, aku akan menolongmu menyelamatkan kawan-kawanmu, lalu kita mencari lukisan-
lukisan itu sampai ketemu, dan besok malam � kira-kira saat seperti ini � aku akan
sudah jauh dari sini. Sekarang kau harus mulai dengan mematuhi instruksi rnereka.
Pada saatnya nanti kau harus ada di luar, menunggu jemputan. Kau nanti ikut dengan
mobil itu, sedang aku akan membuntuti dengan sembunyi-sembunyi bersama orang-
orangku. Selebihnya serahkan saja padaku. Makin sedikit yang kauketahui, makin
baik,�
Jupiter sadar bahwa tidak ada pilihan lain kecuali mempercayai Hugenay. Ia
menyelinap ke luar lewat Gerbang Hijau Satu lalu pulang ke rumah. Saat itu ia agak
menyesali diri. Kenapa waktu itu aku ingin mengusut weker sialan yang bisa
menjerit, sesalnya dalam hati. Tapi apa boleh buat, penyesalan itu sudah terlambat.
Lagi pula ia tahu bahwa Hugenay cerdik serta banyak akalnya. Ia yakin orang Prancis
itu pasti akan bisa mengakali Mr. Jeeters serta kedua temannya, Jerry dan Carlos.
Jupiter masuk ke rurnah di mana paman dan bibinya masih menonton televisi.
Dikatakannya pada mereka bahwa Bob baru saja menelepon karena ada sesuatu yang
perlu dibicarakan. Paman dan bibinya langsung mengizinkannya menginap di rumah Bob.
Setelah itu Jupiter naik ke tingkat atas masuk ke kamarnya. Dipakainya jaket yang
hangat, sementara kertas-kertas pesan yang semula ada di kantung kemeja
dipindahkannya ke kantung jaket sebelah dalam.
Setelah itu ia turun lagi. Sesudah meminta permisi serta mengucapkan selamat tidur
pada Paman Titus serta Bibi Mathilda, ia pergi ke luar lalu berdiri di depan pintu
gerbang muka kompleks tempat jual-beli barang-barang bekas.
Hugenay sudah menunggunya di situ. Orang itu datang menghampiri. Sambil memegang
bahu Jupiter ia berkata dengan bersungguh-sungguh,
"lngat, ya � sekarang kita bekerja bahu membahu," katanya. "Pertama-tama kita
harus membebaskan Bob dan Harry dulu. Apabila mobil yang menjemputmu nanti datang,
kau harus langsung naik. Jangan tunjukkan gelagat bahwa kau tahu aku membuntuti
dari belakang. Tapi jika mereka kemudian kelihatannya agak curiga, terserah pada
kepintaranmu untuk mengatasi problem itu. Sekarang kau akan kutinggalkan sendiri�
Laki-laki Prancis itu menghilang dalam gelap. Jupiter tidak bisa melihat, apakah
ada mobil menunggu dekat situ atau tidak. Mungkin Hugenay menyuruh kendaraan itu
bersembunyi di ujung seberang dan kompleks itu. Jupiter menunggu jemputan. Ia agak
menggigil sedikit. Daerah yang letaknya sedikit di luar kota itu sepi sekali. Dan
gelap.
Tahu-tahu nampak sinar lampu membelah kegelapan. Sebuah mobil truk kecil yang
tertutup rapat bergerak dengan pelan menyusur jalan. Sesaat sosok tubuh Jupiter
diterangi sinar lampunya. Truk itu berhenti. Pintu terbuka dan laki-laki bertubuh
kecil yang bernama Jerry menjulurkan tubuhnya ke luar.
�Cepat naik!" sergahnya dengan suara serak. �Dan jangan macam-macam � demi
keselamatan dirimu sendiri serta kedua temanmu!"

Bab 17 Di Tangan Lawan


Mobil truk kecil itu meluncur ke arah Hollywood. Kecepatannya tetap. Carlos duduk
di belakang setir, sementara Jupiter terjepit di tengah antara orang itu dan Jerry.

�Kau bawa pesan-pesan itu?" tanya Carlos pada Jupiter.


�Ya, aku membawanya,� kata Jupiter. Suaranya lain dan biasanya, terdengar pelan dan
takut-takut
�Nah, begitu,� gumam Jerry �Sebab kalau � ada apa, Carlos?�
Carlos memandang ke belakang lewat kaca spion.
�Rasanya ada yang membuntuti kita, Beberapa mil yang terakhir ini kulihat mobil
yang itu-itu juga di belakang kita!"
�Apa? Dibuntuti?" kata Jerry kaget lalu menyentakkan jaket Jupiter. �Sobat, jika
kau memberi tahu polisi -"
"Tidak! Aku tidak bilang pada siapa-siapa!" Suara Jupiter terdengar ketakutan, dan
itu tidak seluruhnya dibuat-buat. Lawan ternyata melihat mobil Hugenay, dan sebagai
akibatnya seluruh rencana bersama orang Prancis itu terancam akan gagal.
�Kalau bukan polisi, lantas siapa?� desak Carlos �Cepat jawab! Jangan mengulur-ulur
� itu tandanya kau bohong!"
�Jika ternyata benar ada yang membuntuti kita,� kata Jupiter cepat-cepat, �itu
berarti ada orang lain yang juga menghendaki pesan-pesan itu. Weker yang menjerit
kemarin sudah dicuri orang. Jika bukan kalian yang mengambil, artinya ada orang
lain yang menaruh minat. Dan bisa saja orang itu mengamat-amati tempat tinggalku
tadi, lalu ia melihat kalian menjemputku. Tentu saja kini ia ingin tahu ke mana aku
dibawa pergi.�
"Itu dia jawabannya!� seru Jerry. �Harry memang ada bercerita tentang weker itu
pada Jeeters. kurasa anak ini benar. Ada orang lain yang juga berusaha menemukan
barang itu. Kita harus berusaha melepaskan diri dan kejaran orang itu, Carlos!�
�Serahkan saja itu padaku,� kata Carlos geram. �Satu mil lagi di depan ada jalan
bebas hambatan. Aku akan ke situ. Biar saja orang itu berusaha membuntuti kita
terus nanti!�
Ia menjalankan mobil itu dengan kecepatan sama selama beberapa menit selanjutnya.
Kemudian ketika sudah dekat ke jalan bebas hambatan ia menambah kecepatan. Truk
kecil itu meluncur di atas ruas jalan masuk dan sesaat kemudian sudah berada di
tengah keramaian kendaraan yang meluncur dengan laju menuju Hollywood.
Jalan-jalan bebas hambatan di sekitar Los Angeles dan Hollywood merupakan jaringan
jalan raya beton yang menghubungkan Los Angeles dengan tempat-tempat lain di
lingkungannya. Sepanjang hari arus kendaraan tidak henti-hentinya meluncur di situ.
Keadaannya selalu ramai sekali, sampai larut malam.
Mobil truk yang dikemudikan Carlos sudah masuk ke jalan berjalur enam, yang
semuanya dipenuhi kendaraan bermotor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Carlos
menginjak pedal gas. Dengan cekatan dijalankannya mobil, berulang kali menyalip
kendaraan lain yang lebih lambat. Mobil yang membuntuti dalam beberapa menit saja
pasti sudah jauh tentinggal, terjepit di antara mobil dan truk yang besar-besar.
Tapi Carlos tidak mau mengambil risiko. Selama sepuluh menit mobil dijalankan
dengan kecepatan tinggi, berpindah-pindah jalur dan menyalip kendaraan lain.
Kemudian ia memotong ke jalur paling pinggir, lalu membelok dengan tajam memasuki
jalan ke luar.
Ketika sudah sampai di jalan kota yang terdapat di bawah, ia memperlambat jalan
truk. Matanya meneliti dengan waspada lewat kaca spion. Kelihatannya ia puas,
karena sikapnya berubah menjadi santai.
�Tidak ada yang menyusul kita ke luar,� katanya. "Jika tadi memang ada yang
membuntuti, kini ia pasti sudah kehilangan jejak.�
Truk itu berjalan lagi dengan kecepatan normal. Jupiter makin lama makin lesu
perasaannya. Ia tadi mengandalkan adanya bantuan dari Hugenay. Tapi kini orang
Prancis itu kehilangan jejak, sehingga tidak bisa diharapkan lagi.
Truk memasuki semacam lorong di antara dua buah rumah tua. Di ujung belakang ada
garasi besar yang muat untuk dua mobil. Carlos membunyikan tuter. Dengan segera
pintu sorong garasi bergerak ke atas. Truk masuk ke dalam, lalu pintu langsung
diturunkan kembali.
Carlos dan Jerry turun sambil mendorong Jupiter. Remaja itu melihat Mr. Jeeters
berdiri menunggu. Di belakangnya nampak Bob dan Harry dalam keadaan terikat di
kursi.
�Ada kesulitan?� tanya Mr. Jeeters. �Kalian agak terlambat.�
�Tadi ada orang membuntuti,� kata Caries melaporkan. "Kami terpaksa membuang waktu
sedikit untuk melenyapkan jejak. Anak ini berani bersumpah bahwa mereka pasti bukan
polisi. Mungkin yang mencuri weker kemarin. Pokoknya siapa pun orangnya, kami
berhasil melepaskan diri.�
�Bagus.� Mr. Jeeters memaku Jupiter dengan tatapan matanya. �Aku yakin kawan muda
kita ini sama sekali tidak bodoh � jadi takkan mau berbuat macam-macam. Baiklah �
sekarang mana pesan-pesan itu? Serahkan padaku!�
Jupiter merogoh kantung, mengambil secarik kertas �Ini isi pesan pertama, Mr.
Jeeters.�
Mr. Jeeters menerima kertas itu lalu membaca kalimat yang tertulis di situ.
�Kusarankan kaulihat buku� Ya, tentang yang ini sudah dikatakan kawanmu tadi. Buku
apa yang dimaksudkan di sini?�
�Entah � aku juga tidak tahu.�
�Kalau begitu bagaimana bunyi pesan kedua?�
�Ini dia pesannya. Anda baca saja sendiri.� Mr. Jeeters mendengus.
�Hanya satu kamar di mana Bapak Waktu mendengung� katanya sambil membaca kalimat
itu. �Apa lagi makna kalimat ini?�
�Menurut kesimpulanku, artinya kamar di rumah Mr. Cock di mana terdapat kumpulan
jam listrik yang bunyinya mendengung.�
�Ya, betul � tentu saja itu yang dimaksudkan! Tapi kamar itu sudah kuperiksa
seluruhnya. Aku sudah memeriksa kalau-kalau ada dinding kayu yang bisa digeser atau
tempat penyimpanan rahasia. Tapi aku tak menemukan apa-apa. Sekarang serahkan dulu
potongan kertas yang berisi pesan ketiga. Separuhnya lagi ada padaku,� kata Mr.
Jeeters sambil menunjukkan secarik kertas robek.
Ketika Jupiter sedang merogoh kantung, tahu-tahu terjadi gangguan yang tak terduga
sebelumnya, berupa bunyi kaca pecah berantakan. Jendela kiri dan kanan garasi
didobrak dan luar, menyebabkan kerai yang menutupi terlempar ke atas. Sedetik
kemudian dua sosok tubuh berpakaian seragam polisi memanjat masuk lewat jendela-
jendela itu. Keduanya menggenggam pistol otomatik yang diacungkan ke arah Mr.
Jeeters, Carlos, dan Jerry.
�Angkat tangan!� bentak polisi yang paling dulu masuk. �Cepat � jangan macam-macam
lagi!�
�Polisi!� seru Jeny kaget. Carlos menggumamkan sesuatu dalam bahasa Spanyol.
Jupiter serta kedua remaja lainnya yang ada di situ tidak bisa berbahasa itu, tapi
mereka bisa menduga apa yang dikatakan.
�Jangan bergerak! Ayo, angkat tangan!� perintah polisi yang kedua. �Kalian tidak
bisa lari lagi!�
Jerry dan Carlos mengangkat tangan lambat-lambat. Mr. Jeeters bergerak mundur
sampal menyentuh meja kerja di bengkeL Sesaat nampak seolah-olah ia mencari-cari
senjata di belakangnya. Polisi yang pertama masuk mengacungkan pistol ke arahnya.

�Kau juga!" bentaknya. �Kau � he! Apa yang kaulakukan itu? Bau apa ini. yang
terbakar?"
�Ia membakar pesan-pesan itu!� seru Jupiter. Obor pengelas masih menyemburkan nyala
api kecil, dan Mr. Jeeters ternyata menggunakannya untuk membakar kertas-kertas
pesan yang langsung hangus menjadi abu.
�Sekarang uraikanlah teka-teki itu kalau masih bisa,� ejek Mr. Jeeters dengan sikap
puas.
�Kedua pesan pertama masih bisa kuingat� kata Jupiter. "Tapi jika kertas dengan
angka-angka ikut terbakar, aku tidak melihat kemungkinan akan bisa mengetahui apa
yang hendak dikatakan oleh Mr. Clock�
�Putar saja otakmu sekarang, sampai pusing,� kata Mr. Jeeters sambil tertawa. ia
berpaling, menatap Carlos dan Jerry.
�Tolol!� desisnya. �Kalian katakan tadi, kalian berhasil melenyapkan jejak Si
Gendut ini ternyata menghubungi polisi, dan kalian membiarkan mereka membuntuti
kalian sampai kemari
�Tapi aku sama sekali tidak menghubungi polisi!� kata Jupiter dengan cepat. Ia pun
ikut tercengang menghadapi perkembangan baru itu.
�Awasi mereka terus, Joe,� kata polisi yang pertama. Kemudian ia melangkah ke pintu
garasi dan membukanya. Seorang laki-laki berpotongan perlente masuk. Pintu garasi
ditutup kembali. Orang yang baru masuk itu berdiri sambil tersenyum ke arah
kelompok yang ada dihadapannya.
�Well, well,�: katanya. �Bagus! Situasi di sini kelihatannya beres sepenuhnya.�
Jupiter terbeliak.
�Mr. Hugenay!� ucapnya kaget.

Bab 18 Kembali ke Kamar Jam


�Betul,� kata Hugenay. "Ini memang aku, Hugenay, yang menyibukkan polisi di tiga
benua. Masa kau menyangka aku mau membiarkan manusia-manusia dungu seperti mereka
ini mengalahkan aku?"
Mr. Jeeters dan begitu pula kedua temannya kelihatannya mengenal nama yang disebut,
karena mereka langsung nampak kecut dan gugup. Tapi ketiganya tetap membisu,
menunggu perkembangan selanjutnya.
�Tapi �� kata Jupiter tergagap, �Mereka tadi kan berhasil meninggalkan Anda di
tengah keramaian lalu lintas jalan bebas hambatan! Anda tidak mungkin masih bisa
membuntuti terus!�
�Aku sudah berjaga-jaga menghadapi kemungkinan itu,� kata Hugenay dengan santai. Ia
menghampiri Jupiter lalu merogoh kantung jaket remaja itu. Dikeluarkannya sebuah
benda berbentuk kecil dan pipih.
"Ini alat isyarat elektronik,� katanya sambil mengacungkan benda itu. �Tanpa
kausadari, aku tadi memasukkannya ke kantungmu. Dalam mobilku ada pesawat penerima
yang disetel ke gelombang yang dipancarkan. Aku tinggal mengikuti bunyinya. Bahkan
di tengah lalu lintas ramai tadi aku masih bisa mengikuti. Aku juga tahu kapan truk
membelok. Aku memang memerlukan beberapa menit untuk mengikuti jejak bunyi sampai
ke garasi ini. Tapi begitu sudah kutemukan, aku tinggal mengerahkan pembantu-
pembantuku untuk beraksi.�
�Mr. Hugenay!� seru Bob yang masib terikat ke kursi dan yang menatap orang Prancis
itu sejak saat masuk tadi. �Jadi Anda yang mengejar kami kemarin lalu mengambil
weker itu?!�
�Aku mengaku bersalah,� jawab Hugenay sambil membungkukkan badannya sedikit. �Tapi
aku tidak berniat jahat. Aku � katakanlah hanya ingin menolong kalian mencari! Tapi
sekarang bukan waktunya untuk mengobrol, walau senang juga rasanya berjumpa lagi
dengan kenalan lama, Ia berpaling pada kedua polisi yang masuk dengan tiba-tiba
tadi. �Borgol ketiga orang ini ke tiang sana.�
Di tengah garasi ada tiang besi yang merupakan penunjang atap. Mr. Jeeters, Jerry
dan Carlos yang gentar menghadapi pistol yang dipegang polisi berdiri membelakangi
tiang itu, sementara seorang polisi memborgol pergelangan tangan mereka.
Pergelangan kanan masing-masing diborgolkan ke pergelangan tangan kiri teman yang
di sebelah, sehingga ketika polisi selesai, ketiga penjahat itu membentuk lingkaran
membelakangi tiang. Mereka tidak bisa ke mana-mana lagi.
�Bagus,� kata Hugenay. �Sekarang kita lanjutkan urusan kita.�
�Tunggu dulu, Hugenay.� Orang yang berbicara itu Mr. Jeeters, dengan suara diramah-
ramahkan. �Kenapa kita tidak bergabung saja? Jika kita bersama-sama, mungkin barang
itu akan bisa lebih cepat ditemukan.�
�Aku sudah tahu semua yang kauketahui,� kata Hugenay mengentengkan. �Kau mencoba
menduluiku, dan untuk itu kau harus menderita. Lagi pula, seperti kaulihat sendiri
sekarang, aku bekerja sama dengan polisi. Coba bebaskan dulu para remaja itu,�
katanya pada kedua polisi yang menyertainya, �dan setelah ini kita pergi ke kamar
perpustakaan Bert Clock�
Beberapa saat kemudian mereka berenam sudah duduk dalam mobil besar berwarna hitam
yang bergerak menyusur jalan-jalan di Hollywood dengan kecepatan biasa.
Hugenay tertawa sendiri.
�Kau pasti sudah tak mengira akan melihatku lagi,� katanya pada Jupiter yang duduk
di sampingnya.
�Memang,� kata Jupiter terus-terang. �Apalagi setelah polisi tahu-tahu mendobrak
masuk lewat jendela. Aku sama sekali tak menduga bahwa Anda bekerja sama dengan
polisi.�
Hugenay tertawa lagi. Rupanya ada sesuatu yang menyebabkan ia geli.
�Polisi?� katanya. �Aku cuma menyewa dua setel pakaian seragam polisi di di toko
penyewaan kostum � dan dengan seketika aku punya pembantu dua orang polisi. Jangan
terlalu cepat percaya pada apa yang kaulihat, Nak!�
Jupiter terkejut. Ternyata ia tertipu � persis seperti yang dialami Carlos beserta
kedua kawannya. Mau tidak mau, ia semakin mengagumi Hugenay.
�Harry,� kata Jupiter pada remaja yang duduk terjepit di sampingnya, �kita ini
bekerja sama dengan Mr. Hugenay. Aku tadi mau apabila ia bersedia membantu
membebaskan kalian berdua. Sekarang itu sudah dilakukannya. la juga mengatakan akan
berbuat satu hal lagi � yaitu membuktikan bahwa ayahmu tidak bersalah.�
�Betul?� seru Harry. �Wah � hebat kalau begitu!�
�Soal itu mudah, Nak,� kata Hugenay. �Akan kuceritakan sebentar seluk-beluknya.
Seperti mungkin sudah kalian duga juga, Mr. Bert Clock yang dulunya aktor itu
sebenarnya otak yang mendalangi komplotan pencuri benda-benda seni, yang selama
beberapa tahun beraksi di daerah sekitar sini, mencuri lukisan-lukisan mahal dan
rumah orang-orang film yang berada dan yang tidak cukup baik penjagaannya.�
�Ya, mestinya memang begitu!� kata Bob. �Itu rupanya yang menjadi sebab, kenapa Mr.
Clock menukar namanya beberapa tahun yang lalu! Pantas tingkah lakunya misterius.
Rupanya karena ia pencuri. Aku berani bertaruh, pasti dia yang mencuri lukisan yang
disembunyikan di bawah alas lantai dapur rumah yang ditempati keluarga Harry�
�Mungkin bukan dia sendiri yang mencurinya,� kata Hugenay. �Untuk itu ada orang-
orangnya, Satu di antaranya Jerry yang bekas joki. Sebagai pencuri dipakainya
beberapa orang joki. Mereka bertubuh kecil, jadi bisa dengan mudah menyusup masuk
lewat jendela. Lukisan-lukisan hasil curian itu kemudian dijualnya pada orang-orang
Amerika Selatan pengumpul lukisan yang takkan memamerkan benda-benda itu pada orang
lain. Sedang yang dijadikan penghubung dengan mereka adalah Carlos.
Beberapa tahun yang lalu dicuri sejumlah lukisan yang temyata tidak bisa disalurkan
lebih lanjut. Dua orang Amerika Selatan yang merupakan langganan yang paling baik
ditangkap karena terlibat dalam usaha penggulingan kekuasaan yang gagal di negeri
mereka. Karenanya Bert Clock terpaksa menyembunyikan dulu lukisan-lukisan itu. Pada
anak buahnya dikatakan bahwa barang-barang itu akan dijual kemudian, jika sudah
datang saatnya yang tepat.
Tapi Bert tidak menunjukkan sikap akan segera bertindak. Karenanya Jerry dan Carlos
lalu memutuskan untuk bertindak sendiri. Mereka mencuri tiga lukisan. Lukisan-
lukisan itu dibawa ke Bert Cock untuk dijualkan, sambil menuntut kelima lukisan ya,
jumlahnya lima � yang selama itu masih disembunyikan.
Tapi hidup ini penuh dengan kejadian yang bersifat kebetulan. Saat itu polisi yang
mengusut peristiwa pencurian lukisan yang terakhir ternyata mengarahkan perhatian
pada seseorang yang tinggal di rumah Bert Cock. Orang itu ayahmu, Harry. Bert
ketakutan. Ia khawatir, jangan-jangan polisi nanti mengetahui rahasianya. Karena
itu ia lantas menyembunyikan ketiga lukisan yang terakhir dicuri di suatu tempat
yang mudah ditemukan polisi, dan yang akan memberatkan tuduhan terhadap ayahmu.�
�Ia dengan sengaja menyebabkan ayahku ditangkap dengan tuduhan palsu!� kata Harry
getir. �Padahal aku dan ibuku selama mi menganggapnya orang baik!�
�Betul, ia memfitnah ayahmu, Harry. Lalu tidak lama sesudah itu ia menghilang.
Kurasa sebabnya karena ia merasa terdesak oleh Carlos dan Jerry, dan mungkin juga
oleh Jeeters itu. Ia tidak berani mengeluarkan lukisan-lukisan curian dari tempat
penyembunyian barang-barang itu. Jadi ia lantas lari menyembunyikan diri ke Amerika
Selatan. Tidak ada yang tahu di mana ia berada kecuali aku. Aku punya hubungan di
mana-mana. Ini jika aku boleh menyombong sedikit.
Aku menghubunginya, dengan usul agar biar aku saja mengurus penjualan lukisan-
lukisan itu. Aku bisa berbuat begitu karena sebelumnya sudah kupelajari segala
gerak-geriknya. Tapi Bert Cock tidak mau menerima tawaranku, ia saat itu sedang
sakit. Bahkan sudah hampir mati. Ia merasa bersalah terhadap ayahmu, Harry. Ia
mengirimkan jam weker yang menjerit serta sejumlah pesan tertentu pada kawan-kawan
lamanya. Tidak lama setelah itu ia meninggal dunia.�
�Tapi untuk apa dikirimnya pesan-pesan serta weker itu, Mr. Hugenay?� tanya Bob.
�Apakah tidak lebih menggampangkan urusan jika ia menulis surat pengakuan pada
polisi?�
�Bert Clock dari dulu memang berbelit-belit jalan pikirannya,� kata Hugenay. �Ia
mengambil tindakan seperti yang dilakukannya karena ada alasan tertentu. Mungkin
kita akan bisa mengetahuinya apabila sudah berhasil menguraikan makna pesan-pesan
aneh itu.�
�Tapi kertas-kertasnya tadi dibakar Mr. Jeeters,� kata Jupiter mengingatkan.
�Padaku cuma tinggal robekan kertas yang terisi pesan ketiga.�
�Tapi tentu kau masih ingat bagaimana bunyi pesan-pesan itu,� kata Hugenay agak
gugup.
�Cuma kedua pesan pertama." kata Jupiter, �sedang yang ketiga melulu terdiri dan
angka-angka saja. Tak mungkin aku bisa mengingat semuanya. Lagi pula aku hanya
melihatnya sekali � setelah itu aku berebutan dengan Carlos sehingga yang separuh
waktu itu masih ada di tangannya. Kalau pesan pertama bunyinya begini. �Kusarankan
kaulihat buku.� Sedang yang kedua, �Hanya satu kamar di mana Bapak Waktu
mendengung.�
�Buku?� Kening Hugenay berkerut. �Buku yang mana, ya? Kalau �kamar di mana waktu
mendengung� �. kurasa itu mudah saja menafsirkannya. Hanya satu kemungkinan yang
ada, yaitu kamar yang banyak jamnya. Dari semula sudah kuduga bahwa dari situlah
kita harus mulai mencari. Nah, kita sudah sampai di tempat tujuan. Nanti kalau
sudah di dalam kita lanjutkan pemikiran kita.�
Mobil berhenti dan diparkir di pinggir trotoar. Mereka semua turun lalu berjalan
menuju ke rumah Bert Clock. Harry membukakan pintu, lalu pergi mencari ibunya
sambil berseru-seru memanggil namanya.
Saat itu terdengar bunyi gedoran pada pintu kolong rumah yang dikunci. Harry
bergegas-gegas membukakan.
�Aduh, syukur kau datang, Harry!� kata Mrs. Smith sambil keluar. �Jahat sekali Mr.
Jeeters itu! Ia bersama kedua kawannya mengurungku dibawah. Kata mereka aku harus
tetap di situ sampai mereka kembali lagi. Eh � kau datang bersama polisi rupanya.
Aku minta agar penjahat-penjahat itu ditangkap sekarang ini juga!�
�Mereka sudah ditangani, Madam,� kata Hugenay sambil mengayunkan tubuhnya memberi
hormat, �Kami kemari ini karena ada urusan yang sangat penting bagi Anda.�
�Perkenalkan Bu, ini Mr. Hugenay!� kata Harry bergairah. �Katanya, ia bisa
membuktikan bahwa Ayah tidak bersalah.�
"Betul begitu? Syukurlah.� kata ibunya gembira.
�Untuk itu kami minta izin masuk ke kamar perpustakaan Mr. Cock � atau Mr. Hadley,
yang mungkin lebih Anda kenal,� kata Hugenay. �Di situ nanti kami mungkin akan
terpaksa menyebabkan adanya beberapa kerusakan. Tapi dapat saya tegaskan bahwa itu
perlu, guna bisa membuktikan suami Anda tidak bersalah. Bisakah Anda mengizinkan
kami?�
�Ya, ya, tentu saja. Terserah!� kata Mrs. Smith dengan senang. �Bongkar saja
seluruh rumah ini, apabila itu perlu untuk membersihkan nama Ralph.�
�Terima kasih. Sekarang saya minta Anda bersama Harry dan Bob tinggal di luar,
sementara saya bersama anak buah saya bekerja dalam kamar itu. Harap Anda tidak
menghubungi siapa-siapa. Jika ada telepon, jangan jawab. Bagaimana � setuju?"
�Tentu saja. Aku akan menunggu di dapur bersama mereka berdua. Kami akan makan
karena sejak berjam-jam perutku tak ada isinya. Silakan, Mr. Hugenay.�
�Terima kasih,� kata Hugenay, lalu berpaling pada Jupiter. �Kita ke perpustakaan.�
Sementara itu Pete sedang menonton televisi bersama ayahnya di rumah. Ia sama
sekali tidak tahu apa-apa tentang pengalaman seru yang dialami Bob dan Jupiter.
Pete merasa agak sulit memusatkan perhatiannya pada cerita detektif yang sedang
ditonton. Ia masih memikirkan teka-teki yang menyangkut Mr. Clock dengan wekernya
yang aneh itu. Akhirnya ketika film selesai ia bertanya pada ayahnya. Mr. Crenshaw
adalah orang film yang bekerja di bidang teknik. Ia sering bepergian ke berbagai
tempat di seluruh dunia, ikut membuat film.
�Apakah aku kenal Bert Clock?" katanya sebagai jawaban atas pertanyaan Pete. �Ya,
tentu saja kenal! Tapi tidak kenal baik. Kami pernah sama-sama bekerja membuat
film. Wah � dia itu hebat sekali jeritannya! Berdiri bulu tengkuk mendengarnya. Ada
satu film � film tua, kurasa ada dua puluh tahun yang lewat � di mana ia menerapkan
suatu teknik yang sangat menarik�
�Teknik?� Pete meraih kentang goreng kering dari mangkuk yang terletak di atas meja
lalu mengunyahnya. Ia paling suka kentang goreng. �Teknik macam mana?�
�Apa?� tanya ayahnya yang sementara itu sudah asyik lagi mengikuti acara
selanjutnya. Pete mengulangi pertanyaannya. Ayahnya yang sudah terbenam dalam film
cowboy yang menegangkan menjawab secara sambil lalu. Tapi Pete terkejap
mendengarnya. Itu satu hal yang tidak diketahui Jupiter, katanya dalam hati. Pete
sendiri tidak tahu apakah, itu ada sangkut pautnya dengan misteri yang sedang
diusut, tapi Jupiter biasanya ingin mengetahui apa saja mengenai kasus yang sedang
ditangani. Mungkin sebaiknya ia menelepon saja sekarang untuk menyampaikan
informasi itu, walau ada kemungkinan Penyelidik Pertama saat itu sudah tidur. Pasti
ia mau bangun kalau ada urusan penting?
�Wah, malam sudah larut rupanya,� ujar Mr. Crenshaw dengan tiba-tiba. �Kau harus
tidur sekarang, Nak. Ayo naik ke atas. "
�Oke?" kata Pete lalu naik ke atas tanpa menelpon lagi. Besok urusan itu
disampaikan pada Jupiter.

Bab 19 Pencarian yang Sia-sia


Hugenay langsung sibuk, begitu mereka sudah masuk ke ruang yang penuh dengan
berbagai jenis jam. Ia menyuruh kedua orangnya menutup tirai jendela. Setelah itu
dinyalakannya lampu-lampu yang ada di situ. Diperhatikannya ruangan itu.
�Beratus-ratus jilid buku,� gumamnya. "Tiga buah lukisan, kelihatannya barang
murahan. Sebuah cermin besar. Jam, banyak sekali. Dinding berlapis panel, di balik
mana mungkin ada tempat
penyimpanan rahasia. Sekarang pesan-pesan tadi. Yang pertama menyuruh kita melihat
buku. Pesan kedua mengarahkan kita ke kamar ini, di mana waktu mendengung. Sedang
pesan ketiga � coba kulihat pesan itu Nak!"
Jupiter menyodorkan potongan kertas robek yang berisi pesan ketiga. Hugenay
memperhatikan deretan angka-angka yang tertulis di situ dengan kening berkerut.
"Kelihatannya menunjuk pada kata-kata serta halaman-halaman tertentu dalam sebuah
buku,� katanya. �Tapi sama sekali tak bermakna tanpa buku itu.� Ia menoleh pada
Jupiter. �Buku yang mana, kalau menurut perkiraanmu?�
"Tidak tahu,� jawab Jupiter. "Tapi kemungkinannya salah satu buku yang ada di kamar
ini."
"Ya, menurut pendapatku juga begitu. Coba kita periksa beberapa di antaranya.�
Hugenay menghampiri rak buku yang paling dekat, mengambil beberapa buku dari situ
lalu membalik- balik halaman sebentar. Sambil mendengus dikembalikannya buku-buku
itu ke tempat semula.
�Percuma!� tukasnya. �Buku-buku di sini terlalu banyak. Tidak mungkin kita bisa
meneliti semuanya satu per satu. Tapi pesan itu harus kita ketahui maknanya. Ayo,
putar otakmu! Katanya kau kan jago kalau soal begitu.�
Jupiter mencubiti bibir bawahnya, seakan-akan dengan begitu otaknya bisa bekerja
lebih lancar.
�Mr. Hugenay�� katanya setelah beberapa saat.
"Bagaimana, Anak muda?�"
"Pesan-pesan itu ditujukan pada Rex King. Ialah yang dimaksudkan harus menguraikan
pesan-pesan itu, karenanya masuk akal apabila ia tahu buku mana yang dimaksudkan
Mr. Clock."
"Ya, tentu saja! Sekarang kita tinggal meneleponnya saja, untuk menanyakan."
�Tapi ia ada di rumah sakit.�
�Wah, sayang.� Wajah Mr. Hugenay yang semula sudah berseri-seri langsung kecut
lagi. �Coba pikirkan jalan lain.�
"Kita bisa bertanya pada istrinya. Mungkin saja ia tahu.�
"Tentu saja! Itu gagasan yang bagus. Sekarang telepon dia.�
�Lebih baik Bob saja yang menanyakan.� kata Jupiter, �karena waktu itu ia yang ke
sana.�
Jupiter pergi ke dapur, diikuti oleh Hugenay. Bob sedang minum coklat di situ
bersama Harry serta ibunya, Mrs. Smith.
�Ada hasil tidak, Satu?� tanya Bob.
�Belum. Kau harus membantu.� Jupiter menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Bob.
Anak itu dengan segera menelepon dengan memakai pesawat yang ada dalam gang. Ia
dengan segera mengenali suara Mrs. King ketika wanita itu menjawab.
Bob menjelaskan tentang buku misterius yang disebut oleh Bert Clock dalam pesannya.
Mungkin itu buku yang dikenal baik oleh Rex King. Mungkinkah Mrs. King tahu buku
mana itu, yang begitu dikenal sehingga cukup disebut dengan �buku itu� saja?
�Ya, kurasa aku tahu,� jawab Mrs. King. �Dulu Bert pernah mengarang buku tentang
pengalamannya di radio. Buku itu ditulis dengan bantuan suamiku. Judulnya, Jeritan
Jam di Tengah Malam. Bagaimana, itu bisa membantu atau tidak?"
"Tentu saja!� kata Bob bersemangat. �Terima kasih.�
Dengan segera diteruskannya berita itu pada Jupiter dan Hugenay yang langsung
kembali ke perpustakaan dan menutup pintu, sementara Bob kembali ke dapur untuk
menunggu di situ. Ia bertanya-tanya, perkembangan apa yang akan terjadi kini.
Setelah mencari-cari seberapa lama, Hugenay menyambar sebuah buku.
"Ini dia,� katanya. �A Clock Screams at Midnight �Jeritan Jam di Tengah Malam�.
Karangan Albert Clock. Nah � sekarang ada kemajuan! Mana pesan tadi. Coba kulihat
sebentar � halaman 3, kata urutan nomor 27. Sekarang kucari dulu, Kau yang
mencatat kata-kata yang kusebutkan.�
Dicarinya halaman 3 buku itu, lalu mulai menghitung-hitung kata.
�Kata itu, �berdirilah� kata Hugenay sambil membaca. �Sekarang kata-kata
seterusnya.�
Hugenay bekerja dengan cepat, sementara Jupiter sibuk menuliskan kata-kata yang
disebut.
Akhirya Hugenay sampai pada urutan angka yang paling ujung pada kertas robek itu.
�Itulah semua yang ada di sini,� katanya. �Sisa pesan tidak kita ketahui. Coba
kaubacakan spa yang sudah kau catat tadi..�
Jupiter membacakan catatannya,
�Berdirilah di tengah kamar satu menit sebelum tengah malam. Usahakan agar dua
orang detektif dan dua wartawan ikut hadir di situ. Kalian berpegangan tangan
membentuk lingkaran, lalu selama semenit harus membisu, Tepat saat tengah malam ��
Jupiter berhenti membaca.
�Cuma sampai di situ pesan yang tersisa, Mr. Hugenay.�
Hugenay mengumpat karena jengkel. �Kenapa harus berakhir tepat pada bagian itu!
Tepat saat tengah malam � lalu apa? Apa yang akan terjadi saat itu? Kita tidak bisa
menebaknya. Bert Clock itu pintar sekali. Kita tidak bisa menebak maksudnya.�
Hugenay menghembuskan napas panjang. �Apa boleh buat kalau begitu,� katanya. �kita
terpaksa membongkar seluruh kamar ini. Lukisan-lukisan itu mungkin disembunyikan
dalam kamar ini, atau mungkin pula di sini ada kunci pembuka suatu tempat
penyimpanan tertentu. Sebetulnya ada baiknya jika kita tahu apa yang harus dicari.
Tapi karena kenyataannya tidak begitu. Kita harus berusaha sebisa-bisanya saja.�
�Tunggu dulu!� kata Jupiter dengan tiba-tiba. �Jangan-jangan yang dicari lukisan-
lukisan yang tergantung itu! Maksudku, kan bisa saja lukisan
ditutupi dengan lukisan baru?�
�Tidak, kurasa bukan itu jawabannya � tapi baiklah kuperiksa sebentar.�
Hugenay menurunkan lukisan yang paling dekat padanya lalu meneliti barang itu
dengan cermat. Diambilnya pisau lipat dari kantungnya lalu dikoreknya cat sedikit
dan sudut lukisan.
"Tidak! ini lukisan murah,� katanya. �Sekarang kita mulai saja mencari dengan jalan
memeriksa buku-buku yang ada di sini � mungkin saja di dalam salah satu di
antaranya terselip anak kunci. Kalau itu tidak membawa hasil, kita akan memeriksa
dinding dan rak-rak, untuk mencari laci rahasia atau panel yang bisa digeser.�
�Tunggu � aku punya gagasan baru!� seru Jupiter.
�Gagasan baru lagi? Wah � otakmu pasti mendengung karena bekerja keras,� kata
Hugenay kagum. �Bagaimana gagasan itu?�
�Kurasa aku tahu bagaimana caranya memperoleh sisa pesan yang diambil dari kata-
kata dalam buku itu.�
�Katakanlah!�
�Jika orang mengutip kata-kata dan buku untuk dicatat, sering kali kata-kata yang
dipilih di beri garis di bawahnya dengan pinsil,� kata Jupiter menguraikan
gagasannya. �Jadi jika ternyata kata-kata yang sudah kita ketahui dalam buku itu
ada garis-garis di bawahnya, maka sisa pesan bisa kita ketahui dengan jalan
memeriksa seluruh isi buku untuk mencari kata-kata yang juga digarisi.�
�Pemikiran hebat,� kata Hugenay. �Sekarang kita periksa apakah dugaanmu itu tepat�
Sekali lagi ditelitinya buku karangan Bert Clock.
�Kau benar, Anak muda!� ujar Hugenay bersemangat. �Setiap kata dari pesan itu ada
garis dengan pinsil di bawahnya. Nih � kaucari sisa pesan itu.�
Jupiter menerima buku yang disodorkan. Ditelitinya halaman demi halaman, mencari
kata-kata yang ada garis di bawahnya. Ia bekerja dengan teliti sekali, karena garis
yang nampak sangat tipis. Ia membacakan tiap kata yang ditemukan, sementara Hugenay
yang sekarang mencatatnya. Lama juga pekerjaan itu. Tapi Jupiter tidak berhenti
sekejap pun, karena ia sangat tertarik.
Akhirnya ia tidak menemukan garis-garis lagi. �Baiklah � sekarang kubacakan seluruh
pesan itu,� kata Hugenay. Ia mulai membaca,
�Berdirilah di tengah kamar satu menit sebelum tengah malam. Usahakan agar dua
orang detektif dan dua wartawan ikut hadir di situ. Kalian berpegangan tangan
membentuk lingkaran, lalu selama semenit harus membisu. Tepat saat tengah malam
weker penjerit yang kukirimkan padamu akan memperdengarkan suaranya. Kau setel dulu
supaya berbunyi senyaring mungkin. Biarkan menjerit sampai tempat persembunyianku
ketahuan�
Hugenay menatap Jupiter.
�Lalu apa makna semuanya ini?� tanya orang Prancis itu.
Kening Jupiter berkerut. Baru sekali itu ia mendengar pesan yang begitu aneh.
�Kalau menurutku,� katanya, �Seolah-olah jeritan jam itu akan menggerakkan suatu
mekanisme yang akan membuka sebuah pintu rahasia � atau sesuatu seperti itu. Bukan
mustahil ada kunci yang hanya bisa dibuka dengan getaran bunyi khusus. Ada pula
yang hanya mau membuka kalau pemiiknya menyebutkan kata-kata sandi tertentu. Kurasa
jeritan Mr. Clock juga begitu fungsinya.�
�Tepat,� kata Hugenay sependapat. �Kesimpulanku juga begitu. Kunci khusus yang
hanya bisa dibuka dengan bunyi tertentu.�
�Sekarang,� kata Jupiter, �jika Anda membawa weker itu, kita bisa langsung mencoba.
Kurasa keterangan mengenai berpegangan tangan dan menunggu sampai tengah malam tadi
sama sekali tidak ada artinya. Gunanya untuk mengasyikkan saja.
�Wah, sayang,� kata Hugenay lambat-lambat, �jam itu tidak ada lagi. Sudah
kubongkar, karena hendak mencari kalau-kalau ada pesan rahasia terukir di dalamnya.
Jam itu tidak bisa menjerit lagi.� Ia mendesah. �Aku saat itu sama sekali tidak
menduga adanya perkembangan yang begini. Ini salah satu saat yang jarang terjacli,
di mana aku melakukan kekeliruan besar. Tapi apa boleh buat. Barang yang sudah
rusak takkan bisa dibuat utuh kembali.�
�Kalau begitu aku juga tidak tahu apa yang harus kita lakukan sekarang.�
�Masih ada jalan lain,� kata Hugenay. �Tapi caranya kasar, sedang aku paling tidak
suka pada kekasaran. Yah, sekali ini tidak bisa dielakkan, karena memang perlu.
Orang-orangku akan kusuruh membongkar dinding kamar ini termasuk yang di belakang
rak-rak buku. Jika di sini ada lemari rahasia atau tempat penyembunyian lainnya,
kita pasti akan berhasil menemukannya.
"Fred" katanya pada salah satu anak buahnya. "Pergilah ke mobil, lalu ambil
peralatan yang ada di situ. Ada yang kita kerjakan di sini!"

Bab 20 Perkembangan Tak Terduga


Kamar perpustakaan Bert Clock berantakan. Kelihatannya seperti ada bom meledak di
situ. Atau ada regu pembongkar yang hendak merobohkan rumah itu. Kesan kedua lebih
sesuai dengan kenyataan. Anak buah Hugenay memang habis mengobrak-abrik kamar itu.
Mereka beraksi dengan pahat, bor, kapak, dan linggis.
Mula-mula mereka menurunkan buku-buku rak dan menumpukkan semuanya di lantai.
Lukisan-lukisan serta cermin diturunkan pula. Setelah itu mereka mulai membongkar
dinding dengan cara diperhitungkan. Setiap jengkal diperiksa, kalau-kalau ada
rongga di belakang lapisan dinding, Beberapa rak juga dicopot untuk mencari pintu
atau lemari tersembunyi. Mereka juga mencoba mendobrak langit-langit. Ternyata itu
lapisan semen semata-mata.
Segala usaha yang dilakukan sia-sia. Sama sekali tak dijumpai sesuatu yang bisa
dianggap tempat penyembunyian rahasia.
Hugenay nampak marah, di samping kecewa.
"Yah�ternyata kita gagal,� katanya.�Bert Clock menyembunyikan benda tak dikenal itu
dengan begitu baik, sampai aku pun tak berhasil menemukan. Tak kusangka ini bisa
terjadi padaku.�
�Apakah itu berarti Anda tidak bisa membuktikan bahwa ayah Harry sebenarnya tidak
bersalah?" tanya Jupiter.
�Betul, apabila lukisan-lukisan curian itu tidak ditemukan,� jawab Hugenay. �Dan
seperti kau lihat sendiri, kita tidak berhasil! Kita gagal� kecuali jika kau
mendapat akal baru lagi.�
Jupiter mencubit-cubit bibimya. Ada gagasan baru terbayang.
�Mr. Hugenay � weker itu memang sudah musnah, tapi teriakan Bert Clock kan tidak,�
�Apa maksudmu dengan kata-kata itu?� tanya Hugenay.
�Ada orang bernama Gerald Watson yang memilki koleksi rekaman semua acara Bert
Clock yang termasuk serial �Jeritan di Tengah Malam�. Masing-masing acara diawali
dengan jeritan. Mungkin jeritan dan weker itu berasal dan salah satu acara
tersebut. Jika benar begitu dan kita bisa meminjam rekamannya beserta alat pemutar
dan Mr. Watson. Kita sama sekali tidak perlu weker!�
�Cepat � kautelepon orang itu. Jangan buang-buang waktu lagi!�
Jupiter bengegas menelepon Mr. Watson. Orang itu pada mulanya hanya bisa heran
mendengar pertanyaan yang baginya begitu aneh. Tapi ia dengan segera mengenali
jeritan mana yang dimaksudkan oleh Jupiter.
"Ya, aku tahu jeritan mana yang kaumaksudkan itu,� katanya. �Wah � jeritan itu dari
sebuah film tua, yang dibuat sekitar dua puluh tahun yang lewat. Itu yang membuat
nama Bert kemudian menanjak. Ya � tentu saja aku memiliki rekamannya. Dengan senang
hati kupinjamkan beserta alat pemutarnya, asal kemudian kau ceritakan misteri apa
yang sebetulnya bersangkutan dengannya.�
Jupiter berjanji. Dikatakannya bahwa sebentar lagi akan ada orang datang mengambil.
Selesai menelepon, ia kembali ke kamar perpustakaan. Temyata mereka yang tadi
menunggu di dapur datang untuk melihat perkembangan. Mereka kaget ketika melihat
keadaan kamar itu.
�Aduh, Jupe � habis kau obrak-abrik kamar itu� kata Bob. �Lalu ada yang kalian
temukan?"
�Belum ada,� kata Jupiter mengaku.
�Wah � kelihatannya kalian seperti hendak meruntuhkan rumah ini!� seru Mrs. Smith.
Takkan kuberi ijin tadi jika aku tahu bahwa kalian akan berbuat sampai begini!�
�Kami mencari-cari bukti yang akan menunjukkan bahwa suami Anda tidak bersalah,�
kata Hugenay padanya. �Apakah Anda menyuruh kami berhenti sebelum bukti itu ketemu?

�Tidak, tidak, bukan begitu maksud saya,� kata Mrs. Smith gugup �Jika Anda bisa
membuktikan ia tak bersalah, kurasa kerusakan yang bagaimanapun bukan apa-apa
bagiku.�
�Kami akan mencoba tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah,� kata Hugenay
dengan gayanya yang sopan. Mrs. Smith kelihatannya puas mendengar janji itu.
Seluruh dinding sudah dibobok dalam usaha mencari tadi. Kini tidak ada lagi yang
bisa dilakukan selain menunggu. Bawahan Hugenay yang barnama Joe sudah berangkat
dengan mobil untuk mengambil pita rekaman beserta alat pemutarnya dari rumab Mr.
Watson. Sejam kemudian ia kembali dengan menjinjing alat perekam Itu.
�Ini dia,� katanya. �Pak Tua tadi sudah memasangkan pita itu, sehingga kita tinggal
memutarnya saja�
�Bagus� kata Hugenay. Sambil berpaling ditanyakannya pada Jupiter, �Kau bisa
menjalankan alat ini?�
�Bisa,� jawab Jupiter, lalu menghubungkan alat itu ke sambungan listrik.
�Sekarang kita kembalikan keadaan dalam kamar ini seperti semula,� katanya. �Tentu
saja tidak bisa pulih sama sekali �tapi kita gantungkan saja lukisan-lukisan serta
cermin itu ke tempat lama dan buku-buku kita kembalikan ke rak.�
Hugenay mulanya hendak membantah. Tapi tidak jadi, setelah berpikir sebentar.
�Lakukan apa yang dikatakan itu,� katanya pada anak buahnya yang langsung mulai
bekerja. Setelah semua kembali berada di tempat lama, kedua orang itu mundur dan
mengambil sikap menunggu.
�Mulai sajalah sekarang!� kata Hugenay dengan tidak sabar. �Menurutku kita hanya
membuang-buang waktu � tapi tidak ada salahnya mencoba.�
�Baik,� kata Jupiter yang selama itu sudah mulai mendengarkan rekaman yang disetel
pelan olehnya. Ia sudah menemukan posisi pita yang ada jeritannya. Pita itu diputar
kembali sampai ke posisi itu.
�Sekarang sudah siap,� katanya. �Semua harap tenang.�
Pita dijalankan, sementara bunyi yang keluar dinyaringkan. Mula-mula terdengar
percakapan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita. Tahu-tahu ada jeritan
melengking tinggi, seperti suara seseorang yang panik. Jeritan itu mengisi seluruh
ruangan, lalu terdiam.
Semua yang ada di situ menunggu pintu rahasia yang tahu-tahu terbuka dengan sendiri
� atau panel yang terdorong maju dari dinding.
Tapi tidak ada kejadian apa-apa.
�Tepat seperti sudah kuduga tadi!� seru Hugenay. �Sungguh � dalam ruangan ini tidak
ada tempat di mana lima lukisan mahal mungkin bisa disembunyikan. Tidak ada!"
�Kurasa ada,� kata Jupiter dengan semangat yang timbul dengan tiba-tiba. Ia melihat
sesuatu yang tak terlihat oleh yang lain-lainnya. Seketika itu juga ia merasa tahu
di mana lukisan-lukisan itu disembunyikan. Sekarang tinggal menguji kebenaran
dugaannya itu.
�Kita coba saja sekali Jagi,� katanya. �Mungkin tadi kurang nyaring.�
Tombol pengatur volume suara disetel sampai maksimum. Pita rekaman diputar balik,
sampai ke posisi di mana jeritan terdengar.
Sekali itu jeritan demikian melengking, sampai yang ada di situ terpaksa menutup
telinga. Jeritan semakin melengking.
Saat itu terjadilah hal yang ditunggu-tunggu, meski semula wujudnya tak tersangka-
sangka.
Kaca cermin besar pecah berantakan, jatuh berhamburan ke lantai. Dalam sekejap mata
saja tidak ada lagi dari cermin kecuali bingkainya serta beberapa pecahan kaca yang
masih terselip.
Pada tempat kaca yang pecah itu kini nampak lukisan berwarna nyala, Sementara yang
ada dalam ruangan itu menatap nanar, lukisan itu tergulung dengan pelan lalu jatuh
ke lantai, disusul empat lukisan lagi yang semula terjepit antara kaca dan dinding
belakang cermin.
Akhirnya diketahui kegunaan weker yang menjerit.
Tanpa mempedulikan pecahan kaca yang berserakan, dengan cepat Hugenay maju dan
menyambar lukisan yang pertama, suatu lukisan bergaya abstrak yang menampakkan
wama-wama campur aduk dengan latar belakang hitam.
�Ini dia lukisan-lukisan itu?� serunya dengan nada menang. �Benda-benda berharga
dengan nilai setengah juta dollar akhirnya jatuh juga ke tanganku!�
Saat itu pintu perpustakaan di belakang mereka terbuka. Seseorang yang saat itu
masuk berseru dengan suara tajam, �Angkat tangan! Kalian semua ditangkap!�
Sesaat tidak terdengar suara sedikit pun, sementara orang-orang yang ada dalam
ruangan itu berpaling dan menatap kelompok yang berdiri di ambang pintu. Nampak dua
orang polisi dengan pistol teracung. Di belakang mereka Jupiter melihat kepala
polisi kota Rocky Beach, Chief Reynolds, serta Mr. Crenshaw, ayah Pete, Sesaat
kemudian Pete menerobos masuk
�Jupe?� serunya gugup. �Kau tidak apa-apa? Wah, kami tadi sudah gelisah saja
memikirkan kalian! Aku tidak bisa tidur, karena ada sesuatu yang perlu
kuberitahukan padamu. Karenanya aku kemudian menelepon ke rumahmu. Kata pamanmu kau
ke rumah Bob. Sedang ketika kutelepon ke rumahnya, ibunya mengatakan bahwa ia
menyangka Bob ada di rumahmu. Aku menelepon ke markas kita. Tapi di situ pun kalian
tidak ada, Aku lantas bersepeda ke sana untuk melihat apakah kalian meninggalkan
pesan. Di situ aku menemukan suratmu yang menyebut kamar jam. Aku menelepon kemari,
tapi tidak ada yang mengangkat telepon. Aku mulai cemas. Kuberi tahu pada ayahku
bahwa kau dan Bob menghilang. Lalu ia menelepon Chief Reynolds. Beramai-ramai kami
kemari untuk memeriksa. Ternyata kami datang pada saat yang tepat.�
Chief Reynolds melangkah maju lalu mengambil lukisan yang dipegang Hugenay dan
meletakkannya dengan hati-hati ke atas meja.
�Lukisan ini dicuri dari suatu sanggar pameran sekitar dua tahun yang lalu,� kata
kepala polisi itu. �Aku ingat, karena waktu itu foto-fotonya disebarluaskan di
kalangan kepolisian.�
Chief Reynolds berpaling pada Jupiter.
"Sudah kusangka ini bukan urusan sepele,� katanya. �Teringat olehku tentang Bob
yang kemarin mengatakan dikejar orang, lalu ada sesuatu yang dicuri dan mobil yang
ditumpanginya. Aku lantas menarik kesimpulan, kalian pasti terlibat dalam suatu
urusan besar. Kelihatannya kami datang tepat pada waktunya di sini untuk menangkap
para pencuri dengan barang-barang curian mereka.�
Jupiter menoleh, memandang Hugenay. Orang Prancis itu kelibatannya tenang-tenang
saja, walau saat itu ia terjebak setelah bertahun-tahun lamanya selalu berhasil
menghindarkan diri dari penangkapan. Ia bahkan tersenyum simpul. Ia merogoh
kantung, mengambil sebatang cerutu yang langsung dinyalakan.
�Tolong katakan,� katanya, �kejahatan apa yang dituduhkan terhadap diriku?�
�Pertama-tama, ketahuan memegang barang-barang curian,� tukas Chief Reynolds.
�Kecuali itu bisa pula penculikan, merusak dengan sengaja � pokoknya banyak yang
bisa didakwakan.�
�0, ya?� Hugenay menghembuskan asap cerutunya. �Harap jangan sembarang menuduh. Aku
kemari untuk ikut membantu pencarian sejumlah benda-benda seni yang hilang dicuri
orang dan disembunyikan Albert Clock. Pemuda ini �� Sambil berkata begitu
dianggukkannya kepala ke arah Jupiter. �� pemuda ini akan mengatakan pada Anda
bahwa ia bersama kawan-kawannya secara sukarela membantu dalam usaha itu. Kerusakan
yang terjadi di sini dilakukan seizin nyonya ini, yang diserahi wewenang atas rumah
ini. Pengrusakan itu perlu guna menemukan lukisan lukisan yang hilang. Kami telah
berhasil menemukan lukisan-lukisan ini. Sekarang kami akan menyerahkannya pada
Tuan-tuan, dan setelah itu kami minta diri.�
�Tunggu dulu �� kata Chief Reynolds.
Tapi Hugenay memotongnya.
�Katakan padanya bahwa yang kukatakan tadi sepenuhnya benar, Anak muda,� kata orang
Prancis itu pada Jupiter.
Jupiter terkejap. Ucapan Hugenay tadi memang semuanya benar,
�Betul. Chief Reynolds,� katanya dengan segan-segan. �Memang benar bahwa kami ada
di sini atas kemauan sendiri, begitu pula bahwa Mr. Hugenay ini mencari lukisan-
lukisan yang disembunyikan. ltu sepenuhnya benar.�
�Tapi kami tahu siapa dia. Lukisan yang ditemukan pasti hendak dimiliki olehnya
sendiri,� seru Chief Reynolds.
"Itu pendapat Anda.� kata Hugenay. �Tapi Anda tidak punya bukti sama sekali. Jadi
kami minta diri saja sekarang, dengan seizin Anda tentunya. Aku tahu pasti Anda
tidak berniat menahan kami, karena jika itu Anda lakukan, aku nanti akan menuntut
ganti rugi sejuta dollar karena ditangkap dengan tuduhan palsu. Perkara itu pasti
akan kumenangkan di pengadilan!�
Ia memberi isyarat pada orang-orangnya yang masih mengangkat tangan mereka dengan
gugup.
�Kita pergi,� katanya. �Kita tidak diperlukan lagi di sini. Kita ucapkan selamat
tinggal pada semua yang hadir.�
�Nanti dulu!� Kini salah seorang polisi yang asli membuka mulut. �Kalian tidak bisa
segampang itu pergi dan sini. Kami bisa saja menahan kalian dengan dakwaan menyamar
sebagai petugas kepolisian!�
�0, ya?� Hugenay menguap dengan sikap sopan, seolah-olah memamerkan bahwa ia sama
sekali tidak terkesan. �Fred! Coba kau maju sebentar. Sekarang saya persilakan Anda
sekalian mengamat-amati lencana yang dipakai orang ini. Perhatikan huruf-huruf yang
tertulis di situ,�
�N-Y-P-D� kata Chief Reynolds. Ia tidak mengerti.
�Tepat! Itu singkatan New York Police Department � Departemen Kepolisian kota New
York. Kedua orang ini aktor yang kusewa untuk membantuku dalam pencarian ini.
Mereka memakai pakaian seragam polisi kota New York, yang letaknya hampir tiga ribu
mil dari sini. Ini hanya leluconku saja, yang sama sekali tidak merugikan siapa-
siapa. Anda tidak bisa mengatakan mereka mengaku-ngaku polisi Los Angeles, karena
mereka memakai seragam polisi New York!�
Jupiter terkejut. Setelah diamati secara teliti, temyata ucapan Hugenay memang
benar. Padahal seperti yang lain-lainnya pula, ia tadi beranggapan bahwa kedua
orang itu pasti polisi Los Angeles. Dan karena Amerika Serikat merupakan negara
federal di mana masing-masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri-sendiri di
bidang penegakan hukum, maka polisi negara bagian yang satu sama sekali tidak
memiliki wewenang hukum di negara bagian lain. Dan karenanya di pihak lain, orang
yang memakai pakaian seragam kepolisian yang tidak memiliki kesahan hukum di suatu
tempat memang tidak bisa diapa-apakan.
�Mari kita pergi,� kata Hugenay sambil melangkah ke pintu dengan tenang. Chief
Reynolds hanya bisa menggaruk-garuk kepala saja.
�Tak ada alasan yang bisa kutemukan untuk menahan mereka!� katanya jengkel. �Kurasa
kita terpaksa membiarkan mereka pergi!�
Jupiter menggeleng-geleng dengan perasaan kagum. Hugenay memang tidak berhasil
memperoleh lukisan-lukisan yang dicarinya selama ini. Tapi sekali lagi ia berhasil
menghindar dan penangkapan.
Di ambang pintu Hugenay berhenti, lalu menoleh ke arah Jupiter.
�Aku senang sekali bekerja sama denganmu, Anak muda,� katanya. �Hanya sayang, kita
tidak bisa bahu-membahu secara profesional. Coba kau mau, di bawah bimbinganku kau
akan mempunyai masa depan gemilang. Tapi aku yakin, kapan-kapan kita akan berjumpa
lagi.�
Sesaat kemudian terdengar pintu depan dibuka lalu ditutup kembali. Hugenay
menghilang, bersama anak buahnya. Chief Reynolds masih saja sibuk rnenggaruk-garuk
kepala.
�Yah.� katanya, �kurasa sekarang sudah sampai waktunya untuk memperoleh penjelasan.
Mengenai apa sebetulnya urusan ini, Jupiter?�
Jupiter menarik napas dalam.
�Begini, Chief. Awalnya dimulai dengan sebuah jam yang menjerit. Saat itu ��
Jupiter bercerita panjang-lebar.

Catatan Alfred Hitchock


Memang tidak perlu dipaparkan cerita Jupiter Jones pada Chief Reynolds serta semua
yang hadir dalam ruangan yang penuh dengan jam itu. Tapi mungkin ada yang ingin
tahu mengenai beberapa soal yang diketahul kemudian, sebelum kasus ini secara resmi
dinyatakan ditutup.
Lukisan-lukisan yang hilang dicuri dan yang menyebabkan ayah Harry ditangkap
temyata ditaruh di bawah alas lantai oleh Albert Clock, yang takut polisi akan
mencurigai dirinya apabila ia tidak bisa mengarahkan kecurigaan pada orang lain.
Lalu begitu keadaan dirasakan sudah aman. Ia minggat ke luar negeri dan bersembunyi
di Amerika Selatan. Tindakan itu dilakukan untuk menjauhkan diri dari pengamatan
polisi, tapi di pihak lain juga karena hendak lari dari Carlos, Jerry, dan Mr.
Jeeters yang merupakan anggota komplotan yang mencuri lukisan-lukisan itu serta
yang saat itu mendesak Albert Clock agar aktif kembali.
Ia kemudian meninggal karena sakit di Amerika Selatan. Demikian dikabarkan oleh
Hugenay.
Karenanya ia tidak bisa lagi diajukan ke pengadilan. Sedang Carlos, Jerry, dan Mr.
Jeeters dijemput dari garasi di mana mereka ditinggalkan dalam keadaan terborgol.
Mereka mengakui kesertaan mereka dalam komplotan pencuri, serta membebaskan diri
ayah Harry dan segala tuduhan yang ditimpakan padanya. Mr. Smith dibebaskan dan
penjara, dan ia bergabung kembali dengan keluarganya.
Teknik yang diterapkan Bert Clock dalam film lama yang masih diingat ayah Pete
serta Mr. Watson adalah memecahkan cermin dengan cara menjerit dengan suara
melengking tinggi di depan cermin itu. Getaran yang ditimbulkan gelombang bunyi
tertentu memang dapat memecahkan kaca. Dan teknik itu dalam film menimbulkan kesan
yang luar biasa dramatik
Kemudian Bert Clock membeli cermin yang serupa, lalu menggantungkannya dalam kamar
perpustakaannya. Ia mempergunakan itu sebagai tempat penyembunyian lukisan-lukisan
hasil curian yang kemudian baru dijual apabila keadaan sudah aman. Lima di
antaranya yang belum bisa dijual ditinggalkannya di situ, karena tidak ada tempat
lain yang lebih aman lagi.
Alasan kenapa ia memasang cermin itu di sana hanya bisa diduga-duga saja. Menurut
perkiraanku, ia menyukai kenyataan bahwa ia bisa memecahkan kaca itu kapan saja ia
mau dengan teriakannya. Bahkan mungkin saja ia berniat akan melakukannya suatu hal
untuk membuat kenalan-kenalannya tercengang keheranan.
Tentang teknik itulah Mr. Crenshaw bercerita pada Pete, dan yang oleh Pete dianggap
perlu segera diberitahukan pada Jupiter. Seperti dikatakan oleh Pete, malam itu ia
tidak bisa tidur lalu menelepon ke rumah Jupiter. Ia langsung memberi tahu ayahnya
ketika mendengar bahwa baik Bob maupun Jupiter menghilang, tanpa diketahui ke mana.

Jupiter agak jengkel terhadap dirinya sendiri, karena tidak menduga bahwa cermin
besar itu bisa dipakai sebagai tempat penyembunyian beberapa lukisan berukuran
kecil. Tapi Bob dan Pete mengatakan bahwa ia telah berhasil dengan gemilang dalam
tahap-tahap penyelidikan yang selebihnya, sehingga bisa saja dimaafkan kalau ia
tidak menyadari hal yang paling menentukan.
Ketika Jupiter untuk pertama kalinya memperdengarkan rekaman jeritan, ia melihat
kaca cermin besar bergetar sedikit. Ia langsung menyadari apa yang seharusnya
terjadi saat itu. Dengan jalan menyaringkan suara sampai sekeras-kerasnya, ia
kemudian berhasil memecahkan kaca dengan cara yang cukup dramatik untuk memuaskan
seleranya.
Kini masih ada satu pertanyaan lagi yang perlu dijawab. Apa sebabnya Bert Clock
mengirimkan pesan-pesan anehnya pada tiga orang teman serta weker yang menjerit
pada Rex King � dan bukan pada polisi?
Mr. King sendiri yang memberikan penjelasan mengenainya, yang menurutku merupakan
jawaban yang sebenarnya.
Di sini aku mengutip kata-kata Rex King.
�Bert Clock tahu bahwa aku sedang dirundung kesialan, dan bahwa sejak lama aku
menganggur. Di Hollywood sini publisitas besar sekali artinya. Aku memerlukan
sesuatu yang bisa membuat namaku disebut-sebut lagi dalam surat kabar, supaya
produser film dan televisi yang membacanya akan teringat lagi pada diriku.
Ia lantas mengatur siasat dalam mana aku direncanakannya akan menemukan lukisan-
lukisan yang hilang dengan cara yang sangat dramatik. Menurut perhitungannya
kejadian itu pasti akan menjadi berita besar dalam berbagai surat kabar. Dan
andaikan aku tidak terkapar di rumah sakit ketika weker itu datang, dengan mudah
aku bisa menghubungi kawan-kawan yang dititipi pesan-pesan serta menguraikan teka-
tekinya, lalu mengajak sejumlah wartawan dan detektif untuk menjadi saksi saat aku
menemukan lukisan-lukisan itu. Kejadian itu pasti akan merupakan berita yang
menggemparkan, dan aku akan memperoleh publisitas besar-besaran.
Bert memang sahabat yang baik � walau ia itu pencuri � dan tindakannya yang
terakhir sebelum mati adalah berusaha menolongku. Karenanya aku tidak bisa
menganggapnya jahat. Aku hanya menyesal bahwa semuanya tidak berjalan seperti yang
direncanakan olehnya, sebab publisitas itu berguna sekali bagiku.�
Kalian pasti senang mendengar bahwa berita-berita dalam surat kabar mengenai
kejadian ini ternyata juga menyebut nama Mr. King. yang karenanya kemudian
memperoleh sejumlah tugas baru.
Sedang tentang Trio Detektif, kasus ini telah mereka nyatakan selesai. Dan kini
mereka sedang mencari-cari kasus baru. Entah apa lagi yang akan mereka hadapi
sekarang.

Alfred Hitchcock

Scan and Created Ebook by


Syauqy_arr@yahoo.co.id
(Koleksi �TRIO DETEKTIF�)
Web, http//hanaoki.wordpress.com

Convert Ebook to other format and edited by:


Farid ZE
Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu

Anda mungkin juga menyukai