Anda di halaman 1dari 198

http://inzomnia.wapka.

mobi

TRIO DETEKTIF
MISTERI NAGA BATUK

Ebook by Nurul Huda Kariem MR.

KATA PENDAHULUAN

KATA pendahuluan ini semata-mata untuk mem­perkenalkan Trio


Detektif pada pembaca yang baru sekali ini hendak mulai mengikuti
kisah petualangan mereka yang selalu mengasyikkan. Jadi pembaca yang
sudah tahu siapa mereka, tentu saja tidak perlu lagi membaca halaman
ini.

Trio Detektif merupakan sekelompok penyelidik remaja yang gigih.


Meski mereka amatir, tapi sangat tangguh dalam mencapai tujuan
mereka. Dan tujuan mereka adalah menyelidiki misteri­misteri.

Pemimpin mereka Jupiter Jones, Ia sendiri yang mengatakan begitu. Ia


pula yang merupakan "otak" Trio Detektif. Pete Crenshaw, yang
bertubuh paling kekar di antara mereka bertiga, biasanya melakukan
tugas yang menghendaki ketangguhan jasmani. Sedang Bob Andrews
menangani bagian Catatan dan Riset.

Ketiga remaja itu bertempat tinggal di Rocky Beach, sebuah kota kecil
di tepi Samudra Pasifik, beberapa mil dari kota film terkenal di
Amerika Serikat, Hollywood. Mereka bermarkas di sebuah karavan yang
sudah diubah menjadi kantor. Karavan itu tersembunyi letaknya di
Jones Salvage Yard, suatu tempat perjualbelian barang-barang bekas,
yang diusahakan oleh paman dan bibi Jupiter. Dalam karavan
tersembunyi itu ada kantor dan laboratorium kecil, kamar gelap, serta
peralatan hasil rakitan ketiga remaja itu sendiri, dari barang-barang
bekas yang bertumpuk-tumpuk di kompleks itu. Karavan itu hanya bisa

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dimasuki lewat berbagai lorong rahasia. Hanya ketiga remaja itu saja
yang bisa melewati lorong-lorong itu, tanpa tersangkut-sangkut.

Nan! Rasanya itu sudah cukup sebagai perkenalan. Sekarang, silakan


menikmati kisah petualangan Trio Detektif yang terbaru.

Alfred Hitchcock

Bab I

AWAL YANG MISTERIUS

"AKU ingin tahu," kata Jupiter Jones pada suatu pagi, "langkah-langkah
mana yang kita ambil, jika kita hendak melakukan perampokan terbesar
yang pernah terjadi di daerah sini."

Kedua temannya bereaksi dengan gerakan kaget. Tumpukan kartu kecil-


kecil yang saat itu hendak dimasukkan oleh Bob Andrews ke dalam
mesin cetak tua milik ketiga remaja itu terlepas dari tangannya,
sehingga jatuh berhamburan. Pete Crenshaw, yang sedang membetulkan
sebuah radio usang, tersentak. Obeng yang dipegangnya melenceng ke
samping.

"Apa katamu?" tanya Pete, sambil mengusap-usap goresan yang


ditinggalkan mata obeng pada kayu penutup sisi belakang radio.

"Aku mengatakan, aku ingin tahu langkah mana saja yang kita ambil, jika
kita ingin melakukan perampokan terbesar yang pernah terjadi di
daerah sini," kata Jupiter mengulangi kalimatnya. "Itu jika kita ini
penjahat ulung."

"Sementara kau sedang mereka-reka ha! itu," kata Pete, "coba


kaupikirkan sekaligus apa yang terjadi dengan diri kita, jika kita

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tertangkap. Aku pernah mendengar - entah di mana - bahwa kejahatan


itu pada hakikatnya tidak membawa faedah. Bob Andrews memunguti
kartu-kartu yang berhamburan di tanah.

"Kurasa kita tidak berbakat menjadi penjahat ulung, Lihat saja aku ini -
memasukkan kartu-kartu ke mesin cetak saja sudah tidak bisa!"

"Aku juga hanya mereka-reka kemungkinannya saja," kata Jupiter. "Kita


ini kan penyelidik! Tadi tiba-tiba timbul pikiran, jika kita bisa mereka-
reka kejahatan yang terencana rapi, nanti jika harus melakukan
pengusutan, sedikit-banyak kita kan sudah mengetahui liku-likunya. Kita
hanya perlu membalikkan cara berpikir kita, seolah-olah kita ini
penjahat ulung."

Pete mengangguk.

"Idemu itu bagus, Jupe," katanya. "Tapi aku sekarang perlu


membalikkan jalan pikiran pemiiik terakhir dari radio ini terlebih dulu.
Ia mencoba membetulkan radio ini - tapi hasilnya malah tidak keruan!
Kalau ini sudah beres, aku mau saja main ulung-ulungan bersamamu."

Ketiga remaja yang menamakan diri mereka Trio Detektif itu sedang
berada di bengkel Jupiter, yang terdapat di dalam kompleks Jones
Salvage Yard. Bengkel itu terpencil letaknya, dan dinaungi atap selebar
kurang-lebih dua meter, yang menjorok dari tepi atas pagar tinggi yang
mengelilingi kompleks. Mereka sedang sibuk bekerja, memperbaiki
barang-barang bekas yang dibeli Paman Titus. Sebagian dari keuntungan
hasil kerja mereka dijadikan uang saku, sedang selebihnya dipakai untuk
melengkapi peralatan kantor mereka, seperti pesawat telepon, misalnya.

Pete mengencangkan sebuah sekrup pada radio yang sedang


diperbaikinya. Setelah itu dengan bangga diperlihatkannya hasil
kerjanya pada Jupiter, untuk dinilai.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Hasil kerjaku ini pantasnya diimbali dengan paling sedikit tiga dolar
oleh pamanmu, Jupe," katanya. "Kini barang ini bisa dijualnya dalam
kondisi baik, dan bukan barang rongsokan lagi - seperti sewaktu dibeli
olehnya."

Jupiter tersenyum.

"Bukan kebiasaan Paman Titus, menghambur-hamburkan uang tanpa


pertimbangan," katanya. "Coba kauuji dulu, untuk memastikan bahwa
radio itu benar-benar bisa berbunyi lagi."

Pete mengangkat bahu, lalu menyalakan pesawat radio itu. "Percaya deh
- kutanggung sudah beres lagi," katanya. "Dengarkan saja sendiri!"

Terdengar bunyi dengung dan berkeretak sesaat, disusul suara seorang


penyiar yang kedengarannya sedang membacakan warta berita.

"Pihak kepolisian masih tetap belum dapat mengambil langkah-langkah


kongkret sehubung­an dengan peristiwa-peristiwa misterius yang
terjadi di Seaside," kata penyiar, membacakan berita. "Selama minggu
terakhir, lima ekor anjing dilaporkan lenyap. Para pemilik kebingungan
atas lenyapnya anjing-anjing peliharaan mereka. - Dan kini menyusul
berita luar negeri. Di ..."

"Ya, cukuplah, Pete," kata Jupiter.

Pete mematikan pesawat radio.

"Bukan main," katanya. "Lima ekor anjing hilang! Rupanya ada orang
sinting sedang gentayangan, menculik anjing."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa dia itulah penjahat ulung yang dibicarakan Jupe tadi," kata Bob
sambil tertawa nyengir. "Orang itu berniat mencuri semua anjing yang
bisa dicuri, untuk kemudian menguasai pasaran anjing. Dengan begitu
tidak ada pilihan lain bagi para peminat, kecuali membayar harga yang
diminta. Saat itu semua anjing hasil culikannya dilempar ke pasaran, dan
ia akan menjadi kaya-raya."

Jupiter duduk termenung, sambil memijit-mijit bibir bawahnya. Itu


merupakan tanda bahwa otaknya sedang bekerja.

"Ganjil," katanya setelah beberapa saat.

"Apanya yang ganjil?" tanya Bob. "Maksudmu jumlah anjing yang hilang?
Lima memang angka ganjil."

Jupiter menggeleng. Keningnya berkerut.

"Bukan itu maksudku! Yang kukatakan ganjil, kenapa anjing sebanyak itu
lenyap dalam seming­gu. Laporan tentang anjing yang hilang biasanya
cuma sekali-sekali saja masuk - dan tidak beruntun-runtun dalam batas
waktu seminggu."

"Yah - kurasa seperti yang kukatakan tadi," kata Bob. "Ada penjahat
ulung dengan gagasan edan, yaitu hendak menguasai pasaran jual-beli
anjing. Mungkin ia ingin menekan harga daging cacah, di samping menjual
anjing-anjing curian dengan keuntungan besar."

Jupiter tersenyum sekilas.

"Pemikiranmu itu boleh juga," katanya, "tapi dengannya tidak terjawab


pertanyaan yang timbul. Kenapa sampai ada lima ekor yang hilang, dalam
waktu satu minggu? Pertanyaan lainnya, kenapa kita tidak dihubungi
untuk mengusut peristiwa-peristiwa misterius ini?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Mungkin karena peristiwanya tidak begitu misterius," kata Pete.


"Anjing kan kadang-kadang keluyuran, dan tidak dengan segera pulang.
Itu dugaanku."

"Aku sependapat dengan Pete," kata Bob. "Berita tadi tidak


menyebutkan apakah anjing-anjing yang hilang itu berharga atau tidak.
Beritanya kan hanya tentang lima ekor anjing yang dilaporkan hilang."

Jupiter mengangguk lambat-lambat. Tapi nam­paknya ia masih tetap


sangsi.

"Bisa juga kalian berdua benar," katanya mengakui. "Mungkin saja segala
peristiwa ini cuma kebetulan yang aneh belaka - meski terus terang
saja, aku tidak suka menarik kesimpulan yang begitu."

Kedua temannya tersenyum. Memang kebia­saan Jupiter untuk


berbicara dengan kalimat yang panjang-panjang. Hal itu, ditambah
kemampuan­nya menarik kesimpulan dalam melakukan pengusutan,
menyebabkan remaja itu diterima oleh kedua temannya selaku pemimpin
mereka.

"Bagaimana ya caranya bisa mengusut misteri ini, tanpa diminta oleh


salah seorang dari para pemilik anjing yang hilang itu?" kata Jupe sambil
merenung.

Bob dan Pete berpandang-pandangan dengan alis terangkat.

"Misteri yang mana?" tanya Pete. "Kusangka kita tadi sudah sependapat,
hal itu merupakan peristiwa yang kebetulan saja terjadi beruntun-
runtun. Jadi sama sekali tidak merupakan misteri."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bisa saja memang begitu halnya," kata Jupiter. "Tapi kita ini kan
penyelidik! Sebelum ini sudah beberapa kali kita berhasil menemukan
kembali binatang yang hilang. Dan semuanya ada sangkut pautnya dengan
suatu misteri."

Pete dan Bob mengangguk, karena keduanya teringat pada kegiatan


mereka mencari kucing abesinia milik Mrs. Banfry yang hilang. Ternyata
pencarian itu kemudian melibatkan mereka dalam misteri mumi yang bisa
berbisik. Lalu Billy Shakespeare, burung nuri Mr. Malcolm Fentriss yang
juga hilang, ternyata membawa mereka ke tengah Misteri Nuri Gagap.

"Seaside - hm, itu kan di selatan, dan tidak begitu jauh dari sini," kata
Jupiter lagi. "Ketenaran kita selaku penyelidik rupanya tidak sehebat
perkiraan kita. Kita harus berbuat sesuatu mengenainya."

Bob menuding tumpukan kartu yang sudah ditaruhnya dalam mesin


cetak.

"Itulah yang sedang kukerjakan, Jupe," katanya. "Aku hendak mencetak


kartu nama baru Trio Detektif."

"Itu ide yang bagus, Bob," kata Jupiter. "Tapi maksudku bukan itu. Kita
harus lebih terkenal lagi, agar jika ada kejadian aneh, orang akan
langsung ingat pada Trio Detektif dari Rocky Beach, California."

Bob menggerakkan tangannya'dengan sikap putus asa.

"Aduh, Jupe - bagaimana hal itu akan bisa kita capai menurutmu? Kita
kan tidak mampu membeli waktu dalam siaran iklan di TV, atau menyewa;
pesawat terbang yang biasa membuat tulisan iklan dengan asap di
udara!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, aku juga tahu," kata Jupiter. "Begini sajalah! Sekarang ini juga kita
mengadakan rapat di markas, untuk merundingkan berbagai jalan yang
bisa ditempuh, agar Trio Detektif menjadi lebih terkenal lagi."

Jupiter langsung berdiri, tanpa menunggu jawaban lagi. Bob dan Pete
saling berpandang-pandangan. Keduanya sama-sama mengangkat bahu,
lalu menyusul.

"Caramu bertindak yang sangat demokratislah yang kusenangi dari


dirimu, Jupe," kata Pete menyindir sambil tersenyum. "Maksudku, kita
selalu mengadakan pemungutan suara dulu, sebelum diambil keputusan."

Mereka menggeser sepotong kisi-kisi besi yang sudah karatan, yang


tersandar di belakang mesin cetak mereka. Kisi-kisi itu ternyata
menutupi ujung sebuah pipa seng yang panjang dan berukuran besar.
Ketiga remaja itu merangkak ke dalamnya. Setelah mengembalikan kisi-
kisi penutup ke tempatnya semula, kemudian mereka merangkak sejauh
kira-kira sepuluh meter. Sebagian dari pipa itu terbenam ke dalam
tanah, lalu menyusur di antara batang-batang besi yang bermacam-
macam bentuknya. Akhirnya mereka sampai di ujung pipa, yang letaknya
tepat di bawah karavan yang telah diubah menjadi Markas Besar Trio
Detektif. Paman Titus mengizinkan Jupiter serta kedua temannya
memakai kendaraan bekas itu, setelah selama beberapa waktu tak
pernah berhasil menjualnya.

Tingkap pada lantai karavan didorong ke atas, dan ketiga remaja itu
menyusup masuk ke dalam kantor mereka. Kantor itu tidak besar, dan
dilengkapi dengan sebuah meja, beberapa kursi, sebuah mesin tik,
lemari arsip, dan pesawat telepon. Jupiter menghubungkan sebuah
mikro­fon dan sebuah pengeras suara ke pesawat telepon itu, sehingga
semua bisa ikut berbicara dan mendengar jika ada percakapan lewat
telepon. Selain itu karavan tersebut terdiri dari sebuah kamar gelap
yang sempit, laboratorium kecil, serta kamar mandi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ruangan dalam karavan itu gelap, karena kendaraan bekas itu dikelilingi
barang-barang rongsokan yang menumpuk tinggi di luar. Pete
menyalakan lampu yang tergantung di atas meja. Saat itu terdengar
deringan pesawat telepon.

Ketiga remaja itu , berpandang-pandangan. Soalnya, boleh dibilang tidak


pernah ada orang menelepon mereka.

Sekali lagi telepon berdering. Jupiter meraih gagangnya, sambil


menyambung pesawat itu dengan alat pengeras suara.

Ternyata yang menelepon seorang wanita, kalau ditilik dari suarahya. "Di
situ Jupiter Jones? Mr. Alfred Hitchcock ingin bicara." "Wow!" kata
Bob bersemangat. "Mungkin ia punya kasus baru untuk kita."

Sejak mengenal Trio Detektif beberapa waktu yang lalu, sutradara


Hollywood yang kenamaan itu sudah beberapa kali menugaskan mereka
untuk melakukan berbagai pengusutan.

"Halo, Jupiter!" Kini Mr. Hitchcock sendiri yang berbicara. "Kau beserta
kedua temanmu sedang sibuk mengusut suatu kasus saat ini?"

"Tidak, Sir," kata Jupiter. "Tapi berdasarkan teori probabilitas,


kemungkinannya tidak lama lagi kami akan menjumpai kasus yang cukup,
me­narik."

Mr. Hitchcock terkekeh.

"Jadi keyakinanmu itu berdasarkan teori mengenai kemungkinan, ya?"


kata sutradara ternama itu. "Kalau kalian tidak sedang sibuk, aku punya
kasus untuk kalian. Seorang sutradara teman lamaku memerlukan
bantuan mengenai suatu masalah."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dengan senang hati kami bersedia membantu, Mr. Hitchcock," kata


Jupiter. "Apakah masalah teman Anda itu?"

Mr. Hitchcock diam sejenak, seakan-akan sedang mencoba merumuskan


situasi sulit dengan beberapa patah kata saja.

"Masalah itu kelihatannya menyangkut anjing," katanya kemudian.


"Maksudku, waktu menelepon aku tadi, ia mengatakan bahwa anjingnya
hilang."

Mata Jupiter langsung bersinar-sinar.

"Teman Anda itu barangkali kebetulan tinggal di kota Seaside, Mr.


Hitchcock?" tanyanya.

Sunyi lagi sesaat. Dan ketika Mr. Hitchcock menjawab, suaranya jelas
bernada heran.

"Ya, temanku itu memang tinggal di Seaside, Jupiter. Tapi dari mana kau
bisa menarik kesimpulan itu?"

"Saya hanya menggabung-gabungkan beberapa peristiwa ganjil," kata


Jupiter.

"Luar biasa," kata Mr. Hitchcock. "Benar-benar luar biasa. Aku senang
mengetahui bahwa kau masih tetap siaga, dan tidak membiarkan diri
kalian menjadi lamban karena kejenuhan serta bersikap besar kepala."

Jupiter meringis.

"Itu takkan mungkin terjadi, Sir. Tapi kata Anda tadi, teman Anda itu
kelihatannya menghadapi masalah yang menyangkut anjing. Dan Anda

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

memberi tekanan nada pada kata "kelihatannya", Sir. Apakah itu Anda
lakukan dengan sengaja?"

"Kau berhasil dengan tepat menafsirkan apa yang hendak kusampaikan


padamu," kata Mr. Hitchcock. "Menurutku, ini bukan kasus yang biasa-
biasa saja - karena jika dipikir-pikir, kasus yang melibatkan seekor
naga, mana mungkin bisa disebut biasa. Ya, kan?"

Jupiter merasa lehernya seperti tersumbat.

"Naga, Sir?" katanya.

"Ya, betul. Naga! Rumah temanku itu berada di atas tebing, dan
menghadap ke laut. Di kaki tebing di bawah rumahnya ada liang-liang
gua. Temanku itu dengan yakin mengatakan bahwa saat malam anjingnya
hilang, ia melihat seekor naga besar muncul dari dalam laut, lalu masuk
ke dalam salah satu gua di bawah rumahnya."

Ketiga remaja yang berada dalam kantor Trio Detektif diam saja.
Mereka tidak bisa mengatakan apa-apa, karena terlalu kaget.

"Nah - bagaimana? Kalian mau mencoba mengusut misteri ini?"

"A-a-anda b-b-berikan saja nama dan alamat teman Anda itu, Sir," kata
Jupiter tergagap-gagap, karena sangat bergairah. "Kelihatannya, ini
akan menjadi kasus yang paling menarik yang pernah kami tangani!"

Ditulisnya nama dan alamat yang disebutkan Mr. Hitchcock, ia juga


berjanji akan melaporkan hasil pengusutan mereka. Selesai menelepon,
dipan­dangnya Bob dan Pete dengan sikap menang.

"Hal mana pun juga, yang menyangkut seekor naga yang hidup zaman
sekarang ini, perlu kita selidiki. Kalian sependapat, 'kan?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob mengangguk. Sedang Pete hanya mengangkat bahu. "Kau nampaknya


kurang setuju, Pete," kata Jupiter.

"Ada satu kekurangan dalam keteranganmu tadi," kata Pete. "Kau


mengatakan pada Mr. Hitchcock, ini mungkin merupakan kasus kita yang
paling menarik."

"Ya, memang begitu kukatakan tadi," kata Jupiter. "Kau tidak


sependapat?"

"Tidak sepenuhnya," kata Pete.

"Kalau begitu, apa yang akan kaukatakan pada Mr. Hitchcock?"

"Karena ada naga terlibat di dalamnya," kata Pete, "kalau aku yang
ditanya, aku akan mengatakan - ini akan merupakan kasus kita yang
penghabisan!"

Bab 2

HOROR DARI DALAM LAUT

KOTA Seaside, di mana sutradara film teman Mr. Hitchcock tinggal,


letaknya sekitar dua puluh mil dari Rocky Beach, lewat jalan raya bebas
hambatan yang bernama Pacific Coast Highway. Hans, satu dari kedua
pemuda bersaudara asal Jerman yang bekerja di Jones Salvage Yard,
kebetulan setelah makan siang harus segera ke daerah sekitar situ,
untuk menjemput dan mengantar barang. Jupiter diizinkan Bibi Mathilda
membonceng truk kecil itu ke sana, bersama teman-temannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah menikmati hidangan bibi Jupiter, ketiga remaja itu bergegas ke


luar. Mereka beramai-ramai di kabin depan, di samping Hans. Jupiter
menyebutkan alamat yang dituju, dan dengan segera truk kecil yang
mereka tumpangi sudah meluncur di atas jalan raya pesisir yang mulus,
menuju ke selatan.

"Kau kan punya waktu untuk melakukan penelitian sekedarnya, Bob,"


kata Jupiter. "Apa yang bisa kauceritakan tentang makhluk naga?"

"Naga itu makhluk dongeng," kata Bob. "Biasanya dilukiskan berupa


binatang melata berukuran raksasa, bersayap dan bercakar run­cing,
serta bisa menyemburkan api dan asap."

"Aku sama sekali tidak melakukan penelitian," kata Pete memotong,


"tapi kurasa ada satu hal penting yang dilupakan oleh Bob. Naga bukan
makhluk yang ramah."

"Itu memang juga bisa kukatakan tadi," kata Bob. "Tapi Jupiter kan
cuma berminat pada fakta-fakta saja! Naga merupakan makhluk
dongeng -jadi dengan lain perkataan, sebenarnya tidak ada. Jadi
sebenarnya, kita tidak perlu repot-repot memikirkan apakah naga itu
ramah atau tidak."

"Tepat," kata Jupiter. "Naga merupakan makhluk legenda masa silam.


Katakanlah mereka pernah ada - rasanya sekarang sudah punah
semuanya, sebagai akibat perkembangan evolusi."

"Bagiku, itu malah lebih baik," kata Pete. "Tapi jika mereka kini sudah
punah, lalu kenapa kita kini berangkat untuk menyelidiki seekor naga?"

"Kita mendengar berita yang mengatakan ada lima ekor anjing yang
lenyap selama seminggu belakangan ini, di kota Seaside yang biasanya
tenteram," kata Jupiter. "Lalu Mr. Hitchcock mengatakan pada kita

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

bahwa seorang temannya kehilangan seekor anjing, serta melihat seekor


naga di dekat rumahnya. Kau tidak merasa bahwa itu ada apa-apanya
bagi kita?"

"O ya - tentu saja ada," kata Pete. "Kabar-kabar itu menimbulkan


perasaan dalam diriku, bahwa aku seharusnya tinggal saja di Rocky
Beach dan main selancar, dan bukan ikut denganmu untuk menangkap
naga."

"Jika Henry Allen, sutradara teman lama Mr. Hitchcock itu memerlukan
jasa kita, maka itu akan merupakan petualangan yang menghasilkan
keuntungan bagi Trio Detektif," kata Jupiter. "Kenapa tidak kaucoba
melihatnya dari segi itu?"

"Sudah, sudah kucoba," kata Pete.

"Terlepas dari ada tidaknya naga," sambung Jupiter, "yang jelas, ada
sesuatu yang misterius di sini. Sebentar lagi kita akan memperoleh
fakta-fakta, dan kita bisa memulai pengusutan. Sementara itu, kasus ini
harus kita pandang dengan sikap terbuka."

Sementara itu truk kecil yang mereka tumpangi sudah sampai di


pinggiran kota Seaside. Hans memperlambat jalan kendaraan itu, sambil
mencari-cari nomor rumah yang disebutkan oleh Jupiter padanya. Truk
itu masih berjalan satu mil lagi, lalu berhenti.

"Kurasa ini tempatnya, Jupe," kata Hans.

Yang nampak hanya pagar tanaman yang tinggi, serta pohon-pohon


palem. Rumah yang mestinya ada di situ, seakan-akan bersembunyi. Yang
jelas, bangunan itu tidak kelihatan dari jalan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete melihat tulisan nama berukuran kecil, pada sebuah kotak surat
yang dicat putih. "H. H. Allen," katanya membaca tulisan itu. "Mestinya
memang inilah tempatnya."

Anak-anak turun dari truk.

"Penyelidikan pendahuluan ini kurasa akan memakan waktu sekitar dua


jam, Hans," kata Jupiter. "Bisakah kau menjemput kami lagi di sini saat
itu, setelah kau selesai dengan tugasmu mengantar dan menjemput
barang?"

"Tentu saja, Jupe," kata pemuda Jerman bertubuh kekar itu. Ia


melambai, lalu menggerakkan kendaraannya ke suatu jalan terjal yang
menuju ke tengah kota.

"Sebelumnya, lebih baik kita melihat-lihat di sekeliling sini dulu


sebentar," kata Jupiter. "Mungkin ada gunanya jika kita sudah tahu
keadaan sedikit-sedikit, jika nanti berbicara dengan Mr. Allen."

Daerah itu memberikan kesan lengang dan sepi. Rumah-rumah terpencar


letaknya di atas tebing tinggi yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.
Anak-anak menuju ke tanah kosong yang berbatasan letaknya dengan
pekarangan rumah sutradara yang akan mereka datangi, lalu memandang
ke bawah.

"Kelihatannya tenang dan tentram," kata Bob. Ia memandang ke bawah,


memperhatikan pantai yang terbentang serta permukaan laut yang
kemilau.

"Ombaknya lumayan," gumam Pete. Ia memperhatikan ombak yang


bergulung-gulung menuju pantai. "Tidak tinggi, tapi kalau semeter, pasti
ada. Kurasa saat malam merupakan waktu yang paling baik untuk naga

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

itu, saat pasang naik dan ombak yang bergulung-gulung memecah di


pantai. Dengan begitu ia lebih terlindung."

"Kau benar, Pete," kata Jupiter sependapat, "itu jika memang benar-
benar ada naga." Ia menjulurkan kepala, memandang ke bawah.
"Menurut Mr. Hitchcock, di bawah sana ada liang-liang gua. Tapi dari
atas sini tidak kelihatan. Nanti kita ke bawah untuk meneliti ke sana,
sehabis mewawancarai Mr. Allen."

Bob memperhatikan hamparan pantai lengang yang terbentang jauh di


bawah.

"Bagaimana cara kita turun nanti?" tanyanya.

Pete menunjuk ke arah sejumlah papan bercat putih yang kelihatannya


tidak kokoh dan sudah dimakan cuaca.

"Itu ada jenjang yang menuju ke bawah, Bob," katanya. "Mendingan


lewat situ, daripada harus payah-payah merangkak naik-turun dinding
tebing."

Jupiter menggerakkan tangannya, menunjuk-nunjuk gigir tebing.

"Di sana, dan di sana, juga ada beberapa tangga lagi. Tapi kelihatannya
tidak begitu banyak. - Yah, kurasa kita kini sudah agak mengenal situasi
daerah ini. Sekarang kita dengar saja apa yang akan diceritakan Mr.
Allen pada kita."

Ia mendului berjalan kembali, menuju sebuah pintu pada pagar semak.


Pintu itu dibuka olehnya, lalu ia masuk bersama kedua rekannya. Di
depan mereka ada jalan setapak yang berliku-liku. Di ujung jalan itu
nampak sebuah rumah berdinding bata berwarna kuning pudar. Di
sekeliling rumah itu tumbuh pohon-pohon palem, tanaman perdu, serta

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

semak liar yang berbunga. Kebun di sekitarnya menunjukkan kesan tak


terawat, sama halnya dengan bangunan itu sendiri, yang bertengger
nyaris di bibir tebing yang selalu disapu angin.

Jupiter mengangkat gagang pengetuk yang terpasang di daun pintu, lalu


melepaskannya lagi.

Pintu rumah terbuka. Seorang laki-laki bertubuh pendek gemuk berdiri


di ambangnya. Matanya besar berwarna coklat, memandang dengan
sorotan sayu. Alisnya tebal, sedang rambutnya yang putih tinggal
sedikit, melingkari ubun-ubun yang botak. Mukanya coklat terbakar
sinar matahari dan penuh kerut.

"Silakan masuk, Anak-anak," katanya sambil mengajak bersalaman.


"Kalian tentunya anak-anak muda yang menurut sahabatku Alfred
Hitchcock mungkin bisa membantu aku. Kalian ini penyelidik, 'kan?"

"Betul, Sir," kata Jupiter. Dengan cepat disodorkannya sepucuk kartu


bisnis Trio Detektif. "Selama ini kami sudah beberapa kali berhasil
mengusut berbagai kasus sampai tuntas."

Laki-laki tua itu membaca tulisan yang tertera pada kartu yang sedang
dipegang.

TRIO DETEKTIF "Kami Menyelidiki Apa Saja" ? ? ?

Penyelidik Satu - Jupiter Jones

Penyelidik Dua - Peter Crenshaw

Catatan dan Riset - Bob Andrews

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ketiga tanda tanya itu lambang kami," kata Jupiter menjelaskan.


"Tanda pengenal kami. Artinya, pertanyaan yang tak terjawab, teka-teki
yang tak terpecahkan, misteri yang tidak bisa dijelaskan. Tujuan kami
mengusut hal-hal begitu."

Laki-laki tua itu mengangguk, seperti merasa puas. Kartu bisnis Trio
Detektif dimasukkannya ke dalam kantung.

"Kita bicara di dalam kamar kerjaku saja," katanya mengajak.

Ia mendului masuk ke sebuah kamar yang lapang dan terang. Anak-anak


memandang berkeliling ruangan dengan sikap kagum. Dinding kamar itu
penuh dengan gambar yang bersesak-sesak, dari langit-langit sampai
nyaris menyentuh lantai. Di samping sejumlah besar lukisan, banyak pula
foto para bintang film kenamaan serta tokoh-tokoh termasyhur lainnya,
semua dengan tanda tangan orang-orang yang bersangkutan.

Meja kerja berukuran besar yang ada di situ penuh dengan kertas-
kertas serta patung-patung kecil dari kayu. Rak-rak buku juga nampak
penuh, dengan berbagai benda kerajinan yang nampak asing, patung-
patung kecil buatan suku-suku bangsa penghuni Benua Amerika dari
masa pra-Kolumbus, begitu pula patung-patung kecil dari Afrika.
Beberapa di antara patung-patung itu memancarkan kesan bengis dan
menakutkan.

Laki-laki tua itu menyilakan Jupiter beserta kedua temannya duduk di


tiga kursi yang ada di situ. Sedang ia sendiri mengambil tempat di kursi
besar berukir-ukir, di belakang meja kerja.

"Silakan duduk, Anak-anak. Akan kuceritakan dulu apa sebabnya aku


menghubungi sahabat lamaku, Alfred Hitchcock. Barangkali ia sudah
mengatakan pada kalian, bahwa aku ini sutradara film."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, itu sudah dikatakan olehnya, Sir," kata Jupiter.

Laki-laki tua itu tersenyum.

"Sebenarnya lebih tepat jika dikatakan dulu aku ini sutradara. Sudah
sejak bertahun-tahun aku tidak pernah dikontrak lagi untuk membuat
film. Jauh sebelum masa Alfred, aku ini sudah sutradara. Dan dalam
golongan film seperti yang kubuat, namaku waktu itu cukup termasyhur.
Alfred kini kan tersohor karena film-filmnya yang dtbuat dengan
gayanya yang khas. Aku juga begitu! Gaya kami hampir sama, tapi ada
sedikit perbedaan. Alfred mengkhususkan diri dengan misteri-misteri
dunia yang seakan-akan tidak bisa dipecahkan. Sedang minatku terarah
lebih jauh lagi dari itu."

"Apa maksud Anda, Sir?" tanya Jupiter.

"Kalian nanti akan mengerti sendiri, apa sebabnya masalah yang sedang
kuhadapi tidak bisa kulaporkan pada polisi, atau pihak-pihak berwenang
lainnya. Soalnya begini! Film-film buatanku waktu itu selalu aneh-aneh.
Ceritanya bukan tentang dunia ini, melainkan tentang dunia yang lain -
tentang impian yang seram serta kengerian. Film-filmku penuh dengan
makhluk-makhluk seram, jadi-jadian, makhluk-makhluk aneh dan jelek,
serta emosi yang bergejolak. Singkatnya, kekhususanku membuat film
horor!"

Jupiter mengangguk.

"Ya - sekarang nama Anda saya ingat lagi, Sir. Saya sering melihatnya,
di festival-festival film bermutu di museum-museum."

"Baiklah," kata laki-laki tua itu. "Jadi jika sekarang kuceritakan apa
yang kulihat muncul dari dalam laut saat malam anjingku hilang, kalian
tentu akan bisa mengerti apa sebabnya aku merasa ragu untuk

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

berbicara mengenainya. Mengingat reputasiku di masa lampau, ditambah


kenyataan bahwa aku sudah bertahun-tahun tidak pernah lagi mendapat
kontrak untuk membuat film baru, kurasa lumrah jika orang-orang akan
menyangka bahwa aku cuma ingin menarik perhatian saja, untuk menjadi
populer lagi.

Riwayatku selaku sutradara sudah tamat. Itu karena pengaruh


kekuasaan yang ada waktu itu. Tapi hartaku memadai bagiku, untuk bisa
hidup dengan tenang dan tentram. Tidak ada yang merongrong
ketenanganku - kecuali -"

"Kecuali naga yang kini hidup di dalam gua di kaki tebing sini, Sir?" kata
Jupiter menebak.

Mr. Allen mengernyitkan mukanya.

"Betul!" Ditatapnya anak-anak dengan pandangan menyelidik. "Aku


bercerita pada Alfred, bahwa aku melihat makhluk itu muncul dari
tengah laut. Tapi satu hal tak kukatakan padanya. - Aku juga mendengar
suaranya!"

Kamar kerja itu langsung senyap.

"Jadi Anda mendengar suara naga itu, Sir," kata Jupiter dengan tenang.
"Apa tepatnya yang Anda dengar? Dan saat itu Anda sedang di mana?"

Mr. Allen mengeluarkan selembar sapu tangan berwarna dan berukuran


lebar, lalu mengusap keningnya.

"Ketika itu aku sedang berdiri di atas tebing di luar rumah, sambil
memandang ke arah laut," kata laki-laki tua itu. "Bisa juga yang kulihat
itu hanya ilusi belaka. Jadi sebenarnya tidak ada apa-apa."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Itu bisa juga," kata Jupiter. "Tapi sekarang harap Anda katakan, apa
tepatnya yang Anda dengar waktu itu. Mungkin ini merupakan petunjuk
penting bagi pengusutan kami."

"Yah - bagaimana ya," kata Mr. Allen. "Sepanjang yang kuketahui, naga
katanya tidak ada. Sudah sejak jutaan tahun tidak ada lagi! Tentu saja
aku sendiri membuat beberapa film tentang makhluk-makhluk itu,
dengan mempergunakan naga tiruan yang digerakkan mesin. Untuk suara
naga, kami mempergunakan bunyi deruman mesin yang diredamkan, dan
yang dikombinasikan dengan lengkingan bunyi peluit. Keduanya
dibaur­kan dengan teknik tertentu, sehingga kesan yang ingin kami
ciptakan didapatkan - yaitu membuat penonton merasa ngeri.

Tapi yang kudengar malam itu sama sekali tidak seperti bunyi ciptaan
kami. Bunyinya tinggi serak - seperti bunyi napas yang sesak - atau
suara batuk."

"Lalu bagaimana dengan Liang gua yang terdapat di bawah rumah Anda
ini?" tanya Jupiter. "Cukup lapangkah untuk dimasuki seekor naga, atau
makhluk lain yang cukup besar sehingga dikira naga?"

"Ya," kata laki-laki tua itu. "Di bawah gigir tebing sini ada sejumlah gua.
Letaknya ke arah utara serta selatan, dan begitu juga ke pedalaman.
Zaman dulu liang-liang gua itu dipakai oleh para penembus blokade,
sehubungan dengan peraturan yang melarang beredarnya minuman keras
di Amerika. Dan sebelum itu, dipakai oleh para penyelundup serta bajak
laut. Beberapa tahun yang lalu pernah terjadi tanah runtuh, akibat
erosi. Sebagian besar dari tempat yang dulu dikenal dengan nama
Haggity's Point tertimbun karenanya. Tapi di bawah sini masih banyak
terdapat liang-liang gua."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Hmm," gumam Jupiter. "- tapi baru sekali ini Anda melihat dan
mendengar naga, walau Anda sudah bertahun-tahun tinggal di sini.
Betulkah demikian?"

Laki-laki tua itu mengangguk sambil tersenyum.

"Ya - dan satu kali saja sudah cukup. Dan yang ini pun barangkali takkan
terlihat olehku, jika aku saat itu tidak sedang mencari-cari Red Rover
anjingku."

Ketiga remaja itu berpandang-pandangan sambil tersenyum. Soalnya,


salah satu jalan rahasia untuk masuk ke markas, mereka beri nama Red
Gate Rover. Kelana Gerbang Merah!

"Saya rasa kini sudah waktunya kita berbicara tentang anjing Anda yang
hilang itu, Sir - serta keadaan waktu itu. Tolong kaucatat, Bob,'' kata
Jupiter.

Bob, yang mengelola bidang catatan dan kegiatan riset, menyiapkan


pensil dan buku catatannya.

Mr. Allen terkejut. Kemudian ia tersenyum, menyaksikan pameran


kesigapan cara kerja Trio Detektif.

"Selama dua bulan yang lewat, aku bepergian ke luar negeri," kata laki-
laki tua itu. "Walau aku tidak aktif lagi dalam bidang perfilman, tapi aku
masih tetap sangat berminat terhadap film serta perkembangannya.
Aku biasanya setiap tahun berkeliling di Eropa, menghadiri festival-
festival film yang termasuk penting, yang diselenggarakan di berbagai
kota. Tahun ini juga begitu. Aku menghadiri festival di Roma, Venesia,
Paris, London, Berlin, serta Budapest. Di samping itu aku juga
mendatangi kawan-kawan lama di sana.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Seperti biasanya jika aku ke luar negeri, anjingku kuserahkan pada


tempat penitipan anjing di sini. Aku kembali seminggu yang lalu. Red
Rover langsung kujemput. Anjingku itu jenis setter Irlandia. Bulunya
sangat indah. Dan ia sangat ramah.

Red Rover suka berkeliaran sambil berlari-lari. Aku kini tidak mampu
lagi menemaninya. Karena itu kalau malam ia kulepaskan, biar bisa
berlari-lari sebentar. Tapi dua malam yang lalu, ia tidak kembali lagi. Ia
sudah tiga tahun kupelihara. Kusangka ia mengubah kebiasaan karena
agak lama kutinggal, bukan kembali kemari, tapi ke tempat penitipan di
mana ia tinggal selama ini. Karenanya aku lantas menelepon ke sana. Tapi
Red Rover tidak muncul di sana. Aku menunggu-nunggu - tapi ia tetap
saja tidak kembali.

Lalu ketika aku keluar untuk mencarinya - saat itulah aku melihat
makhluk itu!" "Tapi Anda tidak turun ke pantai?" tanya Jupiter.

Laki-laki tua itu menggeleng.

"Tidak! Seram sekali rasanya saat itu. Aku, yang hampir seumur hidupku
membuat film untuk mengejutkan dan menakut-nakuti orang - tahu-tahu
aku sendiri mengalami kejadian begitu. Tidak bisa kulukiskan dengan
kata-kata, perasaanku saat itu. Mula-mula panik, karena membayangkan
kemungkinan bahwa anjingku diserang dan dimakan makhluk yang
menakutkan itu. Lalu menyusul rasa ngeri, jangan-jangan aku ini sudah
gila. Tidak mudah rasanya, mengakui telah melihat naga! Sungguh -
percayalah!"

"Jadi Anda tidak mengambil langkah-langkah lain," desak Jupiter,


"kecuali menghubungi kawan lama Anda, Alfred Hitchcock."

Sekali lagi laki-laki tua itu menyeka keningnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Alfred teman lamaku yang sangat akrab, dan banyak pengalamannya


tentang soal-soal yang misterius. Aku tahu, hanya dia saja yang mungkin
bisa menolong. Tapi sekarang terserah pada kalian, Anak-anak. Urusan
ini kuserahkan pada kalian!"

"Terima kasih, Mr. Allen, atas kepercayaan Anda pada kami," kata
Jupiter. "Kecuali anjing Anda, masih ada beberapa ekor lagi yang
dilaporkan hilang di kota ini. Menurut laporan terakhir, ada lima ekor -
belum termasuk anjing Anda."

Mr. Allen mengangguk.

"Aku juga mendengar kabar itu lewat siaran warta berita, setelah
anjingku hilang. Coba itu sudah lebih dulu kuketahui, takkan kubiarkan
Red Rover berkeliaran sendiri malam itu."

"Anda sudah berhubungan dengan para pemilik anjing-anjing lain yang


juga hilang itu?" tanya Jupiter.

Laki-laki tua itu menggeleng. "Tidak. Belum. Aku tidak ingin menyebut-
nyebut apa yang kulihat malam itu." "Orang-orang yang bertempat
tinggal di sekitar sini, apakah semuanya juga memelihara anjing?"

"Tidak semuanya," jawab Mr. Allen sambil tersenyum. "Misalnya saja


Mr. Carter, tetanggaku di seberang jalan, ia tidak punya anjing. Begitu
pula tetanggaku di sebelah kanan, Arthur Shelby. Aku tidak begitu
tahu-menahu tentang para tetanggaku. Aku lebih suka hidup sendiri
dengan tenang, ditemani buku-buku serta koleksi lukisanku. Dan
anjingku."

Jupiter berdiri.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalau begitu kami pergi saja sekarang, Mr. Allen. Kami berjanji akan
menyampaikan laporan selengkapnya, kalau ada kemajuan dalam
pengusutan kami."

Setelah bersalaman, Mr. Allen mengantarkan ketiga remaja itu ke luar


sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi. Anak-anak keluar lewat
pintu pagar semak, yang kemudian ditutup lagi oleh Jupiter.

Pete tersenyum melihat Jupiter memasang kait pengunci pintu. "Biar


naga tidak bisa masuk, Jupe?" katanya mengganggu.

"Kurasa naga takkan merasa terhalang oleh pintu pagar atau bahkan
pintu rumah yang terkunci, Pete," kata Jupiter.

Pete terteguk. Nampak jelas bahwa ia terkejut.

"Tidak enak rasanya mendengar caramu mengatakan hal itu, Jupe,"


katanya. Ia memandang ke arah jalan, lalu melirik arlojinya. "Mana
Hans? Kenapa belum kelihatan?"

"Memang belum waktunya," kata Jupiter. "Waktu kita masih banyak


tersisa." Setelah itu ia menyeberang, dipandang oleh Bob dan Pete.

"Waktu untuk apa?" tanya Bob.

"Untuk mendatangi Mr. Carter," jawab Jupiter. "Dan setelah itu,


Arthur Shelby. Kalian tidak ingin tahu lebih banyak tentang orang-orang
yang tinggal di lingkungan sesepi ini, tapi tidak merasa perlu memelihara
anjing untuk dijadikan penjaga?"

"Tidak, aku sama sekali tidak ingin tahu," kata Pete. "Aku malah heran
sekarang, kenapa aku belum membeli anjing untuk kujadikan menjagaku!
Seekor anjing besar, yang tidak takut pada naga!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter tersenyum. Kedua temannya ikut menyeberangi jalan sempit itu.


Pekarangan Mr. Carter nampak terawat, sedang dinding rumahnya
kelihatan baru saja dicat.

"Perhatikanlah," kata Jupiter pada kedua temannya, sementara mereka


menuju pintu depan rumah lewat jalan masuk, "semak pagar di sini
dipangkas rata, dan rumput di halaman dipotong rapi. Pohon-pohon
dipangkas ranting-rantingnya, sedang petak-petak bunga juga kelihatan
terurus. Mr. Carter pasti menyukai kerapian."

Jupiter menekan bel. Hampir seketika itu juga pintu depan dibuka
dengan cepat. Seorang laki-laki bertubuh gempal menatap mereka
dengan kening berkerut.

"Ya? Kalian mau apa?" tanya orang itu dengan suara keras.

"Maaf, Sir," kata Jupiter dengan sopan, "kami baru saja dari tetangga
Anda di seberang, Mr. Allen. Mungkin Anda juga sudah tahu, anjingnya
yang bernama Red Rover hilang. Kami ingin bertanya, mungkin Anda tahu
apa-apa tentang kejadian itu."

Mata laki-laki itu menyempit. Alisnya yang tebal terangkat, lalu


dikerutkan kembali. Mulutnya dicibirkan.

"Jadi Allen kehilangan anjingnya, ya? Seperti orang-orang lainnya di


blok ini? Syukur! Aku senang segala binatang itu hilang, dan mudah-
mudahan hilang untuk selama-lamanya. Aku benci pada anjing!"

Ia memandang anak-anak dengan mata melotot, dengan sinar yang bisa


dibilang tidak waras. Ia mengepalkan tangannya. Sesaat anak-anak
menyangka ia akan menyerang mereka.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tapi Jupiter bisa menjaga ketenangannya. Air mukanya tetap polos.

"Anda tentu punya alasan kuat untuk tidak menyukai anjing, Sir,"
katanya. "Barangkali jika Anda mau mengatakan apa salah mereka -"

"Apa salah mereka?" ulang laki-laki itu dengan nada pedas. "Mereka
melakukan apa yang sudah selalu dilakukan. Malam-malam menggonggong
dan melolong-lolong tak menentu. Menginjak-injak tanaman bungaku.
Rumputku rusak kena kaki mereka. Tempat sampahku terguling,
sehingga trotoar kelihatan jorok! Bagaimana - itu sudah cukup atau
belum?"

"Maaf," kata Jupiter penuh pengertian. "Kami bukan orang sini. Kami ini
ditugaskan mencari anjing Mr. Allen. Jika anjing itu merusak milik Anda,
saya yakin Mr. Allen pasti mau membayar ganti rugi. Ia sangat
kehilangan anjingnya, dan saya rasa ia pasti mau berbuat apa saja untuk
-"

"Ia mau berbuat apa saja, ya?" tukas laki-laki itu. "Nah - aku juga
begitu. Tunggu di sini!"

Orang itu masuk sebentar. Sementara ketiga remaja itu berpandang-


pandangan dengan sikap bingung, pintu rumah sudah dibuka kembali.

Mr. Carter berdiri di ambangnya. Ia menggenggam senapan berburu.

"Inilah yang akan kulakukan," katanya dengan sengit. "Kujejal dia dengan
mimis! Isi senapan ini mimis ukuran terbesar untuk senapan jenis ini.
Jika aku sampai melihat anjing peliharaan Allen itu, atau anjing sialan
lainnya masuk lagi ke tanah milikku, inilah yang akan kuhadiahkan pada
mereka!"

Mr. Carter mengangkat laras senapannya dengan sikap mengancam.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bab 3

UJIAN MENTAL

JARI Mr. Carter yang memegang picu nampak menegang. "Aku ini
penembak jitu! Tembakanku belum pernah meleset. Ada pertanyaan
lagi?"

Jupiter menggeleng. Dipaksanya dirinya agar tidak nampak gentar


menghadapi moncong senapan yang terarah ke mukanya.

"Tidak, Sir," katanya. "Maaf, jika kami mengganggu Anda. Permisi, Sir."

Bibir laki-laki itu menipis.

"Aku baru benar-benar senang, apabila anjing-anjing sialan itu tak


pernah kulihat berkeliaran di sini lagi. Sekarang pergi!"

Kata-kata itu diiringi moncong senapan yang disodokkan ke depan.


Jupiter dan kedua temannya mundur pelan-pelan.

"Ayo, putar tubuh!" bentak Mr. Carter. "Aku tidak ingin kalian
menginjak-injak rumputku!"

Jupiter memandang kedua temannya, lalu mengangkat bahu. Ketiga


remaja itu berpaling dengan perasaan kecut, membelakangi laki-laki
pemarah yang mengacung-acungkan senapan berburu. Mereka berjalan
dengan langkah pelan.

"Pelan, jangan lari," bisik Jupiter pada kedua temannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jantung ketiga remaja itu seperti terlompat, ketika tiba-tiba


terdengar bunyi nyaring di belakang mereka!

"Tenang, Teman-teman," kata Jupiter, "itu cuma Mr. Carter yang


membanting pintu."

Ketiga remaja itu menoleh ke belakang. Ternyata Jupiter benar! Tanpa


menunggu lagi, ketiga-tiganya langsung lari.

Mereka baru berhenti ketika separuh jalan sudah dilewati. Mereka


menoleh lagi. Mereka tidak dikejar. Pintu depan rumah Mr. Carter tetap
tertutup.

"Uhh," desah Bob, "nyaris saja!"

"Pakai senapan buru dengan mimis segede gajah lagi," kata Pete. Ia
memeriksa apakah keningnya berkeringat atau tidak. "Sedetik lagi,
habislah tubuh kita dirobek-robek mimis!"

"Kemungkinan itu kecil," kata Jupiter. "Geren­del pengokang tidak


ditarik, jadi senapan itu belum siap untuk ditembakkan."

Bob dan Pete memandangnya dengan mata melotot.

"Dan itu sejak semula sudah kauketahui," kata Pete dengan nada
menuduh. "Pantas kau tenang-tenang saja."

"Kurasa Mr. Carter memang sama sekali tidak berniat menembak kita,"
kata Jupiter. "Ia cuma ingin melampiaskan kemarahannya saja. Dan
kemarahannya itu tercetus, karena aku kebetulan menyinggung satu hal
yang tidak disukainya. Aku bertanya tentang anjing!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan kini ada satu tambahan lagi yang bisa memancing kemarahannya,"
kata Pete. "Manusia!"

Jupiter memonyongkan bibirnya sambil merenung. "Lain kali kita perlu


lebih berhati-hati, jika mendatangi Mr. Carter," katanya.

Pete menggeleng.

"Kau keliru! Lain kali kau saja yang berhati-hati, jika datang lagi ke
tempat Mr. Carter. Aku tidak perlu kaupikirkan, karena aku takkan ikut.
Aku lupa bilang, kulitku ini sangat peka! Tidak tahan kena mimis - apalagi
yang ditembakkan dari senapan berburu!"

"Aku juga begitu," kata Bob. "Jika harus ditembak, aku memilih
ditembak dengan pistol air, dengan jarak sepuluh langkah."

"Tapi mungkin juga Mr. Carter tadi sangat pandai bersandiwara-jauh


lebih pandai dari yang kuanggap mungkin," kata Jupiter. "Mungkin saja
ia terlibat dalam kasus lenyapnya anjing-anjing itu."

"Masuk akal juga," kata Bob.

"Sekarang merupakan soal mudah bagi kita, untuk membandingkan


tanggapan Mr. Carter yang sengit, dengan sikap orang yang kini akan
kita datangi."

"Apa lagi yang dibicarakannya sekarang?" tanya Pete pada Bob. Jupiter
menuding ke seberang jalan.

"Ada dua tetangga, yang menurut Mr. Allen tadi tidak memelihara
anjing. Tetangga yang satu, Mr. Carter, sudah kita datangi. Kini kita
akan mengajukan beberapa pertanyaan pada tetangga yang satu lagi,
Arthur Shelby."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jalan masuk dirintangi oleh pintu pagar setinggi dada, yang terbuat dari
logam. Anak-anak memandang lewat pintu itu, ke arah rumah besar yang
letaknya agak ke belakang dalam tanah milik Mr. Arthur Shelby.

"Nampaknya aman," kata Bob. "Aku tidak melihat kubu meriam di sini."
Pete maju sedikit, untuk memperhatikan jendela-jendela di tingkat
bawah dan atas.

"Kelihatannya tidak ada yang memperhatikan kita," katanya setelah


beberapa saat. "Jangan-jangan Mr. Shelby sedang keluar."

"Itu bisa kita ketahui dengan mudah," kata Jupiter sambil melangkah
maju. "Kita tinggal melewati gerbang ini, lalu -"

Ia tertegun, sementara mulutnya ternganga. Teman-temannya ikut


melongo. Soalnya, pintu gerbang dari logam itu terbuka dengan sendiri,
sebelum Jupiter sempat menyentuhnya.

"Bagaimana caramu melakukannya, Jupe?" tanya Pete. "Kau belajar sihir,


ya?"

"Mungkin karena tertiup angin," kata Bob menebak.

Jupiter menggeleng. Ditahannya kedua temannya yang sudah hendak


maju, sedang ia sendiri mundur selangkah. Pintu gerbang dari logam
menutup kembali. Kini Jupiter maju lagi selangkah. Pintu gerbang
terbuka.

"Keterangannya mudah saja," katanya. "Pintu pagar ini bekerja dengan


sistem penginderaan elektronik. Kalian pasti sudah pernah mengenalnya.
Di pelabuhan udara, toko-toko serba ada, dan bangunan-bangunan
modern lainnya."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete menatap pintu gerbang itu dengan sikap ragu. Ya, tentu saja,"
katanya. "Tapi baru sekali ini kulihat di rumah pribadi seseorang."

"Setiap tanda kemajuan dan kemodernan merupakan hal yang baik bagi
kita," kata Jupiter dengan riang. "Kenyataan bahwa Mr. Shelby memakai
alat modem begini sebagai perlengkapan pintu gerbangnya, bagi kita
berarti bahwa orang itu tidak percaya pada takhyul, atau terikat pada
hal-hal yang lazim. Orang seperti dialah yang perlu kita datangi,
teristimewa jika urusannya menyangkut hal-hal yang sulit diterima akal
sehat, seperti ada-tidaknya naga di sekitar sini, misalnya."

Ia melangkah masuk, diikuti kedua temannya. Pada satu sisi jalan yang
menuju ke rumah, nampak perangkat jam matahari yang besar dan penuh
hiasan. Letaknya di tengah-tengah halaman berumput. Sedang di depan
anak-anak ada semacam terali tergantung, tempat sangkutan tanaman
bunga. Mereka berjalan di bawah terali itu.

Tahu-tahu terali itu jatuh.

Langkah ketiga remaja itu terhenti dengan tiba-tiba, sehingga mereka


saling berbenturan. Bagian depan dari terali tergantung itu meluncur
dan jatuh di depan mereka. Sedang bagian belakangnya meluncur dengan
bunyi dentangan lembut di belakang mereka, sehingga mereka tidak bisa
kembali.

Mereka terjebak dalam semacam kandang besar, yang dihiasi bunga-


bungaan.

"Mudah-mudahan ini cuma lelucon saja," kata Jupiter. Ia membasahi


bibirnya, pertanda bahwa ia merasa gugup. "Ini seakan-akan gapura
luncur saja."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Gapura luncur? Apa itu?" tanya Pete ketakutan.

"Itu biasanya berupa pagar besi berukuran besar dan berat, yang
tergantung di atas gerbang puri atau kota berbenteng, dan diturunkan
dengan bantuan rantai untuk mencegah kemungkinan orang masuk," kata
Jupiter menjelaskan.

"Aku pernah melihat gambar-gambarnya dalam buku-buku kuno di


perpustakaan," kata Bob. "Biasanya itu merupakan sistem pertahanan
terakhir, apabila parit yang mengelilingi puri sudah dilewati."

"Tapi seingatku, kita sama sekali tidak melewati parit," kata Pete
mengomel.

Saat itu terdengar bunyi desisan lembut. Tahu-tahu terali yang


merintangi jalan terangkat lagi, kembali ke posisi semula di atas kepala
mereka.

Ketiga remaja itu berpandang-pandangan.

"Kelihatannya Mr. Arthur Shelby ini suka berkelakar," kata Jupiter


dengan nada lega. "Yuk - kita terus." Ia melangkah maju.

Tapi Pete cepat-cepat menyambar lengannya. "Arahmu keliru, Jupe,"


katanya. "Mungkin orang di puri ini tidak menyukai kedatangan kita."

Jupiter menggeleng, sambil tersenyum.

"Mula-mula pintu gerbang yang terbuka dan tertutup secara otomatik.


Lalu terali tempat bunga yang dikendalikan secara elektronik. Mr.
Shelby ini kelihatannya menggemari peralatan yang berbau ilmiah.
Sayang rasanya, jika orang seperti itu tidak kita jumpai."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Teman-temannya mengikuti dengan langkah segan, sementara Jupiter


menghampiri pintu depan rumah. Sambil tertawa nyengir ditekannya
tombol bel.

"Uuhh!" teriaknya sambil meloncat mundur. Tangannya dikibas-kibaskan.


"Tombol bel itu dialiri arus listrik. Aku tersengat!"

"Nah - sekarang aku sudah benar-benar bosan mengalami segala macam


lelucon Mr. Shelby ini," kata Pete tandas. "Kuusulkan agar pembicaraan
kita dengan badut itu kita batalkan saja."

"Aku sependapat dengan Pete," kata Bob. "Aku berperasaan bahwa Mr.
Shelby secara tidak langsung hendak mengatakan bahwa ia tidak
menginginkan kedatangan kita kemari."

"Kurasa bukan begitu," kata Jupiter. "Menurutku, kita ini diuji olehnya.
Kita dibuatnya melewati tahap-tahap ujian, yang diperkirakan akan
menyebabkan kita gentar, lalu cepat-cepat pergi dari sini."

Saat itu terdengar bunyi berdetik pelan. Pintu depan terbuka sendiri,
seakan-akan sebagai jawaban atas penalaran Jupiter.

"Hebat," kata Bob dengan kagum. "Seluruh tempat ini rupanya dipasangi
alat-alat elektronik olehnya."

Dengan hati-hati ketiga remaja itu melangkahi ambang pintu. Ruangan


sebelah dalam gelap dan sunyi.

Jupiter mendeham-deham sebentar, seperti hendak mengatur suara.

"Selamat siang, Mr. Shelby. Kami ini Trio Detektif, dan kami datang
atas saran tetangga Anda di sebelah, Mr. Allen; Bolehkah kami masuk,
Sir?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tidak ada yang menjawab pertanyaan itu. Kemudian terdengar kepakan


pelan, tapi makin lama makin jelas. Dan semakin mendekat
Kedengarannya seperti datang dari tempat tinggi, dalam ruangan
remang-remang itu. Tiba-tiba ketiga remaja itu terkesiap. Suatu wujud
gelap dan besar meluncur laju ke arah mereka, diiringi bunyi mendesing.

Seekor burung besar dan hitam, yang nampaknya seperti elang,


menyambar ke arah mereka sambil memekik marah. Paruhnya yang
runcing dingangakan, siap untuk mematuk. Cakarnya yang mengerikan
terjulur ke depan, sementara matanya memancarkan sinar marah!

Bab 4

ULURAN TANGAN YANG MENGAGETKAN

"TIARAP!" teriak Pete.

Ketiga remaja itu menjatuhkan diri ke lantai.

Sambil memperdengarkan pekikan melengking, burung itu menghunjam


ke arah mereka, dengan cakar siap mencengkeram.

Tapi geraknya semakin melambat, dan akhirnya mengambang tak sampai


setengah meter di atas kepala anak-anak.

Anehnya, burung itu tetap berada di satu tempat saja. Pekikannya yang
melengking tidak terdengar lagi.

Jupiter yang selama itu menutupi muka dengan tangan guna melindungi
matanya, kini mengintip dengan hati-hati dari balik celah di antara jari-

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

jarinya. Setelah itu ia cepat-cepat duduk. Air mukanya berubah, dari


takut menjadi kesal bercampur malu.

"Kita tidak perlu takut," katanya, "ternyata cuma burung palsu."

"Apa?" seru Pete. Ia mendongak, dengan sikap tak percaya. Bob


melakukan hal serupa. Burung hitam itu tergelantung tanpa bergerak
pada seutas kawat halus dari tembaga. Matanya yang kuning menatap
pudar ke arah mereka.

"Mainan," kata Jupiter. Ia menjulurkan tangan, menyentuh burung itu.


"Kelihatannya terbuat dari plastik dan kawat kasa."

"Uhh!" dengus Pete sebal.

Dalam ruangan yang gelap itu terdengar suara tertawa pelan. Bunyinya
serak. Tiba-tiba ruangan menjadi terang, karena nyala lampu-lampu di
atas kepala yang saat itu dihidupkan.

Seorang laki-laki bertubuh kurus jangkung berdiri sambil memandang


ketiga remaja itu. Ia memakai baju montir berwarna gelap. Rambutnya
yang coklat kemerahan dipotong pendek.

"Selamat datang di Puri Misteri," kata orang itu dengan suara berat dan
dalam. Setelah itu ia tertawa, sampai berbungkuk-bungkuk. Gelaknya
diselingi batuk-batuk.

"Perasaan humornya benar-benar hebat," kata Pete menggumam.

Laki-laki jangkung berambut jagung itu menegakkan tubuhnya lambat-


lambat. Matanya yang biru nampak cerah dan lembab.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku Arthur Shelby. Lebih baik kuambil saja burungku, sebelum kalian
dipatuk olehnya."

Anak-anak bergegas bangun. Laki-laki itu mendekat. Ia membungkuk,


lalu melepaskan kawat-kawat pada mana burung mainan itu tergantung.
Jupiter mendongak, menatap ke arah langit-langit ruangan. Ia
tersenyum.

"Burung itu diluncurkan pada rel yang terpasang di atas," katanya.


"Persis seperti kereta mainan listrik."

Bob dan Pete ikut memandang ke atas, memperhatikan alur rel yang
melintasi langit-langit.

"Aku lebih suka kereta-keretaan listrik," kata Pete, "karena tidak


menyebabkan aku ketakutan."

Mr. Shelby tersenyum lebar.

"Kalian tertipu, ya? Maaf - tapi ini memang kegemaranku, iseng-iseng


membuat alat-alat aneh." Ia melambaikan tangannya ke arah ruangan
yang ada di belakangnya. Anak-anak melihat ruangan bengkel yang
besar, penuh dengan perkakas serta potongan-potongan kayu dan kawat.

Mr. Shelby meletakkan burung mainannya di atas bangku kerja.


Suaranya sekarang sudah biasa. Tidak lagi berat dan dalam. Tapi tetap
serak.

"Ada keperluan apa kalian kemari?" tanyanya.

Jupiter menyodorkan sepucuk kartu nama Trio Detektif padanya. "Ini


mungkin bisa menjelaskannya, Sir," kata Jupiter. "Kegemaran kami
mengusut misteri."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Laki-laki berambut merah itu meneliti kartu nama yang disodorkan. Ia


tidak mengatakan apa-apa, tentang ketiga tanda tanya yang tertera di
situ. Sambil tersenyum dikembalikannya kartu itu.

"Kurasa misteri yang ada di sekitar sini pasti anjing-anjing yang hilang
itu, ya?"

"Jika kami sudah berhasil mengumpulkan segala fakta mengenai


kejadian-kejadian itu, mungkin semua itu saling bertalian," kata Jupiter
dengan lambat "Kami dimintai bantuan oleh Mr. Allen, untuk menemukan
anjingnya yang hilang. Tapi saya mempunyai firasat, kejadian itu ada
sangkut pautnya dengan hilangnya anjing-anjing lain di Seaside sini."

"Itu mungkin saja," kata Mr. Shelby. "Aku boleh dibilang tak pernah
berurusan dengan para tetangga - tapi aku mendengar tentang kejadian
itu lewat warta berita. Allen bepergian selama beberapa waktu, dan aku
sama sekali tidak tahu bahwa ia sudah kembali, sampai kudengar bahwa
Red Rover juga lenyap. Mudah-mudahan kalian berhasil menemukannya
kembali."

"Itu memang tugas kami," kata Jupiter. "Tapi untuk itu kami
memerlukan informasi. Menurut saya ada gunanya bercakap-cakap
dengan beberapa tetangga Mr. Allen. Kami baru saja ke rumah
seberang, mendatangi Mr. Carter. Anda kenal orang itu?"

Shelby tertawa.

"Siapa yang tidak kenal, di sekitar sini? Biasanya kan dikatakan, orang
berambut merah lekas naik darah. Aku berambut merah, tapi yang
cepat marah malah Carter. Tentunya ia memamerkan senapan burunya
pada kalian tadi, ya?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter mengangkat bahu, dengan sikap tak peduli.

"Ia mencoba menakut-nakuti kami. Untungnya saat ia mengancam,


gerendel senapannya tidak terkokang. Katanya tadi, anjing-anjing dari
daerah sekitar sini dengan seenaknya saja memasuki pekarangannya. Ia
mengatakan dengan tandas, bahwa ia benci pada anjing."

Arthur Shelby tertawa nyengir.

"Apa sih - yang tidak dibenci olehnya?" katanya.

"Anda menakut-nakuti orang dengan cara lain," sela Pete dengan tiba-
tiba. "Untuk apa segala keisengan yang Anda pasang di sekeliling rumah
Anda ini?"

Arthur Shelby melirik Pete dengan pandangan geli.

"Aku sudah menunggu-nunggu pertanyaan itu. Aku tidak membenci


orang. Aku benci jika diganggu. Karenanya aku mereka-reka beberapa
cara guna menjauhkan penjual berkeliling serta pengganggu-pengganggu
lainnya, yang suka muncul setiap hari. Kau tadi ketakutan, ya?"

"Bukan takut lagi namanya," gumam Pete.

Sekali lagi Shelby tertawa.

"Aku berpendidikan di bidang permesinan. Aku ini pencipta amatiran.


Aku paling suka membuat alat-alat seperti itu. Tapi tidak ada ciptaanku
yang bisa menyebabkan orang cedera."

Ia memandang arlojinya sebentar. "Nah - apa yang bisa kulakukan untuk


membantu kalian?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tentang anjing-anjing yang lenyap itu," kata Jupiter, "barangkali Anda


tahu sesuatu, yang mungkin ada gunanya bagi kami?"

Penghuni rumah itu menggeleng.

"Wah, kalau tentang itu, aku cuma tahu bahwa mereka dilaporkan hilang.
Lebih baik kalian berbicara saja dengan para pemilik anjing-anjing itu."

"Satu-satunya dengan siapa kami sudah berbicara, hanya Mr. Allen di


sebelah ini saja," kata Jupiter. "Ada petunjuk yang diberikannya - tapi
sulit bisa diterima."

"O ya?" Alis orang berambut merah itu naik sesenti. "Apa petunjuknya
itu?"

Jupiter memonyongkan bibir, sementara keningnya berkerut. "Sulitnya,


saya tidak tahu apakah saya boleh menceritakannya pada Anda."

"Kenapa tidak boleh?" kata Shelby mendesak.

"Karena saya rasa Mr. Allen mungkin akan merasa tidak enak, apabila hal
itu tersebar luas," kata Jupiter. "Maaf, Mr. Shelby." Laki-laki jangkung
itu menunjukkan sikap tak peduli. Ia mengangkat bahu.

"Kurasa dalam urusan ini, kau harus bertindak seperti pengacara hukum.
Kau harus melindungi kepercayaan klien yang telah dilimpahkan padamu.
Begitu, ya?"

Jupiter mengangguk. "Betul! Tapi walau begitu, aneh - Anda tinggal


bertetangga dengan Mr. Allen. Rasanya tidak mungkin ia melihat sesuatu
yang, misterius di sekitar sini, tapi Anda tidak melihatnya."

Mr. Shelby tertawa nyengir.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau ini nampaknya pandai berbicara," katanya pada Jupiter. "Kurasa,


jika kau mau, kau sebenarnya bisa mengatakan maksudmu dengan lebih
jelas."

"Ah, sudahlah!" kata Pete, yang sudah tidak sabar lagi. "Yang tidak ingin
dikatakan oleh Jupe ini ialah bahwa Mr. Allen waktu itu melihat seekor
naga muncul dari dalam laut."

"Itu sebetulnya tidak boleh kauceritakan, Pete," kecam Jupiter. "Kita


tidak boleh membeberkan apa yang dipercayakan klien pada kita."

"Sorry," kata Pete menggumam. "Habis - mengingatnya saja, aku sudah


langsung gugup lagi."

"Naga?" kata Mr. Shelby. "Jadi itu yang menurut Allen dilihat olehnya?"
Jupiter kelihatan ragu sejenak. Kemudian ia mengangkat bahu.

"Yah, apa boleh buat - karena sudah terlanjur disebut! Saya rasa ia
khawatir orang-orang akan menyangka pikirannya sudah tidak waras lagi,
jika ia mengatakan melihat naga. Tapi menurut katanya, itulah yang
dilihatnya waktu itu."

"Mustahil!" kata Mr. Shelby sambil menggeleng-geleng.

"Katanya, ia juga mendengar suaranya," sela Bob. "Sewaktu makhluk itu


masuk ke dalam gua yang ada di bawah rumahnya."

Jupiter menggembungkan pipinya.

"Ternyata kami ini tidak bisa menyimpan rahasia, Mr. Shelby. Tapi jika
ternyata bahwa ada naga - atau makhluk berbahaya lain seperti itu di

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

bawah sana, saya rasa Anda juga perlu mengetahuinya. Maksud saya,
jika Anda punya kebiasaan, sekali-sekali turun ke sana."

"Terima kasih atas peringatan kalian," kata Mr. Shelby. "Tapi aku jarang
sekali turun ke pantai. Aku tidak begitu gemar berenang di laut Sedang
mengenai liang-liang gua yang ada di bawah, sudah sejak lama aku tahu
bahwa tempat-tempat itu lebih baik jangan dimasuki. Berbahaya!"

"Kenapa Anda katakan berbahaya?" tanya Bob.

Mr. Shelby tersenyum.

"Liang-liang itu sudah berbahaya, jauh sebelum ada desas-desus bahwa


di dalamnya ada naga. Di sepanjang pesisir sini sering terjadi tanah
longsor. Orang yang terjebak, bisa terkubur hidup-hidup."

"Saya dengar, gua-gua itu dulu dipakai oleh penyelundup," kata Jupiter.

"Betul - tapi itu dulu," kata Shelby sambil mengangguk. "Sedang


mengenai tanah longsor, cobalah berjalan-jalan menyusur bibir tebing.
Nanti akan nampak bagaimana tanah di daerah sini merosot ke bawah.
Kadang-kadang ada rumah yang ikut terseret"

Orang itu menatap anak-anak. Matanya bersinar-sinar. "Aku tahu,


bagaimana perasaan seorang remaja. Kalau aku ini seumur kalian, dan
mendengar desas-desus tentang adanya seekor naga, kurasa aku pun
ingin turun ke bawah untuk melihat dengan mata sendiri. Tapi jika kalian
melakukannya, jangan lupa bahwa liang-liang gua itu merupakan tempat
yang berbahaya."

"Terima kasih, Mr. Shelby," kata Jupiter. "Jadi menurut pendapat


Anda, cerita Mr. Allen tentang naga itu tidak benar?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Shelby tersenyum.

"Pendapat kalian sendiri bagaimana?"

"Yah -" Jupiter membentangkan kedua lengannya.

Sekali lagi Shelby tertawa.

"Yah," kata Jupiter, "terima kasih atas kesediaan Anda bercakap-cakap


dengan kami. Mungkin kami nanti akan bisa mengetahui dengan tepat,
apa sebetulnya yang dilihat oleh Mr. Allen."

"Mudah-mudahan saja," kata Mr. Shelby. "Aku tahu, dulu ketika


bintangnya masih cemerlang, Allen banyak membuat film dengan tema
horor. Mungkin ada teman atau musuhnya, yang ingin berbuat iseng
terhadapnya."

"Kemungkinan itu ada saja," kata Jupiter mengakui.

"Untuk berbuat iseng, orang kadang-kadang bisa melakukan hal-hal yang


luar biasa. Sayang aku tidak bisa memberi keterangan yang berguna
bagi kalian. Marilah - kuantarkan kalian ke luar."

Mr. Shelby berjalan mendului ke pintu, lalu membukakannya. Anak-anak


melangkah, hendak ke luar. Mr. Shelby menahan Jupiter, lalu mengajak
bersalaman. "Semoga kalian berhasil, Nak," katanya.

"Terima kasih, Sir," balas Jupiter. Disambutnya tangan Mr. Shelby yang
diulurkan ke arahnya.

Pintu tertutup dengan pelan, meninggalkan Jupiter yang tertegun di


luar. Mulutnya ternganga, sementara matanya terbelalak memandang ke
bawah. Ia bergidik.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter menggenggam lengan Mr. Shelby - sedang orang itu sudah


masuk ke dalam rumah. Dan pintu sudah tertutup!

Bab 5

BAHAYA DI KAKI TEBING

"UHH!" Jupiter terkesiap, menatap tangan Mr. Shelby. Kelihatannya


seperti tangan yang benar. Rasanya seperti benar-benar tangan
manusia!

Jupiter, yang biasanya selalu berkepala dingin, sekali ini tidak tahan
lagi. Cepat-cepat dilepaskannya tangan itu, sehingga terjatuh.

Kedua temannya berpaling dengan cepat, karena mendengar dengusan


Jupiter.

"Iiih! Apa itu?" seru Pete kaget.

"Astaga!" kata Bob sambil mendekat. "Itu kan tangan?!" Jupiter sudah
agak pulih dari kekagetannya. "I-tu ta-tangan M-mr. Shelby. Tahu-tahu
terlepas, ketika kami berjabatan tangan!"

"Bagaimana?" tanya Pete seakan tidak mengerti.

"Terlepas," ulang Jupiter, yang masih agak terpana. "Kalau soal


bagaimana, entah!"

Saat itu terdengar suara tertawa menggema di dalam rumah, disusul


bunyi seperti tercekik, terbatuk-batuk.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Wajah Jupiter memerah. "Aku yang salah," katanya pada kedua


rekannya. "Aku lupa, Mr. Shelby kan orang yang suka iseng."

Tangan yang tergeletak dipungutnya dengan hati-hati, lalu


diacungkannya ke arah Bob dan Pete. Pete menggeleng. Akhirnya Bob
yang menerima.

"Kelihatan seperti tangan yang sebenarnya," kata Bob. "Barangkali Mr.


Shelby memakai tangan palsu, dan tangan itu secara tak sengaja
terlepas ketika kalian bersalaman tadi."

Jupiter menggeleng.

"Kau kan baru saja mendengarnya tertawa di dalam," katanya. "Tidak -


ini pasti keisengannya lagi. Aneh - caranya menakut-nakuti orang."

"Ya - sangat kocak!" kata Pete sengit. "Kita cepat-cepat saja pergi dari
sini, sebelum timbul lagi keisengannya yang berikut."

Bob mencampakkan tangan palsu yang masih dipegangnya. Ketiga remaja


itu berpaling, lalu cepat-cepat lari ke arah jalan.

"Awas - jebakan terali!" seru Pete mengingatkan.

Mereka lari dengan gerak mengular, untuk mengelakkan jebakan.


Mereka baru melambatkan langkah, ketika sudah menghampiri pintu
pagar yang tertutup.

Pintu itu terbuka tanpa bunyi, seperti yang terjadi sewaktu mereka
masuk. Trio Detektif bergegas melewatinya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Setidak-tidaknya ia sportif," kata Bob, sambil berlari bersama teman-


temannya menyusur jalan. "Pintu pagarnya tidak disuruh menggigit kita
sewaktu keluar."

"Jangan berhenti," gumam Pete. "Nanti saja aku berterima kasih


padanya, jika sudah cukup jauh."

Akhirnya mereka berhenti berlari, karena kehabisan napas.

"Apa kerja kita sekarang?" tanya Bob. "Menunggu Hans datang


menjemput?"

"Kalau aku boleh mengusulkan, kita lari saja terus sampai ke Rocky
Beach," kata Pete. "Apalah arti jarak dua puluh mil, jika diingat betapa
kita akan jauh lebih aman jika sudah ada di sana?"

Jupiter menarik-narik bibir bawahnya. Ia melirik arlojinya.

"Kita masih punya waktu sedikit. Bagaimana jika kita melihat-lihat


sebentar ke liang gua yang ada di bawah, sebelum pulang?"

Pete memandang ke arah bibir tebing.

"Maksudmu, yang dikatakan dimasuki naga itu? Kuberikan jawabanku


dengan dua patah kata. Tidak mau!"

Jupiter mengangguk.

"Kalau kau, bagaimana, Bob?"

"Sama seperti Pete," kata Bob. "Disamping itu, kau kan dengar sendiri
tadi kata Mr. Shelby, bahwa liang-liang di bawah itu sangat berbahaya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Entahlah kalau naga, tapi aku sendiri pasti tidak senang kalau tertimbun
tanah longsor."

Sementara itu Jupiter sudah berjalan sampai ke bibir tebing.


Dijamahnya pegangan tangga tua yang sudah dimakan cuaca. Tangga itu
sangat terjal, menyusur dinding tebing.

"Kalau aku, aku menyarankan kita melihat sebentar ke bawah," katanya.


"Jadi kalau pulang nanti, sudah ada gambaran yang lebih jelas tentang
apa yang kita hadapi."

Tanpa menunggu jawaban lagi, ia langsung menuruni tangga. Dengan


segera ia sudah lenyap dari penglihatan kawan-kawannya.

Pete menatap Bob dengan sikap putus asa.

"Kenapa ia selalu saja bisa mengalahkan kita? Padahal kan satu lawan
dua!" Bob mengangkat bahu. "Ia lebih keras kepala, sih! Mungkin, kita
berdua ini lebih tahu diri."

"Yah - tapi itu tidak ada gunanya bagi kita," kata Pete mengomel. "Yuk -
kita susul dia, sebelum Mr. Shelby meluncurkan benda terbang lagi
untuk mengejar kita. Atau Mr. Carter yang di seberang jalan tiba-tiba
merasa perlu melatih kejituannya menembak."

Setelah itu Pete memegang kayu sandaran tangga, lalu mulai melangkah
turun. Bob menyusulnya. Jenjang-jenjang yang dilewati sudah tua dan
sempit. Dan sangat terjal! Pete dan Bob yang lari menuruninya, mula-
mula masih berpegangan pada sandaran. Tapi lari mereka semakin cepat.
Keberanian pun bertambah. Akhirnya sandaran hanya ditepuk-tepuk
saja, sambil lewat.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter menangkap bunyi langkah berlari-lari di belakangnya. Ia


menoleh sebentar. Ia tertawa nyengir, ketika melihat apa yang terjadi.
Perlomba­an lari ke bawah sudah dimulai!

Jupiter tidak selincah kedua temannya. Tapi jika mau, ia bisa juga
berlari. Langkahnya dipercepat, sementara ia melonjak dari jenjang ke
jenjang.

Jaraknya dari dasar tebing tinggal sekitar lima meter lagi - tahu-tahu
jenjang yang dipijaknya patah! Jupiter terdorong terus ke bawah,
karena kecepatannya berlari. Jenjang berikut yang dipijak berderak,
lalu patah pula. Jupiter berusaha menahan gerak tubuhnya. Ia
menyambar kayu sandaran.

Kayu sandaran itu ternyata sudah lapuk, karena langsung terlepas.


Jupiter berteriak, serentak dengan gerak tubuhnya yang terpental ke
samping.

Bob dan Pete yang sudah berhasil menyusui sampai dekat sekali,
mendengar teriakan teman mereka itu - tapi sudah terlambat! Seluruh
konstruksi tangga di sebelah bawah ambruk, bagaikan rumah-rumahan
yang dibangun dari kartu-kartu. Bagian sandaran sebelah atas tempat
yang disambar oleh Jupiter tadi merupakan satu-satunya kemungkinan
bagi keduanya untuk menyelamatkan diri. Mereka menyambar tempat
sandaran itu dengan perasaan panik.

Tapi kayu pada bagian itu juga sudah lapuk, sehingga langsung terlepas.

Kedua remaja itu tidak berdaya lagi. Mereka tersungkur ke bawah,


disusul potongan-potongan papan yang berjatuhan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Dalam keadaan jatuh, otak Jupiter masih sempat bekerja. Ada dua
pikiran yang merongrongnya, sekejap sebelum ia terbanting di bawah.
Apakah yang dialaminya itu kecelakaan biasa?

Atau mungkinkah itu merupakan perbuatan yang disengaja, agar Trio


Detektif tidak bisa melakukan pengusutan terhadap misteri naga di
pantai?

Waktu yang tersisa hanya cukup untuk memikirkan kedua hal itu. Ia
terbanting dengan keras, disusul tubuh dan papan yang berjatuhan
dekat kepalanya. Setelah itu segala-galanya menjadi gelap!

Bab 6 TERJEBAK !

"JUPE! Jupe! Kau tidak apa-apa, Jupe?"

Jupiter terkejap-kejap. Samar-samar dilihatnya muka kedua temannya,


yang sedang memperhatikan dirinya.

Jupiter mendengus, lalu duduk. Dibersihkannya dulu mukanya yang


penuh pasir, sebelum menjawab.

"Tentu saja aku tidak apa-apa," katanya. "Tapi itu bukan berarti bahwa
aku tertolong oleh kenyataan bahwa kalian berdua jatuh menimpa aku.
Di samping napasku terdesak ke luar, mukaku juga terbenam dalam pasir
karenanya."

"Ia tidak apa-apa," kata Pete sambil nyengir. "Ia masih bisa mengoceh."

"Ya, aku mendengarnya," kata Bob. "Dan seperti biasa, ia berbuat


seolah-olah kejadian tadi itu karena kesalahan kita. Padahal tubuhnya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

yang berat itulah yang menyebabkan anak tangga dan sandaran patah.
Lalu apa yang harus kita lakukan tadi? Melayang, supaya ia jangan
sampai ter­tindih?"

Jupiter bangkit dengan pelan. Ditendanginya patahan-patahan papan


yang berserakan di sekelilingnya. Salah-satu patahan itu dipungutnya,
lalu diteliti. Ia membungkuk dan memungut sepotong lagi, lalu
membandingkannya dengan patahan yang pertama. Ia mengangguk,
seakan-akan puas.

"Penyataanmu itu tepat, Bob," kata Jupiter. "Berat badankulah yang


menyebabkan anak tangga patah. Tapi aku cenderung menduga, patahnya
bukan karena itu saja. Jenjang-jenjang ini kelihatannya bekas diapa-
apakan sebelumnya, sehingga langsung patah jika ditekan sedikit saja.

Kedua patahan papan itu disodorkannya pada Bob dan Pete.

"Coba kalian perhatikan baik-baik! Sisi atas papan-papan itu pecah.


Kalian lihat bahwa pecahannya tidak teratur? Sedang sisi bawahnya
nampak lebih rata pecahnya. Nampaknya seperti sudah digergaji
sebagian, sebelum kita menuruninya tadi."

Bob dan Pete memperhatikan kedua patahan itu dengan seksama.

"Mungkin kau benar," kata Bob setelah beberapa saat. "Tapi siapa yang
tahu bahwa kita akan turun?"

"Ya, betul," kata Pete. "Itu kan gagasanmu sendiri, Jupe. Jika kita tadi
tidak menuruni tangga, kecelakaan itu bisa dialami siapa saja di daerah
sini. Selama ini kita baru bertemu dengan Mr. Carter, Mr. Allen, dan Mr.
Shelby. Tapi pasti masih banyak lagi yang biasa turun-naik lewat tangga
tadi.'

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia menuding ke salah satu tempat di pantai.

"Tangga yang berikut, lumayan juga jauhnya. Sedang tangga yang lain,
masih lebih jauh lagi. Jadi pasti cukup banyak yang biasa melewati
tangga yang ini."

Jupiter mendesah. Patahan-patahan papan yang dipegangnya


dicampakkan lagi ke pasir.

"Kita juga tidak memiliki perlengkapan untuk memeriksa papan-papan ini,


untuk memastikan apakah memang digergaji atau tidak. Mungkin juga
aku keliru menarik kesimpulan."

Pete dan Bob berpandang-pandangan. Jarang sekali Jupiter mau


mengaku salah perkiraan, tentang apa saja.

Jupiter merapatkan bibirnya.

"Walau begitu kita tidak boleh membiarkan perhatian kita terpaling,


karena kecelakaan di tangga tadi," katanya. "Tujuan kita turun tadi
untuk memeriksa bidang pantai yang di sini serta liang gua, untuk
mencari tanda-tanda tentang adanya naga. Kita selesaikan urusan itu
sekarang."

Setelah itu Jupiter berjalan menuju ke tepi air, tanpa menoleh lagi.

"Pertama-tama kita mencari jejak dari tepi air, menuju ke liang gua.
Makhluk yang menurut Mr. Allen dilihat olehnya, menuju ke arah sana."

Bob dan Pete menggabungkan diri. Bertiga mereka melangkah dengan


lambat, menelusuri tepi air. Pantai yang luas itu kelihatannya lengang
saat itu. Yang ada hanya beberapa ekor burung camar saja, yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

terbang berkeliling di atas kepala, sambil memekik-mekik dengan suara


parau.

Pete menuding ke arah seekor camar yang baru saja turun ke pasir.

"Mungkin lebih baik jika kita tanyakan pada seekor di antara mereka,
apakah belakangan ini pernah melihat naga di sini. Dengan begitu kita
tidak perlu repot-repot lagi."

"Bagus juga gagasanmu itu," kata Bob. "Dan jika burung-burung itu tidak
mau bicara, masih ada kapal tunda dengan perlengkapan pengangkat
kapal yang ada di sana itu."

Ia menuding ke tengah laut, ke arah sebuah kapal berpotongan buntek


yang menggandeng perlengkapan pengangkat kapal. Posisinya sekitar
satu mil di depan pantai.

"Mereka kelihatannya tidak sedang berlayar. Mungkin mereka pun


sedang berburu naga." Jupiter memandang ke arah kapal itu, lalu
menggeleng.

"Apa yang ada sejauh itu, tidak perlu kita pikirkan. Kita hanya perlu
meneliti garis pantai di sekitar sini saja."

Pandangannya bergerak, dari liang gua yang nampak di kejauhan, sampai


ke tepi air.

"Di sekitar sinilah kita seharusnya menemukan jejak. Lebih baik jika
melakukannya secara berpencar."

Ketiga remaja itu memencar, lalu berjalan lambat-lambat menyusur


pantai. Pasir yang terhampar diteliti dengan cermat.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku cuma melihat rumput laut bertumpuk-tumpuk," kata Bob.

"Aku juga," kata Pete, "ditambah dengan kerang, serta kayu hanyut."

Akhirnya Bob menggeleng.

"Sama sekali tidak ada jejak di sini, Jupe," katanya. "Jangan-jangan


sudah terhapus air, saat laut pasang naik."

Jupiter menarik-narik bibir bawahnya.

"Kemungkinan itu bisa saja - di sini, dekat air," katanya kemudian. "Tapi
lebih ke atas lagi masih ada bidang pantai yang cukup lebar, sampai ke
mulut gua. Yuk - kita memeriksa ke sana."

"Apakah itu harus kita lakukan?" tanya Pete. "Bagaimana jika naga itu
ada di dalam gua? Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Kita lawan
dia, dengan kedua belah tangan kita saja?"

"Kurasa kita takkan perlu berkelahi melawan apa pun juga, Pete," kata
Jupiter. "Mulut gua akan kita dekati dengan sangat berhati-hati. Dan
kita takkan masuk ke dalam, selama kita tidak bisa memastikan bahwa
hal itu tidak berbahaya."

Pete merengut. Kemudian ia membungkuk, untuk memungut sepotong


kayu hanyut yang lumayan panjangnya.

"Yah - aku tidak tahu apakah ini akan ada gunanya untuk membela diri
nanti," katanya. "Tapi aku merasa lebih aman, jika menggenggam tongkat
sebagai senjata."

Bob mengambil sepotong kayu lain, yang kelihatannya merupakan bekas


dayung yang sudah patah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Katamu itu memang tepat, Pete," katanya. "Aku ingat, pernah melihat
gambar yang menampilkan adegan pertarungan antara St. George
dengan naga. Jagoan hikayat kuno itu juga tidak mempergunakan kayu
hanyut sebagai senjata. St. George itu orang pintar. Ia menggenggam
pedang panjang."

Bob mengayun-ayunkan gagang dayung yang sudah patah, lalu melirik ke


arah Jupiter.

"Kau tidak ingin membawa senjata pula, Jupe? Kalau mau, bisa kita ambil
sepotong sandaran tangga yang patah tadi. Kulihat beberapa di
antaranya masih ada paku-pakunya. Asyik, pan­jang-panjang."

Jupiter mengangkat bahu sambil tersenyum. "Kurasa memang tidak ada


salahnya mempersenjatai diri."

Ia membungkuk, lalu memungut sepotong papan panjang dan lembab dari


tengah sampah yang berserakan di sepanjang pantai. Di sandangnya
papan itu, sambil menoleh ke arah kedua temannya.

Bob dan Pete tersenyum hambar. Dengan air muka teguh tapi
berkeringat dingin, ketiga remaja itu melangkah maju dengan hati-hati,
menghampiri mulut gua yang gelap di kaki tebing.

Mereka melintasi beting pasir rendah yang terdapat di dekat batas air,
sambil mengamat-amati setiap jengkai yang mereka lewati. Tiba-tiba
Jupiter berhenti berjalan. Matanya bersinar.

"Ini ada sesuatu," katanya pelan.

Pete dan Bob memandang ke bawah. Pada pasir yang lembab dan longgar
nampak jelas semacam alur memanjang.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Wah! Naga ini rupanya dari jenis modern," kata Bob setelah beberapa
saat memperhatikan. "Kelihatannya berjalan dengan roda."

Jupiter mengangguk. Ia memandang ke kanan dan ke kiri, menyusuri


garis pantai.

"Tidak ada apa-apa di sini. Tapi alur ini kelihatannya seperti jejak salah
satu kendaraan. Mungkin mobil pantai. Penjaga keselamatan di pantai
kadang-kadang memakai jip atau mobil pantai untuk berpatroli di
sepanjang daerah pantai tempat ini."

"Itu mungkin saja," kata Bob. "Tapi jika sedang berpatroli, alur jejak ini
mestinya kan memanjang ke utara dan selatan - sesuai dengan garis
pantai. Tapi jejak ini mengarah ke mulut gua."

"Benar juga katamu, Bob," kata Jupiter. Ia berlutut, untuk meneliti alur
cekung itu. Bob memandang ke belakang, ke arah laut. Keningnya
berkerut.

"Aneh," katanya. "Jika jejak ini kelihatan di sini, kenapa di dekat air
tadi tidak?"

"Kurasa mungkin karena terhapus gerak air pasang yang deras serta
ombak yang memecah," kata Jupiter.

Pete meringis.

"Kurasa mata Mr. Allen yang sudah tua itu tidak bisa terlalu diandalkan.
Yang dilihatnya waktu itu mungkin bukan naga, tapi jip - atau
se­bangsanya." "Mungkin juga," kata Jupiter. "Pokoknya, itu akan kita
ketahui jika sudah sampai di gua."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tapi ketika tinggal sekitar sepuluh meter dari mulut gua, jejak berupa
alur memanjang itu tahu-tahu lenyap.

Ketiga remaja itu berpandang-pandangan.

"Ini ada misteri lagi," kata Pete.

Mereka sampai di mulut gua. Kelihatannya tidak ada apa-apa di


dalamnya.

"Mulut gua ini sangat lebar. Bis pun hampir-hampir bisa masuk ke
dalamnya," kata Bob. "Aku masuk saja sebentar, untuk melihat sampai
seberapa jauh masuknya ke perut tebing."

Jupiter menjenguk ke dalam.

"Baiklah, Bob. Tapi jangan terlalu jauh. Aku dan Pete akan menyusul
dengan segera, begitu kami sudah meneliti ambang di sini, kalau-kalau
ada salah satu petunjuk."

Bob melangkah masuk ke dalam gua, sambil mengacungkan senjatanya


yang menyerupai tombak.

"Kenapa ia tahu-tahu menjadi pemberani?" tanya Pete.

Jupiter tersenyum.

"Begitu kita melihat bahwa jejak tadi berasal dari salah satu kendaraan
buatan tangan manusia, dan bukan makhluk ajaib seperti naga, kurasa
kita semua langsung seperti mendapat suntikan keberanian."

Ia menelengkan kepala, seperti sedang mendengarkan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Mungkin bisa kita duga betapa luas gua di dalam, dari gema suara Bob."
Jupiter berseru ke dalam, "Cuma untuk mengecek saja, Bob! Bagaimana
keadaan di dalam?"

Pete ikut menelengkan kepala dengan sikap mendengar. Kedua remaja


itu sama-sama mendengar bunyi itu. Bunyi gedebuk.

Setelah itu mereka mendengar suara Bob. Bunyi melengking tinggi.


Hanya satu patah kata saja yang diucapkannya. Tapi itu sudah cukup
untuk membuat mereka merasa ngeri.

"Tolooong!"

Bab 7

PERINGATAN MISTERIUS

JUPITER dan Pete memandang dengan mata terbelalak ke dalam rongga


gua yang hanya nampak remang-remang. Saat itu terdengar lagi suara
Bob berteriak.

"Toloong! Tolong aku!"

"Ayo!" seru Pete. "Bob dalam bahaya!"

Pete, yang paling kekar tubuhnya di antara mereka bertiga, melesat lari
ke dalam gua. Jupiter berusaha mengikuti langkahnya yang cepat.

"Jangan terlalu cepat, Pete," kata Jupiter, "Ia tidak mungkin terlalu
jauh, dan kita harus berhati-hati agar jangan -"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Dalam gua yang remang-remang


gelap itu, tahu-tahu napasnya terdengus - karena menubruk sesuatu
yang keras. Ia jatuh berlutut.

Kemudian didengarnya suara Pete berseru, "Jangan masuk lebih jauh,


Jupe! Aku sudah menemukannya!"

"Di mana, Pete? Aku tidak bisa melihat apa-apa!"

Jupiter terkejap-kejap beberapa kali, sampai matanya sudah bisa


disesuaikan dengan kere­mangan gua. Setelah itu barulah ia melihat
Pete.

Temannya itu ada di depannya, dalam posisi seperti merangkak.

"Ia terjerumus ke dalam lubang," kata Pete. "Untung saja aku masih
sempat menahan langkah."

"Aku tidak bisa melihat apa-apa," kata Jupiter. Dicobanya memandang


ke bawah, dari balik bahu Pete. "Bob!" serunya memanggil. "Di mana
kau?"

Jupiter terlompat ketika Bob menjawab, karena begitu dekat


kedengarannya.

"Di sini, di bawah!" seru Bob. "Aku terjerumus ke dalam semacam sumur.
Aku tersedot ke bawah!"

"Aduh!" pekik Pete kaget. "Pasir apung!"

"Mustahil," kata Jupiter. "Itu hanya ada di kawasan dekat khatulistiwa


saja!" Ia merangkak ke samping Pete, sambil meraba­raba dasar gua

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dengan hati-hati. "Aku masih tetap belum bisa melihatnya. He, Bob! Kau
bisa melihat kami?"

"Ya!" balas Bob. "Aku hampir lurus berada di bawahmu!"

Jupiter menjulurkan badan ke bawah, lalu mengulurkan tangannya.

"Raihkan tanganmu ke atas lalu pegang tanganku, Bob. Nanti aku akan
menarikmu ke atas, bersama Pete."

Dari arah bawah terdengar bunyi berkecepuk pelan. "Ti-tidak bisa,"


kata Bob sesaat kemudian. "Setiap kali kucoba, tubuhku terbenam
semakin dalam!"

"Acungkan tongkatmu ke atas," kata Pete. "Itu, gagang dayung yang


kaupegang tadi. Kami akan dengan segera menarikmu ke luar."

"Tidak bisa," balas Bob dengan nada gugup. "Tadi terlempar, ketika aku
terjerumus kemari."

Pete memandang kayu hanyut yang dipegangnya. Ia mengeluh. "Sedang


tongkatku terlalu rapuh - takkan kuat menahan berat badanmu."

Jupiter menggeleser dengan berhati-hati, mengelilingi lubang itu.


"Tahan terus, Bob," katanya. "Aku kini sedang menyusur tepi lubang,
untuk menaksir ukurannya.

Ia menggeleser lagi.

"Cepat!" kata Bob berteriak dari bawah. "Sekarang bukan waktunya


untuk mengukur-ukur."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi aku harus melakukannya," kata Jupiter yang semakin menjauh.


"Cuma dengan begitu aku nanti bisa mencari akal untuk mengeluarkan
dirimu dari situ."

Jupiter merangkak terus. Ia sangat berhati-hati. Walau begitu masih


ada juga tanah berguguran ke dalam lubang.

"Awas!" teriak Bob. "Nanti dindingnya runtuh!"

"Sorry!" balas Jupiter. "Tapi itu cuma tanah longgar yang ada di pinggir
atas."

Sesaat kemudian ia sudah kembali berada di samping Pete.

"Kurasa kita bisa melakukannya." Ia berseru lagi pada Bob, "He, Bob!
Apakah ujung kakimu bisa menyentuh dasar?"

Kedua remaja yang berada di atas mendengar bunyi menggelepar-


gelepar di bawah, disusul bunyi seperti orang sedang meludah-ludah.

"Belum," jawab Bob dengan sebal. "Tapi mungkin jika kalian berdua yang
jenius akhirnya berhasil menemukan akal untuk mengeluarkan aku, aku
akan sudah terbenam sampai ke dasar."

"Kalau kau memegang kakiku, aku akan bisa meraih ke bawah," kata Pete.
"Kita tidak punya waktu lagi untuk memikirkan cara penyelamatan yang
macam-macam."

Tapi Jupiter menggeleng. "Kurasa kita bisa mempergunakan papanku.


Bukan untuk menariknya ke atas secara langsung - karena tumpuan
untuk itu tidak cukup kokoh di tanah pasir begini. Tapi papanku cukup
panjang untuk diletakkan melintang sampai ke seberang lubang. Sedang
ujung-ujungnya kita henyakkan ke sisi."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tapi apa gunanya?" tanya Pete. "Bob tidak bisa meraih setinggi itu ke
atas."

"Bisa, jika papan kita letakkan dengan memben­tuk sudut yang tepat,"
kata Jupiter. "Kurasa kita bisa mengganjalnya dari sisi seberang."

Pete memandang papan tipis yang ada di tangan Jupiter. Ia mengangguk,


sambil membasahi bibir.

"Bisa saja kita coba. Itu jika papanmu cukup kuat menahan berat
badannya."

Jupiter menjulurkan kepalanya ke dalam lubang.

"Kami akan mengulurkan papan ke atas kepalamu, Bob," katanya


menjelaskan. "Kauusahakan agar ujungnya yang sebelah bawah cukup
kokoh terbenam ke sisi lubang, sehingga mampu menahan berat badanmu
jika kaunaiki nanti." Ia menyambung, "Karena jika sampai terlepas, yang
hilang bukan papan ini saja, tapi kau juga."

"Terima kasih," kata Bob. "Tapi cepatlah sedikit! Aku sudah semakin
dalam terbenam sekarang."

Jupiter meninggalkan Pete. Ia bergegas ke tepi seberang. Dari situ ia


mengulurkan papan ke bawah, sambil menjulurkan tubuh.

"Papan sudah kuulurkan ke bawah sekarang," katanya pada kedua


temannya. "Aku tidak tahu apakah kau bisa melihatnya, Bob. Tapi
mestinya sebentar lagi akan lewat di atas kepalamu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Papan diulurkannya sedikit demi sedikit ke bawah, sementara ia sendiri


berbaring menelungkup di tanah. Akhirnya terdengar Bob berseru dari
bawah.

"Aku bisa melihatnya sekarang," seru Bob. Lalu dengan suara meninggi
bernada kecewa, "Tak bisa kuraih! Terlalu tinggi!"

"Sekarang akan kugerakkan menurun," kata Jupiter. "Aku sedang


mereka-reka sudut yang tepat supaya bisa pas."

Papan diulurkannya beberapa sentimeter lagi ke bawah.

"Ya, ya - bagus, Jupe!" seru Bob. "Sudutnya sudah benar. Sekarang


tinggal beberapa senti lagi!"

Bob menunggu Jupiter mengulurkan papan lebih jauh ke bawah. Tiba-


tiba terdengar bunyi seperti menggeleser.

"Ayo, Jupe! Kenapa kau tahu-tahu berhenti?"

Jupiter menjawab dengan suara parau,

"Badanku terjulur terlalu jauh ke dalam. A-aku sendiri mulai


tergelincir!"

"Aduh!" seru Pete, Ia bergegas bangkit, lalu lari ke tepi seberang.

Kaki Jupiter bergerak-gerak liar, berusaha mencari tumpuan di tanah


yang licin. Sisa tubuhnya sudah miring ke dalam lubang gelap. Tanah
berguguran di bawah badannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Seketika itu juga Pete menjatuhkan diri ke depan, menindih tungkai


Jupiter. Disambarnya ikat pinggang temannya itu, lalu disentakkannya
kuat-kuat ke arah belakang.

"Tenang, Jupe," katanya dengan napas putus-putus. "Kau sudah


kupegang."

Sesaat kemudian sudah cukup jauh ditariknya Jupiter ke belakang,


sehingga anak gempal itu bisa memulihkan keseimbangannya kembali.

"Terima kasih, Pete," kata Jupiter dengan napas sesak. "Sekarang, jika
kau terus menindih kakiku selama beberapa saat lagi, sampai papan ini
sudah seluruhnya kuulurkan -"

Pete dan Jupiter mendengar Bob berseru dengan gembira dari bawah,
"Ya - berhasil, Jupe!"

"Okay, Bob. Sekarang aku dan Pete akan membenamkan ujung yang
sebelah atas ke sisi lubang sebelah sini. Setelah itu kau harus berusaha
memanjatnya ke atas. Bisakah kau meraihkan tanganmu untuk
mencapainya?"

"Ya, bisa!" jawab Bob setelah diam sesaat.

"Baiklah, Bob," kata Jupiter. "Sekarang kaucoba memanjat ke atas."

"Roger!" balas Bob. Terdengar bunyi berderak. Papan tipis yang mereka
pegang bergetar.

"Ia datang!" seru Pete. Papan tipis itu terayun dan bergetar, menahan
beban tubuh Bob yang merambat naik. Jupiter menindih ujung sebelah
atas dengan sekuat tenaga.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kemungkinan patah masih ada," bisiknya pada Pete. "Bersiaplah untuk


menangkapnya."

Mereka mendengar bunyi napas Bob terengah­engah. "Oke," katanya,


"aku sudah sampai di ujung atas. Sekarang bagaimana?" Pete
menjulurkan badan ke dalam lubang.

"Pegang tanganku, Bob."

Dengan cepat Bob menggerakkan tangannya ke atas. Sesaat ia berhasil


menggenggam tangan Pete yang terulur ke bawah. Tapi kemudian
terlepas lagi. Bob bergerak dengan cepat karena terdorong rasa panik.
Tangannya dicengkeramkan kembali ke papan yang basah.

"Sulit sekali memegangnya, karena tangannya berlumpur," keluh Pete


pada Jupiter. "Kau ingin mencobanya?"

Jupiter menggeleng. "Kurasa hasilnya akan sama saja. Kita harus


bersama-sama menariknya ke atas."

Bob melotot ke arah mereka dari bawah. Kedudukannya sangat goyah, di


atas papan yang terayun-ayun.

"Sudahlah, jangan berunding macam-macam lagi! Cepat, keluarkan aku


dari sini! Aku sudah sulit sekali bisa bertahan terus, karena badanku
penuh dengan lumpur. Aku tak mampu berpegang lebih lama lagi -"

Mata Jupiter berkeliaran di dalam gua. "Kita memerlukan tali," katanya.


"Sesuatu yang bisa dipakai untuk menjerat -"

"Di sini tidak ada tali," kata Pete menggerutu, "dan juga tidak ada waktu
lagi. Kita cuma kekurangan beberapa sentimeter saja. Mestinya ada
sesuatu -"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tiba-tiba sinar mata Jupiter berubah, nampak bersinar lagi.

"Aku tahu!"

Dengan cepat dibukanya ikat pinggangnya. Sementara Pete memandang


saja sambil melongo, temannya itu memasang ikat pinggangnya lagi,
sehingga di ujungnya terbentuk semacam jerat.

Jerat dari ikat pinggang itu diulurkannya ke dalam lubang.

"Aku membuat jerat dengan ikat pinggangku, Bob," katanya. "Selipkan


tanganmu ke dalamnya. Berat tubuhmu akan menyebabkan jerat itu
mengencang dengan sendirinya. Setelah itu aku dan Pete akan
menarikmu ke atas."

Ikat pinggang diulurkan dengan pelan-pelan ke dalam lubang, sementara


ia sendiri bersiap-siap menahan sentakan dari bawah.

"Ya! Tanganku sudah terjerat!" seru Bob. "Tarik!"

Jupiter menghembuskan napas lega. Pete meraih ujung ikat pinggang,


sambil nyengir. Setelah itu ia bersama Jupiter mencondongkan tubuh ke
belakang, lalu menarik kuat-kuat.

Sesuatu yang berlumur lumpur naik dengan pelan dari dalam lubang.

Bab 8

DUA SOSOK MISTERIUS

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

SOSOK berlumpur itu merebahkan diri di samping Jupe dan Pete.


Napasnya tersengal-sengal.

"Trims!"

"Itu tadi ide Jupe," kata Pete, Ia memandang ikat pinggangnya dengan
sikap menyesali diri. "Pada­hal aku juga memakai ikat pinggang. Cuma
pikiranku saja yang tidak sampai ke situ."

"Mungkin itu disebabkan karena kau tidak begitu memikirkan berat


tubuh, seperti aku," kata Jupiter sambil tersenyum. "Di samping itu
ukuran pinggangku lebih besar, jadi dengan sendirinya ikat pinggangku
juga lebih panjang."

Bob membersihkan lumpur yang melumuri mukanya.

"Pokoknya idemu itu berhasil, Jupe. Mulai sekarang aku takkan lagi
memperolokkan dirimu bahwa kau terlalu gendut." Ia menoleh ke dalam
lubang, lalu mundur sambil bergidik. "Coba kau tidak memakai ikat
pinggang yang panjang, kemungkinannya aku masih terbenam di bawah
sana sekarang."

"Pokoknya, sekarang semua sudah beres lagi," kata Pete. "Lalu


selanjutnya bagaimana?"

"Kita pulang," kata Jupiter dengan tegas. "Bob perlu cepat-cepat


berganti pakaian, karena ia basah kuyup. Sorry! Aku yang bersalah,
karena memaksa hendak memeriksa gua, tanpa membawa senter."

"Kita tadi sebaiknya memang membawa senter," kata Bob sependapat,


"tapi kurasa aku juga tolol, kenapa begitu saja bergegas masuk, tanpa
memperhatikan lingkungan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter berdiri. Keningnya berkerut.

"Aneh juga, kenapa ada lubang yang begitu berbahaya di dekat jalan
masuk ke gua. Kurasa itu menyebabkan banyak orang yang ingin tahu
tidak bisa masuk."

"Kecuali jika mereka bersikap seperti aku tadi," kata Bob sambil
tersenyum hambar. "Lubang berlumpur itu akan menyebabkan banyak
dari mereka tidak bisa keluar lagi!"

"Wah," kata Pete, setelah berpikir sejenak, "mungkin itulah yang


terjadi dengan anjing peliharaan Mr. Allen, serta anjing-anjing lainnya
yang hilang. Mungkin saja mereka tercebur ke dalam lubang, lalu
tersedot ke bawah."

"Kemungkinan itu bisa saja," kata Jupiter sambil mengangguk. "Tapi kita
tadi kan sedang mencari-cari jejak, sebelum Bob berteriak minta
tolong. Kita sama sekali tidak melihat jejak anjing di sekitar mulut gua."

"O ya?" kata Pete dengan nada heran. "Itukah yang kita kerjakan tadi?"
Ia menoleh ke belakang dengan cepat. "Yah - sekarang sebaiknya kita
lekas-lekas saja keluar dari sini, sementara masih bisa. Tempat ini
menyeramkan." Semuanya sependapat tentang hal itu. Mereka cepat-
cepat keluar.

Setiba di luar, Jupiter menoleh ke belakang. Dilihatnya bongkah batu


besar-besar di sisi seberang mulut gua.

"Aku ingin tahu, sampai seberapa jauh Liang gua itu menjorok masuk ke
dalam," katanya. "Kita tadi mendapat keterangan bahwa liang-liang di
sini dulu biasa dipakai para penyelundup."

"Ya, betul," kata Pete. "Lalu?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Liang yang baru saja kita tinggalkan, rasanya tidak cocok untuk
dijadikan tempat menyembunyikan barang-barang selundupan, karena
terlalu terbuka dan mudah dimasuki orang."

"Mungkin saja sebenarnya masih ada lorong-lorong lainnya," kata Bob.


"Arus karena air bisa menyebabkan batu yang termasuk lunak lama
kelamaan habis, walau bisa memakan waktu jutaan tahun. Mungkin
daerah sini dulu terendam air. Jika betul begitu, mestinya banyak liang-
liang alamiah di sekitar sini."

"Mungkin juga," kata Jupiter, "tapi kita tidak punya waktu lagi untuk
memeriksanya sekarang. Kita harus mengundurkannya ke lain waktu."

"Aku setuju saja," kata Pete dengan gembira, "pokoknya, asal jangan
hari ini. Untuk sekarang, aku sudah cukup banyak mengalami kejadian
yang menciutkan hati."

"Tentang itu kita semua sudah sependapat," kata Jupiter. "Tapi


payahnya, sekarang ada lagi yang datang."

"Apa maksudmu?" tanya Pete terkesiap.

Jupiter menuding ke arah laut. Kedua temannya menoleh ke arah itu.


Mata mereka terkejap karena kaget. Sesuatu yang gelap dan berkilat-
kilat muncul dari bawah air.

"Apa itu?" kata Bob dengan suara berbisik.

"Kepalanya berukuran kecil - seperti kepala naga," kata Pete. Suaranya


bergetar. Saat itu datang ombak besar, menggulung ke arah pantai,
Sosok gelap yang baru muncul dilanda dan diselubungi, sehingga tidak
kelihatan lagi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak tetap berada di tempat mereka. Dengan gugup, ketiganya


menatap ke arah air yang bergerak maju.

Ombak yang bergulung memecah di pantai, disusul ombak berikutnya.


Ketika air sudah surut lagi, nampak kembali sosok gelap yang tadi.

Sosok itu berdiri tegak. Potongannya ramping dan hitam berkilat,


sampai ke bagian kaki yang kelihatan bersirip, seperti kaki bebek. Sosok
aneh itu berjalan lambat-lambat, menuju pantai.

"Penyelam," kata Pete dengan lega. "Ia memakai masker dan sirip renang
di kaki. Aduh - karena itu saja kita sudah takut setengah mati! Yuk, kita
pergi."

Ketiga remaja itu berpaling, hendak pergi.

Tiba-tiba Jupiter berbisik, "Awas! Ia membawa senapan tombak!"

"Lalu?" kata Pete sambil tertawa. "Ia kan bisa saja habis berburu ikan!"

Jupiter menggeleng.

"Ia menuju kemari," katanya.

Tiba-tiba orang yang bermasker dan berpakaian selam serba hitam itu
berlutut, dengan senapan tombak teracung ke depan. Orang itu
merebahkan diri, sambil membidikkan senjatanya.

"Wah! - Awas! Ia membidik ke arah kita!" seru Bob cemas.

"Eh!" kata Pete kaget. "Kenapa ia tahu-tahu begitu?" Matanya terpicing,


sementara air mukanya menjadi pucat.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya - Bob benar!" Ia berbalik dengan cepat. "Pasti kita yang dijadikan
sasaran - di sekitar sini tidak ada orang lain!"

Jupiter Jones memandang orang yang rebah di pantai, sambil


menghadap ke arah mereka. Jarak yang memisahkan tidak sampai
seratus meter. Orang itu nampak jelas membidikkan senjatanya ke arah
mereka.

Otak Jupiter biasa berpikir logis, dan bekerja dengan teramat cepat.
Secepat kilat ditiliknya situasi yang dihadapinya. Hasilnya membuat
keningnya berkerut. Situasi yang dihadapi tidak masuk akal!

Tapi logis atau tidak, Jupiter masih tetap bisa mengandalkan


kemampuannya menyelamatkan diri.

"Bahaya!" katanya. "Lari memencar!"

Ketiga remaja itu berpencaran secepat-cepatnya, lalu lari ke arah


tangga yang menuju ke atas tebing. Tapi ketika sudah dekat ke situ,
barulah mereka sadar bahwa itu tidak ada gunanya. Karena kaget,
mereka melupakan kecelakaan yang baru saja mereka alami di tangga
itu. Kini mereka sadar kembali, begitu melihat patahan tangga yang
berserakan di pasir. Sedang dinding tebing menjulang terjal, mustahil
bisa didaki.

Jupiter menoleh ke tangga yang berikut. Letaknya terlalu jauh dari


tempat mereka berada saat itu. Untuk mencapainya, cukup jauh mereka
harus berlari di atas pasir lembab. Lari mereka takkan mungkin bisa
cepat. Dan di pantai terbuka itu, mereka akan menjadi sasaran empuk.

Dengan cepat Jupiter mengambil keputusan. "Hanya satu kemungkinan


yang tinggal. Cepat - kita kembali ke dalam gua!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga remaja itu lari lagi, kini kembali ke mulut gua. Mereka lari dengan
perasaan panik, karena memperhitungkan setiap saat akan mendengar
letusan senapan tombak di belakang mereka.

Atau bahkan merasa punggung mereka ditembus tombak maut yang


meluncur dari senjata itu.

Pasir di bawah kaki berhamburan ke belakang.

"Hampir sampai!" seru Jupiter dengan napas putus-putus. "Cepat - cari


perlindungan!"

Ketiga remaja itu menyeruduk serempak ke dalam gua, lalu bergegas


merangkak ke balik batu-batu besar yang ada di depan.

"Selamat!" dengus Pete. "Sekarang bagaimana?"

"Kita bersembunyi," kata Jupiter, sambil berusaha mengatur napas yang


tersengal-sengal. "Dengannya kita akan mendapat waktu untuk mengatur
rencana selanjutnya."

"Mungkin sekarang inilah waktu yang terbaik untuk mencari lorong-


lorong yang lain itu," kata Bob.

Jupiter mengangguk. Mukanya merah, karena bersemangat. Tapi


mungkin juga karena kepanasan sehabis berlari.

"Setuju!" katanya. "Tapi kita biarkan orang itu berbuat sesuatu terlebih
dulu. Jika ia ternyata menuju kemari, maka akan kuakui bahwa situasi
yang kita hadapi menghendaki adanya tindakan darurat - seperti masuk
lebih Jauh ke dalam gua ini, misalnya."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete memandang ke belakang punggung Jupiter, ke arah pantai. "Kita


harus masuk lebih dalam, Jup," katanya dengan suara tegang. "Ia
kemari!"

"Aduh!" keluh Bob. "Bagaimana sekarang? Aku tidak ingin tercebur lagi
ke dalam sumur tadi!"

Jupiter bergerak mundur, ke dinding gua.

"Lihatlah!" serunya dengan tiba-tiba.

Pada dinding gua nampak lapisan papan berderet-deret memanjang,


sampai ke langit-langit. "Astaga!" kata Pete. "Kenapa kita tadi tidak
melihatnya?"

"Karena tersamar lapisan pasir dan debu," kata Jupiter. Ia mengetuk-


ngetuk papan berjejer itu. Terdengar bunyi bergaung.

"Rupanya di belakang papan penutup ini ada lorong tersembunyi,"


katanya. Ia mendorong-dorong papan. "Kelihatannya terpasang longgar-
jadi bisa digeser. Coba kaulihat ke luar lagi sebentar, Pete, apakah
penyelam tadi masih mengarah kemari."

Pete mengintip sebentar ke luar, lalu cepat-cepat mengendap lagi.


"Bahaya menjadi berlipat dua," katanya dengan suara gemetar.
"Sekarang mereka berdua."

"Berdua?" Kening Jupiter berkerut. "Kalau begitu, kita harus cepat-


cepat. Tolong aku, menggeser papan-papan ini."

Mereka mendorong dan menarik-narik papan yang berjejer-jejer itu.


"Percuma!" kata Bob. "Terlalu kokoh pemasangannya!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter menggeleng.

"Tidak - pasti ada satu cara untuk menggesernya." Tiba-tiba ia


tersenyum. "Ya, tentu saja! Aku ini yang tolol!"

Ditendangnya pasir longgar yang terhampar di sekitar deretan papan


yang kelihatannya merupakan semacam pintu.

"Kita cuma perlu menggali sedikit saja. Gali pasir yang di sini, supaya
longgar!"

Ketiga remaja itu berlutut lalu mulai menggali pasir dengan tangan
mereka. Tiba-tiba pintu papan bergerak.

"Cukup!" kata Jupiter. "Sekarang, jika kita bisa menggerakkannya


sampai cukup lebar, sehingga kita bisa menyusup masuk -"

Pintu papan kini dapat digerakkan dengan mudah, karena kakinya tidak
lagi terganjal pasir. Bob dan Pete cepat-cepat menyusup masuk. Kini
giliran Jupiter untuk menyusul.

Ia beringsut-ingsut, berusaha meloloskan tubuh lewat celah yang


sempit. "Ti - tidak bisa," dengusnya. "Terlalu - gemuk!"

Bob dan Pete bergegas mengeduk pasir lagi, kini dari sisi di belakang
papan. Pintu itu bergerak ke samping, dan dengan cepat Jupiter
menyusup masuk.

"Jangan terlalu rapat menutupnya kembali," katanya berbisik. "Biar kita


bisa mengintip ke luar."

Papan berat itu mereka geser lagi ke tempat semula. Tapi tidak sampai
rata lagi dengan papan-papan yang bersebelahan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga remaja itu masih berlutut di dalam rongga gelap itu, ketika
kemudian terdengar orang bercakap-cakap.

Salah seorang penyelam yang masuk menyalakan senter.

"Aku yakin sekali, anak-anak tadi lari kemari, Harry. Coba kau tadi tidak
roboh diterjang ombak, sehingga perhatianku terpaling sesaat!"

"Kita akan segera menemukan mereka, jika mereka memang masuk


kemari," kata temannya yang rupanya bernama Harry. "Tapi jika tidak,
kita bisa langsung mulai bekerja."

Anak-anak menahan napas, sementara penyelam yang pertama


menyorotkan senternya, menerangi segala penjuru gua. Jupiter
merapatkan mukanya ke celah di antara papan-papan yang memanjang ke
atas. Ia melakukannya dalam posisi merangkak.

Bob dan Pete membungkuk di atasnya, ikut mengintip ke luar.

Kedua orang yang berpakaian selam itu berjalan semakin jauh ke dalam
gua. Sinar senter semakin meredup, begitu pula bunyi langkah kaki
mereka yang mengenakan sepatu renang.

Suara serak orang yang satu lagi terdengar menggema. Datangnya


seperti dari dekat lubang tempat Bob tercebur tadi.

"Kurasa kau salah lihat tadi, Jack. Tidak ada siapa-siapa di sini!"

"Kalau begitu mereka rupanya lari ke atas lewat tangga yang satu lagi."

Terdengar bunyi berkecepak pelan. Setelah itu sunyi. Jupiter


merangkak mundur. Ia tidak mendengar maupun melihat apa-apa lagi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Hidungnya gatal, karena kemasukan debu dan pasir. Jangan-jangan Bob


dan Pete mengalami kesulitan serupa, katanya dalam hati. Kalau saat itu
mereka sampai bersin - wah, gawat! "Tutup hidung kalian!" bisiknya.
"Jangan sampai ada yang bersin."

Kedua temannya menuruti sarannya. Mereka menunggu dengan perasaan


gugup. Ruangan gua di luar tetap gelap dan sunyi. Akhirnya Jupiter
berdiri.

"Mereka sudah pergi," bisiknya. "Kita keluar sekarang, mumpung masih


ada peluang."

Pasir digali lagi. Setelah itu dengan hati-hati mereka mendorong papan
yang berat, sehingga tergeser sedikit.

"Kau dulu sekarang, Jupe," bisik Pete. "Kalau kau bisa lewat, kami
berdua pasti juga bisa."

Jupiter menanggapi usul itu dengan senyuman.

Ketiga remaja itu menyusup kembali ke luar, memasuki ruang gua yang
gelap. Mereka memasang telinga sejenak. Masih tetap tidak terdengar
apa-apa di situ. Setelah itu mereka bergegas mengembalikan papan tadi
ke tempatnya semula. Pasir yang digali ditimbunkan lagi ke dasarnya,
sehingga papan itu tegak dengan kokoh seperti sebelumnya.

Kini Jupiter berdiri. Jantungnya berdebar-debar. Ia memandang


arlojinya. "Sudah lebih dari tiga jam," bisiknya. "Hans pasti sudah
menunggu di atas!"

Bab 9

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

PERINGATAN DARI HANTU

"NAH, bagaimana pendapatmu tentang kejadian tadi?" tanya Jupiter.

Saat itu sejam setelah mereka pulang, ikut truk kecil dengan mana Hans
menjemput mereka lagi. Bob sudah lebih dulu pulang ke rumahnya, untuk
mandi serta berganti pakaian. Dan itu memang perlu! Kini, hanya Pete
dan Jupiter saja yang ada di kantor Trio Detektif.

Pete mengangkat bahu.

"Aku tidak bisa memahaminya. Aku tidak tahu siapa kedua penyelam itu,
kecuali bahwa nama mereka masing-masing Harry dan Jack. Aku tidak
mengerti, apa sebabnya Harry - atau mungkin juga itu Jack -
membidikkan senapan tombaknya ke arah kita. Aku tidak tahu, kenapa
mereka mengejar kita ke dalam gua. Aku tidak tahu ke mana mereka
kemudian menghilang, dan dengan cara bagaimana. Aku bankan masih
belum bisa mengerti, bagaimana kita bisa lolos dari sana dengan
selamat."

Jupiter menarik-narik bibir bawahnya, lalu mengangguk. "Kalau


ditambah lagi dengan kejadian robohnya tangga tebing secara aneh,
jelaslah bahwa kita sudah menghadapi berbagai pertanyaan sebelum
kita bisa mulai mengusut misteri hilangnya anjing Mr. Allen."

"Aku punya ide, yang mungkin bisa membantu kita," kata Pete.

"O ya?" Jupiter memutar kursinya. Minat besar terpancar dari matanya.
"Apa idemu itu?" Pete menggerakkan tangannya ke arah pesawat
telepon yang ada di meja.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau menelepon Mr. Allen. Katakan padanya, kita tidak jadi mencarikan
anjingnya yang hilang itu. Bilang padanya, kita sendiri tadi juga nyaris
hilang. Katakan, kita ingin membatalkan tawaran bantuan kita padanya."

Saran itu sama sekali tak diacuhkan oleh Jupiter.

"Problem kita yang pertama ialah menyelidiki siapa sebenarnya kedua


penyelam itu," katanya, "dan apa yang mereka lakukan di dalam gua."

Pete menggeleng.

"Apa peduli kita dengan kedua manusia kasar itu?" tukasnya. "Kita
sendiri pun tadi juga masuk ke sana, dan aku sama sekali tidak tahu,
untuk apa sebetulnya hal itu kita lakukan."

"Kita mencari tanda-tanda adanya naga yang diceritakan Mr. Allen,"


kata Jupiter. "Dan juga jejak anjing setter Irlandianya, Red Rover."

"Yah - tapi nyatanya tidak banyak yang kita jumpai di sana," tukas Pete.
"Kecuali lubang tadi. Bob yang menemukannya untuk kita."

"Kita juga menemukan lorong yang tersembunyi di balik papan-papan


tertutup," kata Jupiter.

"Mungkin itu lorong rahasia untuk masuk ke dalam gua. Atau bisa juga
salah satu tempat penyembunyian rahasia, yang dulu dipakai para
penyelundup."

"Apa hubungannya soal itu dengan kita," kata Pete berkeras. "Anjing
Mr. Allen kan tidak ada di situ."

Kening Jupiter berkerut.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Selaku penyelidik, kita harus kembali ke sana dan memeriksa gua itu
dengan lebih cermat. Masa hal itu tidak kausadari sendiri?!"

"Ya, memang." Pete mengangguk, walau dengan sikap segan. "Aku cuma
heran, apa sebabnya kedua penyelam itu tidak terjerumus ke dalam
lubang yang ditemukan oleh Bob! Bukan­kah itu merupakan bukti bahwa
mereka mengenal tempat itu?!"

"Itu bisa saja - tapi jangan lupa, mereka membawa senter," kata
Jupiter. "Dan tentang bagaimana dan kenapa keduanya kemudian tahu-
tahu lenyap - kurasa jika kita kembali ke sana dengan berbekal senter,
mungkin kita akan -"

Saat itu telepon berdering, untuk kedua kalinya hari itu.

Pete dan Jupiter tidak bergerak. Hanya mata mereka saja yang
menatap pesawat itu.

Telepon berdering sekali lagi.

"Terima dong," kata Pete.

"Baiklah." Jupiter meraih gagang telepon, lalu mendekatkannya ke


kepala.

"Halo?" Lalu sekali lagi, "Halo?"

Didekatkannya alat komunikasi itu ke mikrofon, supaya Pete bisa


mengikuti pembicaraan. Keduanya mendengar bunyi gemeresik. Tapi
tidak ada yang berbicara.

"Halo?" kata Jupiter sekali lagi. Tetap saja tidak ada yang berbicara.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Mungkin salah sambung," kata Pete. "Ku-kurasa tidak," kata Jupiter


tergagap. "Coba dengar baik-baik!" Bunyi serak tadi terdengar lagi,
seakan-akan suara orang yang berusaha menarik napas dengan susah
payah. Kemudian bunyi napas itu berganti, menjadi suara orang yang
sedang tercekik. Seakan-akan sudah sekarat!

"Jangan -" kata orang itu dengan sulit - lalu berkata lagi, seolah-olah
dengan sisa-sisa suara yang masih ada, "Jangan - ke - mari." Kemudian
menyusul lagi bunyi napas mendesah.

"Kemari - ke mana?" tanya Jupiter.

"Gua ... guaku," kata suara aneh itu. Terdengar lagi bunyi, seperti napas
tersentak. Setelah itu - sunyi -

"Kenapa jangan?" tanya Jupiter. "Siapa yang bicara ini?" Suara yang
menjawabnya menggaung.

"Orang... mati-," kata suara itu lambat-lambat, "- tidak ... suka ...
bicara!"

Kata-kata itu disusul desahan panjang dan bergetar. Setelah itu sunyi
lagi.

Jupiter mengembalikan gagang telepon ke tempatnya. Sesaat ia hanya


menatap pesawat itu, tanpa mengatakan apa-apa. Pete juga begitu. Tapi
tiba-tiba ia meloncat dari tempatnya duduk selama itu.

"Wah! - Untung teringat, malam ini kami makan agak lebih sore dari
biasanya," katanya. "Aku pulang saja sekarang."

Jupiter ikut berdiri.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku keluar juga, ah! Mungkin Bibi Mathilda memerlukan aku, untuk
merapikan pekarangan." Kedua remaja itu bergegas ke luar. Mereka
langsung memahami pesan suara yang menyeramkan tadi. Pesannya
memang sederhana:

Jangan datangi guaku! Orang mati tidak suka bicara!

Mr. Allen bercerita tentang naga, yang masuk ke dalam gua. Tapi ia
tidak mengatakan apa-apa tentang orang mati - atau hantu!

Bab 10

MATINYA SEBUAH KOTA

SEMENTARA itu Bob sudah mandi dan berganti pakaian. Perasaannya


sudah senang kembali saat ia tiba di perpustakaan umum kota Rocky
Beach, di mana ia bekerja secara sambilan.

Miss Bennett, pengelola perpustakaan itu menoleh sambil tersenyum


ketika Bob masuk.

"Wah, Bob," sapanya, "hari ini aku sungguh-sungguh senang melihat kau
datang. Hari ini kita sangat sibuk. Banyak sekali orang datang, dan
sekarang tentu saja banyak buku yang harus dikembalikan ke tempat
masing-masing. Bisakah kau langsung mulai dengannya?"

"Tentu saja," jawab Bob.

Diambilnya setumpuk buku yang dikembalikan hari itu, lalu ditaruhnya


satu demi satu ke tempat yang benar di rak. Setelah itu ia mendatangi
meja-meja di ruang baca. Banyak buku dibiarkan tergeletak di situ.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Semua dikumpulkan olehnya. Buku yang terletak paling atas berjudul


Hikayat California. Iseng-iseng ia membalik-balik halaman buku itu.
Salah satu babnya berjudul, "Seaside: Impian Kota yang Mati".

"Hmm," gumam Bob pada dirinya sendiri. "Ini mungkin menarik untuk
diketahui."

Sambil merenung, disisihkannya buku itu. Setelah itu ia bergegas


mengumpulkan buku-buku yang berserakan, supaya pekerjaannya lekas
selesai. Ia sudah tidak sabar lagi, ingin cepat-cepat mendalami buku
yang menarik itu.

Setelah selesai mengembalikan buku-buku yang dikumpulkannya, ia


dipanggil oleh Miss Bennett, yang memintanya untuk membetulkan
beberapa buku yang robek sampulnya. Buku-buku yang rusak itu dibawa
ke ruang gudang yang ada di belakang, dan di situ ditambalnya dengan
cellotape. Tidak lama kemudian sudah selesai segala tugas yang harus
dilakukannya.

Bob kembali ke meja kerja Miss Bennett.

"Semua sudah beres, Miss Bennett. Masih ada sesuatu yang perlu saya
pelajari sekarang, jadi jika tidak ada tugas lain -"

Miss Bennett menggeleng. Bob bergegas kembali ke ruang baca, menuju


meja di mana buku tentang hikayat California tadi ditinggalkan olehnya.
Saat itu barulah ia sadar bahwa ia sebenarnya tidak begitu tahu
tentang Seaside. Begitu pula halnya dengan Jupe dan Pete. Yang jelas,
mereka belum pernah mendengar bahwa kota itu mati!

Dengan cepat dibukanya buku itu, mencari bagian yang berisi uraian
tentang kota Seaside. Karangan itu dimulai dengan kata-kata berikut:

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Seperti halnya manusia, kota-kota ada juga yang dirundung kesialan.


Impian kota kecil Seaside, yang ingin menjadi pusat pertetirahan,
akhirnya terburai bagaikan asap, lima puluh tahun yang silam.

Gambaran kota yang cerah dan ramai, seperti dibayangkan para


perencananya, dan untuk mana mereka telah mempertaruhkan seluruh
harta mereka, tidak pernah menjelma menjadi kenyataan. Kanal-kanal
dan terusan-terusan yang dibangun dengan penuh rasa seni untuk
menimbulkan suasana seperti kota Vene­sia, sementara ini sudah
ambruk dan digantikan oleh deretan pabrik. Hotel-hotel yang dulunya
anggun, kini sudah ditutup. Ada pula yang digusur untuk memberi tempat
bagi jalan bebas hambatan yang akan dibangun dengan lintasan utara-
selatan. Kekecewaan yang mungkin paling dirasakan oleh kota Seaside
adalah gagalnya rencana pembangunan rel kereta bawah tanah, yang
kalau jadi dibangun akan merupakan yang pertama di pesisir barat. Pihak
pemilik modal, maupun masyarakat umum bersikap dingin dalam
menanggapi rencana pembangunan suatu sistem hubungan kilat, yang
akan menghubungkan kawasan pantai kota Seaside dengan daerah
bisnisnya, serta dengan kota-kota kecil lainnya yang berdekatan.
Tanggapan dingin itu mengakibatkan jaringan hubungan bawah tanah
tersebut tidak pernah selesai dibangun. Terowongan yang sudah
dibangun sepanjang beberapa mil ditutup dan kini sudah dilupakan
orang, suatu rahasia gang selalu menghantui, serta kenang-kenangan
mahal tentang kota yang sudah mati sebelum sempat mengalami
pertumbuhan.

"Wow!" kata Bob pada dirinya sendiri. Kini kota Seaside sudah lebih
bermakna baginya. Kematian kota itu terjadi lebih dari lima puluh tahun
yang lalu - karena buku yang dibaca merupakan terbitan beberapa tahun
yang lewat. Jika ia tadi tidak secara kebetulan menemukannya, mungkin
ia takkan mengetahui kisah kota kecil yang didatanginya tadi bersama
Pete dan Jupiter.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah mencatat beberapa fakta penting tentang Seaside,


dikembalikannya buku itu ke tempatnya. Kemudian ia duduk lagi. Ia
berpikir-pikir. Banyak yang perlu dilaporkan pada Jupiter. Tapi akhirnya
ia memutuskan, bahwa itu bisa dilakukannya nanti, sehabis makan malam.
Saat itu sudah hampir tiba. Dan Bob sudah lapar.

Ia meminta diri pada Miss Bennett, lalu bersepeda pulang. Sesampainya


di rumah dilihatnya ibunya sedang sibuk memasak. Sedang Ayah
membaca koran sambil mengisap pipa. Mr. Andrews menyambut
kedatangan anaknya dengan senyuman.

"Hi, son," sapanya. "Kudengar kau tadi pulang berlumur lumpur begitu
tebal, sehingga pakaian yang kaukenakan bisa dipakai untuk menguji
kehebatan mesin cuci kita, seperti yang selalu dibangga-banggakan
produsennya dalam siaran iklan."

"Betul, Ayah," kata Bob. "Aku tercebur ke dalam lubang. Mula-mula


kukira yang ada di dalamnya pasir apung. Tapi ternyata lumpur dan air."

"Pasir apung? Sepanjang pengetahuanku, di sekitar sini sama sekali


tidak terdapat pasir apung."

"Memang bukan di Rocky Beach," kata Bob. "Kejadiannya di Seaside.


Kami sedang menangani suatu kasus, yang menyebabkan kami harus ke
sana. Saat itu kami sedang memeriksa salah satu liang gua yang
terdapat di situ."

Mr. Andrews mengangguk. Ia meletakkan surat kabarnya.

"Dulu liang-liang gua di sana itu bisa berarti kematian bagi yang berani
masuk ke dalamnya. Waktu itu liang-liang gua di sekitar tempat yang
bernama Haggity's Point, banyak yang dipakai penyelundup minuman
keras. Dan sebelum itu, oleh bajak laut."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Begitulah yang kudengar," kata Bob mengiakan. "Dan ketika di


perpustakaan tadi, aku secara kebetulan menemukan sebuah buku
tentang hikayat California. Isinya antara lain karangan tentang Seaside,
yang dikatakan merupakan kota yang sudah mati sebelum sempat
tumbuh. Ayah tahu itu?"

Ayah Bob wartawan. Ia kelihatannya memiliki gudang rahasia dalam


kepalanya, berisi segala macam hal yang perlu diketahui. Ia mengangguk.

"Banyak orang yang kehilangan harta dan bangkrut, karena keliru


berspekulasi tentang kota itu. Setelah terjadi kebakaran hebat di
taman hiburan, kota itu seakan-akan tidak hentinya dirundung nasib
malang."

"Tapi kelihatannya lumayan, Ayah," kata Bob. "Besarnya kurang lebih


sama dengan kota Rocky Beach kita ini."

Mr. Andrews tersenyum.

"Sejak itu, Seaside mempunyai waktu lima puluhan tahun untuk


membangun kembali, dan kini sudah menjadi kota yang sibuk dan
berkembang terus. Tapi tidak dalam wujud yang semula diniatkan, yaitu
pusat pertetirahan. Seka­rang Seaside seperti kota lain-lainnya juga,
tempat pemukiman dan mencari nafkah."

"Dasar nasib sial," kata Bob. "Menurut yang kubaca tadi, mereka bahkan
sudah sempat mulai membangun jaringan kereta bawah tanah - tapi
tidak pernah diselesaikan."

Mr. Andrews mencondongkan tubuhnya ke depan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Keputusan yang menyangkut hal itu menyebabkan kematian salah


seorang tokoh perintis perencanaan kota Seaside. Ia bunuh diri, setelah
seluruh hartanya habis, karena dilibatkan dalam usaha membangun
jaringan perhubungan bawah tanah itu." Mr. Andrews mengerutkan
kening, sambil menyedot pipanya. "Aku tidak ingat namanya sekarang -
tapi orang itu merupakan tokoh besar, dengan idam-idaman muluk.
Sebenarnya jika cukup banyak orang mau mengikuti keyakinan dan
semangatnya, mungkin saja Seaside bisa menjadi kota idam-idamannya -
yaitu kota santai yang paling besar."

Saat itu Mrs. Andrews datang menyela dengan suara tegas,

"Makan malam sudah siap."

Bob sebenarnya masih ingin mendengar lebih banyak lagi. Tapi ayahnya
sudah berdiri, lalu berjalan ke meja makan. Bob menyusul, lalu duduk.
Banyak yang perlu diketahui oleh Jupiter, katanya dalam hati.

Kalau menurutku, kita lupakan saja anjing Mr. Allen yang hilang," kata
Pete, menyatakan pendapatnya dengan tegas. "Urusannya bagi dia
mungkin cuma binatang kesayangan yang hilang. Tapi bagiku, itu juga
melibatkan naga, serta dua penyelam bertampang galak dan bersenjata
senapan tombak, dan yang tidak suka pada anak-anak. Belum lagi lubang
berlumpur yang menyedot orang ke dalamnya, serta tangga yang ambruk
begitu orang lari menuruninya. Ditambah lagi entah apa yang menelepon
untuk memberi peringatan pada kita agar menjauhi guanya. Bagiku, itu
merupakan nasihat yang perlu dituruti - apalagi karena yang mengatakan
begitu orang mati!"

Mata Bob langsung membesar.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa maksudmu?"

Saat itu satu jam setelah saat makan malam. Anak-anak berkumpul lagi
di dalam kantor Trio Detektif, untuk membicarakan rencana
selanjutnya.

"Tadi, setelah kau pulang untuk mandi dan berganti pakaian," kata
Jupiter menjelaskan, "kami mendapat peringatan yang misterius, lewat
telepon." Ia mengulangi peringatan itu, kata demi kata.

"Kedengarannya seperti ada yang hendak mempermainkan kita," kata


Bob kemudian. "Tapi jika bukan begitu, maka ada seseorang yang hendak
mengatakan pada kita, bahwa kedatangan kita ke gua itu tidak diingini."

Air muka Jupiter kini menampakkan sifat keras kepalanya.

"Kita belum melihat apa-apa tentang naga misterius itu," katanya.


"Kuusulkan kita kembali ke sana malam ini juga, untuk meneliti sekali
lagi."

"Kita adakan pemungutan suara mengenainya," kata Pete buru-buru.


"Aku mengusulkan agar kita batalkan saja kasus itu. Siapa yang setuju?
Yang setuju, bilang, 'ya'!"

"Ya, ya, ya!" Kata itu diulang-ulang dengan suara melengking oleh
Blackbeard, burung yang pandai bicara dari dalam sangkarnya yang
tergantung di dekat meja kantor Trio Detektif.

"Diam!" bentak Pete. "Kau bukan anggota resmi perkumpulan ini. Kau
cuma diizinkan tinggal di sini."

"Orang mati tidak suka bicara!" teriak Black-beard, lalu tertawa


terkekeh-kekeh.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob menoleh ke arah Jupiter.

"Mungkin dia yang kalian dengar tadi," katanya.

"Blackbeard!" Jupiter menggeleng. "Bukan, Bob. Yang berbicara tadi


seseorang - atau sesuatu - yang terdengar sulit bernapas dan berbicara.
Jika suara itu disengaja, untuk menimbulkan kesan seolah-olah yang
berbicara itu orang dalam keadaan sekarat - atau bahkan hantu -
efeknya benar-benar meyakinkan. Pokoknya menyeramkan. Ya kan,
Pete?"

"Tidak lebih menyeramkan dari lain-lainnya yang sudah terjadi selama


ini," kata Pete sambil mengangkat bahu. Ia menyingkapkan rambutnya ke
belakang. "Jika rambutku belum putih sekarang, mungkin besok!"

Jupiter tertawa nyengir.

"Ah - kau tidak lebih takut daripada kami, Pete. Kau cuma berlagak
takut saja."

"Taruhan?" kata Pete menantang. Jupiter tidak menanggapinya. Ia


meraih gagang telepon.

"Aku mau bertaruh, jika Worthington sebentar lagi datang dengan


Rolls-Royce untuk menjemput kita, kau pasti ingin ikut," katanya.

Tidak sampai sejam kemudian, Pete sudah memandang ke luar, dari balik
jendela mobil kuno itu, yang kelihatan mewah karena bagian-bagiannya
yang terbuat dari logam dilapisi emas. Kendaraan itu meluncur dengan
suara lembut menyusur Pacific Coast Highway, menuju daerah pinggiran

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kota Seaside. Pengemudinya Worthing-ton, sopir berkebanggaan Inggris


yang jangkung dan selalu sopan. Ia menjalankan Rolls-Royce itu dengan
trampil, seperti biasanya.

"Kadang-kadang ada perasaan menyesal dalam hatiku, kenapa kau


memenangkan hak pemakaian mobil ini dalam sayembara waktu itu,
Jupe," kata Pete setengah mengeluh. "Itu jika kuingat, ke dalam bahaya
mana saja kita terjerumus dengannya."

"Jangan kaulupakan, juga untuk meloloskan diri," kata Bob


mengingatkan. "Dan ketika hak kita untuk menggunakannya selama tiga
puluh hari habis, kuingat kau pun tidak bisa bergembira."

Pada saat yang kritis itu mereka sedang membantu seorang remaja
Inggris yang mengalami kesulitan. Kemudian remaja itu membalas jasa.
Ia mengatur urusan keuangan yang diperlukan, sehingga Trio Detektif
dapat terus menikmati hak penggunaan mobil mewah itu, termasuk
sopirnya, Worthington.

Pete merebahkan punggungnya ke sandaran bangku yang berlapis kulit.


Ia tersenyum.

"Harus kuakui, ini lebih nikmat daripada membonceng truk. Apalagi jika
dibandingkan dengan berjalan kaki."

Jupiter sudah memberi petunjuk mengenai jalan-jalan yang harus


diambil untuk keluar dari jalan raya bebas hambatan, menuju jalan kecil
di tepi tebing yang menaungi daerah pantai Seaside. Kini ia menepuk
bahu Worthington.

"Sampai di sini saja, Worthington," katanya. "Anda menunggu kami di


sini, ya."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Baik, Master Jones," jawab sopir Inggris itu. Mobil Rolls-Royce


besar,dengan lampu depan model kunonya yang besar dan terang
berhenti di pinggir jalan.

Ketiga remaja penumpangnya bergegas turun. Jupiter mengambil


peralatan yang mereka bawa.

"Senter, kamera foto, dan alat perekam suara," katanya sambil meneliti.
"Sekarang kita sudah siap menghadapi keadaan yang bagaimanapun -
serta merekamnya."

Ia menyerahkan alat perekam suara pada Bob. "Ini, Bob - untuk


merekam suara naga, atau suara hantu yang sulit bernapas dan
berbicara."

Pete mengambil satu dari ketiga senter yang dibawa. Jupe meraih
gulungan tali, lalu menyandangkannya ke bahu.

"Untuk apa itu kaubawa Jupe?" tanya Pete.

"Tidak ada jeleknya, berjaga-jaga," kata Jupiter. "Tali ini dari bahan
plastik yang kuat, dan panjangnya seratus meter. Dengannya kita nanti
bisa menuruni tebing, jika tangga-tangga lainnya ternyata juga sudah
diutik-utik."

Mereka menyusuri jalan yang sepi dan gelap itu. Jupiter yang paling
depan. Ia menuju ke tangga, lewat mana ia hendak mengajak teman-
temannya turun ke pantai. Tangga itu beberapa meter lebih jauh dari
tangga yang roboh ketika sedang mereka turuni pagi itu.

Ketiga remaja itu berhenti sebentar di bibir tebing, lalu memandang ke


bawah. Pantai nampak lengang saat itu. Bulan yang belum lama muncul di
langit nampak meremang di balik lapisan awan tipis. Desisan lembut

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

ombak samudra yang menyapu pasir pantai di bawah, sekali-sekali


digantikan deru gelombang besar yang memecah agak jauh sedikit ke
tengah.

Pete membasahi bibir dengan sikap gugup. Ia memegang sandaran


tangga yang sudah tua. Ia tegak tanpa bergerak sejenak, sambil
memasang telinga. Bob dan Jupiter juga melakukannya.

Tapi yang terdengar hanya bunyi ombak samar-samar, serta detak


jantung mereka sendiri. "Nah - mudah-mudahan saja selamat," kata
Pete dengan perasaan tegang.

Sementara ketiga remaja itu mulai melangkah turun, mereka serasa


mendengar deru ombak samudra bertambah nyaring. Seakan-akan tidak
sabar lagi menanti kedatangan mereka!

Bab 11

KENGERIAN DI MALAM BUTA

KEADAAN di sekitar tangga gelap gulita. Angin malam yang terasa asin
menyengat muka. Dinding tebing menjulang di atas pantai. Bayangannya
gelap dan suram di pasir yang diterangi sinar bulan.

Tangga yang dituruni ternyata kokoh. Jenjang-jenjang paling bawah


mereka lewati dengan langkah berlari. Akhirnya mereka melompat ke
pasir, diiringi desahan napas lega.

Jupiter menoleh ke atas. Di sana-sini nampak cahaya lampu, di beberapa


rumah yang terdapat di sepanjang bibir tebing.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga remaja itu kemudian mulai berjalan, di atas pasir lembab


berwarna gelap. Mereka lewat di depan sisa-sisa tangga yang roboh
ketika mereka lalui pagi itu.

Kemudian mereka berhenti, ketika sudah dekat ke mulut gua yang


dituju. Mereka memasang telinga, sambil memandang berkeliling dengan
hati-hati. Tapi mereka tidak melihat sesuatu yang bergerak di dalam
gua. Di sekitarnya juga tidak!

Jupiter mendongak lagi. Dinding tebing yang menjorok ke depan,


menyebabkan ia tidak bisa melihat bibir yang di atas. Keningnya
berkerut. Ia berperasaan bahwa kenyataan itu penting-walau ia tidak
tahu kenapa.

Akhirnya ia mengangguk.

"Aman!"

Dengan cepat ketiga remaja itu menyusup masuk ke dalam gua.


Sesampainya di situ Jupiter berhenti lagi, lalu mendengarkan dengan
cermat. Pete heran melihat kelakuannya. Jupiter bersikap seolah-olah
mereka itu sedang hendak melancarkan aksi penyergapan.

"Kenapa kau begitu berhati-hati?" bisik Pete. "Kusangka penyelidikan


kita ini tidak membahayakan."

"Walau begitu kita tidak boleh bersikap ceroboh," balas Jupiter sambil
berbisik pula.

Pete menyalakan senternya. Sinarnya ditelusurkan ke sepanjang dinding


gua. Setelah itu diturunkan arahnya, menerangi tanah di depan.
Napasnya tersentak, karena kaget.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalian lihat itu?" katanya. "Liang gua ini berakhir di sana - langsung di
belakang lubang! Kalau begitu, lewat mana kedua penyelam tadi siang
keluar?"

Jupiter maju lambat-lambat, sambil menyorotkan senternya berkeliling.

"Gua ini tidak sebesar perkiraanku," katanya sambil memperhatikan.


"Pertanyaanmu itu baik sekali, Pete. Bagaimana kedua penyelam itu bisa
keluar dari sini? Lewat mana? Dan ke mana?"

Ketiga remaja itu berkeliling, memeriksa dinding gua.

"Seluruhnya dari batu keras," kata Pete. "Bagus!"

"Apa maksudmu, Pete?" tanya Bob.

"Kau tidak mengerti?" balas Pete. "Lihat saja, betapa sempit gua ini!
Begitu pula lubang ini. Maksudku tadi, tidak mungkin ada naga bisa
masuk kemari!"

Jupiter kelihatan bingung.

"Tapi Mr. Allen mengatakan, ia melihat seekor naga muncul dari dalam
laut, lalu masuk ke gua di bawah tebing ini." Ia memandang dengan
cermat, ke dalam lubang. "Kedua penyelam bermasker tadi tidak
mungkin menghilang begitu saja. Harus kita anggap, di sekitar sini pasti
ada liang gua yang lain. Atau bisa juga lubang lain dalam gua yang ini.
Mungkin ada lorong-lorong lain yang lebih besar, di dekat-dekat sini."

"Wow!" seru Bob dengan tiba-tiba. "Benar juga, untung teringat lagi!"

Dengan cepat diceritakannya hal-hal yang dibacanya di perpustakaan,


serta yang didengar dari ayahnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Terowongan, katamu?" ulang Jupiter sambil merenung.

Bob mengangguk dengan tegas.

"Menurut perencanaannya, terowongan itu dimaksudkan sebagai tempat


lintasan jaringan kereta bawah tanah pertama di pesisir barat sini. Yang
selesai baru sebagian saja - dan sekarang pun masih ada. Jadi bisa
dibilang jaringan rel mati."

"Menarik juga keteranganmu itu, Bob," kata Jupiter. "Tapi letaknya


mungkin jauh dari sini. Lagi pula, kita tidak tahu apakah pembangunan
terowongan waktu itu sudah sampai ke sini, atau dimulai dari sini."

Kegairahan Bob langsung lenyap.

"Benar juga katamu itu, Jupe."

"Karena kita sudah ada di sini, tidak ada salahnya jika kita mencarinya,"
kata Jupiter lagi. "Tapi cara terbaik untuk mencari terowongan, adalah
dengan melihat peta. Dan kemungkinannya itu bisa diperoleh di kantor
Badan Perencana Kota Seaside."

"Sesudah lima puluh tahun lewat?" Pete tertawa. "Pembuat peta itu
mungkin sudah lama mati. Dan jika peta itu masih ada, aku berani
bertaruh bahwa letaknya tertimbun di bawah tumpukan naskah tua yang
berdebu."

Jupiter mengangguk.

"Itu mungkin saja, Pete. Tapi karena sekarang kita sudah ada di sini,
kita cari saja terowongan itu, sambil melakukan penyelidikan." Ia

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

berpikir sebentar. "Kurasa sebaiknya kita mulai dengan lorong yang


secara kebetulan kita temukan tadi pagi, di balik papan-papan penutup."

Pete dan Bob mengangguk, tanda setuju. Mereka mendatangi tempat di


mana terdapat papan-papan panjang berjejer-jejer. Jupiter menghapus
pasir dan debu yang menempel. Kini nampak bidang papan yang lebar.
Tiba-tiba Bob melihat mata Jupiter berkilat-kilat.

"Ada apa, Jupe?" bisik Bob.

Kening Jupiter berkerut.

"Aku belum bisa memastikan," katanya. "Tapi papan-papan kelihatannya


terbuat dari kayu lapis."

"Kayu lapis?" ulang Bob.

"Ya, kurasa begitu," kata Jupiter, sambil meraba-raba permukaan papan


di depannya. "Tapi aku belum bisa memastikan, apa hubungannya dengan
misteri kita. Sekarang sebaiknya kita gali dulu pasir yang tertimbun di
sini, supaya papan-papan ini bisa digeser."

Dengan segera papan yang pernah mereka geser sudah tergali lagi sisi
bawahnya, lalu didorong sehingga terbuka sedikit. Ketiga remaja itu
menyusup lewat celah sempit, yang kemudian ditutup lagi. Setelah itu
mereka menyalakan senter, untuk melihat di mana mereka berada.

Jupiter beserta kedua temannya berada di dalam gua kecil dan sempit.
Langit-langitnya rendah. Tapi mereka masih bisa berdiri tegak di situ,
tanpa perlu membungkuk. Ruangan itu lembab. Bentuknya miring, dan ke
arah belakang berakhir pada dinding batu rendah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Buntu lagi," kata Pete menggerutu. "Ini cuma rongga biasa, bukan
lorong."

Jupiter mengangkat bahu.

"Walau begitu, merupakan persembunyian yang baik sekali untuk


penyelundup, atau bajak laut. Kurasa tempat ini dulu sering dipakai.
Papan-papan yang menutupi menunjukkan bahwa tempat ini hendak
dirahasiakan dari orang luar."

"Bajak laut, katamu?" Bob menyorotkan senternya ke dasar gua.


"Mungkin saja ada keping-keping uang emas yang tercecer di sini."

Dengan segera Pete menemaninya. Kedua remaja itu merangkak-


rangkak, sambil meraba-raba lapisan pasir yang tipis.

Pete yang paling dulu berdiri lagi.

"Tidak ada apa-apa," katanya dengan nada kecewa. "Jika tempat ini
benar-benar pernah dijadikan tempat menyembunyikan harta rampasan,
yang jelas para bajak laut itu sangat teliti ketika mengambil harta itu
kembali."

Bob masih merangkak terus, sambil mencari-cari. Akhirnya ia sampai di


ujung belakang gua. "Barangkali saja ada yang tercecer di sudut,"
bisiknya.

Sementara itu Jupiter mengarahkan sinar senternya ke bagian yang


ditutupi papan. Ia meneliti permukaan papan, setelah dikeruknya pasir
dan debu yang menempel. Tiba-tiba didengarnya Bob berteriak,
belakangnya, dengan cepat ia berpaling untuk melihat. Bob tidak ada
lagi! "Bob!" Jupiter melangkah ke arah belakang rongga, tapi kemudian
tertegun. Ia bingung.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ada apa?" tanya Pete, Ia berdiri sambil menatap dengan heran. Jupiter
hanya bisa menuding ke arah dinding gua yang ada di hadapan mereka.

"Baru saja ia masih ada di situ. Kau tidak melihatnya? Tahu-tahu lenyap,
seakan-akan tertelan dinding gua."

"Apa?" Pete menerjang dinding gua. Tapi dinding itu tetap tegar.
"Aneh," gumamnya. Ia menyorotkan senternya ke tanah. "Sekali ini tidak
ada lubang yang menelannya."

Ia membungkuk, lalu meneliti dasar gua di tempat itu. Tiba-tiba


terdengar lagi bunyi berat. Mata Pete terbelalak. Senter di tangannya
digenggam lebih erat. Ia menoleh ke arah Jupiter, Ia heran, melihat
temannya itu tersenyum.

"Tidak ada apa-apa," kata Jupiter. "Itu cuma Bob, yang muncul kembali."

Pete berpaling kembali dengan cepat. Ia masih sempat melihat sebagian


dari dinding gua yang sebelah belakang bergeser. Saat berikutnya
nampak lubang menganga. Bob merangkak ke luar lewat lubang itu.

"Bukan main!" kata Bob. "Bayangkan - ada sebagian dinding gua, yang
sebenarnya pintu rahasia! Aku tadi kebetulan saja bersandar ke sini -
lalu tahu-tahu terbuka!"

"Ada apa di belakang sana?" tanya Jupiter bersemangat. Bob kaget.

"Aduh - aku tidak sempat memperhatikan, Jupe! Habis, kejadiannya


begitu cepat, sih! Coba kulihat, apakah aku bisa mendorongnya lagi
sehingga terbuka!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia berjongkok, lalu menyandarkan diri ke dinding rendah itu. Mula-mula


tidak terjadi apa-apa. Tapi ketika Bob menggeser letak bahunya, tahu-
tahu terdengar detakan keras. Dinding batu itu tergeser dengan bunyi
berat. Tubuh Bob terdorong ke belakang.

"Aku masuk lagi!" setunya. "Cepat - sementara masih terbuka!"

Pete dan Jupiter menyusul Bob yang sudah lebih dulu terpental masuk.

"Wow!" seru Pete bersemangat. "Ini baru lebih pantas!"

Gua yang mereka masuki sangat lapang, dan tinggi langit-langitnya.


Ujung belakangnya tak tercapai sinar senter. Arahnya ke darat, sejajar
dengan gua yang pertama-tama dimasuki.

Ketiga remaja itu berdiri, karena hendak memeriksa rongga besar itu.
Saat itu terdengar bunyi benda berat tergeser. Mereka berpaling
dengan cepat.

Tapi terlambat.

Lubang yang menganga sudah tertutup kem­bali! "Wah - mati kita!"


gumam Pete lesu.

"Itulah yang terjadi dengan Bob tadi. Aku yakin, kita nanti pasti bisa
mengetahui cara kerjanya," kata Jupiter dengan tenang.
"Kemungkinannya dengan sistem ungkit yang sederhana. Tapi itu nanti
saja, sekarang kita akan memeriksa gua ini dulu."

Bob mendongak, memandang langit-langit yang melengkung di atas


kepala.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Wow!" desahnya. "Coba kaulihat, Jupe, betapa tingginya. Mungkin inilah


terowongan yang disebut dalam buku yang kubaca itu!"

Jupiter mengangguk.

"Itu bisa saja, Bob. Tapi coba kauperhatikan, dinding dan langit-langit di
sini, permukaannya berupa lapisan batu alam yang kasar. Seperti Liang
gua biasa. Sedang terowongan yang kauceritakan tadi, sudah selesai
dibangun. Keadaannya pasti tidak begini lagi. Mestinya dengan dinding
beton, serta lantai semen. Bahkan mungkin pula sudah ada rel yang
terpasang. Atau paling sedikit landa­san untuk rel."

Jupiter menggelengkan kepala, lalu menyorot­kan senternya berkeliling.

"Tidak - ini kelihatannya seperti gua alam biasa, berukuran besar. Jalan
masuk dari pantai juga tidak ada. Dinding di sekitar sini kelihatannya
rata, tidak berlubang. Tapi coba kita telusuri terus, ke arah darat.
Siapa tahu, mungkin kita nanti tahu-tahu sampai di lorong yang akan
dijadikan terowongan kereta bawah tanah."

"Satu hal yang kusenangi tentang tempat ini, yaitu tidak ada hubungan
dengan pantai di luar," kata Pete. "Itu berarti, tidak ada jalan masuk,
untuk naga misalnya!"

"Berarti kita bernasib baik," kata Jupiter sambil tersenyum. "Pokoknya,


satu hal sudah jelas tentang gua ini. Ukurannya cukup lapang untuk naga,
atau makhluk lain sebesar itu."

"Terima kasih, atas kebaikan hatimu untuk mengingatkan," kata Pete


menggerutu. "Padahal aku baru saja agak merasa lega di sini."

Lantai gua itu datar dan rata. Ketiga remaja itu bisa berjalan dengan
langkah tetap di situ. Namun tiba-tiba mereka berhenti.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Langkah mereka terhalang dinding tinggi yang lurus ke atas dan


berwarna kelabu.

"Kita sampai di ujungnya," kata Pete. "Kelihatannya kita menemukan


tempat parkir tak terpakai, yang paling besar di dunia!"

Jupiter mencubiti bibir bawahnya. Ia kelihatannya seperti bertanya-


tanya dalam hati.

"Ada yang tidak beres, Jupe?" tanya Bob.

"Dinding di depan kita ini," kata Jupiter. "Ada sesuatu mengenainya,


yang tidak wajar."

Bob dan Pete menyinarkan senter mereka ke arah dinding itu. Kemudian
kedua-duanya menggeleng.

"Kelihatannya seperti dinding biasa saja, Jupe," kata Bob. "Tentu, aku
pun ikut kecewa, seperti kau. Aku ingin -"

Tapi Jupiter tidak memperhatikan kata-katanya. Matanya agak


terpejam, mengamat-amati dinding yang ada di depannya. Diketuk-
ketuknya suatu bagian, lalu berpindah ke bagian lain, dengan telinga
dirapatkan ke permukaannya yang kelabu.

"Bunyinya ganjil, Jupe,"kata Bob.

Jupiter mengangguk. Keningnya berkerut. Ia pergi ke dinding samping,


lalu mengetuk-ngetuk bagian itu.

"Berbeda," katanya kemudian. "Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi -"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ah - sudahlah, Jupe," kata Pete tidak sabaran, "jika kau tidak bisa
membuktikan bahwa itu bukan dinding, maka itu dinding. Yuk, kita keluar
lagi. Aku kedinginan di sini."

Air muka Jupiter langsung berubah.

"Itu dia!" serunya bersemangat. "Dingin! Dinding itu tidak dingin,


seperti dinding yang sebelah pinggir. Coba kalian rasakan sendiri!"

Bob dan Pete bergegas membandingkan kedua bagian dinding itu.

"Kau benar, Jupe," kata Pete mengakui. "Dinding sebelah belakang tidak
sedingin dinding samping. Tapi apalah artinya kenyataan itu?! Jangan
lupa, gua ini terletak di bawah rumah-rumah yang ada di bibir tebing.
Bisa saja panas dari atas merembes ke bawah, dan membuat dinding
belakang itu terasa agak hangat."

"Panas naik ke atas, Pete," kata Jupiter.

"Di belakangnya mungkin ada rongga atau lorong lagi," kata Bob
menduga. "Itu pun bisa menyebabkannya terasa lebih hangat, Jupe."

Tapi Jupiter menggeleng. Bibirnya menipis, seperti biasa jika ia tidak


sependapat dengan kedua temannya.

Ia mengeluarkan pisau saku dari kantungnya, lalu mengorek-ngorek


permukaan dinding yang kasar dan berwarna kelabu.

Pete tertawa.

"Paling-paling pisaumu yang rusak, jika kau hendak mengorek lubang


menembus dinding batu itu, Jupe! Untuk itu kau memerlukan dinamit."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter tidak mengacuhkan ocehan Pete. Ia terus saja mengorek-


ngorek. Setelah itu diperhatikannya mata pisaunya. Ada gumpalan-
gumpalan kecil berwarna kelabu melekat di situ.

Ia berpaling, memandang teman-temannya. Setengah tersenyum puas, ia


membuka mulut - seakan-akan hendak mengatakan sesuatu hal yang
penting. Tapi senyumannya lenyap lagi, sementara matanya menatap
sesuatu yang ada di belakang Bob dan Pete.

"G-gua -" kata Jupiter dengan suara serak, "e-entah dengan cara b-ba-
bagaimana, t-tapi dinding gua di belakang kalian t-terbuka!"

Kedua temannya berpaling dengan sikap tak percaya. Tadi kan tidak ada
apa-apa di situ. Mana mungkin sekarang terbuka?

Dengan mata terbelalak, mereka memandang hal yang mestinya tidak


mungkin!

Gua terbuka dengan perlahan-lahan, makin lama makin lebar. Ruangan di


dalamnya menjadi agak terang sekarang. Terasa angin menghembus.

Ketiga remaja itu menatap terus dengan jantung berdebar-debar,


sementara gua terbuka semakin lebar. Kini mereka dapat melihat pasir
pantai yang nampak samar, dan lebih jauh lagi, garis gelap yang
merupakan laut.

Jupiter yang paling dulu bisa berbicara lagi, "Cepat! Kita harus kembali
ke rongga yang tadi!"

Ketiga remaja itu lari, lalu menubrukkan diri ke bongkah batu yang tadi
terbuka ketika Bob bersandar ke situ.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob menekan-nekan batu itu dengan sikap panik. Lalu dibentur-


benturkan dengan bahunya. Akhirnya ia menoleh ke arah Pete dan
Jupiter.

"Tidak bisa," katanya dengan suara bergetar. "A-aku lupa apa yang
kulakukan tadi, sampai bisa terbuka!"

"Sini, aku yang mencoba," kata Jupiter. "Pasti memakai prinsip


pengungkit. Kita mesti bisa menemukan tempat tepat yang harus
didorong."

Ia dibantu Pete mendorong dan memukul-mukul permukaan batu yang


tetap tegar, sementara Bob terus mencari-cari tempat yang terdorong
olehnya tadi.

Tiba-tiba mereka seakan-akan terpaku di tempat masing-masing. Gua


menjadi terang, karena sudah terbuka lebar. Dan ada sesuatu yang
datang ke arah mereka. Sesuatu yang gelap dan besar sekali. Datangnya
dari arah laut!

Pete mencengkeram bahu Jupiter. "Sedang mengkhayalkah aku ini?"


katanya dengan napas sesak.

Jupiter hanya bisa menggeleng. Mulutnya terasa kering. Matanya


terkejap-kejap cepat. Ia berusaha berbicara.

"Tidak -" katanya kemudian, "- itu memang naga!"

Makhluk dongeng yang menyeramkan itu semakin mendekat. Kini nampak


jelas kulitnya yang berkilat basah karena air laut. Kepalanya hanya
nampak samar, berukuran kecil dan berbentuk segi tiga, di ujung leher
panjang melengkung yang bergerak-gerak terus. Matanya yang kuning
tertatap ke arah gua. Sinarnya memancar ke dalam, seperti sepasang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

lampu sorot. Makhluk itu bergerak maju, dengan bunyi mendengung


aneh.

Sesaat kemudian ia sudah begitu dekat, mulut gua seakan-akan penuh


terisi badannya. Makhluk itu menundukkan kepala. Anak-anak melihat
lidah yang bercabang bergerak keluar-masuk dengan cepat, seolah-olah
hendak mencicip mereka. Naga itu mendesis-desis. Bunyi dengungannya
seperti desahan rindu.

Ketiga remaja yang terkurung di dalam gua semakin panik. Mereka


berusaha terus membuka tingkap rahasia yang tidak bisa digerakkan.
Batu keras itu ditubruk-tubruk dari berbagai sudut.

"U-u-ugh!" Makhluk menyeramkan itu sudah masuk ke dalam gua. Anak-


anak mendengar bunyi napasnya yang mendesah kasar.

Mereka merapatkan diri ke dinding gua, sementara kepala naga yang


menakutkan itu menjulang tinggi di atas mereka. Kemudian lehernya
yang panjang bergerak ke samping, lalu ke bawah. Makhluk itu membuka
mulutnya yang basah berair. Nampak deretan giginya yang besar dan
berkilat. Terdengar lagi bunyi napas mendesah kasar, disusul oleh suara
batuk.

Jupiter pernah membaca bahwa harimau yang sedang berburu biasa


batuk sesaat sebelum menerkam mangsanya. Waktu itu ia membacanya
secara sambil lalu saja. Tapi kini ia bergidik, karena teringat.

Matanya seperti terpaku, menatap kepala naga yang kelihatan gelap.


Kepala itu bergerak meng­ayun-ayun, seperti hendak memukau - lalu
dengan tiba-tiba mengayun lagi, mendekati ketiga remaja itu. Jupiter
mundur, merapatkan diri pada kedua temannya, sementara tangannya
masih sibuk meraba-raba, mencari tempat yang tepat pada batu bandel
itu supaya bisa didorong.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Rahang naga yang berkilat basah semakin mendekat, lalu terbuka lagi.
Anak-anak merasakan napasnya yang panas dan beruap.

Tiba-tiba terdengar bunyi detakan di belakang mereka. Batu yang


disandari bergetar. Jupiter berpaling dengan cepat. Ia melihat Bob
terjungkir ke rongga sebelah. Sedang Pete masih terpaku, menatap naga
seperti terpukau. Jupiter menyen­takkan tangan anak itu dan
mendorongnya masuk ke dalam lubang yang kini terbuka. Setelah itu ia
sendiri menyusul, sambil mengecilkan perut.

Batu tingkap tertutup kembali dengan suara berat, sementara anak-


anak menghembuskan napas lega. Tapi kelegaan mereka hanya sesaat.

Mereka mendengar suara naga memekik marah. Dinding batu yang


memisah terasa bergetar, sementara ada sesuatu yang berat
menggaruk-garuk dan membenturnya dari sisi sebaliknya.

Bab 12

CENGKERAMAN KENGERIAN

"KITA dikejar!" teriak Pete.

Raungan di gua sebelah terdengar bertambah nyaring. Dinding batu yang


memisahkan kedua rongga bawah tanah bergetar keras karena
tumbukan yang bertubi-tubi. Pasir dan batu-batu kecil mulai berguguran
dari langit-langit rongga sempit tempat anak-anak meringkuk ketakutan.
Debu kering bercampur pasir berhamburan memenuhi ruangan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tanah longsor!" kata Pete sambil terbatuk-batuk. "Kita terjebak!" seru


Bob. "Kita tidak bisa bernapas lagi nanti!"

Jupiter teringat pada keterangan Arthur Shelby mengenai bahaya yang


mengancam dalam gua - tentang tanah longsor, serta tertimbun hidup-
hidup di dalamnya.

Ternyata Arthur Shelby tidak hanya hendak menakut-nakuti saja.

Semakin banyak batu berguguran. Bunyi benturan dan raungan


bertambah nyaring terdengar. Jupiter mengguncang-guncangkan kepala.
Dengan cara begitu hendak disingkirkannya rasa ngeri yang
mencengkam.

Kemudian disadarinya bahwa matanya tertatap ke papan-papan yang


berjejer-jejer di ujung seberang rongga. Aduh, tentu saja! Aneh,
betapa rasa takut dapat membuat pikiran serasa lumpuh.

"Papan-papan di sana itu!" teriaknya sambil menuding. "Kita keluar lewat


situ lagi!"

Ketiga penyelidik remaja yang sedang dicengkeram kengerian itu


berlompatan ke sisi rongga yang dibatasi papan-papan. Dengan gugup
Bob dan Jupiter mulai menggali pasir di situ, sementara Pete
menggedor-gedor papan yang tebal, berusaha menggesernya. Sesaat
kemudian papan itu sudah tergeser. Sesaat, tapi rasanya seperti seumur
hidup! Ketiga remaja itu menyusup ke luar lewat celah yang terjadi.

Papan lebar mereka kembalikan ke tempat semula. Pasir di sekitarnya


dirapatkan lagi dengan kaki, sehingga mengganjal papan itu. Kemudian
mereka berpandang-pandangan. Napas mereka tersengal-sengal.

"Sekarang kita lari!" kata Jupiter, lalu mulai bergerak.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia sebenarnya tidak berniat lari paling cepat. Kakinyalah yang


melakukannya. Kaki-kaki itu membawa tubuhnya langsung ke mulut gua.
Kemudian ia berada di atas pasir pantai, masih dalam keadaan berlari.

Pete berlari di sampingnya. Anak itu yang paling kekar di antara mereka
bertiga, dan biasanya yang paling cepat larinya. Bob menyusul di
belakang.

Biasanya mereka dengan mudah saja bisa melewati Jupiter.

Gerak langkah mereka menyebabkan sinar senter yang dipegang nampak


bergerak-gerak liar. Mereka melewati tangga yang sudah roboh.
Akhirnya mereka sampai ke jenjang terbawah dari tangga berikut.
Mereka tahu bahwa Worthington ada di atas tebing, dengan mobil Rolls-
Royce yang dapat dengan cepat melarikan mereka ke tempat yang aman.
Sedang di belakang ada makhluk meraung yang muncul dari dalam laut,
dan yang saat itu sedang mencari-cari mereka dengan marah.

Dengan cepat mereka mendaki tangga yang terjal. Mereka sudah


separuh jalan ke atas. Makhluk berahang ganas dan dengan napas panas
beruap yang kelihatannya ingin memangsa mereka, masih belum muncul
juga di belakang. Akhirnya mereka sampai di puncak tangga, dalam
keadaan tersengal-sengal.

Jauh di depan nampak kelap-kelip lampu-lampu di kota Los Angeles. Dan


tidak jauh dari mereka ada mobil Rolls-Royce yang diparkir di pinggir
jalan, dengan Worthington yang pasti sudah siap di belakang kemudi.

Ketiga remaja itu berpacu menuju Rolls-Royce besar dan mulus, yang
nampak berkilat karena bagian-bagiannya yang terbuat dari logam kena
sinar rembulan. Pintu dibuka dengan cepat, dan mereka berebut-rebut
masuk.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita pulang, Worthington!" kata Jupiter dengan suara terputus-putus


karena kepayahan berlari.

"Baik, Master Jones," kata sopir yang jangkung dan berpenampilan


anggun itu. Seketika itu juga mesin dinyalakan. Mobil mewah itu mulai
meluncur, menuruni jalan yang berbelok panjang, menuju Pacific Coast
Highway. Jalannya makin lama makin laju.

"Tak kusangka kau mampu berlari secepat tadi, Jupe," kata Pete dengan
napas masih tersengal-sengal.

"Aku sendiri pun tidak menyangka," jawab Jupiter sambil menghembus-


hembus. "Mungkin - itu karena aku - selama ini - belum pernah melihat -
naga."

"Bukan main!" keluh Bob, sambil merebahkan punggung ke sandaran


bangku yang berlapis kulit. "Sekali ini aku benar-benar mengucap
syukur, mempunyai hak memakai mobil ini!"

"Aku juga," kata Pete. "Tapi menurut pendapat­mu, kenapa naga tadi
bisa tahu-tahu muncul, padahal kita sudah memutuskan bahwa tidak
mungkin ada naga."

"Entahlah," kata Jupiter, Ia masih berusaha mengatur napas.

"Nah, kalau kau kapan-kapan berhasil mengetahuinya, aku tidak perlu


kauberi tahu," kata Pete. "Yang kulihat tadi itu saja rasanya sudah sulit
kulupakan!"

"Bagaimana itu sampai bisa terjadi?" tanya Bob. "Menurut keterangan


dalam buku-buku yang pernah kubaca, katanya naga sudah punah. Itu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

pun bukan naga, tapi kadal raksasa! Dewasa ini makhluk raksasa seperti
tadi sudah tidak ada lagi!"

Jupiter menarik-narik bibir bawahnya.

"Entahlah - aku tidak tahu." Ia menggeleng, sementara keningnya


dikerutkan. "Jawaban yang paling gampang ialah, bahwa kita tadi sama
sekali tidak melihat naga. Jika naga tidak ada, maka tidak mungkin kita
tadi melihatnya."

"Bagaimana sih, kau ini?" tukas Pete. "Jika kita tadi tidak melihat naga,
lalu apa yang masuk ke dalam gua, lalu menghembuskan napasnya yang
panas ke arah kita?"

"Kelihatannya memang seperti naga," kata Bob. Saat itu Worthington


menoleh ke belakang.

"Maaf, tapi mau tidak mau saya ikut menangkap pembicaraan kalian.
Benarkah pendengaran saya, bahwa kalian tadi melihat naga? Naga
sungguh-sungguhan, dan hidup?"

"Betul, Worthington," kata Pete, "Ia muncul dari dalam laut, lalu
langsung menuju ke gua yang sedang kami periksa. Anda pernah melihat
naga?"

Sopir berkebanggaan Inggris itu menggeleng. "Tidak, nasib saya tidak


semujur itu. Tapi di Skotlandia ada makhluk yang juga menyeramkan,
dan hanya beberapa orang saja yang pernah melihatnya. Seekor ular
laut yang besar dan panjang, yang gerakannya seperti berombak.
Makhluk itu disebut monster dari Loch Mess. Kabarnya ia masih muncul,
sekali-sekali."

"Anda pernah melihatnya, Worthington?" tanya Jupiter.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Belum pernah, Master Jones," jawab sopir itu. "Tapi ketika saya masih
remaja, saya pernah berkelana dekat Loch Ness - yang berarti Danau
Ness, dalam logat Skot - karena tersiar kabar bahwa ada yang melihat
monster itu. Salah satu kekecewaan yang paling besar dalam hidup saya
ialah bahwa saya tidak pernah melihat monster dari Loch Ness.
Kabarnya, makhluk itu panjangnya sekitar seratus meter."

"Hmmm." Jupiter merenung. Kemudian ia berkata, "Dan menurut Anda


tadi, Anda juga belum pernah melihat naga."

"Kalau naga yang sesungguhnya, belum," kata Worthington sambil


tersenyum. "Yang pernah saya lihat hanya yang biasa muncul sebelum
per­tandingan football."

"Pertandingan football?" tanya Bob. Ia mengerti bahwa yang


dimaksudkan oleh Worthington bukan pertandingan sepak bola,
melainkan olahraga bola khas Amerika yang mirip dengan rugby. Tapi
naga, yang muncul sebelum pertandingan football? Sopir yang selalu
bersikap sopan dan anggun itu mengangguk.

"Ya - pawai tahunan saat Tahun Baru yang biasa diadakan di dekat sini.
Di Pasadena. Mobil-mobil berhias bunga-bunga. Kalau tidak salah,
namanya Rose Bowl Parade."

"Tapi yang kami lihat tadi, tidak terbuat dari bunga-bunga yang
dirangkai," kata Pete dengan cepat. "Sungguh! Ya kan, Jupe?"

"Hmm," jawab Jupiter. "Yang jelas, bukan terbuat dari bunga-bunga


yang dirangkum. Yang tadi itu memang naga sungguhan." Ia berhenti
sebentar, lalu menyambung, "Setidak-tidaknya, kita bertiga sependapat
bahwa kelihatannya seperti naga."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Senang juga rasanya, sekali ini kau mau sependapat dengan kami," kata
Pete.

Jupiter merengut. Bibir bawahnya dicubit-cubit, tanda bahwa ia sedang


sibuk berpikir. Ia tidak menjawab, melainkan memandang lewat jendela
Rolls-Royce ke luar. Bibir bawahnya ditarik-tarik terus.

Beberapa waktu kemudian Rolls-Royce besar itu masuk ke pekarangan


Jones Salvage Yard. Anak-anak turun. Jupiter mengucapkan terima
kasih pada Worthington, sambil mengatakan bahwa ia akan menelepon
lagi besok, jika ternyata memerlukan kendaraan.

"Baik, Master Jones," kata Worthington. "Perlu saya katakan bahwa


tugas malam ini menyenangkan bagi saya. Senang juga rasanya, sekali-
sekali tidak menjadi sopir nyonya-nyonya tua yang kaya-raya, atau
pengusaha berada. Tapi sebelum kita berpisah, saya harapkan bisa
mendapat jawaban atas satu pertanyaan yang timbul dalam diri saya.
Tentang naga itu tadi."

"Ya, tentu saja, Worthington. Ada apa dengannya?"

"Begini," kata sopir itu, "kalian tadi dapat dikatakan bernasib baik,
dapat melihat naga yang sebenarnya, katakanlah dalam keadaan hidup.
Dan dari jarak dekat?"

"Terlalu dekat," jawab Pete dengan cepat. "Boleh dibilang sudah hampir
menindih kami."

"Bagus!" Sekali ini Worthington tidak lagi bersikap menahan diri,


seperti biasanya. "Jadi mestinya kalian sempat memperhatikan.
Benarkah makhluk raksasa itu menyemburkan asap dan api dari
mulutnya, seperti dikatakan dalam kisah-kisah lama?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter berpikir sebentar, lalu menggelengkan kepalanya lambat-lambat.

"Tidak, Worthington, naga yang ini tidak menyemburkan api. Setidak-


tidaknya, kami tadi hanya melihat asap."

"Ah, sayang!" kata Worthington. "Saya akan senang sekali, jika kalian
tadi melihat naga dalam wujud seutuhnya!"

"Ya, Anda mungkin senang, Worthington," kata Pete. "Tapi apa yang
kami lihat tadi sudah lebih dari cukup bagiku. Seumur hidupku aku tidak
ingin mengalaminya sekali lagi. Baru berbicara mengenainya saja, aku
sudah merinding."

Worthington mengangguk, lalu menjalankan Rolls-Royce yang


disopirinya, meninggalkan tempat itu. Jupiter mengajak anak-anak
masuk ke kompleks tempat penimbunan barang bekas.

Paman Titus dan Bibi Mathilda sudah tidur di rumah mungil yang
terletak di sebelah kompleks. Hanya satu lampu kecil saja yang
dibiarkan menyala, sebagai penerangan untuk Jupiter saat ia akan
masuk.

Jupiter berpaling pada Bob dan Pete.

"Aku tidak tahu apakah kalian berdua akan menyukainya, tapi tidak
peduli ada naga atau tidak, kita harus kembali ke gua tadi."

"Apaaa?" teriak Pete. "Tidak sadarkah kau, kita ini sudah mujur, bisa
kembali dengan selamat?" Jupiter mengangguk. Ia mengangkat
tangannya, yang tidak memegang apa-apa.

"Senterku tergantung pada ikat pinggangku, sama seperti punya kalian.


Tapi karena panik ketika tadi lari meninggalkan gua, kita melupakan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

segala peralatan kita. Kameraku, alat perekam suara, tali - semuanya


tertinggal di sana. Itu satu alasan, kenapa kita harus kembali ke sana."

"Baiklah," kata Pete menggerutu. "Alasan itu bisa diterima, walau bukan
merupakan alasan kuat. Lalu apa alasanmu yang lain?"

"Naga itu sendiri," kata Jupiter lambat-lambat. "Menurutku, naga itu


bukan naga sungguhan!" Kedua temannya menatap dengan mulut
ternganga.

"Bukan naga sungguhan?" tukas Pete. "Kau hendak mengatakan, yang


tadi menyebabkan kita lari pontang-panting ketakutan itu bukan
sung­guhan?"

Jupiter mengangguk.

Bob menggeleng-geleng. "Jika yang tadi itu bukan naga sungguhan, akan
kutelan kemejaku ini mentah-mentah!"

"Kuakui, kelihatannya memang seperti naga," kata Jupiter.

Pete nampak jengkel mendengar ucapan itu.

"Kalau begitu apa sebetulnya yang kauocehkan?" tukasnya.

"Kuakui, kelihatannya seperti naga," kata Jupiter mengulangi. "Tapi


perangainya tidak!"

"Soal itu jangan kita perdebatkan sekarang, karena malam sudah larut,"
kata Jupiter. "Besok pagi akan kupaparkan dasar-dasar pertimbanganku,
kenapa aku sampai mengatakan tidak percaya bahwa yang tadi itu naga
sungguhan. Dan jika aku ternyata keliru apabila kita ke gua itu lagi, akan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kulakukan apa yang kauancamkan tadi, Bob - akan kutelan kemejaku


mentah-mentah."

"Kau tidak perlu repot-repot," kata Pete. "Naga yang akan menelannya
untukmu. Dan sekaligus apa yang ada di dalam kemejamu itu."

Bab 13

KELAKAR ORANG YANG SUKA ISENG

BOB tidak bisa tidur enak malam itu. Padahal ia capek sekali, setelah
mengalami rentetan kejadian mengerikan di dalam gua di Seaside. Tapi
begitu matanya terpejam, ia langsung bermimpi dikejar-kejar naga
besar yang menyembur-nyemburkan asap panas. Ia terbangun lagi,
dengan jantung berdebar-debar. Setiap kali mata terpejam, setiap kali
pula datang mimpi dikejar-kejar. Dalam mimpi terakhir, ia dan kedua
temannya nyaris saja menjadi korban. Ia terbangun bersimbah keringat
dingin. Badannya masih gemetar ketakutan.

Kini ada waktu baginya untuk merenungkan ucapan Jupiter, yang


mengatakan bahwa makhluk yang menyeramkan itu bukan naga benar.
Bob menggeleng-geleng. Tidak bisa dibayangkannya sesuatu yang lebih
benar lagi.

Akhirnya ia terlelap kembali, dan baru bangun ketika ibunya memanggil-


manggil, menyuruhnya sarapan. Bob mengenakan pakaian dengan gerakan
lambat, sambil memikirkan kejadian yang dialami malam sebelumnya. Ia
berusaha mengingat-ingat satu saat, waktu mana naga itu ternyata
bukan naga tulen. Tapi ia terpaksa menyerah. Baginya, makhluk seram
itu tetap naga tulen.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Wujudnya masih terbayang di mata, suaranya terngiang di telinga, dan


baunya pun masih menusuk hidung. Naga palsu takkan mungkin bisa
meninggalkan kesan begitu, pikirnya. Ah - mungkin Jupiter keliru!

Ketika Bob datang ke meja makan, ayahnya baru saja selesai sarapan.
Mr. Andrews menganggukkan kepala ketika melihat Bob, lalu melirik
arlojinya.

"Selamat pagi! Nah - kau asyik tadi malam, bersama teman-temanmu?"

"Ya, Ayah," jawab Bob. "Bisa dibilang begitu."

Ayahnya meletakkan serbet ke meja, lalu berdiri.

"Baguslah, kalau begitu. O ya - aku tidak tahu apakah ini penting atau
tidak, tapi kau kemarin kelihatannya tertarik pada riwayat terowongan
kereta bawah tanah di Seaside. Ketika kau sudah pergi, barulah aku
secara kebetulan teringat pada nama orang yang kehilangan hartanya,
karena terlibat dalam pembangunannya."

"O ya?" tanya Bob. "Siapa nama orang itu, Ayah?"

"Labron Carter."

"Carter?" Bob langsung teringat pada Mr. Carter, yang mereka jumpai
kemarin. Laki-laki penaik darah, yang memiliki senapan buru kaliber
besar.

"Ya, betul! Dan setelah Badan Perencana Kota Seaside menolak


rancangannya untuk menjelmakan kota itu menjadi pusat pertetirahan
seperti yang diidam-idamkannya, kesehatannya yang semula sangat baik,
mengalami penurunan. Ia mulai sakit-sakitan. Hal itu, di samping
kehilangan harta serta nama baik, ternyata merupakan beban yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

terlalu berat baginya. Ia melakukan tindakan nekat, menghabisi


nyawanya sendiri."

"Kasihan! Apakah ia berkeluarga?"

Mr. Andrews mengangguk.

"Istrinya meninggal dunia, tidak lama sesudah dia. Satu-satunya yang


tinggal, hanya putra tunggalnya." Mr. Andrews berhenti sejenak. "Itu
pun, kalau ia masih hidup," tambahnya kemudian. "Jangan lupa, kejadian
itu sudah lebih dari setengah abad yang lalu."

Kemudian ia berangkat ke kantor surat kabar tempat ia bekerja. Bob


menambahkan informasi yang baru diperoleh itu pada catatannya yang
sudah ada sampai saat itu. Ia berpikir-pikir. Apa kiranya yang akan
dikatakan Jupiter nanti, jika ia menyodorkan bukti-bukti dari pihaknya.
Bukti bahwa seseorang yang tahu tentang terowongan yang dibangun
sekitar lima puluh tahun, kini masih hidup. Seseorang dengan dendam
dalam hatinya terhadap kota yang menyebabkan ayahnya patah hati.
Seseorang yang pemarah!

Bob tidak bisa membayangkan, dengan cara bagaimana Mr. Carter yang
sekarang akan membalas dendam. Itu jika ia memang ingin
melakukannya! Bob mengantungi catatannya, lalu bergegas pergi begitu
selesai sarapan.

Mungkin Jupiter nanti mampu menarik kesimpulan jelas mengenainya.

"Wah," kata Pete. Suaranya bernada suram. "Keterangan Bob mengenai


keluarga Carter masuk akal, Jupe. Lebih masuk akal daripada
anggapanmu, bahwa naga yang kemarin itu palsu, bukan naga tulen,"
sambungnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga penyelidik dari Trio Detektif itu sudah berkumpul lagi di ruang
kantor mereka. Bob membuka pertemuan kali itu dengan pembacaan
catatan, seperti yang biasa mereka lakukan. Pada kesempatan itu ia
menyebut nama Labron Carter. Tapi kecuali itu masih ada lagi hal-hal
yang baru bagi kedua kawannya.

"Aku masih ingat, apa yang kaukatakan kemarin malam tentang naga itu,
Jupe," katanya. "Tadi pagi, dari rumah aku langsung ke perpustakaan.
Cukup banyak penelitian yang kulakukan di situ tadi."

"Kurasa akan sangat bermanfaat bagi pertemuan kita pagi ini, jika kau
langsung saja mengutarakan hasil risetmu itu, Bob," kata Jupiter. "Jadi,
adakah naga pada zaman sekarang ini, atau tidak?"

Bob menggeleng.

"Tidak. Tidak ada naga! Tidak ada satu buku pun yang membahas bahwa
ada naga pada masa sekarang ini."

"Itu kan gila!" tukas Pete. "Para pengarang buku-buku itu saja yang
tidak tahu, di mana mereka harus mencari. Coba mereka mau sebentar
saja mendatangi sebuah gua tertentu di Seaside saat malam hari,
mereka pasti akan menjumpai seekor. Seekor naga yang besarnya tidak
kepalang tanggung!" Jupiter mengangkat tangannya, meminta Pete
berhenti bicara.

"Sebaiknya kita dengarkan dulu laporan Bob Sesudah itu barulah kita
berdiskusi mengenainya. Silakan terus, Bob!"

Bob mempelajari catatannya sebentar.

"Satu-satunya informasi yang kutemukan tentang makhluk yang paling


mirip dengan naga, ialah sebuah buku tentang kadal besar yang hidup di

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pulau Komodo, di Indonesia. Sejenis biawak, tapi lebih besar lagi.


Panjangnya bisa sampai tiga meteran. Tapi masih jauh dari naga yang
kita lihat kemarin."

"Mungkin ada seekor di antaranya yang kebanyakan vitamin," kata Pete.


"Mungkin dia itulah naga kita."

"Tidak mungkin," kata Bob. "Biawak Komodo tidak menyemburkan api,


dan hidupnya hanya di Komodo serta beberapa pulau kecil lain di sekitar
situ. Wujudnya juga sama sekali tidak mirip makhluk yang kita lihat itu.
Kurasa kita bisa mengatakan dengan pasti, tidak ada naga yang hidup
dewasa ini." Ia berhenti sebentar, lalu menyambung, "Tapi tadi
kutemukan berbagai informasi tentang sejumlah besar makhluk yang
menyerang dan membunuh manusia, dan bahkan memakannya!" Ia
menoleh ke arah kedua temannya. "Bagaimana - aku teruskan?"

Jupiter mengangguk.

"Ya, tentu saja! Kita harus mengenal musuh-musuh kita dalam alam - dan
begitu juga yang pura-pura merupakan makhluk alam, untuk mengelabui
kita. Teruskan, Bob!"

"Baiklah," kata Bob. Ia menyimak catatannya sebentar. "Sejuta manusia


tewas setiap tahunnya, menjadi korban serangga pembawa penyakit;
40.000 mati kena gigitan ular; 2.000 karena diterkam harimau; 1.000
orang setahun dimangsa buaya, dan 1.000 lagi dilalap ikan hiu."

"Kau dengar itu, Pete," kata Jupiter, "sejauh ini sama sekali tidak ada
catatan statistik tentang perjumpaan manusia dengan naga. Teruskan,
Bob."

"Yang tadi itu angka-angka korban yang tergolong banyak," kata Bob.
"Kecuali itu masih banyak pula yang disebabkan oleh serangan gajah,

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kuda nil, badak, serigala, singa, dubuk atau hiena, dan macan kumbang.
Kematian itu ada yang merupakan kecelakaan. Tapi di antara satwa itu
ada juga yang merupakan pembunuh dan pemangsa manusia. Banyak di
antaranya yang memang suka membunuh.

Tapi menurut buku karangan James Clarke - yang berjudul Manusialah


Mangsa Mereka - keganasan beberapa binatang buas itu terlalu dilebih-
lebihkan. Misalnya saja beruang kutub, puma, burung rajawali, dan juga
buaya. Menurut James Clarke, labah-labah raksasa yang bernama
tarantula, sebenarnya sama sekali tidak suka menyerang orang. Beruang
grizzly sebenarnya tidak begitu banyak meminta korban, sedang
monyet-monyet besar terlalu cerdas, jadi cenderung menjauhi manusia.
Dalam buku itu juga dikatakan, jika ingin dimangsa binatang buas,
sebaiknya pergi ke Afrika Tengah, atau ke India. Kawasan yang paling
aman menurut buku itu, Irlandia. Satwa yang paling berbahaya di sana,
hanyalah lebah besar!"

Bob melipat kertas-kertas catatannya. Ruang kantor sempit itu hening


sesaat. "Kau mau memberi komentar?" tanya Jupe pada Pete.

Pete menggeleng.

"Setelah mendengar catatan Bob, Seaside masih tergolong tempat yang


aman," katanya sambil tersenyum. "Sekarang aku tinggal kauyakinkan
saja, bahwa naga yang kemarin malam itu palsu. Bukan naga tulen!"

"Pertama-tama," kata Jupiter. "Kita sama sekali tidak melihat -"

Pesawat telepon berdering.

Tangan Jupiter sudah bergerak, hendak meraih. Tapi tidak jadi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ayo - terima saja," kata Pete. "Mungkin itu orang mati - atau hantu -
yang kemarin itu lagi. Mungkin saja ia hendak mengatakan pada naga
kita, agar jangan berani-berani masuk ke guanya."

Jupiter tersenyum. Diangkatnya gagang te­lepon. "Halo?"

Seperti biasa, pesawat itu didekatkannya ke mikrofon, agar Bob dan


Pete bisa mengikuti pembicaraan.

"Halo."

Anak-anak sudah sering mendengar suara itu.

"Di sini Alfred Hitchcock. Apakah aku bicara dengan Jupiter Jones?"

"Betul, Mr. Hitchcock. Saya rasa Anda menelepon karena ingin


mengetahui bagaimana perkembangan penyelidikan yang kami lakukan
untuk kawan Anda, ya?"

"Betul," jawab Alfred Hitchcock. "Waktu itu kukatakan pada Allen,


bahwa kujamin kalian akan berhasil mengusut teka-teki lenyapnya anjing
kesayangannya dengan cepat, berkat kecerdikan kalian. Dan aku
sekarang menelepon untuk mengetahui apakah keyakinanku itu beralasan
atau tidak. Sudah kalian temukankah anjing yang hilang itu?"

"Belum, Mr. Hitchcock," kata Jupiter. "Soalnya, ada misteri lain yang
perlu kami usut terlebih dulu. Suatu misteri yang menyangkut naga.
Naga batuk!"

"Naga - yang batuk?" kata Mr. Hitchcock. "Maksudmu, naga yang benar-
benar naga? Dan naga itu batuk, katamu? Aneh! Alam kehidupan kita ini
rupanya penuh dengan misteri. Walau begitu, jika kemunculan naga itu
membingungkan kalian, kusarankan agar kalian sebaiknya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

membicarakannya dengan orang yang dianggap paling ahli tentang hal-


hal seperti itu."

"Siapa orang itu, Sir?" tanya Jupiter.

"Siapa lagi, kalau bukan kawan lamaku, Henry Allen," kata Mr.
Hitchcock. "Aneh - bahwa itu tidak diceritakannya pada kalian! Dalam
karya-karyanya dulu, ia lebih banyak menampilkan naga, dibandingkan
dengan siapa pun juga sebelum dan sesudah zamannya."

"Ya, ia memang mengatakan bahwa ia menampilkan wujud naga dalam


beberapa filmnya," kata Jupiter, "tapi walau demikian ia tetap saja
kaget, ketika melihat ada naga di pantai depan rumahnya. Terima kasih
atas pengecekan ini, Mr. Hitchcock. Saya rasa sebaiknya kami
menyampaikan laporan tentang perkembangan penyelidikan kami pada
Mr. Allen. Saya akan meneleponnya sekarang."

"Itu tidak perlu," kata Mr. Hitchcock dengan tidak disangka-sangka. "Ia
ada di hubungan yang satu lagi, di kantorku. Ia baru saja menelepon,
untuk mengatakan bahwa ia sangat terkesan melihat penampilan kalian.
Tunggu sebentar, ya - akan kuminta sekretarisku menyambungkannya
dengan kalian."

Hubungan terputus sesaat. Kemudian terdengar suara sutradara film


yang sudah tua itu.

"Halo," kata Mr. Allen. "Kaukah ini, Jones?"

"Ya, Mr. Allen. Maaf, sampai sekarang kami belum berhasil menemukan
petunjuk apa pun, mengenai anjing Anda yang hilang itu. Tapi kami akan
terus berusaha."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagus!" kata Mr. Allen. "Aku sendiri, sebenarnya juga tidak


mengharapkan hasil secepat ini. Bisa saja anjingku itu diambil orang.
Seperti sudah kukatakan, ia sangat ramah."

"Kemungkinan itu sudah kami pertimbangkan, Sir," kata Jupiter.


"Bagaimana dengan tetangga-tetangga Anda yang juga kehilangan
anjing? Ada di antara anjing-anjing itu yang sementara ini sudah
kembali?"

"Tidak," jawab Mr. Allen. "Kurasa aku mengerti apa yang kaumaksudkan
dengan pertanyaanmu itu, Anak muda. Kau masih memperhitungkan
faktor kebetulan, ya? Yaitu bahwa anjing-anjing kami itu semua lenyap
pada waktu yang boleh dibilang bersamaan."

"Ya," kata Jupiter.

"Kalian sudah berbicara dengan tetangga-tetanggaku?"

"Baru dengan yang menurut Anda tidak memelihara anjing," kata


Jupiter. "Mr. Carter dan Mr. Shelby."

"Lalu, apa kata mereka?"

"Kedua tetangga Anda itu orang-orang aneh, Mr. Allen," kata Jupiter.
"Mr. Carter marah-marah karena merasa diganggu. Ia menggertak kami
dengan senapan burunya. Ia tidak suka pada anjing. Rupanya kebunnya
sering rusak karena anjing-anjing yang berkeliaran di situ, Ia
mengancam akan menembak mati, jika ada yang masuk lagi ke
pekarangannya."

Mr. Allen tertawa. "Itu cuma gertakan saja, Anak muda! Carter memang
suka ribut-ribut. Tapi kurasa ia takkan sampai hati, menembak binatang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

yang tidak apa-apa. Lalu bagaimana hasil perjumpaan kalian dengan


temanku, Arthur Shelby?"

"Yah -" kata Jupiter menjawab, "ia agak mendingan, tapi tidak kalah
anehnya. Ia mempunyai caranya sendiri, untuk menakut-nakuti kami."

Sutradara film yang sudah tua itu tertawa lagi..

"Ah - maksudmu segala peralatan yang terpasang di sekitar rumahnya,


ya? Itu gunanya untuk menakut-nakuti pedagang keliling dan orang yang
masuk tanpa izin, supaya tidak berani datang lagi. Aku seharusnya
memang memberi tahu kalian, bahwa Arthur Shelby itu orang yang suka
iseng."

"Bilang padanya, itu kita alami sendiri," bisik Bob.

"Mungkin ia hendak mengingatkan diriku, bahwa aku bukan satu-satunya


di sekitar sini yang bisa menakut-nakuti orang," sambung Mr. Allen.
"Shelby mengenal film-film horor ciptaanku dulu, dan mungkin saja ia
membuat aku mengalami bagaimana rasanya jika ditakut-takuti. " Mr.
Allen terkekeh. "Ngomong-ngomong, kegemaran Shel­by berbuat iseng
pernah menyebabkan ia kehilangan posisinya yang cukup penting di
jawatan kotapraja. Ia waktu itu bekerja di Badan Perencana Kota. Ia
bisa dibilang mengenal seluk-beluk kerja kota. Pada suatu hari timbul
niatnya untuk memanfaatkan pengetahuannya itu."

"Dengan cara bagaimana?" tanya Jupiter. "Apa yang dilakukan olehnya?"

Sekali lagi Mr. Allen terdengar tertawa geli.

"Hal itu terjadi pada hari ulang tahunnya, dan merupakan ide Shelby
sendiri untuk berkelakar. Peristiwa yang terjadi sebenarnya tidak bisa
dibilang terlalu serius. Dia itu insinyur. Karenanya ia berhasil

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

memadamkan semua lampu lalu lintas dalam kota secara serempak.


Katanya, itu seperti kue ulang tahun, tapi tanpa lilin. Tidak perlu
kukatakan lagi, bagaimana situasi lalu lintas di tengah kota saat itu.
Kacau-balau! Orang-orang bisnis terlambat datang untuk memenuhi
perjanjian dengan nasabah serta rekan usaha. Para pegawai terlambat
datang ke kantor, dan terlambat pula pulang ke rumah.

Pemadaman yang terjadi karena ulahnya itu hanya sebentar - beberapa


jam saja. Tapi akibatnya, banyak yang marah-marah! Masa, hal seperti
itu bisa terjadi di kota kita yang modern dan selalu sibuk. Tokoh-tokoh
penting banyak yang marah. Orang yang bertanggung jawab atas
kejadian itu langsung dicari. Anehnya, Shelby mengakui perbuatannya.
Ia mengatakan dengan terang-terangan, hal itu dilakukannya untuk
merayakan hari ulang tahunnya. Hanya untuk iseng belaka!"

"Lalu apa yang terjadi dengan dirinya?" tanya Jupiter.

"Tentu saja ia langsung dipecat. Bukan itu saja, pihak yang berkuasa
yang menetapkan bahwa Shelby tidak boleh lagi diberi pekerjaan yang
ada pertaliannya dengan kotapraja. Ia sedikit-banyak senasib denganku,
sama-sama tidak diberi kesempatan mencari nafkah."

"Maksud Anda, ia tidak diizinkan bekerja lagi setelah itu?" tanya


Jupiter.

"Hidupnya tidak bisa dibilang gampang," kata laki-laki tua itu. "Sekali-
sekali ia mendapat pekerjaan sambilan di salah satu perusahaan dagang,
yang hendak melancarkan aksi promosi, dalam wujud gambar dengan
lampu-lampu listrik yang bergerak-gerak untuk menarik perhatian
konsumen. Pokoknya hal-hal seperti itulah! Tapi itu pun cuma sekali-
sekali saja. Tidak sering! Ia harus menebus dosa yang dilakukannya
karena iseng waktu itu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagaimana dengan pawai Rose Bowl?" tanya Jupiter. "Apakah Mr.


Shelby pernah membuat dekorasi mobil hias yang ikut dalam arak-
arakan meriah itu?"

Pertanyaan itu tidak langsung dijawab. Ketika Mr. Allen berbicara lagi,
suaranya terdengar agak ragu-ragu.

"Sepanjang pengetahuanku, tidak! Mobil-mobil hias yang ikut dalam


arak-arakan itu, hiasannya„ kan bunga-bunga yang dirangkum menjadi
dekorasi indah. Sedang Shelby lebih banyak berurusan dengan dekorasi
yang bercorak meka­nik, jadi yang bisa bergerak-gerak. Kecuali itu,
para penyelenggara Rose Bowl bersikap sangat serius mengenai pawai
mereka. Banyak orang yang membayar karcis untuk menonton pawai itu
di Pasadena, dan arak-arakan meriah itu juga disiarkan lewat TV. Tidak,
Anak muda, kurasa orang yang suka iseng seperti Shelby takkan
mungkin mereka kontrak untuk ikut terlibat dalam atraksi seserius itu.
Apalagi karena reputasinya di masa yang lalu."

"Sayang," kata Jupiter. "Yah - pokoknya banyak yang dibuatnya


sekarang untuk menyenangkan hatinya sendiri, dan katanya segala
ciptaannya itu tidak berbahaya."

"Tapi ada saja orang yang tidak menyenangi keisengannya. Begitulah


kenyataannya. Nah, untuk sekarang kurasa sudah cukup - "

"Satu pertanyaan lagi, Sir," kata Jupiter buru-buru. "Naga yang Anda
lihat waktu itu - Anda tahu pasti bahwa ia batuk?"

"Pasti," kata sutradara tua itu. "Bunyinya seperti batuk."

"Dan Anda melihatnya dari bibir tebing dekat rumah Anda, ketika naga
itu masuk ke dalam gua yang terdapat di kaki tebing di bawah Anda?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, betul! Tentang itu aku tahu pasti. Saat itu malam sudah larut, tapi
segala kemampuan jasmaniku masih lengkap, biar belakangan ini tidak
ada yang mau menjadi sponsorku untuk membuat film. Penglihatanku
masih sempurna."

"Terima kasih, Mr. Allen. Kita akan tetap berhubungan." Jupiter


mengembalikan gagang telepon ke tempatnya. Kemudian ia berpaling,
menatap kedua temannya.

"Ada komentar?" tanyanya.

Bob mengangkat bahu, begitu pula Pete.

"Katanya tadi, Shelby suka berbuat iseng," kata Pete. "Kalau itu, aku
pun bisa mengatakannya. Aku ketakutan setengah mati ketika burung-
burungannya tahu-tahu menyambar. Sama seperti ketika naga masuk ke
dalam gua."

"Nah - dengan komentarmu itu kita sampai pada pengamatanku yang


berikut," kata Jupiter. "Aku menarik kesimpulan, bahwa Mr. Allen -
untuk siapa kita sebenarnya bekerja - ternyata tidak bisa terlalu
diandalkan pernyataannya, kalau itu ditilik dari sudut benar-tidaknya."

"Hahh?" Pete memandang Jupiter dengan kening berkerut.

"Dengan kalimat sederhana, Jupiter hendak mengatakan bahwa Mr.


Allen berbohong," kata Bob menjelaskan.

"Kalau begitu, kenapa tidak begitu dikatakannya?" tukas Pete dengan


nada sebal. Ia memandang Jupiter. "Coba kaukatakan dengan kalimat-
kalimat yang bisa kumengerti, tentang apa ia berbohong."

Jupiter mengangguk.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia mengatakan, ia sedang berdiri di bibir tebing, ketika ia melihat naga


itu masuk ke dalam gua di bawahnya."

"Lalu, apakah itu tidak boleh?" tanya Pete dengan air muka bingung.

Jupiter menggeleng.

"Di tempat itu, dinding tebing sebelah atas menjorok ke luar. Tidak
mungkin orang yang berdiri di bibir tebing bisa melihat gua, atau
melihat sesuatu yang masuk ke situ. Hal itu kualami sendiri, kemarin
malam."

Pete menggaruk-garuk kepala dengan sikap bingung. "Aku tidak tahu.


Mungkin kau benar, dan ia keliru. Bisakah kau membuktikannya?"

"Memang begitulah niatku," kata Jupiter serius. "Malam ini, saat kita
kembali mendatangi gua itu. Mungkin saat itu aku bukan saja akan
berhasil membuktikan bahwa Mr. Allen tidak mengatakan yang
sebenarnya, tapi juga bahwa naga yang kita lihat itu sebenarnya palsu,
bikin-bikinan orang saja!"

"Jangan lupa," katanya menyambung, "dalam kasus ini ada sejumlah


orang yang perlu kita curigai, yaitu orang-orang yang tahu-menahu
tentang terowongan kereta bawah tanah yang tidak jadi diselesaikan,
serta yang menaruh dendam pada orang lain. Mr. Allen dan Mr. Shelby,
kedua-duanya kehilangan pekerjaan, dan tidak diberi kesempatan untuk
bekerja kembali. Lalu Mr. Carter-jika ia ternyata memang putra orang
yang dulu mulai membangun terowongan itu - tentunya juga tahu-menahu
mengenainya. Dan aku tidak heran jika ia menyimpan dendam, yang ingin
dilampiaskannya terhadap sekian banyak orang yang dianggapnya ikut
bersalah. Saat ini aku belum tahu, apa hubungan segala hal ini dengan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

naga, serta dengan gua yang kita temukan. Tapi malam ini kita mungkin
akan bisa menemukan sesuatu di dalam gua itu."

"Maksudmu," kata Pete cemas, "kita akan kembali ke gua itu? Malam ini?
Ke tempat itu lagi? Dengan kemungkinan si Itu ada di sana, menunggu
kita?"

Jupiter tidak menjawab. Ia sibuk menulis. Setelah itu ia meraih gagang


telepon.

"Pertama-tama, perlu terlebih dulu mengetahui sesuatu," katanya.


"Mestinya itu sebelumnya sudah terpikir olehku."

Bab 14

BERBURU NAGA

"TOLONG sambungkan dengan Mr. Alfred Hitch­cock," kata Jupiter


lewat saluran telepon. "Katakan saja, Jupiter Jones yang menelepon."

Bob dan Pete berpandang-pandangan dengan sikap tidak mengerti.


Setelah itu keduanya menatap Jupiter. Tapi temannya itu tidak
mengacuhkan pandangan mereka, yang seakan-akan bertanya. Ia menulis
terus, sambil menunggu disambungkan dengan Alfred Hitchcock.

Sesaat kemudian didengarnya suara sutradara termasyhur itu.

"Di sini Alfred Hitchcock. Apakah ini berarti kalian baru saja berhasil
mengusut teka-teki anjing-anjing yang lenyap di Seaside?"

Jupiter tersenyum.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bukan begitu tepatnya, Sir," jawabnya. "Saya menelepon ini,


sehubungan dengan keterangan Anda tadi. Anda mengatakan, teman
Anda Mr. Allen merupakan tokoh ahli tentang naga, serta menampilkan
wujud makhluk-makhluk itu dalam film-film horornya yang dulu."

"Memang betul," jawab Mr. Hitchcock. "Dan bukan cuma naga, tapi juga
kelelawar, serigala, jadi-jadian, vampir, hantu kubur, mayat hidup -
pokoknya semua yang menyebabkan orang akan ketakutan setengah
mati! Sayang film-filmnya dibuat jauh sebelum kalian ada. Para
penggemar film-filmnya, sekarang pun masih gemetar dan merinding,
kalau teringat pada segala makhluk menyeramkan ciptaannya!"

"Ya, kabarnya memang begitu," jawab Jupiter. "Saya rasa segala


monster itu tentunya benar-benar seperti hidup, sehingga Mr. Allen
bisa membangkitkan kesan yang begitu."

"Ya, tentu saja," kata Mr. Hitchcock mantap. "Orang takkan bisa
ditakut-takuti dengan tiruan buruk dari makhluk-makhluk yang mestinya
menakutkan. Wujud-wujud itu harus nampak dan bertingkah laku persis
seperti aslinya."

Jupiter mengangguk. "Dan siapakah yang membuat makhluk-makhluk


untuk filmnya itu, Sir?"

"Tentu saja kami memiliki tenaga-tenaga yang sangat terampil di


studio," kata Mr. Hitchcock sambil tertawa. "Kadang-kadang, suatu
makhluk menyeramkan bisa bergerak-gerak karena di dalamnya ada
semacam alat mekanis yang hebat. Alat itu digerakkan dengan mesin,
atau dengan sistem roda gigi dan engkol. Dan kadang-kadang, jika
adegan yang ditampilkan menghendakinya, kami memakai teknik lain.
Makhluk seram itu kami buat fotonya dalam posisi gerak yang setiap kali
berubah sedikit. Begitu terus, sampai seluruh gerakan selesai diambil.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Inilah yang disebut teknik stop-motion. Jika foto-foto yang diambil


beruntun-runtun itu diputar dengan kecepatan film yang biasa, maka
akan timbul kesan seolah-olah makhluk itu bergerak. Mengerti
sekarang?"

"Ya, Sir," kata Jupiter. "Lalu apa yang terjadi dengan monster-monster
itu, setelah film selesai dibuat?"

"Kadang-kadang disimpan, untuk dipakai lagi pada kesempatan lain," kata


Mr. Hitchcock menjelaskan. "Ada juga yang dijual ke perusahaan lelang.
Atau kadang-kadang dimusnahkan saja. Cukupkah jawaban itu?"

"Ya, Sir," kata Jupiter. "Tapi saya masih punya satu pertanyaan lagi.
Apakah Anda kebetulan memiliki salah satu film karya Mr. Allen? Kami
ingin melihatnya, terutama jika ada naga tampil di dalamnya."

"Aneh - kenapa justru sekarang kau menanyakannya," kata sutradara


terkenal itu, setelah diam sejenak. "Aku baru saja membongkar arsip
film kami, untuk mencari sebuah film klasik ciptaannya. Judul film itu,
‘Makhluk Gua', yang hampir seluruhnya menyangkut seekor naga. Aku
bermaksud mempelajarinya, untuk filmku yang berikut. Bukannya aku
hendak menjiplak ide-ide Allen," sambungnya agak terburu-buru, "tapi
agar aku benar-benar sadar bahwa filmku harus benar-benar bagus,
apabila hendak mengalahkan ciptaannya itu."

"Bagi kami pun akan sangat bermanfaat jika dapat melihat film itu, Mr.
Hitchcock," kata Jupiter dengan cepat. "Saya sendiri ingin sekali
melihat, bagaimana perangai naga yang sebenarnya. Bisakah Anda
mengatur agar kami bisa ikut melihatnya, Sir?"

Alfred Hitchcock langsung memberi jawaban. "Datanglah satu jam lagi


ke studioku. Aku akan ada di Ruang Proyeksi Empat."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter menaruh gagang telepon lambat-lambat, ketika pembicaraan


selesai. Kemudian ia berpaling pada Pete dan Bob.

"Ingat," katanya, "wujud yang akan kita lihat nanti, merupakan naga
sejati menurut gambaran yang lazim mengenainya. Jadi kalian
perhatikan baik-baik nanti. Barangkali saja kalian melihat sesuatu, yang
akan bisa menyelamatkan nyawa kita."

"Apa maksudmu?" tanya Bob.

Jupiter berdiri, lalu menggeliat.

"Aku bersandar pada teoriku, bahwa naga di Seaside itu palsu. Tapi
mungkin juga aku keliru. Dan jika begitu, kita menghadapi naga yang
benar-benar naga!"

Trio Detektif berangkat ke Hollywood naik Rolls-Royce, yang seperti


biasa dikemudikan oleh Worthington. Tepat pada waktu yang ditentukan
mereka masuk ke kompleks perfilman, dan berhenti di depan sebuah
bungalow. Itulah Ruang Proyeksi Empat, menurut tulisan yang tertera di
situ. Mereka langsung masuk. Mr. Hitchcock duduk di belakang ruangan,
bersama sekretarisnya. Ia mengangguk, sebagai pengganti ucapan
selamat datang.

"Kalian duduk saja di depan," ujar sutradara itu dengan suara berat.
"Aku baru saja hendak memberi isyarat pada juru proyeksi agar mulai."

Ia menekan sebuah tombol yang terdapat pada kursi yang didudukinya.


Ruangan menjadi gelap. Saat itu juga ada sinar terang memancar dari
lubang kecil yang terdapat pada dinding bilik di belakang kursi Mr.
Hitchcock, diiringi bunyi mendesir.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ingat - film ini sudah kuno," kata Mr. Hitchcock memberi tahu. "Dan
mungkin ini merupakan satu-satunya copy yang masih ada. Mutu
pencuciannya kurang bagus. Pada beberapa bagian nampak gelap dan
buram. Tapi apa boleh buat! - Nah, kurasa itu cukup, sebagai penjelasan.
Kita lihat saja sekarang, bersama-sama!"

Dengan segera ketiga remaja itu sudah melupakan sekeliling mereka.


Ternyata Mr. Hich­cock tidak melebih-lebihkan ketika menyatakan
bahwa film itu sangat tegang. Jupiter dan kedua temannya seperti
terpukau mengikuti jalan cerita horor itu, yang diolah dengan sangat
ahli oleh sutradaranya.

Adegan yang nampak pada layar putih beralih. Kini nampak sebuah gua.
Detik itu juga, ketiga remaja itu sudah merasa seperti benar-benar
berada di dalamnya. Dan sementara jantung mereka sudah berdebar-
debar lagi, mereka melihatnya kembali - naga itu!

Makhluk seram yang masuk ke dalam gua, seakan-akan mengisi layar


sampai ke sudut­sudutnya. Makhluk itu besar sekali, jelek dan
menakutkan. Sayapnya yang pendek terangkat, menampakkan otot-otot
panjang yang bergerak-gerak seperti ular hidup di bawah selaput kulit
yang basah dan bersisik. Kemudian lehernya yang panjang dan lentur
bergerak - dan kepalanya yang kecil dan nampak gelap menghadap ke
arah mereka.

Naga itu meraung, menampakkan rahang yang panjang dan kuat. "Iiih!"
desah Pete. Tanpa disadari, duduknya agak diringkukkan. "Itu naga
sungguhan!"

Bob terpana, menatap makhluk seram yang semakin maju di layar.


Tangan remaja itu mencengkeram sandaran kursinya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter duduk dengan tenang, memperhatikan setiap gerak-gerik naga


yang nampak di layar film.

Enam pasang mata seperti terpaku menatap layar, sampai film selesai.
Ketika lampu ruangan menyala lagi dengan tiba-tiba, mereka masih tetap
tegang, terkesan oleh film yang baru saja dilihat.

Dan ketika berjalan menuju ke belakang ruangan, lutut mereka terasa


lemas.

"Astaga - sekujur tubuhku lemas rasanya," kata Bob. "Rasanya seolah-


olah pengalaman kemarin malam berulang kembali. Aku sampai lupa,
bahwa kita sedang menonton film!"

Jupiter mengangguk.

"Itu merupakan bukti, betapa seorang ahli pencipta kengerian bisa


mencapai apa yang ingin dikesankan. Mr. Allen memiliki keahlian untuk
membuat kita menerima dan mempercayai apa saja yang hendak
dikesankan olehnya. Kita dibuatnya setengah mati ketakutan, dengan
naga bikin-bikinan yang muncul di atas layar film. Memang kesan itulah
yang hendak ditimbulkannya, sedang kita membiarkan dia membuat kita
takut. Itu perlu selalu kita ingat."

"Nan?" kata Mr. Hitchcock, ketika ketiga remaja itu sudah sampai di
dekatnya. "Kalian mengerti sekarang, apa sebabnya kawanku itu pernah
dipandang raja film-film horor?"

Jupiter mengangguk. Banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin diajukan


olehnya. Tapi ia melihat bahwa Mr. Hitchcock sedang sibuk, sedang
sekretarisnya sudah siap untuk mencatat. Karenanya, ia hanya
mengucapkan terima kasih atas kesempatan melihat film itu.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kalian sekarang sudah melihat naga yang di film," kata Mr. Hitchcock.
"Kini kutunggu hasil pengusutan kalian terhadap misteri naga yang di
Seaside."

Anak-anak diantarnya ke luar. Ketiga remaja itu langsung menuju ke


Rolls-Royce mengkilat yang menunggu di luar, dengan Worthington di
belakang kemudi.

Mereka duduk bersandar di jok belakang, sementara kendaraan mewah


itu meluncur lambat-lambat ke arah pintu gerbang.

"Kau tadi menyuruh kami mengamat-amati dengan teliti," kata Bob


setelah beberapa saat, "dan itu sudah kulakukan. Aku sama sekali tidak
melihat perbedaan antara naga yang di film tadi, dengan naga kita yang
di gua. Kau bagaimana, Pete?"

Pete menggeleng. "Satu-satunya perbedaan, naga film tadi lebih


dahsyat raungannya."

"Bukan lebih dahsyat," kata Bob, "tapi naga kita rasanya sering
terbatuk-batuk."

Jupiter tersenyum.

"Tepat," katanya singkat.

"Apa lagi maksudmu, Jupe?" tanya Pete.

"Kelihatannya naga yang di Seaside itu lebih peka terhadap cuaca buruk,
karena kedengarannya seperti sedang pilek."

Bob memperhatikan Jupiter, yang duduk bersandar dengan sikap puas.


Bagi Bob, air muka temannya itu merupakan pertanda buruk.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Berdasarkan pengalaman selama mereka bergaul, air muka yang begitu


berarti bahwa Jupiter berhasil mengetahui sesuatu. Sesuatu yang lolos
dari pengamatan Bob dan Pete.

"Mana mungkin, naga terserang pilek?" kata Bob. "Naga, katanya kan
biasa hidup dalam air dan gua-gua lembab."

"Pendapatku juga begitu," kata Jupiter sambil mengangguk. "Dan


beberapa jam lagi, kalau kita kembali ke sana, kita akan bisa
menyibakkan teka-teki tentang apa sebabnya naga kita batuk. Jika
teoriku benar, kita akan memperoleh jawaban tentang apa sebabnya
kita bisa lolos dari dalam gua itu, dan sekarang masih hidup."

Pete memikirkan ucapan Jupiter.

"Itu boleh saja, Jupe," katanya sambil mengerutkan kening. "Tapi


bagaimana jika teorimu ternyata keliru?"

Jupiter menggembungkan pipinya. "Teoriku harus benar," katanya.


"Karena bagaimanapun juga, itu menyangkut nyawa kita!"

Bab 15

PERTANYAAN DAN JAWABANNYA

TIBA-TIBA kejengkelan Pete meledak.

"Sudahlah, jangan sok misterius lagi, Jupe! Ayo katakan, apa sebenarnya
yang sedang kaurencanakan. Kita membentuk Trio Detektif kan untuk
mengusut teka-teki serta misteri-misteri yang tidak bisa dijelaskan.
Waktu itu tidak disinggung-singgung tentang perbuatan berani mati.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Aku sayang pada nyawaku. Dan Bob pun kurasa begitu juga. Bagaimana,
Bob?"

Bob mengangguk, sambil tersenyum.

"Ya, tentu saja aku sayang pada nyawaku! Kalau nyawaku hilang, lalu
siapa yang melakukan riset dan membuat catatan untuk kalian? Pete
benar, Jupe. Ada apa, sih?"

Jupiter hanya mengangkat bahu.

"Aku belum tahu pasti. Tentu saja aku tidak berniat menyabung nyawa
kita, tanpa perlu. Tapi ada kalanya kita perlu mengambil risiko."

Pete menggeleng.

"Eh, eh, nanti dulu! Sebelumnya, aku perlu kauyakinkan dulu. Beberapa
malam yang lalu aku menonton film yang dibawa ayahku pulang. Film itu
penuh dengan efek khusus, hasil buatannya. Tokoh utamanya seorang
ilmuwan yang berani mengambil resiko. Tak perlu kuceritakan, apa yang
kemudian terjadi dengan dirinya."

Kening Jupiter berkerut.

"Aku lupa bahwa ayahmu ahli efek khusus untuk film, Pete. Tentang apa
cerita film yang kaulihat itu?"

Pete tertawa nyengir.

"Tentang serangga."

"Serangga?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tentang semut dan kumbang, yang menguasai dunia," kata Pete


menjelaskan. "Biasa, film fiksi ilmiah. Percayalah - film itu sama
seramnya seperti film kuno dengan naga yang baru saja kita lihat tadi.
Serangga-serangga itu berukuran raksasa - setinggi bangunan
bertingkat banyak."

"Bagaimana cara mereka membuatnya?" tanya Jupe.

"Mereka memakai serangga sungguhan," jawab Pete.

"Alaa, Pete," tukas Bob. "Serangga tulen, yang besarnya sama dengan
gedung bertingkat tinggi?"

Pete mengangguk.

"Ayah menjelaskannya padaku. Yang dipakai proses yang berbeda dari


yang tadi diterangkan oleh Mr. Hitchcock. Dalam film yang kulihat itu,
serangga-serangga di film lewat lensa prisma. Setelah itu gambar-
gambarnya dibesarkan sampai sekian kali lipat, lalu digabungkan dengan
film yang menampakkan gedung-gedung besar. Tentu saja mereka
kelihatan asli dan menyeramkan - karena memang serangga yang
sebenarnya! Begitu teknik yang kini biasa dipakai untuk membuat film-
film tentang makhluk-makhluk seram yang datang dari angkasa luar."

Jupiter merenung, sementara jari-jarinya sibuk mencubiti bibir


bawahnya.

"Film itu sekarang masih ada di rumahmu?"

"Ya - paling sedikit selama satu minggu lagi," kata Pete. "Ayahku bahkan
menawarkan, kalau kau dan Bob ingin melihatnya, kalian boleh datang
kapan saja, saat malam hari. Jadi silakan!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter kelihatannya tidak sabar.

"Kurasa kita memerlukannya sebelum nanti malam, Pete." Ia melirik


arlojinya, lalu menoleh lagi ke arah Pete. "Proyektormu bekerja dengan
baterai?"

Pete mengangguk.

"Pakai baterai bisa, pakai listrik pun boleh."

Jupiter memonyongkan mulutnya.

"Dan itu kepunyaan kalian sendiri? Bukan pinjaman dari studio?"

"Ya, proyektor itu milik kami," kata Pete. "Atau tepatnya, kepunyaan
Ayah. Kenapa sih, kau bertanya-tanya begitu?"

"Soalnya menyangkut nyawa kita - dan mungkin juga sekaligus


membongkar suatu misteri. Menurutmu, mungkinkah ayahmu mau
meminjamkan proyektor serta film itu pada kita, hanya untuk malam ini
saja?"

Pete terkejap karena kaget.

"Maksudmu, untuk dibawa pergi?"

"Untuk dibawa pergi," kata Jupiter menegaskan. "Film itu kurasa cocok
untuk diperlihatkan pada seseorang."

Pete mengusap-usap hidungnya, lalu mengangkat bahu.

"Tidak tahu, ya. Tapi kurasa bisa, Jupe. Tentu saja aku harus menelepon
Ayah dulu, untuk minta izin."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagus," kata Jupiter.

"Oke," kata Pete. "Tapi sebelum aku mencoba meyakinkan ayahku, aku
ingin tahu dulu, akan ke mana kita malam ini - dan untuk apa. Aku sudah
bosan disuruh meraba-raba terus."

Bob mengangguk, tanda sependapat dengan Pete.

Kedua remaja itu memandang Jupiter Jones, yang selama beberapa saat
mencoba tak mengacuhkan tatapan mata mereka. Akhirnya ia
mengangkat bahu, sambil membentangkan tangan.

"Ya deh, baiklah," katanya. "Aku sebenarnya berharap bisa


merahasiakan dulu kesimpulan-kesimpulanku. Soalnya terutama karena
aku sendiri belum sepenuhnya yakin apakah semuanya itu benar. Dan
katakanlah kesimpulanku itu benar - aku saat ini masih buta tentang
maknanya. Pengusutan kita ini diawali dengan usaha mencari anjing yang
hilang. Tapi sejak itu kita menemukan berbagai misteri lainnya, yang
satu pun kelihatannya tidak ada sangkut pautnya dengan misteri
hilangnya anjing - atau tepatnya, anjing-anjing, di Seaside. Mr. Allen
menugaskan kita untuk menemukan kembali anjingnya, Red Rover. Tapi
sejak semula aku sudah merasa bahwa misteri hilangnya anjing-anjing
lain yang juga hilang akan terjawab, jika kita menemukan anjingnya. Itu
sebelum kita berjumpa dengan naga."

"Bagaimana dengan naga itu?" tanya Bob. "Kau menandaskan bahwa


menurut pendapatmu yang kita lihat itu naga palsu. Kenapa kau sampai
bisa berpendapat begitu?"

"Ya, betul," kata Jupiter. "Walau aku juga ikut panik dan lari seperti
kalian, ada beberapa alasanku untuk menyangsikan keaslian naga di
dalam gua itu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Coba kaukatakan satu saja," kata Pete. "Apa yang menyebabkan kau
merasa itu bukan naga tulen?"

"Ada bermacam-macam hal yang menyebabkannya. Gua yang kita masuki


bukan gua asli. Lorong yang kita masuki juga bukan lorong alam. Lubang
masuk ke situ juga tidak! Mengingat segala kenyataan itu, tentu saja
timbul kecenderungan untuk menyangsikan keaslian naga."

"Aku tidak menyadari segala yang kausebutkan itu," kata Bob.

"Kita mulai saja dengan gua yang pertama-tama kita masuki," kata
Jupiter. "Di situ kita menemukan papan yang berjejer-jejer, memanjang
ke atas. Satu di antaranya kita geser, supaya bisa masuk ke rongga yang
kita katakan tempat persembunyian penyelundup."

"Aku ingat, kau mengamat-amatinya dengan sikap aneh," kata Bob.


"Apanya yang tidak asli pada gua itu?"

"Itu kan mestinya gua yang sudah tua, tempat para penyelundup dan
bajak laut bersembunyi. Papan-papan itu sudah tua - atau tepatnya,
beberapa di antaranya sudah tua."

"Beberapa di antaranya?" tanya Pete mengulangi.

Jupiter mengangguk.

"Papan yang kita geser ke samping, misalnya. Tapi di situ ada pula papan
lebar, terbuat dari kayu lapis. Kalian tentunya tidak perlu kuingatkan
lagi, bahwa kayu lapis merupakan produk pengolahan kayu yang tergolong
modern. Zaman bajak laut belum ada. Para penyelundup zaman dulu pun
belum mengenal bahan itu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kayu lapis?" ulang Pete. Keningnya berkerut, lalu berkata lagi, "Yah,
mungkin saja! Tapi itu kan belum membuktikan apa-apa."

Jupiter melanjutkan penuturannya.

"Kita sekarang ke gua yang berikut. Maksudku gua besar yang kita
temukan, ketika Bob bersandar ke batu yang ternyata bisa bergerak.
Kita masih belum tahu, apa yang menyebabkan hal itu mungkin. Jika
kalian masih ingat, sewaktu memasuki gua itu kita mengarah ke darat,
karena tidak ada jalan lain kecuali itu. Tidak ada lubang di luar. Tidak
ada mulut gua, seperti yang pertama kita masuki.

Kemudian langkah kita terhenti, karena terhalang apa yang kelihatannya


merupakan dinding padat di ujungnya. Kita mulanya berharap, gua itu
akan membawa kita ke terowongan tua yang riwayatnya dibaca oleh Bob,
ketika ia melakukan riset di perpustakaan."

Kedua temannya mengangguk.

"Aku ingat, kau waktu itu kemudian mengorek-ngorek dinding itu dengan
pisau sakumu," kata Pete sambil tersenyum. "Apa hasil yang kautemukan,
di samping kenyataan bahwa mata pisau yang bagus bisa rusak jika
dipakai mengorek-ngorek permukaan batu?"

Jupiter merogoh kantungnya. Ia mengeluarkan pisau sakunya, lalu


membuka salah satu matanya. "Perhatikan gumpalan-gumpalan kelabu
yang melekat pada mata pisau ini," katanya.

Pete dan Bob melakukan seperti yang diminta.

"Sekarang cium."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Cat!" seru kedua remaja itu serempak, setelah mengendus sebentar.


Jupiter mengangguk. Ia melipat pisau sakunya, lalu memasukkannya lagi
ke dalam kantung.

"Dinding gua yang sudah lama, tidak dicat," katanya. "Lalu ketika aku
mengorek-ngorek cat yang melapisinya, mata pisauku menyebabkan
permukaan di situ tergores. Menurut pendapatku, itu sama sekali bukan
dinding batu, tapi terbuat dari semacam bahan gips - yang disemprot
dengan cat berwarna kelabu, serta ditaburi pasir dan kerikil
permukaannya, agar kelihatan seperti batu asli. Dan kalian tentunya
tahu, gips sebagai bahan bangunan merupakan produk industri modern,
yang biasa dipakai untuk dinding pemisah dalam rumah atau gedung
perkantoran. Banyak pula yang diproduksi dengan permukaan yang
dibuat seperti gabus, atau batu bata." Jupiter berhenti sebentar, lalu
meneruskan, "Kurasa orang yang memasang dinding itu hendak menutupi
suatu temuan yang menarik-dan barangkali juga berharga!"

"Seperti apa, misalnya?" desak Bob.

"Sesuatu yang lebih penting, di balik dinding itu," kata Jupiter.


"Pokoknya sesuatu. Dan menurut dugaanku, seperti terowongan jaringan
kereta bawah tanah yang tidak diselesaikan pembangunannya itu,
misalnya!"

"Itu dia!" seru Pete bersemangat. "Ada orang yang menemukan


terowongan tua itu, lalu menyembunyikannya lagi, supaya tidak bisa
ditemukan orang lain! Dengan adanya dinding palsu itu, diperkirakan
orang yang bisa masuk sampai ke situ akan berpaling dan ke luar lagi!"

"Kecuali," kata Bob, "jika itu memang sudah merupakan penutupnya,


sejak awal!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Lima puluh tahun yang lalu, belum ada bahan bangunan seperti itu,"
kata Jupiter.

"Itu mungkin saja," kata Bob. "Tapi kita kan tidak tahu, kapan tepatnya
terowongan itu ditutup. Mungkin baru kemudian dilakukan, untuk
mencegah, supaya anak-anak dan binatang tidak masuk ke dalamnya."

Kening Jupiter berkerut.

"Itu bisa saja, Bob. Tapi terus terang, aku sangsi! Pokoknya, kita
sekarang perlu merenungkan kejadian misterius yang ketiga. Kita
berada di depan dinding. Aku sedang sibuk menelitinya. Kemudian aku
berpaling, untuk memperlihatkan apa yang ada pada mata pisauku pada
kalian. Saat itu -"

Pete mengangguk, sambil meneguk ludah.

"Saat itu gua terbuka dan tahu-tahu menjadi terang. Lalu naga itu
masuk. Ya, aku mengerti maksudmu." Ia menggaruk-garuk kepala.
"Seti­dak-tidaknya, kurasa aku mengerti. Sebaiknya kau saja yang
mengatakannya, supaya aku tahu apakah aku memang mengerti atau
tidak!"

"Baiklah," kata Jupiter. "Gua terbuka. Dengan cara bagaimana? Kenapa


gua itu sampai bisa terbuka? Sewaktu di luar, kita sama sekali tidak
melihat adanya lubang di situ. Kalau ada, tentunya itu yang kita masuki,
dan bukan memasuki mulut gua di mana Bob tercebur ke dalam lubang
berlumpur."

"Baiklah," kata Bob. "Jadi kita sama sekali tidak melihat ada lubang di
situ, pada mulanya. Tapi naga itu rupa-rupanya tahu bahwa di situ ada
lubang. Soalnya, ia membukanya. Jangan-jangan ia lebih pintar,
dibandingkan dengan kita."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter mengangkat tangannya.

"Jangan lupa, teoriku didasarkan pada firasatku, bahwa segala-galanya


yang ada di situ palsu. Bikinan manusia! Jadi, termasuk naga itu pula.

Dan jika naga itu lebih pintar dari kita, maka itu hanya karena ia
sebenarnya bukan naga, tapi sesuatu yang dikendalikan oleh kemampuan
otak manusia."

Pete terkejap bingung, lalu menoleh ke arah Bob.

"Apa katanya?"

Bob menggeleng.

"Kurasa ia hendak mengatakan, naga kita itu sebenarnya bukan naga,


melainkan robot. Betul­kah begitu, Jupe?"

"Aku belum bisa memastikan," kata Jupiter terus terang. "Mungkin


robot, atau sesuatu konstruksi yang mirip dengan naga yang dipakai Mr.
Allen dalam film horornya. Itu akan kita ketahui juga, jika sudah tiba
waktunya untuk itu. Tapi tentang satu hal aku yakin seyakin-yakinnya.
Yaitu tentang mulut gua. Itu pun palsu! Sayangnya, kita tidak sempat
memeriksanya dari luar. Tapi aku yakin bila itu kita lakukan, kita akan
melihat bahwa mulut gua itu palsu - terbuat dari bahan enteng, seperti
berbagai properti yang dipakai dalam film, yang dicat dan diberi lapisan
agar kelihatan seperti benda aslinya. Siapa pun bisa membuat batu
karang palsu. Dan orang yang melakukannya, berbuat begitu untuk
menutupi mulut gua yang sebenarnya. Jika ia hendak masuk, atau
menghendaki naganya masuk, ambang gua yang palsu digesernya ke
samping." Ia berhenti sebentar, lalu menyambung, "Kalian berdua tentu
sependapat denganku, jika kota Seaside ingin menyumbat sebuah gua

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

besar, atau sebuah terowongan, mereka tentunya tidak memakai bahan


dari gips yang enteng dan dicat di sebelah dalam, dan di luar
mempergunakan batu karang palsu. Mereka pasti menutupnya rapat-
rapat - dengan beton!"

Pete memandang ke luar, lewat jendela Rolls-Royce yang meluncur


dengan mulus di jalan raya. Ia mengerutkan kening, lalu mengangguk.

"Mungkin kau benar, sampai sejauh ini. Jika kita kembali ke sana malam
nanti, akan kita periksa batu-batu itu, yang di dekat lubang masuk ke
gua pertama. Tapi aku memang tidak takut pada batu. Yang ingin
kuketahui sekarang, ialah tentang naga itu. Kenapa itu bukan naga
tulen?"

Jupiter duduk bersandar sambil menyilangkan lengan.

"Kita sama-sama melihatnya, secara serempak. Jarak kita dari dia,


kurang lebih sama jauhnya. Jadi baik penglihatan maupun pendengaran
kita, kurasa sama saja. Nah - apa yang kita dengar waktu itu? Apa yang
kita lihat?"

Pete dan Bob berdiam diri sesaat. Mereka berusaha mengingat-ingat.


"Aku mendengar dengungan," kata Bob kemudian. "Setelah itu barulah
aku melihatnya."

"Aku melihat cahaya terang - yang berasal dari matanya yang bersinar,"
kata Pete. "Tentang bunyi mendengung - ya, kurasa aku juga
mendengarnya. Setidak-tidaknya sesaat sebelum ia meraung."

Jupiter mengangguk.

"Lalu bagaimana geraknya?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagaimana?" kata Pete. "Cepat sekali!"

"Kau bagaimana, Bob?" tanya Jupiter pada temannya yang itu.

"Sebentar - kuingat-ingat dulu!" Bob mengusap keningnya. "Ya, aku


sependapat dengan Pete. Ia masuk dengan cepat sekali. Seakan-akan
meluncur!"

Jupiter memandangnya dengan penuh perhatian.

"Seperti naga yang kita lihat dalam film yang kita lihat di tempat Mr.
Hitchcock? Seperti itukah geraknya?"

Bob menggeleng.

"Tidak! Naga dalam film buatan Mr. Allen kelihatan seperti berjalan.
Sedang yang ini seakan-akan meluncur."

"Kesan yang kuperoleh juga begitu," kata Jupiter. "Naga kita tidak
terbang. Kakinya tidak bergerak-gerak. Ia meluncur maju. Jadi menurut
kesimpulanku - yang kita lihat itu hanya dibuat sehingga menyerupai
naga. Sengaja dibuat begitu, agar menimbulkan kesan yang
mengagetkan, di samping menakutkan.

"Sedang tentang geraknya yang meluncur, keterangannya gampang saja.


Naga kita bergerak - atau digerakkan - dengan roda! Ingat tidak, bahwa
kita melihat jejak roda di atas pasir, ketika kita pertama kali turun ke
pantai?"

Pete dan Bob memandang Jupiter sambil melongo.

"Naga dengan roda?" kata Pete, mengulangi kata-kata Jupiter.


"Maksudmu, itulah yang menyebabkan kita setengah mati ketakutan?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ada lagi yang kuingat," kata Bob. "Kita sudah membicarakannya. Naga
dalam film Mr. Allen meraung. Sedang naga kita lebih banyak batuk-
batuk."

"Tepat!" Jupiter tersenyum. "Itulah yang kumaksudkan dengan


kemampuan otak manusia di belakangnya. Atau mungkin lebih tepat jika
kukatakan, di dalamnya."

"Apa lagi yang kaubicarakan sekarang?" tanya Pete sambil mengeluh.

Jupiter tersenyum.

"Orang dalam naga kita itu sedang pilek," katanya menjelaskan.


Perembukan mereka terpotong oleh suara Worthington yang selalu
menjaga martabat. "Kita sudah sampai di Jones Salvage Yard, Master
Jones. Perlukah saya menunggu?"

"Ya, Worthington," kata Jupiter sambil mengangguk. "Pete hanya perlu


menelepon sebentar. Setelah itu mudah-mudahan kita akan bisa mampir
di rumahnya, untuk mengambil sesuatu. Dan malam ini, kita pergi lagi ke
Seaside." Ia melirik teman-temannya sebentar. "Betulkah aku sampai
sejauh ini?"

Pete tertawa nyengir.

"Mudah-mudahan kau betul pula nanti -" katanya, "- saat kita kembali
berhadap-hadapan dengan naga yang suka batuk-batuk itu!"

Bab 16

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

MENGHADANG BAHAYA LAGI

JUPITER bertambah hormat terhadap Mr. Crenshaw, ketika ayah Pete


itu langsung mengizinkan anak-anak meminjam proyektornya serta film
baru dari studio, tanpa mempertanyakan keperluan mereka.

"Ia bahkan tidak menyuruh kita berhati-hati dengannya," kata Jupiter.


"Kurasa ia mempercayai kematangan diri kita."

"Kalau soal itu, entahlah," kata Pete. "Aku yang tinggal di sini. Jika ada
sesuatu yang terjadi dengan film itu - atau dengan proyektor Ayah,
akulah yang akan merasakan akibatnya!"

Saat itu mereka berada di rumah Pete, dalam ruangan yang dipakai oleh
Mr. Crenshaw untuk memutar film-film buatannya sendiri. Pete sedang
sibuk bekerja. Film dalam tempat rol pemutar digulungnya kembali.
Jupiter ingin melihat film itu dulu, agar bisa menilai efeknya.

"Siap!" seru Pete. "Padamkan lampu, Bob!"

Ia menekan tombol, ketika ruangan sudah gelap. Film yang akan


dipertunjukkan mulai berputar. Dinding yang dijadikan tabir diterangi
cahaya yang memancar dari lubang proyektor. Sesaat kemudian Bob dan
Jupiter melihat sendiri bahwa Pete memang tidak melebih-lebihkan.
Serangga-serangga yang diambil gambarnya memang menyeramkan
kelihatannya, jika dibesarkan berlipat ganda.

Suara yang mengiringi tiba-tiba berubah bunyinya, lalu terhenti.


Gambar yang nampak di tabir lenyap. Ruangan gelap kembali, karena
Pete mematikan mesin proyektor.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tolong nyalakan lampu lagi, Bob!" serunya. "Sorry - aku memutar rol
yang keliru. Yang tadi itu baru datang kemudian. Kurasa Ayah
memutarnya lagi, untuk mengecek efek khusus yang dibuatnya."

Tangannya sibuk mengaduk-aduk setumpuk kaleng film yang diberi tanda


nomor-nomor.

"Kurasa itu tidak begitu penting, Pete," kata Jupiter. "Kita tidak perlu
melihat seluruh film itu sekarang. Bagian pada rol ini menampakkan
serangga-serangga itu di lingkungan aslinya. Tepat itulah yang kucari."

"Tapi itu kan rol nomor enam," balas Pete. "Itu merupakan flashback.
Yang kelihatan cuma semut-semut yang berkeliaran di perbukitan dan
sepanjang pantai, bersiap-siap untuk menyerbu ke kota-kota." Ia
mengambil sebuah kaleng lain. "Nah, dalam rol pertama ini kita bisa
melihat mereka menyerang kota-kota. Pada bagian inilah mereka
kelihatan setinggi bangunan bertingkat."

Jupiter malah menggeleng.

"Kita tidak boleh menampakkan bangunan-bangunan, atau kota-kota. Kita


harus menimbulkan kesan, seolah-olah gua diserbu semut-semut
raksasa!" Dengan cepat Bob dan Pete menoleh ke arah Jupiter.
Keduanya nampak heran.

"Di situkah kita akan memutar film ini?"

Jupiter mengangguk.

"Dengan speaker yang ada di proyektormu itu, kita bisa menimbulkan


efek suara yang kita kehendaki. Lensa bersudut lebar itu juga akan
sangat menolong kita. Dan yang paling penting, proyektormu bisa
bekerja dengan baterai. Jadi kita bisa memutarnya dalam gua."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Untung saja," kata Pete. "Perlengkapan baterainya dibuat khusus,


sehingga Ayah bisa mempergunakannya jika sedang berada di lokasi
pembuatan film."

"Sekarang kita lihat saja dulu rol film yang sudah terpasang itu, Pete,"
kata Bob menyela. "Untuk melihat seluruhnya, kami kan bisa datang
kapan-kapan."

"Terserah -jika kalian suka melihat film yang berjalan mundur," kata
Pete sambil mengangkat bahu.

Bob memadamkan lampu, dan Pete melanjutkan pemutaran film yang


sudah ada di proyektor. Setelah itu anak-anak menonton dengan tekun.
Hanya sekali-sekali saja terdengar gumaman kaget, atau ngeri.

"Astaga!" kata Bob ketika rol film itu habis. "Ini baru film! Tidak sabar
lagi rasanya, ingin melihat keseluruhannya."

Pete menekan tombol pembalik putaran film, lalu memandang sejenak ke


arah Jupiter. "Menurutmu, itu tadi sudah cukup?"

Jupiter tersenyum.

"Tepat sekali, untuk keperluan kita sekarang!"

"Baiklah," kata Pete. "Cuma, aku masih juga belum mengerti apa maumu
dengannya. Siapakah yang kauinginkan akan melihatnya di dalam gua?
Orang mati - atau hantu - itu, yang menelepon kita?"

"Mungkin," kata Jupiter. "Tapi tujuan utamaku ialah mengetahui


bagaimana reaksi orang yang suka berbuat iseng, jika ia sendiri
dipermainkan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Orang iseng?" kata Bob. "Kurasa Mr. Carter tidak cuma iseng saja,
ketika ia menggertak kita dengan senapan burunya!"

"Bukan dia yang kumaksudkan," kata Jupiter dengan tenang.

"Bukan dia?" tanya Bob. "Mungkin kau lupa, ia mungkin keturunan Carter
yang riwayat sedihnya kubaca waktu itu! Labron Carter, yang hartanya
habis sama sekali karena semuanya dipertaruhkan Untuk proyek
pembangunan jaringan kereta bawah tanah di Seaside, dan yang
kemudian melakukan tindakan bunuh diri sebagai akibatnya. Kau sendiri
yang mengatakan, ia rasanya pasti tahu tentang terowongan tua itu,
serta guanya. Dan bahwa ada kemungkinannya ia ingin membalas dendam
terhadap penduduk kota Seaside, yang menyebabkan kehancuran
ayahnya. Kalau diingat sifatnya yang pemarah, ia memang bisa saja
berbuat begitu!"

Tapi Jupiter menggeleng.

"Bukan Mr. Carter yang kucurigai sebagai pencipta naga dalam gua itu."

"Kenapa bukan dia?" sela Pete. "Apa yang

menyebabkan kau bisa begitu yakin?"

"Karena satu hal," jawab Jupiter. "Ketika kita berjumpa dengan Mr.
Carter, ia berteriak-teriak marah. Tapi ia tidak pilek. Lalu kita
berjumpa pula dengan seseorang, yang pandai menciptakan barang-
barang yang menyebabkan orang ketakutan. Dan orang itu sedang pilek.
Kurasa kalian juga masih ingat. Aku mempertalikan dirinya dengan naga
itu, karena seperti kalian ingat, makhluk itu batuk-batuk!"

Bob terkejap.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi kau beranggapan, Arthur Shelby itulah orang iseng yang membuat
naga kita? Maksudku -jika naga itu memang buatan orang, dan bukan
naga asli!"

Jupiter mengangguk, lalu menambahkan,

"Tapi mungkin juga Mr. Allen. Pengetahuannya banyak, tentang naga.


Tapi aku lebih menduga bahwa orang itu Mr. Shelby."

"Kenapa dia?" tanya Bob. "Ia menciptakan alat-alat untuk menakut-


nakuti orang yang suka datang tanpa diundang. Apa urusannya dengan
gua itu? Gua itu kan bukan kepunyaannya!"

"Justru itulah yang perlu kita selidiki malam ini," kata Jupiter, Ia
memandang arlojinya. "Kita bersiap-siap saja sekarang."

"Ada orang yang kalian lupakan," kata Pete menyela. "Kalian berdua
selama ini hanya membicarakan Carter, Allen, dan Shelby. Tapi masih
ada dua orang lagi di tempat itu, dan kita sama-sama melihat mereka!"

"Ya, betul!" kata Bob. "Kedua penyelam bermasker itu! Dan sebelum
menghilang, mereka masih berbicara tentang meneruskan pekerjaan!"

Pete menutup kotak tempat proyektor, lalu memandang ke arah Jupiter.

"Nah, bagaimana dengan kedua orang itu?" tanyanya. "Tidak mungkinkah


mereka ada sangkut pautnya dengan urusan ini?"

"Mungkin saja," kata Jupiter sambil mengangguk. "Dan jika mereka


muncul lagi nanti, aku menyarankan agar kita memutar film ini - sebagai
hiburan untuk mereka."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagaimana dengan naga itu?" tanya Pete. "Mungkin juga ia ada pula di
situ."

Sekali lagi Jupiter mengangguk.

"Itu malah akan menyebabkan urusan kita menjadi bertambah asyik!


Kita mengenal kisah tentang tikus kecil, yang menyebabkan gajah
ketakutan. Kita lihat saja nanti - apakah semut bisa menyebabkan naga
gemetar!"

Bibir tebing yang menaungi pantai di Seaside diselubungi kegelapan.


Jalan sempit dan terpencil di situ sepi, ketika Worthington menepikan
Rolls-Royce ke pinggir jalan lalu menghentikannya.

Bob turun paling dulu. Ia memandang ke kanan dan ke kiri dengan


perasaan heran. "Kenapa harus begini jauh kali ini, Jupe?" tanyanya.
"Kini kita harus berjalan jauh ke tangga."

"Ini cuma untuk berjaga-jaga saja," jawab Jupiter. "Ada kemungkinan


perhatian orang sudah tertarik pada Rolls-Royce ini. Coba tadi ada
Hans, aku sebenarnya lebih senang pergi kemari naik truknya, karena itu
tidak menyolok mata."

Pete terhuyung-huyung turun dari mobil, sambil menenteng kotak yang


berisi proyektor. Ia mengeluh, setelah memandang ke arah tangga yang
nampak agak jauh dari situ.

"Aduh - jika sampai di sana nanti dengan beban ini, lenganku pasti akan
sudah menyentuh tanah. Tapi biarlah - memang sudah nasibku."

"Itu kan malah bagus," kata Bob sambil tersenyum kecut. "Dengan
begitu kau bisa pura-pura menjadi manusia monyet. Siapa tahu,
barangkali saja naga kita nanti ketakutan melihatmu!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya mendengus, lalu


memanggul kotak proyektor. "Tunggu, Pete - biar kubantu," kata
Jupiter menawarkan diri.

Tapi temannya yang jangkung itu menggeleng.

"Terima kasih, tidak usahlah! Ini tanggung jawabku. Kurasa aku takkan
bisa lepas daripadanya malam ini, kalau mengingat bahwa aku satu­-
satunya di antara kita bertiga yang tahu bagaimana cara
menjalankannya."

Jupiter tersenyum.

"Perananmu mungkin akan merupakan faktor penentu malam ini, Pete.


Mudah-mudahan saja rencana kita berhasil!"

Mereka meminta Worthington agar menunggu dalam mobil. Setelah itu


mereka berjalan dengan langkah-langkah cepat, menyusuri jalan yang
sunyi. Bulan bersembunyi di balik gumpalan awan gelap. Dari arah bawah
terdengar deru ombak memecah di pantai.

"Aku lebih senang jika malam ini tidak begitu gelap," kata Pete dengan
nada gugup, setelah mendongak sebentar, memandang langit.

"Kita semua agak gugup," kata Jupiter berterus terang. "Tapi keadaan
segelap ini malah menguntungkan kita, karena dengannya kita tidak
mudah nampak."

Ketika mereka tinggal sekitar dua puluh langkah lagi dari tangga yang
akan dituruni untuk pergi ke pantai, tiba-tiba mereka mendengar bunyi
langkah orang berjalan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Cepat! Tiarap!" desis Pete.

Seketika itu juga Trio Detektif menjatuhkan diri ke samping, lalu


berguling ke dalam semak yang membatasi jalan dengan tanah kosong
yang berpasir.

Langkah yang terdengar itu semakin mendekat. Langkah-langkah berat


dan mantap. Tapi kemudian berubah. Melambat, dan seperti menyelinap.

Ketiga remaja yang bersembunyi merapatkan diri. Mereka merunduk


semakin rendah. Ada orang mengintai, mencari-cari mereka!

Dari tempat persembunyian yang gelap, mereka bisa melihat sosok


orang itu, yang semakin mendekat. Kini sudah sejajar dengan posisi
mereka. Ketiga remaja itu menatap ke arahnya dengan mata terbelalak
ngeri.

Mereka sudah pernah melihat sosok tubuh gempal itu. Mata mereka
langsung menelusuri tubuhnya, ke arah bawah. Mereka mengenali benda
yang dikepit di bawah lengan.

Senapan buru! Senapan kaliber besar, berisi peluru mimis berukuran


paling besar. Senapan buru Mr. Carter, orang yang membenci anjing,
anak-anak - yang kelihatannya membenci segala-galanya.

Laki-laki berwatak tidak menyenangkan dan penaik darah itu semakin


memperlambat langkahnya. Kini ia berhenti, pada posisi tepat di depan
mereka. Anak-anak melihat kepalanya dipalingkan ke kiri dan ke kanan
dengan sikap curiga. Terasa bahwa orang itu memicingkan mata,
berusaha menembus kegelapan.

"Aneh," gumamnya, "aku yakin sekali bahwa tadi nampak sesuatu


bergerak-gerak di sini -"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Mr. Carter menggeleng-geleng, seakan-akan bingung. Setelah itu ia


meneruskan langkah. Anak-anak yang bersembunyi masih menunggu
selama beberapa saat, sampai tak terdengar lagi langkah orang itu.
Setelah itu barulah mereka berani melihat lagi.

Mr. Carter tidak kelihatan lagi.

"Uhh!" desah Bob. "Untung ia tidak melihat kita di sini!"

"Ya, betul," kata Pete. "Kurasa saat tidur pun senapan itu tidak
dilepaskannya. Siapa ya, yang dicarinya?"

"Yuk," bisik Jupiter mengajak. "Ia sudah cukup jauh sekarang! Ini
kesempatan kita untuk menuruni tangga tanpa ketahuan. Kita lari, tapi
sambil tetap merunduk!"

Mereka lari cepat-cepat, menuju tangga. "Aman!" desis Pete, setelah


mengamat-amati sejenak.

Mereka menuruni tangga yang tinggi dengan bergegas-gegas, tapi


dengan langkah menyelinap. Perasaan mereka baru agak tenang, ketika
sudah dekat ke pantai. Mereka sadar bahwa langkah mereka takkan
mungkin terdengar, karena dikalahkan bunyi ombak memecah.

Pete yang paling dulu mencecahkan kaki di atas pasir.

"Oke," katanya. "Kita sudah sampai lagi. Aku ingin melihat, bagaimana
tanggapan naga dalam gua itu kalau melihat film fiksi ilmiah!"

"Itu akan segera kita ketahui," kata Jupiter, "jika ia ada di dalam."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jika tidak ada pun, aku tidak keberatan," kata Bob. "Aku cuma ingin
tahu tentang terowongan itu.

Biar kalian berdua saja yang berurusan dengan naga."

Mereka sampai di gua yang pertama-tama dimasuki waktu itu. Bob dan
Pete tercengang, karena Jupiter tidak masuk, melainkan berjalan lewat.

"Ssst!" bisik Bob. "Gua itu sudah kaulewati!" Jupe hanya menganggukkan
kepala. Sambil membisu, ia menuding ke arah dinding tebing di depan,
yang agak menjorok ke luar. "Lubang masuk ke gua besar terdapat di
balik bagian yang menonjol ini. Sebaiknya kita periksa dulu ke sana,
apakah lubang masuk itu terbuka atau tidak."

Mereka mengitari kaki tebing yang menonjol, lalu tertegun. Mereka


melihat tiga bongkah batu besar-besar, tinggi menjulang di atas kepala.
Batu-batu itu merapat ke dinding tebing.

"Mungkin itulah batu karang palsu yang menutupi mulut gua," bisik
Jupiter. "Rupanya jalan masuk ke situ tertutup sekarang."

Pete menghampiri batu yang paling besar, lalu mengetuk-ngetuknya


sambil mendekatkan telinga ke situ.

Ketukannya menimbulkan bunyi yang terdengar bengap.

Pete tersenyum.

"Kau benar, Jupe," katanya. "Ini bukan batu tulen - tapi tiruan, seperti
yang biasa dipakai di studio film. Terbuat dari kerangka kayu balsa
ringan, atau mungkin juga semen yang dilaburkan pada kawat ayam."

Jupiter mengangguk, lalu berpaling.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita atur dulu posisimu dalam gua, Pete! Setelah itu aku akan melihat-
lihat, bersama Bob.'' "Apa?" Pete kaget. "Aku ditinggal sendiri di sana,
sementara kalian berdua -"

"Kau akan lebih aman di situ, daripada kami berdua," kata Jupiter. Ia
mendului berjalan ke gua yang lebih kecil. "Kami nanti akan melakukan
penyelidikan yang bisa berbahaya. Sedang kau cukup duduk diam-diam
saja. Pokoknya kau harus siap untuk memutar film kita."

Pete masih tetap bingung. Ia celingukan.

"Lalu siapa yang menontonnya?"

Jupiter sudah menggeser papan yang menutup jalan masuk ke rongga


tersembunyi. Ia merangkak ke dalam, disusul oleh Bob dan Pete. Papan
yang digeser dikembalikan lagi ke posisi semula.

Jupiter bersiul pelan.

"Perlengkapan kita yang ketinggalan waktu itu masih ada di sini! Coba
kaucari tempat yang harus didorong agar tingkap batu itu bisa
bergerak, Bob. Perlengkapan ini nanti saja diambil, saat kita pergi lagi."

Bob membungkuk, mengamat-amati dinding batu yang rendah di bagian


belakang. "Sudah kutemukan," katanya dengan gembira, beberapa saat
kemudian. Batu yang merupakan tingkap rahasia bergerak, diiringi bunyi
berat tapi pelan.

"Kau tinggal di sini, Pete," kata Jupiter. "Dalam rongga sempit ini.
Kaupakai lubang di dinding itu untuk memproyeksikan film kita. Tingkap
ini kita ganjal, agar tidak menutup kembali. Nanti begitu ada isyarat

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dari kami, kauproyeksikan film ke dinding kelabu yang ada di bagian


belakang gua besar yang di sebelah."

Pete mulai menyiapkan proyektor. Diambilnya kaleng tempat rol film.


Setelah itu ia menyalakan senter.

"Siap," katanya. "Apa isyarat kalian nanti?"

Jupiter berpikir sebentar.

"Kurasa teriakan, Tolong!' " katanya.

Bab 17

MISTERI TEROWONGAN TUA

BOB dan Jupiter menyusup masuk ke gua besar di sebelah,


meninggalkan Pete seorang diri di dalam rongga sempit. Mereka maju
dengan hati-hati di dalam gua yang lapang dan berlangit-langit
melengkung itu. Mereka gemetar, karena hawa di situ lembab dan dingin.

Mereka belum begitu jauh berjalan, ketika Bob tiba-tiba berbisik.

"Ada yang hilang!"

Jupiter terkejut.

"Apa?"

Bob menyorotkan senternya ke depan, lalu menggerakkannya ke kiri dan


ke kanan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dinding besar itu - bagian tengahnya terbuka!"

Jupiter mengikuti gerak sinar senter yang dipegang oleh Bob dengan
penuh minat. Lubang di tengah dinding di depan mereka menganga, dari
dasar sampai langit-langit.

"Bob! Kurasa kita sudah menemukan terowonganmu yang lenyap itu!"


seru Jupiter dengan suara tertahan.

Kedua remaja itu melangkah dengan hati-hati, melewati lubang di


tengah dinding. Terowongan di mana mereka kini berada, kemudian
melebar. Nampaknya lurus dan menjorok jauh ke dalam. Bob dan Jupiter
berhenti. Bulu tengkuk mereka meremang, sementara jantung mereka
berdebar keras.

Sesuatu yang sangat besar dan gelap nampak berbaring, menghadap ke


arah mereka. Nampaknya seakan-akan sedang menunggu mereka!

Bob dan Jupiter menjatuhkan diri dengan cepat. Mereka tidak berani
bergerak. Bahkan napas pun ditahan-tahan.

Keduanya menunggu. Menunggu dan menunggu. Tapi tidak terjadi apa-


apa. Naga di depan mereka tetap berbaring merunduk. Sosok yang
panjang, gelap, berpunggung bungkuk. Mengerikan! Kepalanya tertunduk,
di ujung batang leher yang panjang dan kekar.

"M-mungkin sedang tidur," kata Bob berbisik.

Jupiter menggeleng. Ia berusaha tetap tenang.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jangan lupa," bisiknya di telinga Bob, "itu bukan naga sungguhan!" Bob
mengangguk singkat. "Ya, aku tahu. Itu yang selalu kaukatakan pada
kami. Mudah-mudahan saja kau benar!"

Kedua remaja itu masih menunggu selama beberapa waktu lagi. Akhirnya
Jupiter menyalakan senternya, dan menyorotkannya menyusur tanah.

Kini ia tersenyum lega.

"Perhatikan kaki naga itu, lalu katakan apa yang kaulihat!"

Bob menyusuri jalur sinar senter dengan matanya. Akhirnya ia terkejap.


"Rel," katanya. "Di bawah tubuh naga. Kelihatannya seperti rel kereta."
Jupiter menarik napas lega. "Kita sama-sama benar. Aku benar, karena
naga ini ternyata memang palsu. Dan kau berhasil menemukan jaringan
rel kereta bawah tanah yang mulai dibangun oleh Labron Carter, lebih
dari setengah abad yang silam! Tapi tentang satu hal kau keliru, Bob.
Kau mengatakan bahwa jaringan ini belum pernah dipakai!"

"Apa maksudmu?" "Naga kita memakainya," jawab Jupiter. "Tapi untuk


apa? Aku tidak mengerti," kata Bob.

Siapa yang mau-maunya membuat naga, yang kemudian dibaringkan


dalam terowongan rel kereta bawah tanah yang tidak terpakai sejak
lebih dari lima puluh tahun? Rel yang tidak ada hubungannya ke mana-
mana, dan yang kemungkinannya takkan pernah dipakai. Suatu hal yang
tidak masuk akal!

Untuk apa? tanya Bob dalam hati.

"Itu akan kita selidiki sekarang," kata Jupiter, Ia menarik lengan


temannya. "Ayo - sebelum mereka kembali."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob mengikuti Jupiter dengan langkah ragu. "Siapa yang kembali?"


tanyanya bingung. Jupiter berjalan terus, tanpa memberi jawaban. Kini
mereka sampai di dekat sosok besar yang

Halaman : 193, 194, 199, 200 192

221, 222 master hilang/sobek

Tiba-tiba Bob terkejut, karena mendengar bunyi berdebum di dalam.


Seolah-olah Jupiter tertelan naga, pikirnya dengan gugup.

Ia memicingkan mata ke arah kegelapan yang ada di depan. Dibantu


sinar senter, dilihatnya bahwa terowongan itu agak membelok sedikit di
kejauhan. Rel yang menjulur sejajar, lenyap di balik tikungan itu. Sisi-
sisi terowongan rata, menampakkan rusuk-rusuk dari baja yang
memanjang sampai ke langit-langit, dan di sana-sini dinding beton.

Tiba-tiba Bob terlompat kaget, karena mendengar bunyi gemeresik.

Tingkap yang tadi sudah tertutup, terbuka lagi.

"Yuk, melihat ke dalam," ajak Jupiter dengan suara lirih.

Dengan cepat Bob memanjat ke atas, lalu masuk ke dalam lubang.


Kakinya menemukan jenjang tangga sempit, sementara Jupiter sudah
lebih dulu turun. Anak itu menyalakan senternya dan melihat ruangan
yang ada di dalam, ketika Bob sudah sampai di kaki tangga.

"Hebat, ya? Wujudnya seperti naga. Jalannya seperti kereta, di atas


rel. Tapi coba kaulihat ini - periskop! Lalu tingkap bundar ini. Aku berani
bertaruh, Bob - naga ini sebenarnya kapal selam kecil!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob mengetuk-ngetuk dinding sisi yang melengkung, lalu mengusap-usap


buku jarinya. "Entah dari apa - tapi yang jelas, keras sekali!"

Jupiter mengangguk.

"Mestinya dari besi atau baja, supaya bisa tetap terbenam di dalam air.
Tapi kurasa bukan. Yuk, kita sekarang melihat ruang mesin."

Kedua remaja itu menuju ke bagian haluan, lewat sebuah gang sempit.

"Tongkat perseneling, papan instrumen, rem, dan seperangkat pedal!"


seru Bob kagum. "Kapal selam macam apa ini?"

Jupiter menjentikkan jari-jarinya.

"Aku ingat, pernah membaca tentang kapal selam pertama. Jalannya di


dasar laut, seperti mobil. Penciptanya memasang jendela-jendela di
lambung kapalnya itu, supaya para penumpang bisa memandang ke luar.
Ia menarik bayaran dari orang-orang yang ingin ikut. Di dalam kapal itu
ada sekat-sekat khusus berisi udara, yang gunanya untuk menahan
tekanan air.

Pembuat naga gadungan ini mungkin menjiplak gagasan itu, atau


menyontek ide mobil-mobil hias dari pawai Rose Bowl. Di situ bentuk
yang bermacam-macam dipasang di atas kerangka bawah mobil, lalu
ditutupi bunga-bunga mawar. Kendaraan-kendaraan itu bergerak lambat,
dikendalikan pengemudi yang tersembunyi tempatnya, di bagian bawah."

Kini Bob yang menjentikkan jari-jarinya dengan bergairah.

"Jadi begitulah cara naga ini bergerak di atas pasir, sehingga kelihatan
seperti tidak bergerak. Maksudku, kaki-kakinya tidak bergerak-gerak,
seperti naga dalam film yang kita lihat di tempat Mr. Hitchcock."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Itu dapat dimengerti," kata Jupiter. "Mr. Allen memerlukan naga yang
kelihatan asli, untuk film yang disutradarainya. Sedang pembuat naga
gadungan ini cuma memerlukan wujud yang kelihatannya seperti naga.
Pokoknya cukup untuk menimbulkan kesan terkejut dan takut, seperti
yang dikehendaki. Aku sekarang cuma ingin tahu alasannya - dan siapa
yang hendak ditakut-takuti dengannya."

Tiba-tiba terdengar suara mengerikan dalam tubuh naga palsu itu.


"Aaaaa ... uuuu!"

Kedua remaja itu terlompat. "Suara apa itu?" tanya Bob berbisik.
Jupiter kelihatan agak ragu.

"Datangnya dari sebelah belakang."

Bob memandangnya dengan perasaan kecut. "Kau tahu pasti? Aku tidak
ingin berada dalam kendaraan ini, jika sekarang tahu-tahu bergerak, lalu
menyelam ke dalam laut."

Suara melolong itu terdengar lagi. Panjang, dan menegakkan bulu roma.
"Aaaaaaa ... uuuuuu!"

Bob merinding. "Tidak enak hatiku mendengarnya."

Ia kaget, ketika tahu-tahu Jupiter berpaling lalu berlari-lari kecil lewat


gang sempit, menuju bagian buritan. Kemudian ia berhenti, karena
lolongan tadi terdengar lagi. Jupiter mendengarkan baik-baik, dengan
kepala didekatkan ke lantai.

"A-apa itu?" tanya Bob dengan gugup, sambil datang menghampiri.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter tidak menjawab. Ia membalikkan tubuh, lalu menelusuri dinding


dalam naga itu dengan sinar senternya. Bob heran ketika Jupiter tiba-
tiba tersenyum.

"Kurasa akhirnya kita berhasil juga menyibak­kan tabir misteri kita,"


katanya sambil tertawa kecil.

"Kita berhasil?" tanya Bob dengan alis terangkat.

"Coba kaudengar," kata Jupiter, lalu mengetuk

dinding. Bunyi ketukannya disusul suara lolongan panjang.

"Aaaaaaa ... uuuuuuuu!"

Bob menelengkan kepala, mendengarkan de­ngan cermat. "Ya, aku


mendengarnya," katanya. "Dan hatiku masih saja tidak enak karenanya."

"Itu karena kau membiarkan rasa takutmu terhadap naga mengalahkan


pikiran waras," kata Jupiter sambil tersenyum. Ia membuka sebuah
pintu sempit, lalu mengarahkan sinar senternya ke dalam lubang yang
kelihatannya seperti lemari.

Suara lolongan terdengar bertambah jelas.

Mata Bob terkejap sekali, lalu terbuka lebar.

"Eh - nanti dulu! Itu kan suara -"

Ia menjenguk ke dalam lubang. Mulutnya langsung ternganga karena


heran.

Halaman : 193, 194, 199, 200 198 221, 222 master hilang/sobek

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anjing itu menjulurkan kepala, sedang ekornya bergerak-gerak dengan


gembira. "Pulang!" kata Jupiter mengulangi perintahnya, sambil
membentangkan lengan.

Anjing itu menggonggong dengan gembira. Bunyi itu disambut lolongan


dan dengkingan dari dalam lemari. Anjing-anjing yang lain bermuncul­an
dengan langkah-langkah kaku, tapi dengan ekor dikibas-kibaskan.

Bob tertawa nyengir. "Astaga! Ada enam, kuhitung! Kita menemukan


semua anjing yang hilang!"

Jupiter mengangguk. Ia menyelipkan secarik kertas yang sudah dilipat-


lipat di balik kalung setiap anjing yang terhuyung ke luar.

"Untuk apa itu?" tanya Bob.

"Aku sudah menyiapkan berita singkat yang kutujukan pada masing-


masing pemilik anjing, untuk berjaga-jaga jika kita berhasil menemukan
anjing-anjing ini," jawab Jupiter. "Seperti halnya pemsahaan lain-lainnya
yang berhasil, kita pun perlu mengadakan promosi untuk mendapat nama
baik, karena telah berjasa untuk kepentingan umum."

Red Rover mendengking pelan.

"Baiklah, Red Rover." Jupiter berpaling, lalu berlutut. "Kau yang paling
dulu pulang."

Diangkatnya anjing besar itu, dibawanya menai­ki tangga.

"Pulang, Red Rover! Pulanglah!" bisik Jupiter di telinga anjing itu. Anjing
setter itu mendengking senang, lalu merangkak ke luar dan lari
melompat-lompat menuju lubang di tengah dinding.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Jupiter tertawa nyengir.

"Ia sudah segar-bugar lagi sekarang," katanya. "Tolong junjungkan


anjing-anjing yang lain itu kemari, Bob. Mungkin mereka akan pulih
kembali, begitu menghirup udara segar di luar."

Bob menjunjung anjing-anjing itu satu demi satu, yang kemudian


dilepaskan oleh Jupiter yang berdiri di ujung atas tangga. Dengan
segera kelemasan mereka lenyap, dan kelima anjing itu berlari ke luar
menyusul Red Rover.

Bob membersihkan bulu yang menempel pada telapak tangannya.

"Biar Pete yang mengeluarkan mereka dari rongga sebelah. Nah - tugas
kita sudah selesai. Aku pun sudah siap untuk meninggalkan tempat ini."

Ia melongo, melihat Jupiter menutup tingkap lalu turun ke bawah.

"Kita tidak bisa ke luar," kata Jupiter.

"Kenapa begitu?" tanya Bob ingin tahu.

"Aku baru saja melihat bayangan bergerak­gerak di sepanjang dinding


terowongan. Ada orang kemari."

"Aduh!" keluh Bob. "Kita terjebak! Di manakah kita bisa


menyembunyikan diri?"

Jupiter melangkah, menyusuri gang yang sempit. Ia membuka pintu


lemari, yang semula berisi keenam ekor anjing tadi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete menggosok-gosok lengannya yang kedinginan. Ia sudah selesai


memasang proyektor. Sebongkah batu kecil dipakai untuk mengganjal
batu besar yang merupakan pintu rahasia, sehingga tidak bisa menutup
lagi. Film sudah dipasang di tempatnya. Kini ia berjongkok dengan
perasaan gugup, menunggu isyarat dari kedua temannya. Begitu isyarat
datang, akan dimulainya pemutaran film.

Ia menggeser-geser pesawat itu, untuk memastikan ketepatan


pengarahannya lewat lubang tingkap di dinding batu. Setelah itu ia
menunggu sambil berbaring menelungkup.

Tiba-tiba bulu tengkuknya merinding. Ia mendengar bunyi sesuatu di


belakangnya. Ia berbaring diam-diam, sambil memasang telinga. Bunyi
tadi terdengar lagi.

Seseorang, atau sesuatu, ada dalam gua dangkal yang pertama-tama


mereka masuki. Ia mendengar bunyinya dengan jelas, bergerak-gerak di
situ. Setelah menunggu agak lama, bunyi itu kembali lagi.

Kini didengarnya bunyi pasir dikais-kais. Apa yang dilihatnya setelah itu
menyebabkan tubuhnya semakin gemetar. Selembar papan lebar yang
menutupi rongga tempat ia berada, nampak tergeser.

Pete menggigit-gigit bibirnya. Dengan segan-segan diraihnya alat


proyektor milik ayahnya, lalu ditariknya ke belakang. Kini ia berlutut,
sambil memikirkan apa yang harus dikerjakan. Masih ada waktu baginya
untuk menyusup lewat lubang pintu rahasia yang terganjal batu. Ia
masih bisa menggabungkan diri dengan Bob dan Jupiter di dalam gua
besar, sedang batu pengganjal akan diangkatnya supaya pintu rahasia
tertutup kembali.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tapi ia teringat, bahwa kedua temannya itu mengandalkan dirinya untuk


tetap berada di tempat tugas. Begitulah instruksi Jupe tadi.

Papan lebar itu tergeser perlahan-lahan ke samping.

Pete beringsut-ingsut mundur, sampai punggungnya menempel ke dinding


rongga. Ia menunggu di situ, sambil menatap celah yang terbuka semakin
lebar, membuka jalan bagi orang yang menggeser papan.

Tangan Pete menggapai-gapai dasar rongga, mencari-cari sesuatu yang


bisa dijadikan senjata. Kemudian ia teringat pada senternya.
Digenggamnya benda itu erat-erat. Kegelapan yang menyelubungi
tempat sempit itu mungkin tidak merupakan perlindungan yang memadai.

Sesosok tubuh gempal berdiri di tempat yang semula tertutup papan


lebar. Badan orang itu begitu kekar, sehingga ia terpaksa menyusup
masuk dengan memiringkan tubuh.

Napas Pete tersentak. Ia mengenali orang yang baru masuk itu. Mr.
Carter yang pemarah, dengan senapan burunya!

Langit-langit rongga itu rendah. Mr. Carter terpaksa menunduk di


dalamnya. Ia melangkah maju dengan kepala tertunduk. Kemudian ia
berhenti, lalu mendengarkan. Jantung Pete berdebar keras. Ia juga
mendengar suara itu.

"Aaaaa ... uuuuuuuuuuu!"

Pete merapatkan diri ke dinding. Kakinya ditarik, sedang tangannya yang


menggenggam senter mengencang.

Kemudian terdengar bunyi lain. Bunyi langkah berlari. Bunyi itu kian
mendekat, diiringi suara napas terengah-engah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bunyi itu diikuti bunyi-bunyi lain yang sejenis. Dan suara yang seperti
melolong berkumandang kembali.

"Aaaa ... uuuuu!" Itu pasti Bob dan Jupe, yang berlari-lari. Lari - karena
dikejar!

Pete meneguk ludah. Kini ia tidak bisa lagi menutup pintu rahasia, karena
itu satu-satunya jalan bagi Bob dan Jupe, keluar dari gua besar. Satu-
satunya jalan bagi mereka untuk menyelamatkan diri.

Tapi menyelamatkan diri ke mana? Pete merasa bingung, sementara Mr.


Carter yang pemarah berdiri merunduk tak jauh dari tempatnya
meringkuk, dengan senapan siap ditembakkan.

Tiba-tiba terjadi keributan. Bunyi kaki terpeleset-peleset, di susul


munculnya sepasang mata kuning kemilau di tengah lubang yang terbuka.

Ada sesuatu yang berbunyi seperti mengerang, lalu melesat masuk lewat
lubang yang terbuka. Dan dengan segera disusul oleh sesuatu lagi, yang
menggeram-geram. Lalu satu lagi. Dan satu lagi!

Mulut Pete terpentang lebar, sementara ia semakin menempelkan diri ke


dinding rongga yang dingin. Ia sudah bersiap-siap untuk menghadapi
naga. Tapi yang masuk berbondong-bondong ini segerombolan binatang
liar yang berbulu.

Mr. Carter mendengus, ketika ada sesuatu menubruknya. Ia terbanting.

Pete meneguk ludah. Setelah menyerang laki-laki pemarah itu, pasti ia


kini yang akan diserang kawanan binatang liar itu!

Ia mengangkat senter yang dipegang.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bab 18

TERTANGKAP!

BOB dan Jupiter meringkuk berdesak-desakan dalam ruang lemari yang


sempit. Keduanya berusaha menajamkan pendengaran.

"Panjang juga jalur rel yang perlu diperiksa dan dibersihkan tadi," kata
seorang laki-laki dengan nada mengomel. "Seolah-olah kita ini belum
cukup repot, dengan segala pengeboran itu. Tapi sekarang semuanya
sudah siap."

"Pokoknya, hasilnya nanti lumayan, Harry," kata seseorang lagi, yang


bersuara berat. "Yuk, kita jalankan saja sekarang."

"Beres," kata laki-laki yang pertama. "Orang itu sangat licin, Jack.
Bisakah kita mempercayainya, kalau menurutmu?"

Orang yang satu lagi tertawa.

"Ia kan cuma seorang diri, sedang kita berdua. Dan kapalnya punya kita.
Ia yang mestinya gelisah memikirkan, apakah bisa mempercayai kita!"

Tingkap di atas punggung naga gadungan terbuka. Kedua laki-laki yang


datang itu menuruni tangga. Bob dan Jupiter meringkuk di dalam lemari,
dengan telinga ditempelkan ke daun pintu. Mereka mendengar satu dari
kedua orang yang masuk itu menuju ke haluan.

Kemudian terdengar desingan mesin yang dihidupkan. Kedua remaja yang


bersembunyi di dalam lemari merasakan gerakan menyentak dengan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tiba-tiba, disusul suatu benturan. Tahu-tahu naga gadungan itu sudah


meluncur di atas rel.

Bob menjamah lutut Jupiter.

"Menilik suara mereka, kedua orang itu para penyelam bermasker yang
waktu itu. Apakah kita sekarang menuju ke laut?" bisiknya.

"Kurasa tidak," jawab Jupiter lirih. "Naga ini takkan bisa terbenam,
karena belum cukup beban pemberat di dalamnya!"

Bob mendesah lega.

Naga-nagaan itu meluncur terus. Bob dan Jupiter hanya bisa


mengetahui bahwa kendaraan aneh itu bergerak, karena merasakan
adanya ayunan pelan.

"Kita bergerak mundur," bisik Jupiter, "masuk ke dalam terowongan


tua."

"Ya, aku tahu," balas Bob dengan berbisik pula. "Tapi untuk apa? Mau
apa kedua laki-laki itu?"

Jupiter hanya bisa mengangkat bahu.

"Pokoknya, kedengarannya merupakan urusan penting."

Tiba-tiba naga palsu itu terhuyung ke depan, lalu berhenti. Bob dan
Jupiter terpelanting ke belakang, membentur dinding yang tipis.

Laki-laki yang mengemudikan kendaraan itu datang lagi ke buritan. "Oke,


Harry," katanya. "Sekarang kita harus memuatnya. Tapi hati-hati!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Awas, kalau ia sampai menipu kita," kata yang seorang lagi menggerutu.
"Kuhajar kepalanya dengan batang besi ini."

"Ya, betul," kata laki-laki yang pertama. "Tapi itulah, risiko kita!
Imbalannya juga tidak sedikit. Bayangkan, sejuta dolar!"

Bob dan Jupiter terbelalak dalam kegelapan ruang lemari yang sempit.
Sejuta dollar? Mereka ragu, jangan-jangan salah dengar. Satu juta
dollar!

Kini kedua laki-laki itu terdengar menaiki tangga panjat ke atas. Tingkap
penutup dibuka, lalu ditutup lagi dengan bunyi bantingan keras.

Jupiter menepuk bahu Bob.

"Yuk - kita lihat apa yang hendak mereka kerjakan," bisiknya. Dengan
hati-hati pintu lemari dibuka. Baru saja keduanya mulai berjalan, ketika
mereka tertegun. Mereka mendengar suara seseorang lagi. Suara orang
itu parau, diselingi batuk-batuk.

"Ayo cepat," kata orang itu dengan nada mendesak. "Penjaga malam
sudah kubereskan, dengan beberapa tetes obat bius. Paling sedikit
beberapa jam ia akan tetap pulas. Kita harus bisa mengeluarkan paling
sedikit 300 batang dari dalam, sebelum ia siuman kembali."

Bob menyikut Jupiter.

"Kau benar, Jupe," bisiknya. "Itu memang Arthur Shelby. Kukenali


suaranya. Dan juga batuknya."

"Itu misteri kedua yang berhasil kita selesaikan," bisik Jupiter.


"Misteri naga yang suka batuk-batuk. Sekarang tinggal satu lagi."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Maksudmu yang sekarang ini - apa yang mereka kerjakan di sini?" tanya
Bob.

"Misteri tiga ratus batang," jawab Jupiter.

"Tiga ratus batang apa?"

Jupiter menepuk bahu Bob, lalu menyelinap melewati gang sempit dalam
perut naga palsu. Ia memanjat tangga dengan hati-hati. Tingkap penutup
dibuka sedikit, lalu ia mengintip ke luar.

Jupiter melongo. Matanya menatap dinding beton, yang terdapat di sisi


naga-nagaan. Dinding itu berlubang. Lubang hasil pengeboran! Ukurannya
cukup besar untuk dilalui orang yang berjalan. Seorang laki-laki muncul
dari balik lubang itu. Ia menenteng sesuatu. Tubuhnya condong ke
belakang. Rupanya benda yang dibawa itu berat!

"Uhhh - beratnya," kata orang itu mengomel.

"Ya, tentu saja berat," jawab Arthur Shelby. "Kau sangka kenapa kau
beserta saudaramu kuajak, Jack Morgan? Hanya karena kalian
kebetulan memiliki kapal? Untuk pekerjaan ini aku memerlukan tenaga
otot yang kekar. Kau serta saudaramu kukontrak untuk melakukan
pengeboran, dan untuk memuatkannya ke kapal kalian.".

"Ya, ya - aku juga tidak memprotes," kata laki-laki yang pertama sambil
menggerutu. "Be­rapa berat masing-masing batang ini?"

"Sekitar 70 pon," jawab Arthur Shelby. "Kalian tumpukkan saja dulu di


samping naga. Jika 300 batang itu sudah kita keluarkan semua, barulah
dimuat ke dalamnya. Sesudah itu kita menuju ke laut."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Laki-laki kekar yang ternyata bernama Jack Morgan itu meletakkan


bawaannya di samping naga, lalu kembali ke lubang di tengah dinding.
Saat itu saudaranya keluar, dengan badan condong ke belakang.
Napasnya terengah-engah.

"Oke, Jack," dengusnya. "Tiga batang sudah kita angkut."

Batang berat yang dibawanya diletakkan menurut petunjuk Shelby.


Setelah itu ia masuk lagi lewat lubang di dinding.

Jupiter menurunkan tutup tingkap.

"Kata Mr. Shelby, masing-masing batang yang diangkut itu beratnya


sekitar tujuh puluh pon," bisiknya pada Bob. "Dan kedua Morgan
bersaudara tadi berbicara tentang nilai satu juta dollar. Kurasa aku
tahu, apa sebenarnya batang-batang berat yang diangkut ke luar itu.
Emas!"

"Emas?" seru Bob dengan suara tertahan. "Emas dari mana?"

"Ukuran baku batang emas yang dibuat oleh pemerintah, beratnya tujuh
puluh pon!" kata Jupiter. "Ukuran yang lebih kecil, dua puluh pon. Itu
saja, nilainya sudah $ 9.600! Arthur Shelby rupanya sedang merampok
salah satu bank sentral!"

"Astaga!" seru Bob dengan suara tertahan. "Lalu berapa nilai masing-
masing batangan emas tujuh puluh pon itu?"

Jupiter menghitung-hitung sebentar.

"Satu pon emas nilainya sekitar $ 480 ... jadi tujuh puluh pon -" Jupiter
bersiul pelan," - lebih dari $ 30.000! Tepatnya, $ 33.600!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Wow!" sekali lagi Bob menyatakan kekagumannya. "Dan kata Shelby


tadi, mereka akan mengambil 300 batang!"

"Menurut taksiranku, nilainya sekitar sepuluh juta, delapan puluh ribu


dollar," kata Jupiter sambil menghitung-hitung. "Lumayan juga!"

"Dengan begitu kita ini menjadi saksi peristiwa perampokan bank yang
cukup hebat," bisik Bob. "Jika ingin selamat, kita harus lekas-lekas lari
dari sini!"

Jupiter setuju.

"Tapi bagaimana kita bisa lari," katanya dengan suara parau karena
tegang. "Tempat Mr. Shelby berdiri terlalu dekat ke naga!"

Jupiter melangkah dengan lambat menuju haluan, sambil berpikir-pikir.


Tiba-tiba ia lari ke depan, ke tempat kemudi.

Bob membuntuti, karena menyangka Jupiter menemukan tempat


persembunyian baru bagi mereka.

Tahu-tahu Jupiter berhenti, sehingga Bob membenturnya dari belakang.

"Sorry," gumam Bob. "Aku tak menyangka -"

Jupiter mendekatkan telunjuknya ke bibir, menyuruhnya diam. Setelah


itu ia menjulurkan kepala ke depan. Matanya berkilat-kilat. "Jangan
ribut!" desisnya. "Kunci kontaknya mereka biarkan terselip!"

Mulut Bob ternganga.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Maksudmu - kau hendak mengemudikan - kita lari dengan ini? Bisakah


kau mengemudikannya? Bagaimana caramu melihat jalan nanti? Aku sama
sekali tidak melihat jendela di sini!"

Jupe mengangkat bahu dengan sikap tak acuh.

"Kucoba saja! Aku yakin, cara menjalankan naga-nagaan ini seperti mobil
biasa, dan'aku tahu cara mengemudikan mobil. Kulihat ada pedal kopling,
rem, tongkat perseneling, dan pedal gas. Jalannya akan terus di atas rel,
sampai di ujung terowongan."

Ia duduk di bangku kemudi yang sempit. "Nan - kita coba saja," kata
Jupiter, lalu memutar kunci kontak. Mesin mendesing nyaring. Lalu
mendesing sekali lagi. Batuk-batuk sebentar. Setelah itu mati.

"Mesinnya batuk-batuk, Jupe!" seru Bob. "Jadi yang batuk-batuk itu


ternyata bukan Shelby."

Jupiter mengangguk, sambil menggigit bibir. "Mogok," katanya getir.


Kunci kontak diputarnya sekali lagi. Sekali lagi mesin mendesing. Tapi
sekali ini menyala, diiringi deruman nyaring.

Jupiter menghembuskan napas lega. Tongkat perseneling dimasukkannya


ke gigi satu, lalu diangkatnya kaki dengan pelan dari pedal kopling.

Kendaraan berwujud naga itu melonjak maju, terbatuk, lalu berhenti.


Mesin mati.

"Mogok lagi!" seru Jupiter dengan sebal. "Koplingnya -"

Kalimatnya tidak dilanjutkan. Ia berpaling dengan cepat, diikuti oleh


Bob dengan gerakan serupa. Mereka mendengar sesuatu yang berat

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

berdebam-debam di sisi luar naga, disusul benturan keras. Setelah itu


mereka mendengar sesuatu yang lebih menakutkan lagi.

Bunyi tutup tingkap dibuka. "Seharusnya kita kunci tadi!" bisik Bob.
Jupiter mengangguk. Dari matanya nampak bahwa ia takut. "Ya, aku
tahu. Maaf- pikiranku tadi melantur."

Bab 19

SITUASI GAWAT

PETE gemetar ketakutan. Ia bersandar ke dinding rongga, sambil


menggenggam senter yang berat. Ia tahu, seekor dari binatang-
binatang berbulu itu pasti bisa ditaklukkannya dengan alat itu. Tapi
jumlah mereka terlalu banyak.

Mr. Carter juga terlalu besar dan kuat baginya, biarpun tanpa senapan
buru penyebar mautnya.

Untung saja saat itu Mr. Carter terkapar di dasar rongga, di terjang
binatang-binatang yang menyerbu masuk. Pete hanya bisa menatap
dengan perasaan ngeri, sementara makhluk-makhluk seram itu me -

Pete terkejap kaget.

Binatang-binatang itu tidak menyerang. Mereka berlompatan melewati


Mr. Carter yang terkapar, lari ke luar lewat celah di sela papan yang
berjejer-jejer.

Pete terduduk. Ia merasa bingung. Detik berikutnya ia berpaling dengan


cepat, karena mendengar suara erangan seram lagi. Seekor binatang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

yang bertubuh kecil menyusul masuk ke dalam rongga. Matanya menyala-


nyala. Sebelum Pete sempat bergerak, binatang itu sudah meloncat,
melewati kakinya yang terjulur, mengita­ri tubuh Mr. Carter yang masih
terkapar, lalu menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu keluar
lewat celah di antara papan.

Kini Pete tidak menunggu lagi. Mr. Carter nampaknya tidak mengalami
cedera, cuma pingsan saja. Sebentar lagi ia pasti pulih kembali, dengan
perangainya yang galak, dan dengan senapan burunya yang lebih-lebih
menakutkan.

Jupiter tadi menginstruksikan pada Pete agar tetap berada di tempat


tugas, siap untuk menjalankan proyektor. Tapi Jupe tidak mengatakan
apa-apa tentang tetap tinggal, dengan risiko ditembak. Mungkin ada
cara lain, dengan mana ia bisa memberikan bantuan.

Pete melompat ke lubang di tengah batu. Didorongnya proyektor


ayahnya ke gua sebelah. Setelah itu ia sendiri menyusul. Setelah berada
di dalam gua besar, ia berhenti sebentar sambil memasang telinga.
Didengarnya suara Mr. Carter mengerang.

Sudah tidak ada waktu lagi sekarang untuk mengutik-utik batu


pengganjal pintu rahasia. Pete bergegas berdiri. Disambarnya pesawat
proyektor, lalu dibawanya lari.

Tiba-tiba dilihatnya lubang di dinding besar berwarna kelabu yang ada


di depannya, diterangi sinar senternya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia
menyusup masuk lewat lubang itu.

Tiba-tiba didengarnya bunyi desiran aneh. Datangnya dari arah


belakang. Pete berpaling dengan cepat. Darahnya terasa seperti
membeku, ketika melihat bahwa lubang di dinding tadi mulai tertutup.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ia meloncat dengan sikap ragu, hendak keluar lagi. Tapi tak berhasil.
Kedua sisi dinding sudah merapat.

Kini Pete dikejutkan bunyi lain, Ia memandang berkeliling dengan mata


nyalang. Di depannya nampak sebuah terowongan lebar. Terowongan itu
kelihatannya panjang sekali. Dan di kejauhan nampak sosok besar dan
jelek yang sudah pernah dilihat olehnya. Sosok itu menuju ke
tempatnya. Matanya yang kuning menyala terang. Rahangnya terbuka
lebar.

Naga itu meraung!

Pete cepat-cepat memadamkan senternya. Ia bergerak mundur,


terdorong rasa ngeri. Tahu-tahu punggungnya sudah membentur dinding.
Ia tidak bisa mundur lagi.

Pete menggeser pelan-pelan menuju sudut paling gelap. Proyektor


dijadikan tameng, dipegang di depannya.

Pete menggigil ketakutan. Matanya seperti terpaku, menatap naga yang


maju dengan gerakan melompat-lompat. Ia seperti terpukau oleh kepala
naga yang terayun-ayun, serta rahang yang ternganga lebar. Bob dan
Jupe tidak dilihatnya. Pete menggigit bibir, lalu mengerang.

Kedua temannya itu pasti sudah masuk ke perut naga. Ia terlambat,


tidak bisa lagi menyelamatkan mereka! Dalam hati Pete timbul
pertanyaan tentang nasibnya sendiri. Sementara itu naga kian
mendekat.

Suara Arthur Shelby menggaung dari lubang tingkap yang terbuka,


masuk ke dalam tubuh naga. Kedengarannya tidak lagi seperti suara

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

seseorang yang gemar berkelakar. Bunyinya parau, dan mengandung


ancaman.

"Ayo keluar, jika masih ingin selamat!" Bob memandang Jupiter. Jupiter
menggeleng. Bibirnya menipis. Jarinya bergerak-gerak, menekan
berbagai tombol kendali.

"Ini satu-satunya peluang kita untuk menyelamatkan diri - asal aku bisa
membuat naga sialan ini berjalan!"

Mesin kendaraan itu hidup lagi. Kendaraan berwujud naga itu terdorong
ke depan, lalu mulai bergerak maju. Tiba-tiba batang lehernya yang
besar terangkat.

"Jupe! Jupe! Lihat, Jupe!" Bob menunjuk-nunjuk dengan gerakan ribut.


"Salah satu tombol yang kautekan itu rupanya menyebabkan lehernya
terangkat. Kita bisa melihat ke depan!"

Jupiter mengangguk. Kakinya menekan pedal gas. Tahu-tahu naga itu


tersentak, teriring bunyi batuk-batuk. Mereka mendengar suara Mr.
Shelby berteriak. Di atas kepala mereka terdengar bunyi seperti ada
barang tergelincir, disusul debuman berat.

"Kurasa Mr. Shelby terjatuh, Jupe. Jangan berhenti!" desak Bob.

"Sudan kucoba - tapi ada sesuatu yang keliru kulakukan. Kendaraan ini
mogok-mogok terus!"

Ia memutar kunci kontak, sambil menekan tombol starter. Di luar


terdengar suara Mr. Shelby berteriak-teriak memanggil kedua Morgan
bersau­dara.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob lari ke buritan, lalu menempelkan mukanya ke lubang tingkap bundar


yang ada di sisi. "Mereka datang, Jupe! Kelihatannya marah sekali. Ayo,
lakukanlah sesuatu!"

Mesin berderum lagi. Jupiter menginjak pedal kopling, menarik tongkat


perseneling, lalu menginjak pedal gas.

Naga itu melakukan gerakan meloncat ke depan.

Lalu mogok lagi.

Jupiter menghidupkan mesin dengan perasaan geram. Naga itu melonjak


maju. Lalu berhenti lagi dengan gerakan menyentak.

"Ayo, terus saja!" desak Bob. "Setiap kali kendaraan ini kaugerakkan,
mereka tercecer di belakang!"

Untuk kesekian kalinya Jupiter menghidupkan mesin. "Sudah seberapa


jauhkah mereka tertinggal?" tanyanya. Bob mengintip sebentar.

"Aduh, sudah dekat sekali!" serunya panik. "Cepat, Jupe - jalankan lagi!"
Naga itu meloncat lagi ke depan, meluncur beberapa meter, tahu-tahu
terbatuk, lalu mogok.

Bob memandang ke belakang. Dilihatnya kedua Morgan bersaudara lari


mengejar dengan cepat. Muka mereka tergerenyeng karena sangat
marah. Arthur Shelby berlari tidak jauh di belakang mereka, sambil
melakukan gerakan-gerakan ribut dengan kedua lengannya.

"Tahan mereka, Goblok! Tanpa naga itu, kita tidak berdaya!"

Jack dan Harry Morgan, kedua laki-laki bersaudara yang bertubuh


kekar itu, mempercepat langkah mereka. Bob, yang semula sudah pucat,

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kini bertambah lesi mukanya. Tangan kedua orang itu sudah hampir
berhasil menjamah ekor naga yang panjang. Bob teringat, betapa dengan
gampang saja kedua laki-laki itu mengangkut batang-batang emas yang
berat. Jika mereka berhasil menjangkau ekornya, naga pasti akan bisa
dengan mudah mereka tarik kembali!

Jupiter mendengar Bob berteriak tentang adanya bahaya itu. Untuk


kesekian kalinya ia berhasil menghidupkan mesin, lalu menjalankan naga.
Tapi setelah melompat-lompat maju bebe­rapa kali, kendaraan itu
batuk-batuk, lalu mogok lagi.

Tombol starter ditekan. Terdengar bunyi kipas berdesir. Tapi mesin


tidak mau hidup.

Halaman : 193, 194, 199, 200 220 221, 222 master hilang/sobek

Semut raksasa di dinding itu meraung, seakan-akan menantang. Makhluk


seram itu semakin mendekat, diikuti seekor lagi yang datang menyerbu
dengan cepat. Ukuran kedua semut itu benar-benar luar biasa. Hampir
mengisi seluruh dinding gua!

"Ia berhasil kutembak - tapi tidak apa-apa!" seru Harry Morgan. Ia


menembak lagi, berulang-ulang.

Semut-semut meraung sambil bergerak maju. Jumlah mereka semakin


banyak. Seluruh dinding penuh dengan semut.

Sementara itu Arthur Shelby sudah berhasil menyusul. Ia menatap


dinding, dengan air muka aneh. Kedua Morgan bersaudara melepaskan
tembakan tanpa henti.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Semut-semut raksasa, bermunculan dari balik dinding," teriak Morgan


yang bertubuh lebih besar pada Shelby. "Mereka tidak mempan peluru.
Kita harus lari dari sini, Shelby!"

Shelby hanya mengangkat bahu dengan sikap tak acuh. Ia masih saja
menatap gerombolan semut yang nampak bergerak-gerak di dinding.

Morgan yang satu lagi mencengkeramnya, lalu mengacungkan pistolnya.


"Buka dinding gua ini, Shelby, kalau kau masih ingin selamat! Kita harus
keluar dari sini!" Shelby menatapnya dengan pandangan dingin. Sekali
lagi ia mengangkat bahu, lalu merogoh kantung, mengambil suatu benda
kecil langsing. Ditempelkannya benda itu ke bibir. Bob dan Jupiter
mengira akan mendengar bunyi peluit yang melengking tinggi.

Mereka tidak mendengar apa-apa. Tapi tahu-tahu dinding di depan


terbelah, bergerak menyamping dengan perlahan-lahan.

"Ayo Jack!"

Kedua Morgan bersaudara lari pontang-panting menuju dinding yang kini


terbuka, sambil menembak dengan membabi buta ke arah semut-semut
yang meraung di sepanjang dinding. Saat berikutnya kedua laki-laki
kasar itu sudah keluar, lewat lubang di dinding.

"Larilah, Manusia-manusia tolol!" kata Arthur Shelby dengan nada


mengejek. Ia mendongak, memandang ke arah Bob dan Jupiter yang
berdiri dekat lubang tingkap. Wajah laki-laki itu aneh, seakan-akan
sedang menaksir.

"Pintar sekali," katanya dengan nada pintar. "Sayangnya, agak terlalu


pintar, Kawan-kawan mudaku. Kalian menyebabkan harta terlepas dari
tanganku, dan karenanya kalian tidak bisa kubiarkan lolos begitu saja."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tangannya bergerak, meraih sesuatu dalam kantungnya. Kali ini ia


menggenggam suatu benda yang lebih menakutkan. Mata Arthur Shelby
berkilat-kilat.

"Jangan tembak kami," kata Bob tergagap. Arthur Shelby mengangguk


dengan sikap dingin.

"Ayo turun!" Dan sementara Jupiter turun, disusul oleh Bob, orang itu
menambahkan, "Lain kali jika kalian hendak merampas kendaraan yang
besarnya seperti bis, kusarankan agar sebelumnya belajar untuk
menginjak pedal kopling dua kali, saat mengganti gigi. Dengan begitu
kendaraan takkan mogok, tahu!"

Bob dan Jupiter turun ke tanah. Kini Shelby berpaling, memandang ke


arah sorotan sinar yang datang dari sudut yang paling gelap. "Dan kau,
yang melayani proyektor di sana itu," serunya. "Hentikan film, lalu
datang segera kemari! Jangan main-main - aku menggenggam senjata!"

Bunyi raungan yang membahana dalam gua, berhenti dengan tiba-tiba.


Semut-semut raksasa bergerak-gerak kaku, lalu menghilang.

"Ja-jangan tembak!" seru Pete dari tempat gelap. "Aku datang!"

Anak itu muncul dengan langkah berat. Ia memandang Jupiter dan Bob,
yang berdiri di samping tubuh naga yang tidak bergerak.

"Benar-benar bukan naga asli?" tanyanya pada Jupe.

Jupiter menggeleng.

"Sama tidak aslinya seperti semut-semut raksasamu," bentak Shelby,


Ia menatap ketiga remaja itu, lalu memandang pistol di tangannya. "Apa
boleh buat, Anak-anak, tapi ini terpaksa kulakukan. Kenapa kalian

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mencampuri -" Ia tertegun. Tangannya yang teracung nampak gemetar.


Suara lolongan seram seakan-akan mengambang dalam terowongan.

"Aaaa ... uuuuuuu!"

"Aduh - mereka lagi!" seru Shelby. Dengan cepat dikeluarkan benda


yang kecil langsing dari kantungnya, yang tadi sudah dipergunakan.
Ditempelkannya benda itu ke bibir. Sekali lagi tak terdengar apa-apa,
tapi dinding besar yang semula terbuka, kini bergerak menutup kembali
dengan pelan.

Jupiter tersenyum. Selama itu ia menelengkan kepala, mendengarkan


dengan cermat. Ia menyalakan senter.

Diterangi sinarnya, nampak sejumlah sosok besar berlompatan ke arah


mereka, dengan mata berkilat-kilat serta rahang ternganga
menampakkan deretan gigi runcing mengancam.

"Awas! Kawanan binatang berbulu -" Pete tersentak, lalu nyengir malu.
"Maksudku, kawanan anjing itu," katanya menyambung. "Aduh - aku ini
benar-benar tolol!"

Arthur Shelby ikut mengeluh.

"Terlambat!" desahnya.

Anjing yang paling depan menghampiri mereka, sambil menggonggong-


gonggong dengan gem­bira. Ekornya yang panjang dan berbulu lebat
dikibaskan kian kemari. Bulunya yang coklat kemerahan nampak kemilau.

"Red Rover!" seru Jupiter. "Dia datang lagi!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anjing setter besar itu tidak mengacuhkan tangan Jupiter yang terulur
ke arahnya. Ia melompat ke arah Shelby. Laki-laki berambut merah itu
melangkah mundur, dengan pistol teracung.

"Ayo pergi, Rover!" bentaknya. "Kuperingatkan untuk terakhir kalinya -


ayo pulang!"

Anjing itu menggeleng-gelengkan kepalanya yang besar. Ia melonjak-


lonjak, mengelilingi Arthur Shelby. Anjing-anjing yang lain ikut
berkerumun, sehingga laki-laki itu terdesak ke dinding.

Kawanan anjing itu melonjak-lonjak dengan gembira, menggeram dan


menggonggong-gonggong, sambil mengibas-ngibaskan ekor. Sekali lagi
Arthur Shelby mengayun-ayunkan pistolnya ke arah mereka. Mukanya
yang pucat nampak berkilat-kilat karena keringat.

"Percuma, Mr. Shelby," kata Jupiter. Anda takkan sampai hati


menembak mereka. Anda terlalu sayang pada anjing. Dan mereka pun
sangat menyukai Anda."

Laki-laki kurus berambut merah itu memperhatikan kawanan anjing yang


berlompatan mengitarinya. Ia menurunkan tangannya yang menggenggam
pistol.

"Ya," katanya menggerutu, "Ya, mereka sangat menyukai aku. Ya -


memang begitulah!"

Dipandangnya pistol yang masih digenggamnya dengan sikap merenung.


Ia mengangkat bahu, lalu mengantungi senjata itu. Tangannya bergerak
ke bawah, lalu mengelus-elus kepala seekor di antara anjing-anjing yang
masih mengerubunginya dengan gembira.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagaimana sekarang?" tanyanya, seakan-akan berbicara pada dirinya


sendiri.

"Saya punya ide, Sir - jika Anda sudi mendengarkan," kata Jupiter.

"Kau punya ide?" Sepasang mata berwarna pudar menatap remaja


bertubuh montok itu.

Jupiter Jones mengangguk.

"Ya, Sir. Dan itu sedikit-banyak didasarkan pada kenyataan bahwa Anda
sebenarnya orang yang suka berbuat iseng, dan bukan penjahat yang
haus harta. Sudikah Anda mendengar gagasan saya itu?"

Laki-laki berambut merah itu menganggukkan kepala dengan gerakan


ketus.

"Kembalikanlah semua batangan emas yang sudah dikeluarkan tadi. Kami


mau membantu, jika Anda mengingininya," kata Jupiter. "Mungkin juga
lubang di dinding hasil pengeboran tadi ingin Anda biarkan begitu saja,
tidak ditutup kembali. Itu akan merupakan kelakar Anda terhadap kota
Seaside. Anda sebenarnya berpeluang untuk mengambil semua batangan
emas yang ada di sana, tapi Anda tidak melakukannya. Kami takkan
membuka mulut, dan mereka takkan pernah bisa mengetahui siapa yang
melakukannya - atau tepatnya, siapa yang nyaris saja melakukannya,
Sir!"

Bab 20

ULURAN TANGAN MR. HITCHCOCK

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

DUA hari kemudian. Pete, Bob, dan Jupiter memasuki ruang kantor
Alfred Hitchcock. Sutrada­ra terkenal itu sedang duduk di meja
kerjanya, sambil membaca surat kabar. Ia menyilakan ketiga remaja itu
duduk di hadapannya, di kursi yang besar dan empuk.

"Silakan duduk," katanya. "Sebentar, ya - kuselesaikan dulu membaca


artikel yang menarik ini."

Ketiga remaja itu duduk sambil menunggu dengan sabar. Akhirnya Mr.
Hitchcock melipat surat kabar, dan meletakkannya ke samping.

"Nah!" kata Mr. Hitchcock dengan suaranya yang berat dan dalam.
"Waktu itu aku menyarankan suatu kasus pada kalian, yang menyangkut
anjing seorang kawan lamaku yang hilang. Lalu apa yang terjadi? Yang
kembali bukan anjingnya saja, tapi juga sejumlah anjing lain. Aku juga
melihat suatu artikel dalam surat kabar yang terbit di Seaside,
mengenai komplotan aneh yang bermaksud merampok sebuah bank
besar. Kepala berita itu berbunyi begini. 'PARA PETUGAS BANK
DIBINGUNGKAN OLEH PENJAHAT YANG TIDAK JADI
MERAMPOK!' Hasil kerja kalian jugakah itu? Terus terang, aku pun ikut
bingung karenanya!"

Jupiter mendeham.

"Ya, Sir - itu memang hasil kerja kami. Mereka - eh, maksud saya - Sir,
bisa dibilang kamilah penyebab kesemuanya itu!"

Mr. Hitchcock mengangkat tangannya.

"Kerendahan hatimu pantas dipuji. Tapi kusimpan dulu pujianku, sampai


aku sudah benar-benar tahu, dengan cara bagaimana kalian berhasil
memecahkan misteri anjing-anjing yang lenyap itu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Begini, Sir," kata Jupiter. "Sebenarnya Anda banyak membantu kami


dalam mengusut misteri itu - yaitu ketika Anda mengizinkan kami ikut
menonton film kuno tentang naga, yang dibuat oleh Mr. Allen."

"O, begitu," kata Mr. Hitchcock. "Dan aku masih ingat, kalian waktu itu
menyinggung tentang perjumpaan dengan seekor makhluk dongeng itu."

"Betul, Sir," kata Pete dengan cepat. "Dan kami boleh mengucap syukur
bahwa kami bisa selamat. Biarpun itu bukan naga sungguhan."

"Luar biasa!" gumam Mr. Hitchcock. "Ancaman nyata, dari seekor naga
yang bukan naga tulen. Aku ingin sekali mendengar kisahnya."

Bob mengeluarkan buku catatannya, lalu mulai membaca. Ia mulai dari


awal, yaitu bagaimana penyelidikan mereka langsung macet, tapi
kemudian mereka berhasil menemukan berbagai petunjuk, yang akhirnya
menyebabkan mereka berhasil membongkar misteri yang semula mereka
tangani. Mr. Hitchcock mengikuti uraian Bob dengan penuh minat.

"Mr. Shelby kalian itu kedengarannya sangat menarik, dan banyak


akalnya," katanya. "Kalau aku tidak salah tangkap, kau tadi mengatakan
bahwa ia memilih lebih baik melepaskan peluangnya yang begitu besar
untuk mencuri emas bernilai jutaan dolar, daripada harus menembak
kalian serta beberapa ekor anjing?"

"Betul, Sir," kata Jupiter. "Dan selama itu, anjing-anjing yang terkurung
diberi makan dan diurus olehnya. Ia terpaksa membius mereka supaya
jangan ribut dan merepotkannya. Menurut katanya pada kami, anjing-
anjing itu akan dilepaskannya lagi, apabila ia meninggalkan gua dengan
emas hasil curiannya. Ia sebenarnya bisa saja memaksa kita dengan
pistolnya, agar membantunya mengangkut batang-batang emas itu ke
luar, setelah kedua Morgan bersaudara melarikan diri. Ia bisa saja
mengambil emas dalam jumlah yang mencukupi, untuk menjadi cukup

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kaya. Tidak perlu seluruh timbunan yang bernilai sepuluh juta lebih itu
diambil."

Mr. Hitchcock mengetuk-ngetukkan jarinya ke daun meja.

"Dan rencananya semula adalah lari malam-malam dengan naga gadungan


itu lewat dasar laut, dengan dibantu oleh Morgan bersaudara yang
berwatak penjahat itu?"

Jupiter mengangguk.

"Menurut perkiraan saya, naga itu terlalu ringan. Tapi rupanya ia telah
mengalkulasikan beban pemberat yang diperlukan - dalam wujud batang-
batang emas yang berat. Sebelumnya ia perlu melakukan uji-coba dulu
dalam air, dengan batu-batu sebagai pemberat. Saat itulah teman Anda,
Mr. Allen, secara kebetulan melihat naga itu. Ia sedang mencari-cari
Red Rover, ketika kendaraan naga diuji kemampuannya dalam air."

"Dan petunjuk yang menyebabkan kalian tahu bahwa Shelby terlibat,


adalah kenyataan bahwa ia sedang pilek?"

Jupiter tersenyum hambar.

"Ketika kami pertama kali mendatanginya, ia sedang pilek. Ia terbatuk-


batuk terus. Karenanya saya lantas menghubungkan dirinya dengan naga,
yang juga batuk-batuk. Kemudian barulah saya tahu, kendaraan naga itu
batuk-batuk apabila mogok. Hal itu disebabkan karena ada kabel yang
basah, karena sering dicoba dalam air."

"Tapi telepon misterius yang kalian terima - suara hantu yang serak -
itu sebenarnya Shelby?"

Jupiter mengangguk.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Mr. Hitchcock menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku mendapat kesan, Arthur Shelby ini sebenarnya bukan penjahat


yang biasa. Bagaimana ia sampai bisa terlibat dengan orang-orang
berwatak buruk, seperti kedua bersaudara Morgan itu?"

"Kedua bersaudara ini memiliki kapal tunda, serta perlengkapan


pengangkat kapal karam. Shelby tahu, kedua orang itu berwatak kasar,
dan mau disuruh melakukan apa saja - asal dibayar! Ia memerlukan
tenaga mereka untuk melakukan pekerjaan dalam gua, mengebor dinding
beton dalam terowongan supaya bisa masuk ke ruang penyimpan emas
dalam bank, lalu mengangkut batang-batang emas ke luar. Ternyata
mereka langsung mau, ketika ditawari pembayaran satu juta dollar."

"Dan bagaimana rencana mereka untuk memindahkan emas sebanyak itu,


dari kapal selam berbentuk naga ke kapal mereka?"

"Apabila naga-nagaan sudah berada di dalam laut, kedua Morgan


bersaudara dengan pakaian selam mereka akan menghubungkan kapal
selam tersamar itu dengan kabel ke kapal tunda milik mereka, lalu
menyeretnya ke tengah laut. Jika sudah cukup jauh, kapal selam akan
diangkat ke permukaan, lalu batang-batang emas dipindahkan ke kapal
tunda mereka. Setelah itu mereka akan menuju ke Meksiko."

Mr. Hitchcock mengangguk. "Tapi kenapa harus berbentuk naga?"


tanyanya ingin tahu.

"Itu karena Arthur Shelby mengenal Mr. Allen, serta mengetahui latar
belakangnya sebagai sutradara film, yang menampilkan makhluk-makhluk
naga untuk membuat penonton ketakutan. Shelby mulanya menciptakan
makhluk gadungan itu karena iseng saja, ingin mengejutkan para
tetangga. Tapi kemudian timbul niatnya untuk melakukan perampokan,

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

ketika ia mendengar tentang adanya kiriman emas beratus batang ke


bank yang kemudian dijadikan sasaran olehnya. Menurut kalkulasinya,
naga gadungan itu dengan mudah diubah menjadi kapal selam yang
mampu bergerak di darat dan di dalam air. Hal itu cocok dengan jalan
pikirannya yang aneh - suatu cara yang kocak dan tidak bisa meleset,
untuk mengangkut emas dari bank ke laut, lewat terowongan tua yang
sudah dilupakan orang. Tapi rencananya itu gagal, karena justru
keanehan naga itulah yang menyebabkan kami tertarik untuk
mengusutnya."

"Kusangka Mr. Shelby tidak punya uang. Bagaimana ia sampai bisa


membangun konstruksi sehebat naga itu?" kata Mr. Hitchcock dengan
nada menyelidik.

Bob membalik-balik catatannya.

"Saya tadi melewatkan selembar, Sir," katanya menjelaskan. "Menurut


keterangannya pada kami, ada beberapa kawannya yang bekerja di
perusahaan film. Mereka juga gemar mengutik-utik, seperti dia -
menciptakan berbagai peralatan. Mereka bercerita padanya bahwa
sebuah naga yang pernah dipakai dalam salah satu film akan
dimusnahkan, karena tempatnya diperlukan untuk menyimpan properti
lain. Arthur Shelby mendatangi tempat di mana naga itu disimpan, lalu
menawarkan jasa untuk membongkarnya. Sebagai imbalan, bagian-bagian
dari konstruksi itu boleh dimilikinya. Potongan-potongan naga itu
diangkutnya pulang, dan di situ disambung-sambung kembali sehingga ia
memperoleh naga seutuhnya."

"Dan naga itu sudah beroda?" tanya Mr. Hitchcock sambil mengerutkan
kening.

"Waktu itu belum, Sir," kata Bob. "Ia menemukan kerangka landasan
bekas kendaraan pawai Rose Bowl, di Taman Hiburan Pasadena. Ia

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

diizinkan memiliki landasan yang tak terpakai itu, asal ia sendiri yang
membawa pergi. Naga­nagaannya ditaruhnya di atas landasan itu."

"Hmm. Pintar juga orang itu," kata Mr. Hitchcock. "Sekarang aku ingin
tahu, bagaimana mungkin Shelby tahu tentang gua besar dan
terowongan itu, sedang temanku Allen tidak? Padahal rumah Allen,
letaknya kan hampir tepat di atasnya!"

"Yah - pertama-tama, Shelby sudah dari semula tahu tentang adanya


terowongan tua itu, karena ia pernah bekerja di Badan Perencana Kota.
Tapi jalan masuk ke situ, hanya secara kebetulan saja ditemukan
olehnya," kata Jupiter menjelaskan. "Jalan masuk ke gua yang besar
tertimbun tanah longsor, bertahun-tahun sebelum Mr. Allen, dan juga
Shelby, pindah ke sana. Pada suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan di
pantai, Shelby melihat suatu retakan di dinding tebing. Retakan itu
digalinya. Dengan cara begitu ia menemukan gua yang besar, dan
kemudian terowongan yang ada di bagian belakangnya. Hal itu kemudian
diceritakannya pada kedua Morgan bersaudara. Mereka yang
membantunya membuat dinding palsu di sebelah dalam. Itu untuk
mengelabui orang yang mungkin secara kebetulan masuk ke dalam gua,
supaya tidak ada yang bisa masuk ke dalam terowongan."

"Kurasa kedua orang itu juga yang membantunya membuat batu-batu


palsu di luar, untuk menutupi jalan masuk yang sebenarnya," kata Mr.
Hitchcock menduga.

"Betul, Sir," kata Jupiter. "Batu-batu palsu itu menarik, dan dirancang
dengan sangat baik. Mereka harus bekerja di dalam gua, agar tidak
menarik perhatian orang lain. Setelah semuanya selesai, barulah mereka
bisa menyingkirkan batu-batu yang ada di luar, lalu memasang batu palsu
bikinan mereka. Itu dilakukan saat malam hari."

Mr Hitchcock mengangguk.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kedua Morgan bersaudara itu - merekakah yang menyebabkan tangga


ambruk, ketika kalian untuk pertama kalinya turun ke pantai?"

Kini Pete yang memberi jawaban.

"Mereka tidak ingin ada orang lain muncul dan mengganggu rencana
mereka. Karenanya mereka membuat tangga terasa goyah, sehingga
tidak ada yang berani turun lewat situ. Mereka melihat dari kapal
mereka, ketika kami turun lalu terjatuh. Kemudian mereka datang dan
mengancam kami dengan senapan tombak, ketika melihat bahwa kami
ternyata tidak pergi lagi. Mereka menyangka kami akan ketakutan dan
tidak berani datang lagi setelah itu."

"Begitu ya," kata Mr. Hitchcock. "Kurasa kalian tadi sudah mengatakan,
bahwa mereka kemudian menghilang di dalam gua yang pertama-tama
kalian masuki."

Bob membalik-balik kertas catatannya.

"Mereka masuk ke sumur, tempat saya sebelumnya tercebur. Sumur itu


bukan berisi pasir apung, tapi cuma air dan lumpur saja. Mereka
berperlengkapan untuk menyelam, jadi bisa menyusup lewat situ, lalu
melalui suatu Liang bawah tanah, menembus ke gua satu lagi, di dekat
terowongan. Itu cara mereka masuk, saat siang hari. Mereka tidak
berani menggeser batu-batu palsu yang besar-besar di luar, karena
khawatir ada yang melihat. Dan malam itu, ketika lari ketakutan dari
gua, mereka kemudian tidak kembali lagi. Mungkin karena malu!"

"Tidak ada yang rugi karenanya," kata Mr. Hitchcock dengan ketus. "O
ya - tentang benda kecil langsing yang ditiup oleh Shelby tanpa
berbunyi, tapi menyebabkan dinding gua yang palsu terbuka dan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

menutup. Betulkah dugaanku, bahwa itu suatu alat yang bekerja dengan
gelombang bunyi yang tak terdengar?"

Jupiter mengangguk.

"Alat itu pula yang dipakai untuk membuka batu karang palsu yang
menutup mulut gua di luar, dengan tinggi nada yang berbeda. Tapi justru
itulah yang menyebabkan rencana Shelby akhirnya menemui kegagalan!"

"O ya?" tanya Mr. Hitchcock. "Kenapa?"

"Eksperimennya dengan peluit tak berbunyi itulah yang menyebabkan


anjing-anjing berdatangan ke rumahnya. Seperti Anda ketahui, anjing
mampu menangkap bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada
manusia. Anjing setter Mr. Allen langsung datang ke tempatnya, begitu
kembali dari tempat penitipan. Shelby sama sekali tidak menduga
kemungkinan itu, karena menyangka Mr. Allen masih ada di Eropa. Hal
itu berarti ia harus bertindak cepat. Anjing-anjing lainnya di sekitar
situ sudah lebih dulu berdatangan, karena mendengar peluitnya yang
berfrekuensi sangat tinggi. Mereka tidak mau pergi, ketika diusir.
Padahal pekerjaannya masih banyak, menyiapkan naga-nagaan, mengebor
lubang ke dalam ruangan bank, serta membersihkan rel yang menuju ke
sana. Kedua Morgan bersaudara menghendaki agar anjing-anjing itu
dibunuh saja. Shelby menolak. Mereka hanya ditidurkan olehnya, dengan
obat bius yang dicampurkan ke dalam makanan."

Mr. Hitchcock merenung sebentar, lalu berbica­ra lagi. "Menurut kalian,


naga itu meraung. Apakah itu bukan menurut perasaan kalian saja?"

"Tidak, Sir," kata Bob sambil menggeleng. "Raungan itu, serta berbagai
hal lagi - seperti lubang di depan untuk melihat - semuanya dikendalikan
dari papan instrumen yang ada di dalam badan naga. Saat itu Jupiter

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

sibuk memencet-mencet segala tombol yang ada, karena hendak


menjalankan naga-nagaan itu."

"Sekarang tentang Mr. Carter," kata Mr. Hitchcock. "Apakah ia berhasil


menyelamatkan diri, setelah diterjang anjing-anjing yang lari dari dalam
gua?"

"Ya, ia berhasil keluar," kata Pete. "Ia tidak ada lagi di sana, ketika
kami kembali untuk mengambil peralatan yang tertinggal."

Mr. Hitchcock mengangguk, tanda mengerti.

"Dan ia betul-betul keturunan Carter yang bangkrut karena gagal


membangun terowongan kereta bawah tanah di Seaside?"

"Ya," kata Jupiter sambil tersenyum. "Ia tahu, bahwa di bawah tebing
ada terowongan. Tapi letaknya yang tepat, tidak diketahuinya. Itulah
sebabnya, kenapa ia tahu tentang gua yang dangkal, serta papan-papan
yang menutupi rongga sempit di sebelahnya. Ia biasa berkeliaran di
sana, sambil mencari-cari. Ia lebih dirasakan mengganggu oleh Shelby
serta komplotannya, dibandingkan dengan kami. Saya rasa Mr. Carter
selalu membawa-bawa senapannya, karena merasa ada sesuatu yang
tidak beres di situ. Kecurigaannya timbul lagi, setelah tangga di dekat
rumahnya roboh. Ia turun ke bawah, untuk memeriksa. Saat itulah Pete
nyaris tepergok olehnya. Menurut Mr. Shelby, papan-papan dalam gua
pertama rupanya ditaruh di situ oleh penyelundup, atau bajak laut pada
zaman dulu. Ia menduga bahwa mereka pula yang membuat pintu rahasia
berupa batu yang bisa tergeser. Ia kebetulan saja menemukannya, sama
seperti kami. Papan-papan tua yang sudah lapuk, digantinya dengan yang
baru, dari kayu lapis, Ia khawatir ada orang lain menemukan batu yang
bisa bergeser, dan dengan begitu juga gua yang lebih besar serta
terowongan tua. Pintu batu yang bisa bergeser itu rupanya hendak

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dijadikan jalan darurat, karena itu ia tidak menceritakannya pada kedua


Morgan bersaudara."

"Dan kalian kemudian membantu Arthur Shelby mengembalikan batang-


batang emas ke ruang bank?" tanya Mr. Hitchock.

"Tidak," jawab Bob. "Ia mengucapkan terima kasih atas tawaran kami
itu, tapi katanya itu merupakan tanggung jawabnya sendiri. Ia tidak
ingin kami ikut terlibat dalam tindakan kriminal. Semua batang emas itu
dikembalikan sendiri olehnya. Tapi dibiarkannya berserakan. Supaya
orang banyak bingung, katanya iseng. Lubang di dinding ditambal lagi.
Saya rasa pihak bank kapan-kapan pasti akan menemukan terowongan
yang ada di balik dinding ruang tempat penyimpanan emas mereka. Tapi
kami tidak bercerita mengenainya pada siapa pun juga. Pada Mr. Allen
juga tidak."

"Semuanya itu memang bisa saja," kata Mr. Hitchcock sambil


mengangguk, "mengingat bakat Shelby yang hebat di bidang teknik. Dan
semuanya bisa terjadi, karena ia mengenal riwayat pembangunan
terowongan bawah tanah di kota Seaside."

"Ya, Sir," kata Jupiter. "Dan sejarah pembangunannya masa kini! Karena
itulah ia tahu, bank yang mana saja yang bisa dimasuki lewat
terowongan-terowongan kuno itu!"

"Ada satu hal yang masih kupikirkan. Kalian beranggapan bahwa Allen,
kawan lamaku itu, dengan sengaja berbohong, ketika mengatakan bahwa
ia melihat naga masuk ke dalam gua, padahal itu tidak mungkin."

"Tentang itu saya perlu minta maaf, Sir," kata Jupiter. "Kemudian kami
baru tahu bahwa itu terjadi karena kekeliruan. Ia saat itu sedang
berada di tengah tangga. Tapi kenyataan itu dilupakannya, karena masih
bingung kehilangan Red Rover. Masih ada lagi, Sir?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak! Tapi aku ingin berkenalan dengan Mr. Arthur Shelby. Orang
yang keterampilannya sampai bisa membuat kalian bertiga ketakutan,
bisa kupakai. Jangan lupa, bisnisku juga di bidang horor!"

"Terima kasih, Sir!" seru Jupiter dengan gembira, diikuti oleh Bob dan
Pete. "Kami minta permisi saja sekarang. Kami tidak ingin terlalu banyak
menyita waktu Anda yang berharga."

"Hmmm," gumam Mr. Hitchcock, ketika para remaja itu sudah pergi.
"Mungkin aku bisa meminjam naga-nagaan hebat ciptaan Mr. Shelby itu.
Aku kan baru saja membeli karavan, untuk kupakai berlibur. Prinsip
menjalankannya kan sama dengan bis. Sebaiknya aku berlatih
menjalankan naga itu saja dulu dalam gua, sebelum memberanikan diri
berkeliaran di jalan raya Los Angeles yang selalu ramai!"

TAMAT

Koleksi ebook inzomnia

Anda mungkin juga menyukai