Anda di halaman 1dari 5

http://inzomnia.wapka.

mobi

cepat terungkap. Mrs. Coolinwood orangnya sangat terbuka, ia


tidak akan menyembunyikan hal-hal yang sekecil apa pun pada
kita. Berbeda sekali dengan Eleanor Hess. Aku yakin Eleanor
menyembunyikan sesuatu pada kita. Tetapi mengapa? Apa yang
disembunyikannya?"
"Barangkali ada hubungannya dengan manusia gua," tebak Bob.
"Mana aku tahu?" Jupe menghela napas.
Trio Detektif baru saja hendak memasuki gudang McAfee,
ketika Thalia keluar dari pintu belakang. "Kalian lihat Eleanor?"
kata Thalia.
"Ia ada di yayasan," Bob menyahuti.
"Dasar!" kata Thalia. "Bisanya main dengan binatang saja! Tidak
pernah ia mau membantu di rumah! Masa ia pernah mau
membawa binatang itu ke rumahku. Kubilang saja padanya,
'Boleh asal kau sanggup membayar sewanya!"'
"Ngomong-ngomong," kata Jupiter mengalihkan pembicaraan,
"polisi waktu itu mengatakan hendak memeriksa air dari sistem
alat penyiram otomatis. Bagaimana hasilnya?"
"Nol besar!" kata Thalia. "Salah seorang polisi barusan
mengabari kami. Mereka tidak menemukan apa-apa dalam air
dari alat penyiram otomatis, dan dari tempat penyimpanan air.
Polisi itu menduga bahwa kota ini dihipnotis!"

Bab 12
MISTERI BANGUNAN TUA

JUPE mendesah saat Thalia McAfee masuk ke rumah. "Aku tak


percaya kota ini dihipnotis," katanya pada kedua temannya.
"Aku masih penasaran pada ilmuwan yang telah meninggal itu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Memang, orang mati selalu membuat orang lain penasaran,"


kata Pete dengan gaya sok yakin.
"Bukan itu maksudku," tukas Jupe. "Maksudku adalah halaman-
halaman yang hilang pada catatannya. Itu penting sekali artinya
bagi penyelidikan kita. Ah, kalau saja aku dapat membaca
catatan-catatan DR. Birkensteen yang lain, pasti banyak hal
dapat terungkap."
"Aku berani bertaruh bahwa itu tidak mungkin, Jupe," Bob
memperkirakan. "Pekerjaannya sangatlah penting, pasti
catatan-catatannya disimpan di tempat yang aman."
"Hm," kata Jupe. Wajahnya terlihat muram. Tetapi sesaat
kemudian matanya bersinar-sinar. "He, Frank DiStefano tidak
berada di taman tadi pagi," serunya dengan bersemangat.
Bob tersentak. "Ya, ya," gumamnya. "Semua orang yang kita
kenal berada di taman, kecuali Frank DiStefano dan... John the
Gypsy."
Pete melotot. "He!" serunya. "John the Gypsy! Kita tidak boleh
meremehkan dia. Mungkin saja dia cuma berpura-pura bodoh
supaya tidak dicurigai. Mungkin saja dia sesungguhnya pintar
sekali."
"Itu tidak masuk akal," kata Bob. "Ia telah bertahun-tahun di
sini. Kalau ia memang pintar, tentunya ia akan melakukan
pekerjaan yang lebih baik."
"Ini baru masuk akal," kata Jupe. "Tetapi mari kita lakukan
penyelidikan dengan lebih sistematis. Tadi malam John the
Gypsy mengaku melihat manusia gua gentayangan. Tadi pagi
kita menemukan jejak, yang sudah kita buat cetakannya itu, di
padang rumput. Ke mana arah jejak itu?"
"O, iya, mari kita cek ke sana sebelum gelap," ajak Bob.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete memandang ke arah hutan kecil di seberang padang


rumput.
Trio Detektif menuju tempat ditemukannya jejak berjari
empat di padang rumput. Perlahan-lahan mereka berjalan
menuju hutan kecil. Jupe memimpin di depan. Dengan saksama
diamatinya tanah yang dilalui. Bob paling belakang. Seperti
Jupe, ia asyik mencari jejak selanjutnya. Pete di tengah.
Dengan gelisah ia memandang sekelilingnya.
Persis di pinggir hutan mereka baru menemukan jejak itu
kembali. Rumput tidak tumbuh di situ, sehingga jejak jelas
sekali terlihat. Dengan hati-hati Trio Detektif memasuki
hutan, mengikuti arah jejak tanpa bersuara. Mereka
mengendap-endap seperti kucing mengintai mangsa.
Di tengah hutan mereka menjumpai sebuah tempat terbuka
ditumbuhi alang-alang yang tinggi. Dari sela-sela alang-alang itu
berdiri sebuah bangunan tua yang hampir runtuh. Temboknya
yang terbuat dari bata telah hancur di sana-sini. Atapnya
berlubang-lubang, sehingga rangka atapnya terlihat jelas. Dan
catnya yang telah mengelupas membuat penampilan bangunan
itu suram dan menyeramkan.
"Kuduga dulunya itu gereja," Bob memperkirakan.
Anak-anak menghampiri gereja tua itu.
Ada dua pintu masuk. Salah satunya telah ambruk karena
engselnya patah. Pintu yang ambruk itu tergeletak di lantai.
Anak-anak melangkah masuk melaluinya.
"Apakah makhluk itu masuk ke sini tadi malam?" kata Pete. Ia
memandang ke sekelilingnya dengan gelisah.
"Mungkin ya, mungkin tidak," sahut Jupe. "Lantai ini keras,
tidak mungkin meninggalkan jejak."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan ragu-ragu Bob melangkah ke bagian depan gereja. Di


depan terdapat sebuah tempat yang lebih tinggi.
"Itu altar gereja," kata Bob. "Lihat. Ada sebuah pintu di sana.
Pasti menuju ruangan lain. Kelihatannya seperti ruang tempat
menyimpan jubah."
Trio Detektif saling menunggu. Masing-masing tidak berani
memulai mendekati altar itu. Tetapi masing-masing ingin sekali
tahu apa isi ruangan tersembunyi itu.
Tiba-tiba ada suara.
Ada seseorang di balik pintu yang tertutup itu! Terdengar
suara gemertak dan gemerisik. Sesaat hening kembali. Pete
meneguk ludah.
Bob bergerak mendekati pintu itu. Pete menahannya. "Jangan!"
bisik Pete. "Jangan-jangan itu... dia!"
Pete tidak menjelaskan lebih lanjut. Itu sudah cukup jelas. Bob
dan Jupe segera mengerti maksudnya. Jangan-jangan manusia
gua itu memang gentayangan ke sini. Jangan-jangan makhluk
zaman prasejarah melarikan diri dari si pencuri. Lantas
bersembunyi di ruangan itu. Bersenjata!
Bersenjata? Senjata apa?
"Tidak mungkin!" seru Jupe. Dengan berani ia berlari
mendekati pintu, lalu menaiki altar. Ketika itu terdengar lagi
suara. Seolah-olah ada sesuatu yang menyentuh pintu itu.
Jupe memegang gagang pintu itu. Tiba-tiba ia pucat. Bulu
kuduknya berdiri.
Gagang pintu itu bergerak sendiri! Engsel-engsel yang sudah
berkarat berbunyi berderak-derak. Pintu itu membuka!

Bab 13

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

PENCURIAN LAGI

"OH!" kata DR. Hoffer terkejut. Tangannya memegang gagang


pintu ruangan tempat menyimpan jubah di gereja tua itu. "Aku
tak menyangka kalian ada di sini. Tetapi kenapa kau
memandangiku seperti itu?"
Jupiter masih gemetar, tetapi dipaksakannya untuk tersenyum.
"Kami sedang menyelidik," katanya.
Hoffer melangkah keluar ruangan penyimpanan. Anak-anak
dapat melihat bahwa ruang itu kecil dan ada pintu lagi yang
menuju ke luar bangunan.
"Kalian harus hati-hati di sini," kata Hoffer. "Tempat ini milik
keluarga Lewison. Mereka memiliki rumah besar di balik bukit
ini. Aku dapat izin untuk masuk ke sini, tetapi kalian tidak.
Mereka tidak suka kalau orang asing masuk-masuk ke tanah
mereka tanpa izin."
Ia duduk di suatu tempat di pinggir altar. "Melihat kalian ini
aku seperti melihat diriku sendiri," katanya. "Kalau aku jadi
kalian, pasti aku juga akan masuk ke bangunan tua ini untuk
menyelidik. Sejak kecil aku paling hobi bertualang. Ketika
seumur kalian, aku pernah berlibur ke suatu tempat di
Milwaukee. Di sana aku dan kawan-kawanku menjumpai rumah
kosong. Melalui sebuah jendela yang tak terkunci kami masuk
lalu menemukan sebuah ruangan di bawah tanah. Asyik sekali!"
DR. Hoffer bersin. Ia mengambil sapu tangan yang selalu
tersedia di kantungnya.
"Ini sudah jadi langganan," katanya. "Alergi debu. Aku memang
tak tahan terhadap debu. Mungkin karena itu aku tertarik pada
imunologi."

Koleksi ebook inzomnia

Anda mungkin juga menyukai