Anda di halaman 1dari 5

TUBERKULOSIS MILIAR: TEMUAN TIDAK DISENGAJA DI OTOPSI

ABSTRAK
Latar Belakang: Patologi forensik sering menemukan berbagai kondisi penyakit pada otopsi
yang tidak akan didiagnosis pada pemeriksaan ante-mortem dan sering menjelaskan hasil klinis
yang buruk pada beberapa pasien.

Laporan Kasus: Berikut ini adalah laporan kasus seorang wanita berusia 55 tahun yang
meninggal karena komplikasi degloving injury pada ekstremitas kanan bawah.

Kesimpulan: Tuberkulosis milier adalah temuan hasil otopsi dan dengan demikian menjelaskan
kondisi pasien yang memburuk dan kegagalan untuk menjalani pengobatan.

PENDAHULUAN

Patologi forensik sering menemukan berbagai kondisi penyakit pada otopsi. Lebih sering
menemukan penyakit pada pemeriksaan otopsi daripada pemeriksaan ante-mortem. Sehingga
penemuan kondisi patologis yang mendasari pada otopsi biasanya memperkuat basis data kami
mengenai prevalensi beberapa penyakit. Dalam banyak kasus patologi yang mendasari, hal
tersebut menjadi faktor yang menyulitkan ketika pasien sedang dalam perawatan untuk penyakit
yang berbeda. Meskipun kondisi patologis tidak selalu terlibat sebagai penyebab kematian,
perannya sebagai faktor komorbid tidak dapat diabaikan. Laporan kasus berikut adalah seorang
wanita berusia 55 tahun yang meninggal karena komplikasi degloving injury pada tungkai kanan
bawah yang diderita dalam kecelakaan lalu lintas jalan, dan tuberkulosis milier yang merupakan
temuan yang didaptkan pada pemeriksaan post mortem. Apa yang seharusnya menjadi jalan
mudah untuk pemulihan dari cedera bagi pasien, namun prognosisnya menjadi buruk.

LAPORAN KASUS:

Seorang wanita berusia 55 tahun dibawa untuk diotopsi setelah ia meninggal karena luka-
lukanya yang ia alami dalam kecelakaan lalu lintas. Dia dirawat di pusat perawatan tersier untuk
menghilangkan cedera pada tungkai kanan bawah dengan dilakukan debridemen luka.
Komplikasi pasca operasi terjadi dalam bentuk syok septik, ensefalopati septik dan syok
hemoragik. Pasien dinyatakan meninggal setelah henti jantung.

Pemeriksaan Luar

Jenazah adalah seorang wanita, bertubuh sedang dan kurang gizi dengan tinggi 149cm
dan beratnya 44kg dengan selaput lendir pucat. Ditemukan sebuah debrided degloving injury
pada paha dan kaki.

Temuan Internal

Rongga pleura jenazah masing-masing berisi 300 ml dan 400 ml cairan berwarna
kekuningan. Kedua paru-paru itu melekat pada dinding dada dan pada pengirisan mengeluarkan
cairan berlendir putih. Peritoneum mengandung 900 ml cairan berwarna kekuningan dengan
mesenterium tipis dengan beberapa nodul putih berukuran 0,2 cm × 0,2 cm. Terdapat beberapa
nodul sepanjang usus kecil termasuk massa yang menebal di persimpangan ileo-caecal (Gambar
1). Ginjal menunjukkan lesi kistik yang mengandung bahan pultaceous putih keabu-abuan pada
bagian potongan (Gambar 2). Rahim dengan adneksa menunjukkan beberapa nodul putih
berukuran 0,2 cm × 0,2 cm pada potongan. Paru-paru, usus kecil dengan mesenterium, ginjal dan
uterus dengan adneksa dikirim untuk analisis histopatologis
Laporan Histopatologi

Paru-paru, usus kecil dengan mesenterium, ginjal dan uterus dengan adneksa dikirim
untuk pemeriksaan histopatologis menunjukkan gambaran TB dengan granuloma, nekrosis
kasein, limfadenitis tuberkulosis, limfadenitis tuberkulosis, dan jenis giant cell Langhan berinti
(Gambar 3). Penyebab kematian diduga adalah komplikasi dari cedera kecelakaan.

DISKUSI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang harus dilaporkan di India. Penyakit ini
memiliki perkiraan tingkat mortalitas sebesar 19 tiap 1 lakh populasi. TB merupakan penyakit
kronis granulomatosa yang disebabkan karena Basil Tahan Asam; Mycobacterium Tuberculosis.
Salah satu jenis tuberculosis adalah tuberkulosis milier. Tuberkulosis milier disebabkan karena
penyebaran infeksi tuberkulosis secara limfohematogen dari fokus primer. Beberapa istilah seperti
hematogen, generalisasi, tuberkulosis diseminata telah digunakan untuk menjelaskan entitas ini.
Nama tuberkulosis milier diambil dari kata latin miliarius, yang artinya berkaitan dengan biji milet
yang mirip dengan penemuan patologis yang mencolok yang ukuran dan penampakannya seperti
biji milet yang sangat banyak. Itu merupakan hasil dari erosi fokus mikobakterium yang berisi
peradangan ke dalam pembuluh darah yang diikuti dengan masuknya basil ke aliran darah dan
menempati tempat non pulmoner. Pada otopsi, tuberkel yang patognomonis biasanya terlihat pada
organ dengan aliran darah tinggi seperti limpa, hati, paru-paru, ginjal dan sumsum tulang. Pada
kasus ini, lesi ini terlihat di paru, mesenterium, usus, ginjal dan uterus.

Gambaran klasik pasien ini tidak spesifik dan termasuk peningkatan suhu tubuh saat malam
hari, menggigil, keringat malam hari dan penurunan berat badan. Faktor predisposisi untuk
perkembangan kondisi ini termasuk usia lanjut, kasus imunosupresi HIV, gagal ginjal kronik,
transplantasi organ atau terapi kortikosteroid. Catatan medis dan riwayat yang muncul pada kasus
ini menunjukkan bahwa pasien yang tampak sehat dan tidak memiliki faktor resiko dapat muncul
kondisi ini. Catatan rumah sakit pasien menunjukkan bahwa tes HIV pasien negatif. Manifestasi
yang kurang dari penyakit ini dalam bentuk kematian mendadak juga disebutkan dalam literatur
dan laporan kasus.

Diagnosis kondisi ini secara umum dibuat melalui variasi gejala yang muncul yang
memunculkan kecurigaan tinggi terhadap diagnosis banding tuberkulosis milier. Kasus ini tidak
menunjukan gejala dari infeksi. Parameter laboratorium biasanya menunjukan anemia
normokromik, peningkatan laju endap darah, leukopenia atau leukositosis dan hiponatremia.
Kasus ini memiliki anemia namun dikarenakan kehilangan darah dan tidak menimbulkan
kecurigaan. Elektrolit dan jumlah hitung sel darah putih dalam batas normal. Tampilan klinis
tuberkulosis milier pada radiografi dada adalah infiltrat retikulonodular yang terdisribusi rata di
paru-paru. Pola milier pada radiografi dada tidak dibutuhkan untuk konfirmasi diagnosis, sekitar
lima puluh persen pasien dengan diagnosis terkonfirmasi tuberkulosis diseminata memiliki
radiografi dada normal, Namun CT scan resolusi tinggi (HRCT) dada lebih sensitif untuk
tuberkulosis milier dibandingkan radiografi dada polos dan telah meningkatkan diagnosis. CT scan
kontras yang ditingkatkan (Contrast-enhanced CT scan) dan MRI berguna untuk mengidentifikasi
lesi milier pada ekstra paru. Kasus ini memiliki penampakan X ray dada yang tampak normal dan
HRCT tidak dilakukan karena tidak ada pasien yang dicurigai Tuberkulosis Milier.
KESIMPULAN

Pada kasus ini, diagnosis tuberkulosis milier pada otopsi menjelaskan mengapa pasien
gagal mengalami pemulihan meskipun pelayanan dan terapi terbaik tersedia. Dengan demikian,
kasus ini menekankan fakta bahwa penemuan selama otopsi medikolegal dan patologis
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hasil klinis yang buruk pada beberapa kasus.

Anda mungkin juga menyukai