TUGAS INDIVIDUAL
DIBUAT OLEH:
Ditemukan satu sekolah yang memiliki jumlah siswa yang cukup besar dengan
jumlah guru BK adalah 7 orang. Hampir semua guru BK di sekolah itu sudah akan purna
tugas(pensiun) dalambeberapa tahun ke depan. Mereka bertujuh itu memiliki tugas yang
berbeda-beda. Seorang guruBK dijadikan ketua STP2K (Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan
Kesiswaan) dengan demikiansemua urusan ketidakdisiplinan dan pelanggaran tata tertib
siswa diserahkan langsung kepadaguru BK. Secara bergantian guru BK piket di depan pintu
gerbang sekolah untuk mencatat siswayang terlambat, untuk mencatat siswa yang
melanggar tata tertib dalam berpakain dan lain-lain.
Secara bergantian juga guru BK memanggil siswa yang terlambat membayar SPP.
Masih banyaklagi tugas-tugas guru BK yang berhubungan dengan pencatatan pelanggran
tata tertib lainnya. Guru-guru BK di sekolah tersebut memang tidak pernah ada yang santai,
mereka bekerjadengan sungguh-sungguh. Setiap hari para guru BK tersebut memanggil
siswa yang dianggapmemiliki permasalahan untuk dibantu dipecahkan. Mereka bekerja tidak
berdasarkan program yang telah disusunnya karena program yang dibuat hanya untuk
formalitas. Mereka menyusunprogram tidak didasarkan pada tugas-tugas perkembangan
dan hasil need assessment namundidasarkan atas ketertarikan masing-masing guru.
Mengingat program tidak disusun atas dasarneed assessment maka semua kegiatan pokok
misalnya layanan klasikal, bimbingan kelompok,konseling kelompok, dan assessment tidak
berjalan secara terencana dan terprogram dengansistematis.
Di sekolah tersebut dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada siswa yang bermasalah
maudatang sendiri ke ruang BK untuk konseling, para siswa hanya ke ruang BK kalau
dipanggil olehGuru BK saja. Guru BK di sekolah tersebut dikenal kurang sabar menghadapi
konseli saat konseling, mereka banyak memaksakan kehendak dan pada akhirnya berujung
pada pemberian nasehat. Guru BK juga memiliki kebiasaan untuk menceriterakan masalah
konseli kepada para guru di dalam ruang guru.
Para guru BK di Sekolah tersebut tidak pernah mau datang ke kegiatan-kegiatan
organisasi misalnya kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), tidak
pernah mau mengikuti pelatihan-pelatihan dan seminar walaupun diberi fasilitas dari sekolah
untuk mengikuti dengan alasan mereka sudah akan pensiun.
Dalam penataan ruanganpun guru BK kurang memperjuangkan pengadaan ruang-
ruang layanan yang ideal. Misalnya adanya ruang konseling perorangan yang tertutup dan
terpisahdengan ruangan lain, ruangan BKP dan KKP, papan bimbingan, dan perpustakaan
sebagai saranadan prasaran liters. Padahal sekolah tersebut sangat kaya dan pasti akan
dipenuhi apabilakoordinator BK mengajukan permohonan ke sekolah.
Berdasarkan kasus tersebut, bapak/ibu peserta PPG diminta utk menganalisis pelaksanaan
BK di sekolah tersebut.
1. Kode Etik professional apa saja yang dilanggar oleh konselor sekolah tersebut.
2. Prinsip-prinsip bimbingan apa saja yang tidak dilakukan oleh konselor sekolah tersebut.
(jelaskan alasan jawaban anda)
3. Asas-asas bimbingan apa saja yang diabaikan oleh konselor sekolah tersebut.
(jelaskanalasan jawaban anda)
4. Buatlah ilustrasi bagaimana sebaiknya penyelenggaraan BK di sekolah apabila
andamenjadi guru BK di sekolah tersebut agar penyelenggaraan BK di sekolah tersebut
berjalansecara profesional professional.
Jawaban:
2. Prinsip bimbingan yang tidak dilakukan oleh konselor sekolah tersebut adalah:
a. Bimbingan bersifat individualisasi, memperhatikan karakter dan keunikan
individu;
Alasan saya:
Karena Guru BK di sekolah tersebut dikenal kurang sabar menghadapi konseli saat
konseling. Karakter dan keunikan peserta didik tidak akan muncul begitu saja. Selain
berbicara, Guru BK sebaiknya secara sabar melakukan observasi karakter ketika
melakukan konseling individual, sehingga hal-hal unik dalam pribadi mereka bisa
ditemukan.
b. Bimbingan menekankan hal yang positif, mencari kelebihan dan potensi
yang dapat dikembangkan;
Alasan saya:
Karena Guru BK di sekolah tersebut banyak memaksakan kehendak. Memaksa
kehendak itu bisa membunuh karakteristik siswa. Bisa jadi ada perbedaan kehendak
antara Guru BK dengan konseli. Guru BK tidak menemukan kelebihan dan potensi
konseli karena memaksakan kehendak.
c. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan,
keputusan diambil oleh konseli/peserta didik;
Alasan saya:
Karena Guru BK pada akhirnya selalu memberikan nasehat, bukannya memberikan
kesempatan kepada konseli/peserta didik untuk mengambil keputusan.
3. Asas-asas yang diabaikan oleh konselor sekolah tersebut adalah
a. Kerahasiaan
Alasan saya:
Asas ini menuntut semua data dan keterangan mengenai konseli dirahasiakan.
Namun, Guru BK malah menceritakan masalah konseli kepada guru di ruang guru.
Menceritakan dalam hal ini adalah membeberkan, bukannya mengadakan
pembicaraan khusus/referal kepada guru.
b. Kesukarelaan
Alasan saya:
Asas ini menuntut konselor dan konseli melakukan proses konseling dengan sukarela
tanpa paksaan. Faktanya, peserta didik berada di ruang BK karena dipanggil,
bukannya datang dengan inisiatif sendiri.
c. Keterbukaan
Alasan saya:
Seharusnya, Guru BK tidak memaksakan kehendak/gagasannya kepada konseli.
Dipastikan bahwa konseli merasa terintimidasi karena Guru BK berbuat seperi itu.
Karena dalam asas ini kedua pihak dituntut untuk mau membuka diri dan nyaman
dalam menyampaikan gagasan masing-masing.
d. Kegiatan
Alasan saya:
Asas ini menuntut agar konseli terlibat aktif dalam proses konseling. Faktanya, ketika
Guru BK memaksakan kehendak/gagasannya, apalagi menasehati konseli, maka
kegiatan itu adalah ceramah. Ceramah berarti konselor banyak berbicara sedangkan
konseli diam, dengar dan duduk manis.