PORTOFOLIO
KASUS MEDIK
Oleh :
dr. Y Sigit Permana
1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan bentuk neuropati kompresi fokal kronik
pada saraf perifer yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 3.8 % dari populasi, dan
merupakan salah satu penyebab disabilitas. Insidens CTS meliputi 276: 100,000 per tahun.
CTS lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan seringkali terjadi
bilateral (58% kasus bilateral, 42% kasus unilateral) dengan angka kejadian meningkat pada
usia 40-60 tahun (1).
Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan(kompresi) atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya
di bawah fleksor retinakulum/transverse carpal ligament. Dulu, sindroma ini juga disebut
dengan nama acroparesthesia , median thenar neuritis atau partial thenar atrophy. Carpal
Tunnel Syndrome pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget
pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel Syndrome spontan
pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo 1913. Istilah Carpal
Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938 (2).
CTS disebabkan oleh kompresi nervus medianus akibat peningkatan tekanan pada
struktur anatomi yang tidak fleksibel didalam ruang carpal tunnel. Patofisiologi CTS
merupakan kombinasi trauma mekanik, peningkatan tekanan dan iskemik nervus medianus
didalam ruang carpal tunnel. Pergerakan pergelangan tangan yang repetitif (fleksi-ekstensi)
dapat menyebabkan peningkatan tekanan cairan dan penebalan jaringan sinovial yang
membungkus tendon pada ruang carpal tunnel yang menyebabkan kompresi nervus
medianus. Kompresi tersebut akan menyebabkan demielinasi nervus yang dapat menyebar
ke seluruh segmen internodal sehingga terjadi neuroapraxia. Jika kompresi terus berlanjut,
maka aliran darah ke sistem kapiler endoneural terganggu dan terjadi kerusakan pada sawar
darah-saraf sehingga menyebabkan edema endoneural. Degenerasi aksonal, aktivasi
makrofag, pelepasan sitokin inflamasi, nitric oxide, dan terjadinya ‘neuritis kimia’ yang
kronik menyebabkan fibrosis yang menghambat pergerakan saraf dan terjadinya skar
mesoneurium pada nervus medianus (1).
2
1.2 Anatomi Nervus Medianus
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang
dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot
– otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada
epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan
jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal
lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm. (3)
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen radial
dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada
permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis
brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari
individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2
% dari penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus . Komponen
ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan
sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari
kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal.(3)
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya
semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi
eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan
otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum
carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik
superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum
carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol (3).
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi, yang
menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Capal Tunnel Syndrome (4).
3
Gambar Struktur Anatomi N. Medianus
4
dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja
manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang lebih besar (4).
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian carpal
tunnel syndrome antara lain (3,6):
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya
HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan
dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan
tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang sering
mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan pemain
gitar yang banyak menggunakan tangannya juga merupakan etiologi dari carpal
turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya
sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen, dan tendon dari
simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
6
1.5 Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di atas dan perkuat
dengan pemeriksaan yaitu :
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS
adalah (10):
a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa CTS.
b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan
menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik.
Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa
CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan
alat dynamometer
g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa
CTS.
h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
7
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita idak dapat menyentuh
dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnose
j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-
point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnose
k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan
keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnose CTS.
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk CTS (4).
8
1.6 Diagnosis Banding
Diagnosis dari CTS antara lain (8):
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan
dan bertambah hila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai
dermatomnya.
2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak
tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak
melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis
longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif.
Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu
jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi
pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.
b) Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi
konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot
thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling
nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot
thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten (8).
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal,
tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik
memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi
10
karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi
operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau
anomaly maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka
(8).
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari
terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangan tangan dan daerah
sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi,
akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit
kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit
lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi
terowongan karpal (13).
12
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.3 Anamnesis
2.3.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Ngudi Waluyo untuk kontrol rutin terkait
keluhan tangan kanannya yang kesemutan dan nyeri. Pasien sudah rutin berobat
ke poliklinik saraf selama beberapa bulan (sejak bulan Februari). Pada awalnya
pasien mengeluh jari-jari pada tangan kanan kesemutan dan seringkali terasa
nyeri juga (di dari bagian jempol sampai dengan jari tengah), terutama pada saat
beraktifitas.
Pasien mengaku pada awalnya pekerjaannya adalah sebagai TKW diluar negri
dan bekerja di sebuah panti jompo merawat orang-orang lansia. Sekarang pasien
sudah pulang ke Indonesia dan aktifitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Pada saat awal periksa ke poliklinik saraf, tangan kanannya nyeri dan kesemutan,
pasien rutin menjalani pengobatan dan kontrol setiap bulan sekali. Sekarang
keluhan nyeri sudah berkurang tapi masih terasa kesemutan.
13
Riwayat trauma disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
2.3.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit kencing manis.
Ayah pasien ada riwayat darah tinggi.
2.3.4 Riwayat Sosial
Kegiatan pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, riwayat trauma pada
tangan disangkal.
2. N. Opticus
Kanan Kiri
15
3. N. Oculomotorius
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Diplopia - -
4. N. Throclearis
Kanan Kiri
5. N. Trigeminus
Kanan Kiri
16
6. N. Abduscent
Kanan Kiri
Diplopia - -
7. N. Fascialis
Kanan Kiri
8. N. Vestibulokoklearis
Kanan Kiri
9. N. Glossofaringeus
Kanan Kiri
17
10. N. Vagus
Arkus faring Normal
Bicara Normal
Menelan Normal
Nadi Reguler
11. N. Accessorius
Kanan Kiri
12. N. Hypoglosus
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah -
Artikulasi Jelas
B. Badan
Refleks Kanan Kiri
Sensibilitas taktil + +
Perasaan nyeri + +
Perasaan thermos + +
Perasaan discrim + +
18
Perasaan lokalis + +
Kekuatan 5 5
Tonus + +
Clonus - -
Sensibilitas taktil + +
Perasaan nyeri + +
Perasaan thermos + +
Perasaan discrim + +
Perasaan lokalis + +
Bisep + +
Trisep + +
Radius + +
Ulna + +
Mayer - -
Hofman – tromner - -
Kekuatan 5 5
Tonus + +
Clonus + +
19
Sensibilitas taktil + +
Perasaan nyeri + +
Perasaan thermos + +
Perasaan lokalis + +
Patella + +
Achiles + +
Babinski - -
Chaddok - -
Gordon - -
Scheffer - -
Oppenheim - -
Gonda - -
Bing - -
Mendel - -
Rossolimo - -
Laseque - -
O’ connel - -
Patrick (FABER) - -
Thinnel + -
20
Phalen + -
Flicks’s sign + -
Thenar wasting - -
Pressure test + -
H. Tes Koordinasi
Romberg test : Tidak Dilakukan
Ataxia : Tidak Dilakukan
Disdiadokokinesis
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Past pointing test
Kanan : Normal
Kiri : Normal
I. Gerakan abnormal
Tremor :-
Athetose :-
Myoclonik :-
Gerakan chorea :-
21
2.8 Rencana
2.8.1 Rencana Terapi
Metil Prednisolon 3x8 mg
Neurodex 1x1
Gabapentin 1x300 mg
Istirahatkan pergelangan tangan
2.8.2 Rencana Monitoring
Monitoring keluhan, efek samping obat
2.8.3 Rencana KIE
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit pasien, pemeriksaan yang dilakukan,
tatalaksana, dan prognosis penyakit.
- Menjelaskan faktor resiko dan penyebab dari penyakit pasien.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa dengan pengobatan dan terapi penyakit ini bisa
disembuhan, menjelaskan juga untuk membatasi aktifitas agar keluhan tidak
semakin memburuk dan bisa cepat sembuh.
- Menjelaskan kepada pasien untuk rutin meminum obat dan kontrol pada waktunya.
2.9 Prognosis
Vitam : bonam
Functionam : bonam
Sanationam : dubia ad bonam
22
BAB 3
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Tanda dan Gejala
• Parestesia/kesemutan
• mati rasa (numbness)
• tangan kanan kesemutan dan nyeri
• nyeri (terutama pada saat beraktifitas
(pada jari jempol sampai jari tengah)
atau pada malam hari)
• nyeri ketika beraktifitas
• kekuatan tangan menurun
• kaku
• atrofi thenar
Pemeriksaan Fisik dan Tes Provokasi
• Flick’s sign (+)
• Thenar wasting • Flick’s sign (+)
• Wrist extension test • Phalen’s test (+)
• Phalen’s test • Tinel’s sign (+)
• Torniquet sign • Wrist extension test (+)
• Tinel’s sign
Penunjang
• Elektrodiagnostik
• Elektromiografi (EMG) • Tidak dilakukan
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pencitraan (X-ray, CT, MRI, USG)
23
Teori Kasus
Terapi
• Konservatif Terapi konservatif :
a. Istirahatkan pergelangan tangan • Metil Prednisolon 3x8 mg
b. Obat anti inflamasi • Neurodex 1x1
c. Pemasangan bidai • Gabapentin 1x300 mg
d. Injeksi steroid • Istirahatkan pergelangan tangan
e. Fisioterapi
• Operatif
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibrahim et al. Carpal Tunnel Syndrome: A Review of the Recent Literature. The Open
Orthopaedics Journal. 2012
5. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. 2009
6. Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. New York: Demos Medical Publishing. 2007.
7. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nd
ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co
10. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol. 346, No. 23.
11. Wilkinson, Maureen. Ultrasound of the Carpal Tunnel and Median Nerve: A
Reproducibility Study. Journal of Diagnostic Medical Sonography. 2001 Vol. 17, No.
6.
13. Bachrodin, Moch. Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. 2011. Vol.7 No. 14.
25