Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PORTOFOLIO
KASUS MEDIK

FIBROADENOMA MAMMAE

Oleh :
dr. Y Sigit Permana

Dokter Pendamping Internsip:


dr. Endah Woro Utami, MMRS

RSUD NGUDI WALUYO WLINGI


KABUPATEN BLITAR
2018

1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan
Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan
ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Tiap payudara terdiri atas 15-30
lobus. Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa fibrosa yang berjalan dari fasia profunda
menuju ke kulit atas dan membentuk struktur payudara.
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak pada payudara yang paling
umum ditemukan. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan
berkaitan dengan aktivitas estrogen. Biasanya bentuk neoplasma ini tampil sebagai massa
payudara yang bersifat mobile, tidak nyeri, kenyal seperti karet berukuran 1-4cm.
FAM umumnya terjadi pada wanita muda, terutama wanita dengan usia di bawah 30
tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat
tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini
bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara
yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada
saat pemeriksaan fisik. Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali selama kehamilan dan
menyusui atau menjelang menopause saat rangsangan estrogen tinggi tapi setelah
menopause tumor jenis ini tidak ditemukan lagi. Penanganan fibroadenoma adalah melalui
pembedahan pengangkatan tumor. Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila
diangkat dengan sempurna, tetapi bila masih terdapat jaringan sisa pada saat operasi dapat
kambuh kembali. Kecil kemungkinan fibroadenoma berkembang menjadi kanker ganas.

1.2 Definisi
Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat
kenyal. Neoplasma payudara jinak ini umum yang terjadi pada semua usia, dengan insidensi
tertinggi pada wanita muda. Fibroadenoma muncul sebagai nodul padat pada payudara yang
berbatas tegas dan dapat digerakkan dengan bebas.
Tumor ini terdiri dari gabungan antara kelenjar glandula dan fibrosa.
Secara histologi:

2
- Intracanalicular fibroadenoma; fibroadenoma pada payudara yang secara tidak
teratur dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat
jaringan epitel.
- Pericanalicular fibroadenoma; fibroadenoma pada payudara yang menyerupai
kelenjar atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.
Tumor ini dibatasi letaknya dengan jaringan mammae oleh suatu jaringan
penghubung.
- Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative
mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan
secara tidak sengaja
Fibroadenoma multiple terjadi pada 10% kasus. Umumnya, fibroadenoma
terbungkus di dalam kapsul, teraba padat, dan seluruhnya rata berwarna putih keabuan.
Fibroadenoma biasanya berdiameter 1-5 cm, tetapi dapat juga lebih besar (“fibroadenoma
raksasa”).

1.3 Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenomamammae, hal ini diketahui
karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat
kehamilan. Peningkatan aktivitas estrogen yang absolut atau relative sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui karena ukuran
fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Selain itu
fibroadenoma mammae dapat juga dipengaruhi genetik dan juga faktor predisposisi berupa:
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Diet
e. Stress

1.4 Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam
3
mamary displasia. FAM terjadi akibat proliferasi abnormal jaringan periduktus ke dalam
lobulus; dengan demikian sering ditemukan di kuadran lateral atas karena di bagian ini
distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen, progesteron, kehamilan, maupun laktasi
dapat merangsang pertumbuhan FAM. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma
dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.

1.5 Gambaran klinis


Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara
kebetulan. Pada 10-15% kasus, fibroadenoma mammae bersifat majemuk. Benjolannya
bersifat keras, kenyal, dan tidak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan
mobile. Pemikiran kita yang pertama, adalah untuk membedakan fibroadenoma dengan
kanker. Diperlukan eksisi tumor, atau memastikan diagnosa dengan aspirasi jarum halus.
Umumnya tidak ditemukan adanya kanker yang tumbuh menginvasi fibroadenoma, dan
pula sangat jarang (satu per seribu) untuk menemukan kanker yang berasal dari jaringan
fibroid (sebagian besar karena kanker in situ).

1.6 Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik
(phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dan dengan Fine Needle
Aspiration Cytology (FNAC).
Pada pemeriksaan fisik diperiksa benjolan yang ada dengan inspeksi pada saat
berbaring, duduk, dan membungkuk apakah terlihat benjolan, kerutan pada kulit payudara
(peau d’orange), dan dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui
ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau tidak, kenyal atau keras, bernodul atau tidak,
dan mengeluarkan cairan dari putting susu atau tidak.
Diagnosa fibroadenoma mamae bisa pula melalui teknik pemeriksaan payudara
sendiri dengan menggunakan jari ke 2-3-4 memutar keseluruh lapang payudara diakhiri
dengan memencet puting payudara atau sering disebut sebagai SADARI. Teknik ini
dilakukan sebulan sekali secara teratur, sebaiknya dilakukan di kamar mandi, dengan waktu
tetap ( 2-7 hari setelah hari haid pertama ). Apabila ada perubahan, segera periksakan
kerumah sakit.
Ada lima langkah dalam melakukan SADARI, yaitu :

4
1. Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan lengan di
pinggang. Disini, yang harus diamati adalah bentuk payudara, ukuran dan warna.
Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari. Perubahan-perubahan yang
perlu diwaspadai adalah : berkerut, cekung kedalam, atau menonjol kedepan karena
ada benjolan. Puting yang berubah posisi dimana seharusnya menonjol keluar,
malahan tertarik kedalam. Warna memerah, kasar dan sakit.
2. Kemudian angkat kedua lengan untuk melihat apakah ada kelainan pada kedua
payudara
3. Sementara masih didepan cermin, tekan puting apakah ada cairan yang keluar. ( bisa
berupa cairan putih seperti susu, kuning atau malahan darah).
4. Kemudian berbaringlah, raba payudara kanan dengan tangan kiri untuk merasakan
perubahan yang ada di payudara sebelah kanan dan sebaliknya. Tekan secara halus
dengan jari-jari secara datar & serentak. Selubungi dengan jari payudara kita dari
arah atas sampai bawah, dari tulang selangka ke bagian atas perut,dari ketiak ke leher
bagian bawah. Ulangi pola ini sehingga yakin bahwa seluruh payudara telah
tercover. Kini mulai pada puting. Buat lingkaran yang makin lama makin besar
hingga mencapai seluruh tepi payudara. Menggunakan jari, buatlah gerakan keatas
dan kebawah berpindah secara mendatar/menyamping seperti sedang memotong
rumput. Sambil rasakan seluruh jaringan payudara, dibawah kulit dengan rabaan
halus hingga rabaan yang sedikit lebih menekan.
5. Terakhir, rasakan payudara anda ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi kebanyakan
wanita, paling mudah untuk merasakan payudaranya adalah ketika payudaranya
sedang basah dan licin, sehingga paling cocok adalah ketika sedang mandi dibawah
shower. Lakukan seperti pada langkah ke-4, dan yakinkan bahwa seluruh payudara
sudah tercover oleh rabaan tangan.

5
Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat
berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan
pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan USG,
hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik
bila menggunakan mammography.
Mammography ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba,
jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Hanya saja untuk skrining masal cara
ini adalah cara yang mahal dan dianjurkan digunakan secara selektif saja misalnya pada
wanita dengan adanya faktor resiko. Ketetapan 83-95%, tergantung dari teknis dan ahli
radiologinya. Sedangkan dengan pemeriksaan USG hanya dapat dibedakan lesi solid dan
kistik.
Pada FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) kita akan mengambil sel dari
fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada
suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma,
lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah
mikroskop. Dibawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut:
a) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus;
b) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler);
c) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
uniform.

6
1.7 Penatalaksanaan
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
- Ukuran
- Terdapat rasa nyeri atau tidak
- Usia pasien
- Hasil biopsy
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan
tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak
akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan
parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan. Karena FAM adalah
tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae.
Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja. Apabila ukuran dan lokasi
tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan
pengangkatan.

1.8 Prognosis
Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan sempurna,
tetapi bila masih terdapat jaringan sisa pada saat operasi dapat kambuh kembali. Kecil
kemungkinan fibroadenoma berkembang menjadi kanker ganas.

7
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Nn. AC
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 21 tahun
Alamat : Nglegok, Blitar
Suku/Bangsa : Jawa
Pemeriksaan : 24 Agustus 2018

2.2 Keluhan Utama


Benjolan di payudara kanan.

2.3 Anamnesis
2.3.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik bedah RSUD Ngudi Waluyo dengan keluhan terdapat
benjolan kecil di payudara kanan. Benjolan tidak terasa nyeri, berukuran diameter
kurang lebih 1 cm.
Benjolan tersebut sudah dirasakan pasien sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
2.3.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak ada riwayat sakit berat sampai dirawat di RS.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
2.3.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.
2.3.4 Riwayat Sosial
Kegiatan pasien sehari-hari sebagai karyawan swasta.

2.4 Pemeriksaan Fisik


2.4.1 Keadaan Umum
Keadaan : cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS 456

8
Tek.darah : 120/70 mmHg
Nadi : 92 kali per menit
Pernafasan : 18 kali per menit
2.4.2 Kepala Leher
Anemia -/-, icterus -/-, cyanosis -, dyspnea -, pupil isokor 3mm/3mm,
Kel.limfe : tidak didapatkan pembesaran
2.4.3 Thorax
Bentuk : simetris
Axilla : tidak ditemukan kelainan, pembesaran kelenjar –
Paru : vesikuler/vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur -, gallop –
2.4.4 Abdomen
Kesan soepl, BU+ normal, nyeri tekan (-)
2.4.5 Ekstremitas
Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik
2.4.6 Status Lokalis
Pemeriksaan Mammae

Posisi berbaring dengan kedua lengan di samping badan

Mammae Dekstra

- Inspeksi : massa (-), kemerahan (-), mengkerut (-), retraksi puting (+), peau d’orange

(-), abses (-).

- Palpasi : teraba benjolan berukuran ± 1 x 3cm pada kuadran medial atas, konsistensi

keras, batas tegas. mobile, nyeri tekan (-), retraksi payudara (+), cairan

yang keluar dari puting susu (-).

Mammae Sinistra

- Inspeksi : massa (-), peau d’orange (-), abses (-), tampak luka bekas operasi radikal

mastektomi.

- Palpasi : tidak teraba adanya benjolan pada seluruh kuadran mammae, nyeri tekan

(-).

9
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap

Lab Hasil Nilai Normal

Leukosit 10.400 4.500-11.000

Hb 14,5 g/dL 12-18

Eritrosit 4,48 jt/uL 4.00-5.50

HCT 44,3 % 32-54

MCV 92 fL 76-96

MCH 30 pg 37%-47%

MCHC 32.2 g/dL 30-35

Platelet 423.000 ribu/ul 150.000-450.000

Serologi

Lab Hasil Nilai Normal

HBsAg Non Reaktip Non Reaktip

HIV Rapid 1 Non Reaktip Non Reaktip

Anti HCV Non Reaktip Non Reaktip

Faal Hemostasis

Lab Hasil Nilai Normal

PTT 12.2” 10” - 14”

APTT 29,9” 25” - 35”

USG Mammae
Kesimpulan : Fibroadenoma Mammae Dextra (ukuran 1,3 cm x 2,9 cm)

10
2.6 Diagnosis Klinis
Fibroadenoma Mammae Dextra

2.8 Rencana
2.8.1 Rencana Terapi
 Pro operasi (eksisi)
2.8.2 Rencana Monitoring
Monitoring vital sign dan keadaan umum post operasi.
2.8.3 Rencana KIE
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit pasien, pemeriksaan yang dilakukan,
tatalaksana (tindakan), dan prognosis penyakit.
- Menjelaskan faktor resiko dari penyakit pasien.

11
BAB 3
PEMBAHASAN

Teori Kasus
Anamnesis
• Benjolan di payudara yang biasanya
tidak menimbulkan gejala. • Benjolan di payudara kanan yang
• Pada 10-15% kasus ditemukan sudah diketahui sejak 1 tahun yang
bersifat majemuk. lalu. Tidak terasa nyeri, hanya 1
• Benjolan keras, kenyal, tidak nyeri, benjolan, keras, bulat.
bulat, berbatas tegas.

Pemeriksaan Fisik
• Benjolan teraba keras, tidak nyeri,
• Benjolan keras, kenyal, tidak nyeri,
mobile, berbatas tegas. Diameter
bulat, berbatas tegas.
sekitar 1 x 3 cm
• Pada palpasi terkesan mobile.

Penunjang
• USG Mammae : Fibroadenoma
• USG Mammae
Mammae Dextra (ukuran 1,3 cm x 2,9
• Mammography
cm)
• FNAB

Teori Kasus
Terapi
• Operatif (Eksisi) • Operasi (eksisi)

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman Richard E., Kliegman Robert, Arvin Ann M., et al. Kelainan Hemoglobin:
Sindrom Thalassemia. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
2. Permono, Bambang H., Sutaryo, Ugrasena, IDG. Hemoglobin Abnormal: Talasemia.
Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak.. Cetakan ketiga. Ikatan Dokter Indonesia.
Jakarta : 2010.
3. Ganie R.A. Thalasemia: Permasalahan dan Penangananya. Dalam Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar FK USU. Universitas Sumatera Utara.
www.usu.ac.id/id/files/pidato/.../ppgb_2005_ratna_akbari_ganie.pdf.
4. Yunanda Y. Thalasemia. 2011. www.scribd.com/doc/53346040/5-Thalassemia
5. Pujiadi,A dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.
6. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Syndrom Thalasemia. Nelson Textbook Of
Pediatrics. Edition 17th. Philadelpia. 2003. 1324-1326
7. Liniyanti, dr. Thalasemia. 2010. www.kadnet.org.
8. Latief A dkk. Thalasemia. Jakarta : FK UI. 1998.
9. Bunn, Forget. Hemoglobin: molecular, genetic, and clinical aspects. Saunders, 2002.
10. Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wahyu IW dan setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 2 Edisi 3, Jakarta: Media aesculapius, 2001.
11. Hemoglobin: Structure & Function. 2007. http–www_med-ed_virginia_edu-courses-
path-innes-images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm
12. Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia . Sari Pustaka. 2006

13

Anda mungkin juga menyukai