Anda di halaman 1dari 14

1.1.

PENGANTAR KESELAMATAN JALAN DALAM PERENCANAAN &


RANCANGAN JALAN

1.1.1. Prinsip Keselamatan Jalan

Jaringan jalan di kebanyakan negara berkembang masih sedang diperluas dan/atau


direhabilitasi. Oleh karena itu, terdapat peluang untuk memasukkan praktik
keselamatan (dengan biaya marjinal) pada tahap perencanaan dan perancangan.
Perencanaan sangat penting karena pada semua jalan dapat terjadi konflik antara
berbagai jenis pengguna jalan. Hal itu dapat menyebabkan kecelakaan yang
mengakibatkan kematian atau luka-luka. Konflik tersebut sangat banyak terjadi di
pusat-pusat kota, tetapi dapat terjadi di jalan-jalan pinggir kota atau pedesaan.
Konflik antara jenis pengguna jalan berikut ini biasa terdapat di semua negara.

Konflik yang terjadi dapat dibedakan, atas konflik karena jenis berbeda seperti
kendaraan bermotor dengan lawan pejalan kaki atau kendaraan bermotor lawan
kendaraan tak bermotor khususnya sepeda atau konflik kendaraan besar lawan
pengguna jalan lainnya. Konflik karena gerakan kendaraan dapat dilihat dari
kendaran berkecepatan tinggi dengan kecepatan rendah, semua jenis kendaraan di
persimpangan jalan; dan kendaraan yang bermuatan lebih.

Untuk meminimasi konflik yang memberikan peluang besar terjadinya kecelakaan


maka diperlukan pemahaman yang komprehensif terhadap perencanaan yang aman.
Komponen utama dalam proses perencanaan yang mempengaruhi keselamatan jalan
diantaranya adalah:
a. Penyesuaian fungsi jalan berdasarkan kelas dan fungsi jalan sesuai dengan
tingkatan / hirarkinya.
b. Pembatasan akses jalan merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko
konflik lalu lintas yang mengacu kepada standar yang ada.
c. Penerapan standar rancangan geometri yang optimal pada dasarnya sangat
memberi dampak keselamatan yang optimal yang dibutuhkan oleh pengguna
jalan.
d. Mempertahankan semaksimal mungkin rancangan kecepatan, kecuali pada
ruas-ruas jalan yang memiliki aktivitas pejalan kaki yang tinggi.

I-1
e. Peningkatan kondisi lingkungan jalan mampu meminimumkan kesalahan
pengguna jalan yang antara lain dapat dipenuhi melalui perencanaan jarak
pandang serta ruang bebas samping yang memadai, dsb)

Sedangkan komponen keselamatan jalan di dalam rancangan jalan, antara lain :


1) Peningkatan pengharapan pengemudi melalui penyediaan fasilitas perambuan
yang dapat menggiring pengemudi kepada arah yang diharapkan.
2) Peningkatan rancangan persimpangan.
3) Penerapan median dan penghalang.
4) Penyediaan fasilitas pejalan kaki.
5) Pembuatan lajur pemisah.

1.1.2. Prinsip Keselamatan Jalan Dalam Perencanaan


1.1.2.1 Hirarki Jalan

Konsep hirarki jalan pada jaringan jalan dinilai memberi pengaruh terhadap
keselamatan. Jalan-jalan dalam jaringan harus didefiniksan secara jelas dan
diklasifikasikan dalam jalan yang utama digunakan oleh lalu lintas untuk pergerakan
lalu lintas dan jalan yang utama digunakan untuk akses ke perumahan atau
bangunaan lainnya.

Di dalam perencanaan jalan pada suatu jaringan jalan harus disesuaikan dengan
fungsinya (arteri, kolektor atau lokal). Tingkatan hirarki jalan harus terdefinisi
dengan jelas dan harus disesuaikan dengan fungsi jalan yang diinginkan. Penerapan
konsep hirarki jalan secara utuh pada jaringan jalan dasarnya dapat mengontrol
pergerakan lalu-lintas dari satu hirarki ke tingkatan hirarki di bawahnya, yang secara
otomatis pergerakan lalu lintas dapat meminimumkan konflik terutama di
persimpangan tak bersinyal.

I-2
Sumber : TRRL, 1991

Gambar 1 Contoh penerapan hierarki jalan yang ideal

Beberapa prinsip penting lainnya berkaitan dengan konsep hirarki, antara lain:
a. Jumlah akses sedapat mungkin harus dikurangi terutama untuk menghindari
munculnya potensi-potensi konflik lalu-lintas.
b. Demikian juga dengan jumlah dan jarak antar akses harus memenuhi batasan
yang standar.
c. Suatu jalan yang bersimpangan dengan jalan lain harus dengan jalan yang
setingkat atau setingkat di bawah atau di atas hirarkinya.
d. Akses jalan dari pemukiman (jalan lokal) sedapat mungkin dihindari langsung
ke jalan arteri.

1.1.2.2 Tata Guna Lahan

Pengaruh tata guna lahan terhadap keselamatan jalan, terutama dikaitkan dengan
konflik lalu lintas yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, sejak awal konsep
pengembangan tata guna lahan di sepanjang koridor jalan harus terdefinisi dengan
jelas peruntukannya. Jadi lalu lintas dan implikasi keselamatan dari semua usulan
pengembangan harus diperiksa secara menyeluruh sebelum persetujuan untuk
pembangunan di sisi jalan diberikan.

Secara umum, beberapa prinsip dasar pengembangan tata guna lahan antara lain:

I-3
a. Perencanaan tata guna lahan harus terdefinisi dengan jelas dan harus
terkontrol sesuai dengan peruntukkannya (contoh: pengembangan pemukiman
harus terpisah dari peruntukkan industri atau pusat-pusat
perdagangan/perbelanjaan).
b. Perencanaan tata guna lahan harus memiliki prinsip-prinsip yang
meminimumkan aksesibilitas ke jalan raya.

Sumber: TRRL-1991

Gambar 2 Pengembangan tata guna lahan yang tidak terpadu dan


yang terpadu

c. Pengaturan tata guna lahan harus diterapkan secara yang tepat, demikian
juga dengan pengaturan lalu-lintasnya.
d. Pengembangan tata guna lahan yang tidak terkontrol cenderung menimbulkan
kondisi lalu-lintas yang semerawut dan memiliki potensi konflik serta
kecelakaan lalu lintas.

1.1.2.3 Pengaturan Jalan Masuk

Pengaturan jalan masuk terutama dari perumahan atau kompleks industri idealnya
harus disesuaikan dengan perencanaan tata guna lahan yang dikembangkan
sebelumnya. Suatu kawasan misalnya kompleks perumahan dan komplek industri yang
dibiarkan berkembang tanda kendali akan berdampak terhadap lalu lintas dan
keselamatan jalan. Pembina jalan harus membuat sistem kontrol yang mengatur para
pengembang berupa izin untuk membuat akses baru ke jalan-jalan umum
berdasarkan standar.

I-4
Jalan masuk (akses) langsung ke jalan utama atau jalan masuk yang dekat sekali
dengan persimpangan harus dihindarkan dan sama sekali dilarang pada tempat-
tempat yang berbahaya terutama pada tikungan jalan. Beberapa prinsip keselamatan
jalan dalam pengaturan jalan masuk antara lain :
a. Jumlah dan jarak persimpangan ke jalan utama harus dibatasi
sesuai dengan standar.
b. Persimpangan harus dirancang sedemikian rupa memiliki
ruang bebas samping dan jarak pandang yang memadai dan idealnya juga
dilengkapi dengan service roads.
c. Secara umum lalu-lintas dirancang berjalan mengikuti hirarki
jalan hingga mencapai jalan utama. Jalan dengan hirarki yang lebih tinggi
harus diberi prioritas. Di persimpangan, rambu/ marka jalan STOP dan
Prioritas (Give Way) harus diberikan pada jalan-jalan yang hirarkinya lebih
rendah.
e. Jalan masuk ke tempat parkir atau fasilitas umum (Rumah
Sakit, Pusat Perbelanjaan, dll) tidak diperkenankan dekat ke persimpangan
guna menghindari potensi konflik atau kemacetan lalu lintas di sekitar
persimpangan. Jarak antara jalan masuk ke persimpangan yang diperkenankan
minimum berjarak 50 m atau disesuaikan dengan kondisi lalu lintas. Bila
panjang antrian pada lokasi tersebut hingga melampaui jarak minimum
tersebut sebaiknya tidak menggunakan jarak minimum.

1.1.2.4 Jalan Arteri

Proyek peningkatan dan perbaikan kapasitas jalan harus mempertimbangkan


pengunaan jalan yang ada serta menjamin terpenuhinya kebutuhan pengguna jalan
lokal serta keamanannya.

Perencanaan jalan dengan ruas jalan 4 lajur 2 arah tanpa pemisah jalur (median)
khusus untuk jalan arteri primer perlu mempertimbangkan aspek keselamatan. Ruas
jalan dengan 4 lajur 2 arah khusus untuk jalan arteri primer antar kota (seperti jalur
pantura) disarankan menggunakan pemisah jalur berupa median. Bila ruas jalan
arteri yang tidak terbagi (khususnya seperti jalur pantura) disarankan untuk
melengkapinya dengan perambuan serta alat-alat penurun kecepatan yang memadai.

I-5
Segmen ruas jalan khusus pada lokasi tikungan yang berpotensi dengan cahaya lampu
lalu-lintas yang menyilaukan sebaiknya dilengkapi dengan alat penghalang cahaya
(screen glare). Untuk segemen ruas jalan (tikungan) yang berpotensi kecelakaan
akibat kecepatan tinggi disarankan untuk melengkapi median dengan penghalang
tabrakan (guardrail).

Di bawah ini terdapat bebrapa hal yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan
pembangunan jalan arteri:

a. Penyesuaian yang perlu dilakukan pada pembangunan jalan arteri


primer:

1) menurunkan kelas jalan lama untuk menghindarkan lalu-lintas


menerus menggunakan jalan lokal, konsekuensinya kecepatan pada ruas
jalan lama harus disesuikan dengan kelas dan fungsi terbarunya,
2) Hubungkan jalan lama dengan jalan baru melalui beberapa
ruas terbatas,
3) Hindari akses langsung dari property langsung ke jalan utama,
untuk meminimumkan konflik lalu lintas,
4) Idealnya para pengembang harus menyiapkan jalan masuk
untuk pengembangan masa yang akan datang.

Sumber: TRRL, 1991

Gambar 3 Contoh pengaturan akses yang meminumkan potensi konflik

b. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk kondisi eksisting dari jalan
arteri antara lain :
1) Turunkan kecepatan lalu-lintas menerus pada ruas yang
melalui banyak pejalan kaki, khususnya pada lokasi-lokasi yang

I-6
diidentifikasi memiliki permasalahan dengan kecelakaan lalu lintas yang
tinggi. Penurunan kecepatan pada lokasi-lokasi seperti ini diperkenankan
hingga 30 km/jam.
2) Teknik-teknik penurunan kecepatan berkaitan dengan item di
atas antara lain:
a) Gunakan perangkat untuk mengendalikan kecepatan yang umum
digunakan seperti pita penggaduh (rumble strip) atau rumble area
untuk memperingatkan pengemudi terhadap keberadaan perangkat
penurun kecepatan tersebut,
b) Untuk memperingatkan pengemudi terhadap keberadaan perangkat
penurun kecepatan tersebut, tempatkan rambu hati-hati sebelum
lokasi tersebut.
c) Pembuatan chicanes, penyempitan jalan, atau jendulan melintang
(hump), terutama di tempat-tempat yang banyak pejalan kaki,
d) Pembuatan gerbang seperti chicanes atau penyempitan untuk
memperingatkan pengemudi bahwa mereka memasuki zona
bekecepatan rendah.

UK / TRL UK / TRL

Gambar 4 Contoh rancangan untuk penurun kecepatan

1.1.2.5 Akses ke Pemukiman

Pembuatan akses bertujuan untuk menyediakan lingkungan jalan yang aman dan
nyaman bagi masyarakat, terutama bagi pejalan kaki. Jalan akses harus
mempertimbangkan keamanan, sosial, dan lingkungan, hal ini dapat dicapai dengan:

I-7
a. membatasi lalu-lintas dan melarang lalu-lintas yang tidak diperuntukkan pada
lokasi tersebut,
b. kecepatan kendaraan dirancangan lebih rendah,
c. gunakan jalan berbentuk “cul-de-sac and loop” untuk menghindarkan lalu-lintas
menerus,
d. persimpangan T dibuat dengan menghindarkan konflik lalu-lintas yang tinggi,
e. menandai batas-batas areal sehingga terbentuk citra adanya gerbang,
f. mengatur parkir, sedapat mungkin harus dirancang untuk tidak menggunakan
jalur lalu lintas serta jauh dari tempat bermain anak-anak,
g. gunakan kerb tinggi untuk mengurangi kesan lebar jalan, tetapi masih
memungkinkan kendaraan darurat (mobil pemadam kebakaran, ambulance)
masuk untuk keperluan darurat.

Sumber : TRRL, 1991

Gambar 5 Menghindarkan lalu-lintas menerus

1.1.2.6 Konsep Keselamatan Untuk Rancangan Jalan


1) Pengharapan Pengemudi

Rancangan jalan yang aman yang sesuai dengan prinsip-prinsip geometri serta yang
dilengkapi dengan fasilitas perambuan yang dapat menggiring pengemudi untuk
merespon kondisi jalan di depannya sangat diperlukan guna menghindarkan manuver
atau pergerakan yang tidak diharapkan, menghindarkan perilaku yang ilegal, serta
menghindarkan pengemudi dari penggunaan kecepatan yang tidak sesuai dengan
rancangan kecepatan yang ada. Beberapa prinsip dasar perbaikan/pembuatan
rancangan jalan yang dapat meningkatkan pengharapan pengemudi adalah:
a) Perlunya perbaikan rediability jalan.

I-8
b) Pemasangan rambu peringatan dan marka yang menuntun pengemudi ketika
menuju tempat berbahaya serta memperjelas mana yang diprioritaskan di
persimpangan.
c) Pengemudi dan pejalan kaki harus dituntun secara konsisten melalui
rancangan rambu, marka, penjaluran, dsb.

d) Hirarki jalan harus dipertegas melalui feature rancangan guna menggiring


lalu-lintas pada jalannya.
e) Pada jalan antar kota atau jalan utama memerlukan karakteristik alinemen
yang konsisten yang dilengkapi dengan delineasi.

Gambar 6. Pengharapan pengemudi yang kurang baik pada alinemen vertikal dan
horizontal

2) Rancangan Persimpangan

Rancangan persimpangan jalan yang baik akan menghasilkan pergerakan menerus


pada jalan utama dan transisi dari satu rute ke rute lain dengan waktu tunda yang
minimum serta keamanan yang maksimum. Beberapa prinsip penting keselamatan
dalam merancang persimpangan antara lain:
a. Rancangan persimpangan yang aman harus mempertimbangkan beberapa
aspek antara lain: pandangan bebas samping; jarak pandang; rambu dan
marka jalan; pulau jalan dan pelindungnya yang berguna untuk melindungi
pengguna jalan; pembatasan pergerakan membelok; pemisahan dan
penjaluran yang aman untuk pejalan kaki.

I-9
b. Persimpangan dengan prioritas hanya digunakan jika lalu-lintas harian rata-rata
baik pada jalan major dan minornya rendah. Oleh karena itu, pengendalian
lalu lintas pada jalan minor biasanya menggunakan rambu prioritas.
Sebaliknya, bila lalu lintas harian rata-ratanya baik pada jalan major dan
minornya relatif tinggi, pengendalian dengan rambu tanda berhenti pada lalu
lintas di jalan minornya dapat dilakukan. Untuk beberapa kasus, khususnya
pada persimpangan dengan keterbatasan pandangan ruang bebas samping,
penerapan rambu tanda berhenti pada jalan minornya sangat disarankan
untuk mengurangi potensi konflik dan kemacetan.
c. Berdasarkan pengalaman di beberapa Negara maju, rancangan persimpangan T
sangat disarankan dengan memberi memprioritas utama pada jalan lurus
(utama), sedangkan persimpangan Y sedapat mungkin dihindarkan. Jika
tempat cukup memungkinkan, bentuk persimpangan staggered
(persimpangan T ganda) juga sangat disarankan.
d. Rancangan persimpangan berbentuk bunderan (roundabout) juga sangat
disarankan terutama untuk mengurangi potensi konflik lalu lintas pada
persimpangan. Untuk persimpangan dengan lalu lintas tinggi, rancangan
berbentuk bunderan ini kurang disarankan.
e. Untuk kasus-kasus yang memiliki persoalan terbatasnya jarak pandang serta ruang
bebas samping pada persimpangan, rancangan persimpangan memerlukan
pelebaran lokal pada pendekat persimpangan terutama untuk kendaraan yang
akan berbelok pada jalan utama.
f. Hindarkan tangan minor persimpangan T di tikungan.

3) Median dan Penghalang

Median dan penghalang bermanfaat untuk memisahkan lalu-lintas dan menghindarkan


kecelakaan dengan tipe tabrakan depan-depan. Median dan penghalang ini harus
dirancangan sedemikian rupa agar tidak menjadi penyebab kecelakaan. Beberapa hal
penting untuk merancang median dan penghalang ini adalah sebagai berikut:
a) Pertimbangan rancangan median dan penghalang:

(1) median penghalang sedapat mungkin dirancang agar dapat


menghindarkan untuk berputar arah (U-turn) serta menghindarkan
tabrak depan-depan,

I-10
(2) median penghalang selain bertujuan untuk poin di atas, juga bermanfaat
untuk menyalurkan pejalan kaki ke arah tempat penyeberangan yang
aman,
(3) pembuatan median penghalang ini juga perlu mempertimbangkan untuk
akses bagi kendaraan darurat,
(4) rancangan ujung median ini dibuat sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan bentuk yang dapat menganggu keamanan lalu-lintas,
(5) jika penghalang pada median ini tidak diperlukan, lebar median yang
ideal adalah 5 meter (arteri primer),
(6) minimum lebar median yang melindungi pejalan kaki pada lokasi
penyeberangan adalah 1,2 meter.

b. Pertimbangan rancangan penghalang pejalan kaki:

1) pagar penghalang/pelindung pejalan kaki dirancangan untuk


dapat mengarahkan pejalan kaki ke lokasi yang lebih aman dan harus
dapat menghindarkan pejalan kaki dari jalur lalu-lintas yang sibuk,
2) pagar pengaman ini idealnya ditempatkan pada ruas jalan
yang memiliki akses ke lokasi sekolah, tempat tempat rekreasi, pusat-
pusat perbelanjaan, dan lajur pejalan kaki misalnya,
3) pagar pengaman pada lokasi peyeberangan harus dirancangan
sehingga dapat memaksa pejalan kaki melihat kendaraan yang mengarah
kepadanya sebelum menyeberang jalan,

Gambar 7 Contoh pagar penghalang pejalan kaki

I-11
(4) pagar penghalang pejalan kaki dirancangan terbatas pada jalan primer,
tetapi dapat juga dipertimbangkan pada jalan lokal dan akses pada
persimpangan dan lokasi-lokasi yang rawan kecelakaan,
(5) pagar penghalang selain berfungsi untuk melindungi pejalan kaki, juga
berfungsi untuk menghindarkan parkir tidak pada tempatnya atau
menghalangi akses langsung ke lokasii properti (rumah, kantor, dsb).

4) Fasilitas Pejalan Kaki

Rancangan fasilitas pejalan kaki (lihat pedoman teknis Pengaturan Fasilitas Pejalan
Kaki) antara lain harus mempertimbangkan:
a. pembuatan lajur khusus untuk pejalan kaki yang terhindar dari
halangan, dengan pertimbangan lebar lajur 1,0 m untuk 50-60 pejalan
kaki/menit ditambah 1m untuk kerb dan dinding samping,
b. membuat fasilitas penyeberangan yang aman (antara lain jembatan
penyeberangan atau terowongan penyeberangan pejalan kaki khususnya pada
lalu-lintas berkecepatan tinggi),
c. membuat penghalang (pagar penghalang) untuk mengarahkan pejalan
kaki secara aman,
d. mempertimbangkan rancangan kecepatan rendah (30 km/jam) atau
pembuatan alat-alat yang berfungsi untuk mereduksi kecepatan, khususnya
pada lokasi di mana pejalan kaki banyak menggunakan jalan,

e. mempertimbangkan suatu area pejalan kaki (pedestrian area) pada


daerah perbelanjaan,

f. membuat pelindung tengah (central refuges) pada jalan-jalan yang


lebar, agar pejalan kaki memiliki tempat menunggu untuk melanjutkan
penyeberangan,
g. melengkapi alat pemandu penyeberangan khususnya pada lokasi
penyeberangan yang banyak digunakan anak-anak sekolah,
h. tempat parkir harus dijauhkan (minimum 30 m) dari lokasi
penyeberangan,
i. lokasi pemberhentian bus harus dirancangan sedemikian rupa dapat
memudahkan akses pejalan kaki secara aman dari dan ke lokasi
penyeberangan jalan atau lokasi yang dituju.

I-12
5) Fasilitas Bagi Kendaraan Roda Dua

Kendaraan roda dua dan kendaraan fisik merupakan bagian dari lalu-lintas, sehingga
penyediaan fasilitas bagi kendaraan ini diperlukan terutuma pada lokasi-lokasi yang
banyak memiliki pengguna jalan seperti tipe kendaraan ini. Untuk beberapa lokasi
yang dianggap membutuhkan fasilitas ini dasar pertimbangannya adalah lajur
kendaraan harus terpisah dari lajur lalu-lintas kendaraan lainnya. Beberapa dasar
pertimbangan lainnya untuk membuat rancangan jalan dengan fasilitas ini adalah :
a. Pembuatan lebar lajur lambat kurang lebih 2 m,
b. Pemisahan lajur perlu dilakukan dengan pemisah atau kerb,
c. Pemisahan fase lampu lalu-lintas,
d. Garis pemberhentian khusus bagi sepeda pada persimpangan, di mana
garis pemberhentian untuk sepeda ini ditempatkan lebih dekat ke
persimpangan,
e. Lajur khusus untuk sepeda pada penyeberangan yang terpisah dari
lajur pejalan kaki,
f. Ramp khusus pada jembatan penyeberangan yang dipakai bersama.

Gambar 8. Jalur sepeda yang bersatu dan yang terpisah dari jalur lalu lintas

I-13
Sumber: Soleh-2003

Gambar 9 Contoh perencanaan jalur sepeda

I-14

Anda mungkin juga menyukai