Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum pemeriksaan hitung jenis leukosit maka diperoleh

hasil sebagai berikut:

Gambar Keterangan

Metode Giemsa:

1. Neutrofil
1 1
2. Eusinofil
3. Limfosit
2

3 2

Tabel 4.1 Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit (Data Primer, 2019)

4.2 Pembahasan

Hitung jenis leukosit atau disebut juga dengan hitung diferensial leukosit

adalah nilai komponen-komponen sel yang menyusun sel darah putih. Hitung

jenis leukosit menentukan jumlah relatif atau persentase dari berbagai populasi

leukosit yang ada dalam darah yang dapat memberikan informasi mengenai

barbagai keadaan penyakit. Hitung diferensial leukosit ini seringkali diabaikan

bila jumlah leukosit dalam darah adalah normal dan tidak ada kelainan

hematologik, baik klinis maupun laboratoris. Namun demikian, banyak kelainan


seperti keganasan, inflamasi, dan kelainan imunologik dapat menyebabkan

perubahan persentase ini, walaupun jumlah leukosit masih dalam batas normal.

Terjadinya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya

proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, tuberculosis,

tonsillitis, apendiktis, dan lain-lain. Sedangkan penurunan jumlah leukosit

(leucopenia) dapat terjadi pada infeksi virus, malaria, dan alkoholik. Selain itu

penurunan dan peningkatan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh mengkonsumsi

jenis obat-obatan tertentu.

Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu manual

(visual) dan elektronik/otomatik. Pada praktikum dilakukan dengan metode

manual yaitu pengamatan apusan darah di bawah mikroskop, yang berarti

penentuan hitung jenis leukosit dilakukan secara mikroskopik. Untuk menghitung

jenis leukosit ini, pengamatan dilakukan pada bagian apusan sebelum ujung yang

tipis (ekor). Pada bagian tersebut sel-sel darah tersebar merata, berdekatan atau

bersentuhan tetapi tidak tumpang tindih dan area ini sering disebut counting area

(zona morfologi).

Sebelum dilakukan pengamatan pada mikroskop terlebih dahulu dilakukan

pembuatan apusan darah tipis. Kemudian dilakukan pewarnaan pada preparat

apusan menggunakan reagen methanol dan giemsa. Fungsi metanol adalah untuk

memfiksasi darah sehingga darah tidak hilang saat diamati sedangkan fungsi

giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah dibedakan dan dapat

terlihat jelas saat diamati. Menguji giemsa dapat menggunakan kertas saring

whatman. Giemsa ditetes di kertas saring, lalu di teteskan dengan methanol,


giemsa yang baik akan membetuk warna biru ditengah ungu dan paling luar

lapisan tipis merah.

Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk

pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria

yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik

dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan parasit lainnya.

Waktu perendaman ini sebaiknya jangan terlalu lama karena darah bisa tidak

terlihat akibat pewarnaan yang terlalu pekat. Prinsip pewarnaan giemsa adalah

presipitas hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen blu dan eosin

yang dilarutkan di dalam methanol.

Kemudian setelah pewarnaan preparat selesai, dilakukan pengamatan

menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1.000X dengan penambahan oil

emersi pada preparat . Setelah diamati didapatkan beberapa jenis leukosit yakni

neutrofil, eusinofil, dan limfosit.

Neutrofil: sel ini berukuran 12-15 μl, berbentuk bulat dan berbatas tegas. Inti

sel berlobus 2 sampai 5, dihubungkan satu sama lain oleh benang kromatin.

Neutrofil dengan inti berlobus dinamakan neutrofil segmen. Kadang-kadang di

daerah tepi juga dijumpai neutrofil dengan inti berbentuk huruf C, U atau S yang

dinamakan neutrofil batang atau stab. Sitoplasma sel ini luas, terwarnai pink

pucat, dan bergranula halus yang terwarnai ungu muda. Neutrofil yang beredar di

darah tepi terbanyak adalah segmen, yaitu neutrofil yang matur, sedangkan batang

atau stab yang merupakan neutrofil imatur dapat bermultiplikasi dengan cepat

selama infeksi akut. Pada praktikum didapat jumlah neutrofil batang 18% dan
neutrofil segmen 47%, total jumlah neutrofil 65%. Dibandingkan dengan nilai

rujukan jumlah neutrofil batang melebihi nilai normal dan neutrofil segmen

diperoleh dalam jumlah yang normal.

Eosinofil: sel berukuran 12-15 μm dengan inti sel umumnya terdiri dari 2

lobus. Sitoplasmanya luas, memiliki banyak granula yang besar, bulat, homogen,

terwarnai merah-jingga dan tersusun padat berkelompok. Kadang-kadang sel

tampak rusak dengan granula-granula berserakan. Pada praktikum diperoleh

jumlah eosinofil sebanyak 1% yang berarti normal.

Limfosit: sel ini dikenal ada dua macam berdasarkan ukurannya, yaitu

limfosit kecil dan limfosit besar. Limfosit kecil berukuran 7-10 μm (hampir sama

dengan eritrosit), bentuknya bulat. Inti sel bulat atau berlekuk, menempati

sebagian besar ruang sel, kromatin padat, terwarnai ungu donker. Sitoplasma

sedikit/sempit, terwarnai biru pucat (pada sebagian besar kasus tampak sebagai

cincin tipis di sekitar inti), dan tidak mengandung granula. Pada praktikum

diperoleh jumlah limfosit sebanyak 18 % yang berarti berada dibawah nilai

rujukan.

Anda mungkin juga menyukai