I. Metode Duke
Pada metode Duke, hasil dikatakan normal jika perdarahan terjadi selama 1-3 menit.
Pada metode Ivy, hasil dikatakan normal jika perdarahan terjadi selama1-6 menit
Darah dengan penambahan reagensia Rees Ecker, maka sel selain eritrosit dan trombosit akan
lisis. Jumlah trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer menggunakan mikroskop pada
perbesaran 400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan.
Darah dengan penambahan reagensia Amonium oxalat, maka selain trombosit akan lisis. Jumlah
trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer menggunakan mikroskop pada perbesaran
400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan.
Tujuan Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung adalah untuk mengetahui jumlah
trombosit per mikroliter darah.
Penghitungan : Untuk menentukan jumlah trombosit / µL darah atau / mm3 darah, maka faktor
penghitungan harus ditentukan terlebih dahulu.
Jumlah trombosit / µL darah = jumlah trombosit yang dihitung (N) X faktor (F)
Volume terlarut
= 1990 µL + 10 µL = 200
10 µL
V = (1 mm x 1 mm) X 1 mm = 1 mm3
10 10
Jika pengenceran 200 kali, maka faktor penghitungan adalah :
F = 200 = 2000
1/10
F. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung
Ketidaksesuaian pada tahap pra analitik, analitik dan paska analitik dapat
mempengaruhi hasil yang akan dilaporkan. Pada tahap pra analitik, harus diperhatikan fungsi
dan kebersihan alat yang digunakan, alat harus dalam keadaan bersih, kering dan berfungsi baik.
Garis-garis hitung pada bilik hitung harus dipastikan masih bergaris tegas, sehingga
memudahkan perhitungan. Reagensia yang digunakan tidak boleh melewati batas kadarluarsa
dan tidak memiliki endapan. Endapan pada reagensia dapat menyebabkan kesulitan dalam
menentukan trombosit ketika perhitungan, dapat menyebabkan kesalahan perhitungan. Tahap
analitik harus memperhatikan setiap prosedur yang dilaksanakan. Sampel harus
terhomogenisasi baik dengan cara menginversi tabung sampel sebanyak 8-10 kali. Apabila
sampel sudah tidak terhomogenisasi baik, maka jika terambil bagian supernatan sampel (bagian
atas), maka sel yang terhitung akan lebih sedikit (trombositopenia palsu). Pada pemipetan
reagensia dan sampel, harus dipehatikan tekanan pada mikropipet, pengambilan reagensia,
sampel dan pembilasan tip ketika pengenceran dilakukan pada tekanan pertama, sedangkan
membuang seluruh larutan yang tersisa pada tip dilakukan dengan melakukan tekanan
maksimal (tekanan dua).
a) Letakkan 1 tetes darah EDTA pada 2-3 mm dari ujung kaca objek. Letakkan kaca penghapus
dengan sudut 30-450 terhadap kaca objek didepan tetes darah.
b) Tarik kaca penghapus ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
c) Dengan gerakan yang mantap, doronglah kaca penghapus sehingga terbentuk hapusan darah
sepanjang 3-4 cm pada kaca objek dan hapusan darah harus berbentuk lidah api.
d) Biarkan hapusan mengering di udara. Tuliskan identitas pasien pada bagian tebal hapusan
dengan pensil. Sediaan apus darah yang baik adalah sediaan dengan panjang ½ - 2/3 panjang
kaca objek, terdapat bagian tipis dimana sel darah tidak saling bertumpuk dan tidak saling
terpisah jauh, sediaan tidak bergaris dan berlubang-lubang.
Sediaan apus darah yang tidak layak digunakan antara lain; bergaris, dapat disebabkan karena ujung
kaca penggeser yang tidak rata (gambar A), mendorong kaca penggeser dengan ragu-ragu (gambar B),
mendorong kaca penggeser terlalu cepat (gambar C), tetes darah terlalu sedikit (gambar D),
Tetes darah belum menyebar keseluruh tepi kaca penggeser (gambar E), kaca objek kotor, berlemak,
atau dikarenakan sampel darah dengan kadar lipid yang tinggi (gambar F), tekanan kaca penggeser yang
tidak rata/seimbang (gambar G) dan pembuatan SAD tertunda sehingga tetes darah sudah mulai
mengering (gambar H).
c) Genangi sediaan hapus darah dengan zat warna Giemsa, biarkan selama 20 -30 menit
d) Bilas dengan air mengalir.
e) Keringkan di udara
3. Cara pemeriksaan hitung trombosit dan pelaporan Cara hitung jumlah sel eritrosit :
Penghitungan :
Untuk menentukan jumlah sel eritrosit / µL darah atau / mm3 darah, maka faktor penghitungan
harus ditentukan terlebih dahulu.
Jumlah sel eritrosit / µL darah = jumlah sel eritrosit yang dihitung (N) X faktor (F)
a. Lakukan pengenceran darah sampel dan cairan cellpack dengan perbandingan 1:26, 20 µL
darah sampel dilarutkan dengan 500µL cellpack.
b. Pastikan alat dalam status Ready, Jika sistem tidak pada Pre-Diluted Mode tekan tombol
(Mode) untuk mengubah Analysis Mode dan gunakan tombol(Left/Right) untuk memilih
(Pre-Diluted), kemudian tekan tombol (Enter)
c. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol (Sample No) untuk memasukkan
nomor identitas darah sampel, kemudian tekan tombol (Enter).
d. Homogenisasikan darah sampel yang akan diperiksa dengan baik.
e. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan ujung probe menyentuh
dasar botol darah sampel agar tidak menghisap udara.
f. Tekan Start Switch untuk memulai proses
g. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar bunyi Beep dua kali. h. Hasil
akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada kertas printer
a) Metode Lee-white
b) Metode Slide
Masa pembekuan dihitung mulai keluarnya darah pada ujung jari setelah dilakukan penusukan
sampai terjadi benang-benang fibrin pada tetesan darah kedua objek glass.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH Untuk melihat lama waktu yang diperlukan
oleh darah untuk membeku pada setiap orang.
Metode Lee-White
1. Tourniquet 2. Tabung reaksi berdiameter 7-8mm 3. Water bath 4. Stopwatch 5. Kapas 6. Spuit
7. Alkohol 70%
Metode Slide
Selain itu, pada metode tabung, diameter tabung yang digunakan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan, dimana semakin lebar diameter tabung maka waktu pembekuan darah akan semakin
lama. Tabung yang tidak sedang diperiksa tidak boleh tergoyang karena jika tergoyang akan
mempercepat proses pembekuan darah. Tabung yang digunakan juga harus bersih dan kering, tabung
kotor dapat mempercepat pembentukan pembekuan darah, sedangkan tabung basah dapat
menyebabkan sampel darah lisis. Tabung yang digunakan sebaiknya dilapisi silikon agar tidak
mempengaruhi aktivitas trombosit. Waktu pembekuan pada metode slide lebih cepat karena darah akan
lebih cepat membeku daripada metode lee and white, hal ini dikarenakan darah akan kontak seluruhnya
pada permukaan gelas objek, selain itu gelas objek pun memiliki permukaan yang lebih besar sehingga
mempercepat waktu pembekuan darah. Perlu diperhatikan juga kebersihan objek glass yang dipakai
karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Jika terdapat kelainan atau pemanjangan waktu
pembekuan, maka hasil itu menjadi indikasi untuk lebih jauh menyelidiki faktor pembekuan mana yang
aktifitasnya berkurang, serta dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti jumlah dan fungsi
trombosit. Hasil pemeriksaan pembekuan darah yang memanjang dapat terjadi pada :
Penderita hemofilia (kelainan pada darah berupa darah yang sukar membeku)
Anemia
Penderita sclerosis (mengerasnya pembuluh nadi akibat endapan lemak/kapur).
Pemeriksaan Protrombin Time (PT)
A. PRINSIP PEMERIKSAAN PT
Mengukur lamanya waktu terbentuknya bekuan setelah plasma sitrat ditambahkan
faktor faringan (tromboplastin) dan kalsium. Rekalsifikasi plasma dikarenakan adanya faktor
jaringan, menaktivasi faktor Xa, terbentuknya trombin dan akhirnya bekuan fibrin yang tidak
larut.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN PT
Memanjangnya PT mengindikasikan kelainan dari faktor pembekuan darah I, II, V, VII,
dan X, baik kelainan didapat atupun kongenital. Pemeriksaan PT dapat digunakan untuk
monitoring terapi antikoagulan oral, berkurangnya aktivitas vitamin K. Pemeriksaan PT dapat
digunakan untuk melihat kemampuan faktor pembekuan darah ekstrinsik dan jalur bersama.
C. ALAT PEMERIKSAAN PT
D. BAHAN PEMERIKSAAN PT 1. Plasma sitrat miskin trombosit 2. Tromboplastin jaringan (ekstrak otak
kelinci) 3. Buffer (larutan garam, CaCl2, sodium azide)
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN PT
A. Pembuatan Plasma
1. Satu vial RGT dicampur dengan 1satu vial BUF, dihomogenisasi lalu didiamkan selama 30 menit
pada suhu kamar.
2. Larutan siap digunakan untuk pemeriksaan.
C. Pemeriksaan PT
1. Tabung reaksi 10 x 200 mm dan RGT dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 37OC
hingga hangat.
2. Kontrol/plasma dimasukkan sebanyak 100 uL kedalam tabung tadi lalu diinkubasi selama tiga
menit pada suhu 370C.
3. Reagensia yang telah dihangatkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, bertepatan dengan
masuknya reagensia, stopwatch dinyalakan.
4. Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan memiriingkan
tabung reaksi
5. Hentikan stopwatch pada saat terdapat benang fibrin. Lamanya waktu terbentuknya benang
fibrin disebut Masa Protrombin plasma.
G. INTREPRETASI HASIL PEMERIKSAAN PT
Nilai normal : 10- 14 detik.
Hasil pemeriksaan PT dapat dilaporkan dalam bentuk detik, %, ratio dan INR. Untuk
menentukan hasil selain dalam bentu detik, maka hasil pemeriksaan dapat dilihat dari tabel
yang disediakan oleh Human (sesuai kit insert reagensia yang digunakanan).
1. Pengambilan spesimen Teknik pengambilan spesimen harus dilakukan denganbenar dan sesuai
dengan standart. Sumber kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan darah yaitu:
a. Tekanan pada tourniquet yang terlalu lama menyebabkan beberapa analit keluar dari jaringan
dan masuk ke dalam darah sehingga menyebabkan hasil PT dan aPTT memendek. Oleh karena
itu pemasangan torniquet sebaiknya tidak boleh lebih dari 1 menit dan digunakan lengan
lainnya jika pemakaian torniquet harus berulang.
b. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan trombosit dan
fibrinogen menurun, PT dan aPTT memanjang dan bisa menyebkan hemolisis.
c. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan pemanjangan hasil PT dan aPTT.
Seharusnya pengambilan darah dilakukan ditempat lain yang tidak terpasang infus atau diambil
beberapa waktu setelah terapi infus agar spesimen tidak terdilusi oleh cairan infus.
d. Perbandingan darah / sitrat yang tidak tepat (konsentrasi sitrat meningkat, hasil memanjang
palsu).
2. Adanya bekuan. Terbentuknya bekuan darah dapat terjadi karena proses homogenisasi darah dengan
antikoagulan yang tidak sempurna, dapat memperpendek hasil PT.
3. Transport spesimen Pengiriman sampel dengan cara yang tepat menjamin kualitas sampel. Spesimen
harus secepatnya dikirim ke laboratorium rujukan. Penundaan terlalu lama dapat menyebabkan
perubahan fisik dan kimiawi yang akan memperpanjang hasil PT. Untuk pemeriksaan PT jika
pemeriksaan ditunda lebih dari 8 jam sampel harus disimpan dalam keadaan beku
4. Ketepatan pemipetan
5. Adanya kontaminasi
Tes aPTT dilakukan dengan menambahkan reagensia aPTT yang mengandung aktivator plasma dan
phospolipid ke dalam sampel. Phospholipid berfungsi sebagai pengganti trombosit. Campuran larutan
kemudian diinkubasi, lalu dikalsifikasi dengan calsium chloride. Waktu terbentuknya bekuan dicatat
sebagai aPTT.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN aPTT Tes aPTT merupakan tes sederhana untuk mendeteksi defisiensi faktor
pembekuan pada plasma, kecuali faktor VII. aPTT dapat digunakan untuk mendeteksi defisiensi faktor
XII, XI, X, IX,VII, V, II, I dan prekalikrein.
C. ALAT PEMERIKSAAN aPTT 1. Sentrifuge 2. HumaClot Duo 3. Kuvet (sesuai alat HumaClot Duo) 4.
Mikropipet 100 μL 5. Tip kuning
2. Reagensia 1 aPTT Human (berisi rabbit brain cephalin, allegic acid, buffer dan sodium acide)
4. Reagensia 1 dihomogenisasi lalu dipipet sebanyak 100 μL lalu dimasukkan ke dalam kuvet,
dihomogenkan lalu diinkubasi selama 37OC
5. tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready maka reagensia 2 yang telah dihangatkan
ditambahkan ke dalam kuvet sebanyak 100μL.
6. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan adalah nilai rata-rata
dari pemeriksaan tersebut.
F. INTREPRETASI HASIL PEMERIKSAAN aPTT
G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN aPTT Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain :Pembekuan sampel darah, sampel darah hemolisis atau
berbusa, pengambilan sampel darah pada jalur intravena, misal pada infus heparin. Hasil aPTT juga
dapat dipengaruhi pada pasien yang mengkonsumsi kontrasepsi oral, estrogen, kehamilan, obat-obatan
yang mengandung caumarin, heparin, asparaginase, dan naloxone. Selain itu, hasil dapat dipengaruhi
ketika pada sampel terdapat inhibitor. Untuk Mengetahui letak kelainan pembekuan dilakukan tes
terhadap inhibitor:Campuran 50:50 antara plasma kontrol dan plasma pasien dicampur dan dilakukan
tes, jika tetap memanjang berarti terdapat inhibitor tetapi bila terkoreksi berarti kelainannya
disebabkan oleh adanya defisiensi. Pada pemeriksaan aPTT penyimpanan dan stabilitas reagensia dan
bahan perlu diperhatikan. Reagensia disimpan pada suhu 2-8 OC, tidak boleh dibekukan. Vial reagensia
yang telah dibuka stabil selama 14 hari ketika disimpan pada suhu 2-8 OC, dihomogenisasi terlebih
dahulu sebelum digunakan. Sampel harus dipersiapkan dan dikerjakan pada suhu suhu 22 - 24OC dan
diujikan maksimal 2 jam setelah pengambilan sampel. Untuk penundaan pemerikasaan, sampel dapat
dibekukan, stabil hingga dua minggu atau pada suhu -70OC, stabil sampai enam bulan. Sampel yang
dibekukan dapat dicairkan dengan cepat pada suhu 37OC. Sampel tersebut harus dihomogenisasi,
digunakan secepatnya dan tidak boleh dibekukan kembali/ beku ulang.
A. PRINSIP PEMERIKSAAN PRT Pada plasma rendah trombosit yang tidak mengandung ion Ca
ditambahkan sejumlah CaCl2, lamanya waktu untuk menyusun fibrin adalah masa rekalsifikasi.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN PRT untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor pembekuan darah pada
jalur intrinsik, yaitu faktor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, protrombin dan fibrinogen.
C. ALAT PEMERIKSAAN PRT 1. Tabung reaksi 2. Sentrifuge 3. Stopwatch 4. Waterbath 37°C 5. Pipet ukur
1 ml Reagensia : 1. Larutan CaCl2 0,025 M i. CaCl2 1,38 gr ii. Aquadest 500 ml 2. Larutan Natrium
Chlorida 0,85% 3. Na Citrat 3,8%
D. BAHAN PEMERIKSAAN PRT Darah vena yang telah diberi antikoagulan Na Citrat 3,8% (perbandingan
darah dengan Na Citrat = 9:1) yang disentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Sampel
dapat disimpan pada suhu 25-300C dan harus diperiksa kurang dari 2 jam.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN PRT Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain antara lain faktor pra analitik, analitik dan paska analitik.
Pada tahap pra analitik perlu diperhatikan jangan sampai terdapat bekuan sampel darah, sampel darah
hemolisis atau berbusa, pengambilan sampel darah pada jalur intravena, misal pada infus heparin. Pada
proses analitik perlu diperhatikan ketepatan waktu menyalakan stopwatch serta ketepatan mengamati
terbentuknya bekuan. Pata tahap paska analitik, perlu diperhatikan penulisan pelaporan hasil.
A. PRINSIP PEMERIKSAAN TT
Plasma ditambahkan larutan Thrombin akan terjadi bekuan fibrin. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk terbentuknya bekuannya merupakan masa trombin/ trombin time.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN TT
Untuk mendeteksi adanya kelainan yang dapat mengganggu terbentuknya fibrin dari
fibrinogen. Seringkali uji TT digunakan untuk memonitoring terapi heparin.
C. ALAT PEMERIKSAAN TT 1. Sentrifuge 2. HumaClot Duo 3. Kuvet (sesuai alat HumaClot Duo) 4.
Mikropipet adjustable 100 - 1000 μL 5. Tip biru
D. BAHAN PEMERIKSAAN TT
2. Reagensia trombin (terdiri atas trombin, buffer dan sodium azide) Sebelum digunakan, reagensia
dicairkan menggunakan 3,0 mL aquades lalu dihomogenisasi dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu
18 – 25OC sebelum digunakan.
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN TT
1. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan (reagensia yang digunakan harus sesuai dengan suhu
ruang).
4. Tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready lalu Reagensia trombin dimasukkan ke
dalam kuvet tersebut sebanyak 150 μL.
5. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan adalah nilai rata-rata
dari pemeriksaan tersebut.
F. INTERPRETASI HASIL
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan TT antara lain ; pembekuan sampel darah, sampel
darah hemolisis atau berbusa serta pengambilan sampel darah pada jalur intravena, misal pada infus
heparin. Pada pemeriksaan TT penyimpanan serta stabilitas reagensia dan bahan perlu diperhatikan.
Reagensia stabil selama 3 hari pada suhu 22 OC, 5 hari pada suhu 15OC dan 7 hari pada suhu 2-8 OC
selama disimpan pada wadah gelas dari produsen. Reagensia tidak boleh dibekukan. Sampel harus
dipersiapkan dan dikerjakan pada suhu suhu 22 - 24OC dan diujikan selama 2 jam atau 4 jam ketika
sampel disimpan pada suhu 4-8 OC. setelah pengambilan sampel. Untuk penundaan pemerikasaan,
sampel dapat dibekukan. Sampel stabil hingga dua minggu apabila disimpan pada suhu -20 OC atau
stabil sampai enam bulan ketika disimpan pada suhu -70OC. Sampel yang dibekukan dapat dicairkan
dengan cepat pada suhu 37OC. Sampel tersebut harusdihomogenisasi, digunakan secepatnya dan tidak
boleh dibekukan kembali/ beku ulang.