Anda di halaman 1dari 20

1.

Pemeriksaan hemostasis (vaskuler dan seluler)

Pemeriksaan Rumple leed

A. PRINSIP PEMERIKSAAN RUMPLE LEED


Dilakukan pembendungan pada pembuluh darah vena, sehingga tekanan darah dalam
pembuluh kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah
keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak merah
kecil pada permukaan kulit, yang disebut dengan Petechia.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
Pemeriksaan Rumple leed dilakukan untuk menguji ketahanan dinding pembuluh darah
kapiler. Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit. Kondisi
trombositopenia dapat menyebabkan hasil rumple leed positif. Pada pasien yang telah
memiliki purpura secara spontan, percobaan ini tidak perlu dilakukan
C. ALAT PEMERIKSAAN RUMPLE LEED Pada pemeriksaan rumple leed disiapkan alat-alat sebagai
berikut: Spygmomanometer, Timer/jam, Penggaris, dan Ballpoint. Sebelum digunakan, alat-
alat tersebut harus dipastikan bekerja dengan baik.
D. PROSEDUR PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
1. Alat disiapkan.
2. Tekanan darah pasien diperiksa terlebih dahulu untuk menentukan tekanan
sfigmomanometer selama uji rumple leed.
3. Sfigmomanometer dipasang di lengan atas dan dipompa hingga nilai tengah hasil
penambahan tekanan sistolik dan diastolik (misalkan tekanan sistolik 80 mmHg dan
Diastolik 120 mmHg, maka tekanan sfigmomanometer selama uji rumple leed adalah
100 mmHg ; ((80 + 120) : 2)
4. Tekanan ditahan selama 10 menit (jika uji dilakukan pada lengan yang sama setelah
tes masa perdarahan metode Ivy, maka tekanan ditahan selama 5 menit).
5. Ikatan spygmomanometer dilepaskan setelah masa pembendungan selesai, lengan
yang dibendung dibiarkan hingga kondisi lengan statis (warna lengan serupa dengan
lengan yang tidak dibendung).
6. Adanya Petechia (bercak merah) dihitung pada lingkaran dengan diameter 5 cm,
kirakira 4 cm distal dari fossa cubiti.
E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
Dalam keadaan normal, jumlah Petechia di dalam lingkaran kurang dari atau sama
dengan 10. Hasil rumple leed dinyatakan positif jika dalam lingkaran terdapat > 10 petechia.
Apabila jauh pada bagian distal lengan terbentuk banyak petechia, maka hasil dilaporkan
positif.
F. FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
Hasil pemeriksaan rumple leed dipengaruhi oleh kondisi klinis ataupun pengerjaan uji
mulai dari pra analitik hingga paska analitik. Kondisi klinis pasien dengan keadaan vaskular
yang kurang baik, jumlah trombosit serta fungsi trombosit yang kurang dari nilai normal akan
menyebabkan petchia mudah terbentuk. Hal tersebut dikarenakan ketika sfigmomanometer
dipasang pada tekanan tertentu, maka pembuluh darah akan mengalami tekanan lebih dari
kondisi normal. Apabila kondisi vaskular kurang baik, maka darah akan merembes keluar ke
jaringan akibat dari tekanan sfigmomanometer. Rembesan darah dapat dihindari apabila
jumlah dan fungsi trombosit baik, karena ketika akan terjadi rembesan, trombosit akan
membentuk sumbat trombosit, sehingga darah tidak keluar ke jaringan dan petechia tidak
terbentuk. Pada proses uji rumple leed persiapan alat akan mempengaruhi, ketika tekanan
sfigmomanometer tidah stabil, maka tekanan dapat menurun ketika proses uji. Hal tersebut
dapat menyebabkan tekanan darah tidak sesuai dengan SOP, sehingga stimulus
pembentukkan petchia tidak sesuai SOP. Kondisi tersebut dapat menyebabkan hasil rumple
leed negatif palsu. Pada tahap analitik, penetapan daerah hitung petechia serta pengenalan
ATLM terhadap petechia sangat mempengaruhi hasil. Petechia tidak boleh dihitung pada
daerah lipatan siku (<4 distal dari fossa cubiti) karena pada bagian tersebut tekanan
sfigmomanometer lebih besar, sehingga akan lebih mudah terbentuk petchia. Perhitungan
petechia di sekitar lipat siku dapat menyebabkan interpretasi positif palsu. Pengenalan ATLM
terhadap petechia juga sangat mempengaruhi hasil, karena jika tidak mengetahui bentuk
petchia maka akan menyebabkan kesalahan interpretasi hasil. Ukuran lingkar daerah baca
juga harus ditentukan dengan tepat, jika kurang dari atau lebih dari 5 cm maka akan
menyebabkan kesalahan interpretasi hasil. Selain melihat daerah baca disekitar lingkaran,
ATLM juga harus melihat bagian voler lengan, jika banyak terdapat petechia, maka hasil uji
rumple leed positif. Kesalahan paska analitik terjadi ketika terjadi kesalahan penulisan hasil
uji, oleh karena itu penulisan hasil harus dilakukan dengan teliti sesuai dengan hasil uji.

Pemeriksaan Masa Perdarahan


A. PRINSIP PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan/bleeding time dapat dilakukan dengan metode Ivy
dan Duke. Metode Ivy dilakukan dengan membuat perlukaan pada bagian voler lengan
sedangkan metode Duke dilakukan membuat perlukaan pada bagian bawah cuping
telinga. Metode yang disarankan adalah metode Ivy, karena pada metode tersebut
dilakukan pembendungan lengan pada tekanan 40 mmHg, sehingga terdapat perlakuan
yang standar pada pembuluh darah kapiler yang dilukai. Metode Duke sebaiknya hanya
dilakukan pada pasien bayi, karena tidak mungkin dilakukan pembendungan pada lengan
pasien.
Prinsip pemeriksaan masa perdarahan adalah perlukaan standar dilakukan pada
pembuluh kapiler baik di permukaan volar lengan ataupun bagian bawah cuping telinga.
Lamanya perdarahan pada luka tersebut diukur dan dilaporkan sebagai masa perdarahan.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan / bleeding time dilakukan untuk menilai
kemampuan vaskular dan trombosit pada proses penghentian perdarahan
C. ALAT PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
Pada pemeriksaan masa perdarahan / bleeding time disiapkan alat-alat sebagai
berikut: Spygmomanometer (untuk metode Ivy), autoklik, lancet, kapas alkohol, kertas
saring dan stopwatch. Sebelum penggunaan, harus dipastikan bahwa lancet dalam
kondisi steril, autoklik dan stopwatch berfungsi dengan baik.
D. PROSEDUR PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
I. Metode Duke
1. Alat disiapkan.
2. Bagian daun telinga diantisepsis menggunakan kapas alkohol 70% lalu dibiarkan
mengering.
3. Pada bagian bawah telinga dilakukan penusukan menggunakan lanset dengan
kedalaman 2 mm.
4. Stopwatch dijalankan ketika terlihat adanya tetesan darah dari daerah yang
dilukai.
5. Tetes darah yang keluar diisap menggunakan kertas saring setiap 30 detik
(penghisapan tetesan darah dilakukan tidak dengan cara menekan kertas saring
ke daerah bagian perlukaan).
6. Stopwatch dihentikan ketika darah tidah dapat dihisap lagi.
7. Waktu pada stopwatch dicatat sebagai masa perdarahan pasien.
II. Metode Ivy
1. Alat disiapkan.
2. Bagian voler lengan bawah diantisepsis menggunakan kapas alkohol 70% lalu
dibiarkan mengering.
3. Manset spygmomanometer dipasang di lengan atas dan dipompa hingga tekanan 40
mmHg (tekanan dipertahankan selama pemeriksaan berlangsung).
4. Tegangkan kulit bagian lengan bawah menggunakan tangan kiri, kira-kira 3 cm
dibawah lipat siku lakukan penusukan menggunakan lanset dengan kedalaman 3 mm.
5. Stopwatch dijalankan ketika terlihat adanya tetesan darah dari daerah yang dilukai.
6. Tetes darah yang keluar diisap menggunakan kertas saring setiap 30 detik
(penghisapan tetesan darah dilakukan tidak dengan cara menekan kertas saring ke
daerah bagian perlukaan).
7. Stopwatch dihentikan ketika darah tidah dapat dihisap lagi.
8. Waktu pada stopwatch dicatat sebagai masa perdarahan pasien.

E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN

I. Metode Duke

Pada metode Duke, hasil dikatakan normal jika perdarahan terjadi selama 1-3 menit.

II. Metode Ivy

Pada metode Ivy, hasil dikatakan normal jika perdarahan terjadi selama1-6 menit

F. FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN


Persiapan yang tidak sesuai pada tahap pra analitik, analitik dan paska analitik dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan masa perdarahan. Pada tahap pra analitik, persiapan alat dan bahan
perlu diperhatikan, fungsi autoklik yang baik, fungsi sfigmomanometer pada metode Ivy harus
dipastikan baik. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap analitik adalah pemilihan tempat penusukan.
Tempat penusukan pada metode Ivy, harus dipastikan bukan daerah tempat pembuluh darah vena,
karena apabila pembuluh darah vena yang tertusuk, maka masa perdarahan akan memanjang. Hasil
pemeriksaan lebih dari 10 menit perlu dilakukan pengujian ulang karena dikhawatirkan terjadi
penusukan pembuluh darah vena. Apabila hasil uji ulang memang lebih dari 10 menit, maka memang
masa perdarahan pasien memanjang. Pada metode Ivy diameter tetes darah pertama harus minimal 5
mm. Apabila tetes darah pertama kurang dari 5 mm, dikhawatirkan penusukan kurang dalam, sehingga
perlu dilakukan penusukan ulang. Penggunaan stopwatch tepat waktu juga akan mempengaruhi hasil.
Stopwatch harus dinyala tepat ketika tetes darah pertama keluar dari daerah perlukaan, tetes darah
harus diserap setiap 30 detik dan mematikan stopwatch harus tepat ketika tetes darah sudah terhenti
(tidak terdapat tetes darah pada kertas saring. Kesalahan pada tahap paskaanalitik dapat terjadi ketika
terjadi kesalahan pelaporan hasil, seperti kesalahan pada penulisan satuan hasil.

Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung

A. PRINSIP PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA LANGSUNG

I. Metode Rees Ecker

Darah dengan penambahan reagensia Rees Ecker, maka sel selain eritrosit dan trombosit akan
lisis. Jumlah trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer menggunakan mikroskop pada
perbesaran 400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan.

II. Metode Amonium oxalat

Darah dengan penambahan reagensia Amonium oxalat, maka selain trombosit akan lisis. Jumlah
trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer menggunakan mikroskop pada perbesaran
400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA LANGSUNG

Tujuan Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung adalah untuk mengetahui jumlah
trombosit per mikroliter darah.

C. ALAT DAN BAHAN PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA LANGSUNG

Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung dilakukan dengan menggunakan; Hemositometer


Improved Neubauer, Mikropipet 10 μL, Mikropipet 1000 μL, Tip kuning, Tip biru, Tabung reaksi, Cawan
petri, Mikroskop. Bahan yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah reagensia amonium oxalat / Rees
Ecker dan sampel darah EDTA
D.PROSEDUR PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA LANGSUNG

1. Larutan pengencer/reagensia (Rees Ecker/Amonium oxalat) dimasukkan ke dalam tabung reaksi


sebanyak 1990μL.
2. Darah sampel dimasukkan ke dalam tabung tersebut sebanyak 10μL, lalu dihomogenisasi.
3. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam bilik hitung (satu aliran).
4. Larutan dalam bilik hitung diinkubasi terlebih dahulu selama 10 menit di dalam cawan petri
tertutup yang dialasi oleh tissue/kapas basah.
5. Trombosit dihitung pada 25 kotak kecil di bagian tengah bilik hitung dengan luas
1mm2menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 40x. Perhitungan dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan “kiri atas”. Ketentuan “kiri atas” adalah trombosit yang
menyinggung garis batas sebelah kiri dan batas atas dihitung, sedangkan trombosit yang
menyinggung garis batas sebelah kanan dan bawah tidak dihitung.
6. Jumlah trombosit yang ditemukan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian hasil
perhitungan dilaporkan sebagai jumlah trombosit sampel.

Bilik hitung Improved Neubauer

Penghitungan : Untuk menentukan jumlah trombosit / µL darah atau / mm3 darah, maka faktor
penghitungan harus ditentukan terlebih dahulu.

Jumlah trombosit / µL darah = jumlah trombosit yang dihitung (N) X faktor (F)

F = Faktor pengenceran (P)

Volume bilik hitung (V)

Pengenceran sampel (P) :

P = Total volume cairan (pelarut+terlarut)

Volume terlarut

= 1990 µL + 10 µL = 200

10 µL

Volume bilik hitung (V) :

V = luas bilik hitung (L) X tinggi bilik hitung (T)

V = (1 mm x 1 mm) X 1 mm = 1 mm3

10 10
Jika pengenceran 200 kali, maka faktor penghitungan adalah :

F = 200 = 2000

1/10

Jumlah sel trombosit / µL darah = N X 2000

E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung

Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah 150.000-450.000


trombosit /µL darah. Jumlah kurang dari 150.000 trombosit /µL darah disebut dengan
trombositopenia, sedangkan jumlah lebih dari 450.000 trombosit /µL darah disebut dengan
trombositosis.

F. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung
Ketidaksesuaian pada tahap pra analitik, analitik dan paska analitik dapat
mempengaruhi hasil yang akan dilaporkan. Pada tahap pra analitik, harus diperhatikan fungsi
dan kebersihan alat yang digunakan, alat harus dalam keadaan bersih, kering dan berfungsi baik.
Garis-garis hitung pada bilik hitung harus dipastikan masih bergaris tegas, sehingga
memudahkan perhitungan. Reagensia yang digunakan tidak boleh melewati batas kadarluarsa
dan tidak memiliki endapan. Endapan pada reagensia dapat menyebabkan kesulitan dalam
menentukan trombosit ketika perhitungan, dapat menyebabkan kesalahan perhitungan. Tahap
analitik harus memperhatikan setiap prosedur yang dilaksanakan. Sampel harus
terhomogenisasi baik dengan cara menginversi tabung sampel sebanyak 8-10 kali. Apabila
sampel sudah tidak terhomogenisasi baik, maka jika terambil bagian supernatan sampel (bagian
atas), maka sel yang terhitung akan lebih sedikit (trombositopenia palsu). Pada pemipetan
reagensia dan sampel, harus dipehatikan tekanan pada mikropipet, pengambilan reagensia,
sampel dan pembilasan tip ketika pengenceran dilakukan pada tekanan pertama, sedangkan
membuang seluruh larutan yang tersisa pada tip dilakukan dengan melakukan tekanan
maksimal (tekanan dua).

Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Tidak Langsung

A. PRINSIP PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA TIDAK LANGSUNG


Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit pada hapusan darah dengan
caradibandingkan dengan jumlah eritrosit dalam 1mm3 darah.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA TIDAK LANGSUNG
Tujuan Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung adalah untuk mengetahui jumlah
trombosit per mikroliter darah.
C. ALAT DAN BAHAN PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA TIDAK LANGSUNG
Pada pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Tidak Langsung digunakan alat-alat sebagai
berikut ; Kaca objek, Pipet Pasteur, Mikroskop. Hitung jumlah trombosit cara tidak langsung
dilakukan dengan membandingkan jumlah trombosit per 1000 eritrosit pada hapusan darah
dengan jumlah eritrosit dalam 1mm3 darah. Oleh karena itu pada metode ini juga dilakukan
hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan alat-alat sebagai berikut ; Mikropipet 10μL,
mikropipet 1000 μL, tip kuning, tip biru, tabung reaksi, bilik hitung Improved Neubauer,
mikroskop. Bahan yang digunakan adalah darah EDTA, sedangkan reagensia yang digunakan
adalah pewarna Giemsa, larutan metanol dan larutan Hayem untuk menghitung jumlah sel
eritrosit.

D. PROSEDUR PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA TIDAK LANGSUNG

1. Membuat sediaan hapus darah

a) Letakkan 1 tetes darah EDTA pada 2-3 mm dari ujung kaca objek. Letakkan kaca penghapus
dengan sudut 30-450 terhadap kaca objek didepan tetes darah.
b) Tarik kaca penghapus ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
c) Dengan gerakan yang mantap, doronglah kaca penghapus sehingga terbentuk hapusan darah
sepanjang 3-4 cm pada kaca objek dan hapusan darah harus berbentuk lidah api.
d) Biarkan hapusan mengering di udara. Tuliskan identitas pasien pada bagian tebal hapusan
dengan pensil. Sediaan apus darah yang baik adalah sediaan dengan panjang ½ - 2/3 panjang
kaca objek, terdapat bagian tipis dimana sel darah tidak saling bertumpuk dan tidak saling
terpisah jauh, sediaan tidak bergaris dan berlubang-lubang.

Sediaan apus darah yang tidak layak digunakan antara lain; bergaris, dapat disebabkan karena ujung
kaca penggeser yang tidak rata (gambar A), mendorong kaca penggeser dengan ragu-ragu (gambar B),
mendorong kaca penggeser terlalu cepat (gambar C), tetes darah terlalu sedikit (gambar D),

Tetes darah belum menyebar keseluruh tepi kaca penggeser (gambar E), kaca objek kotor, berlemak,
atau dikarenakan sampel darah dengan kadar lipid yang tinggi (gambar F), tekanan kaca penggeser yang
tidak rata/seimbang (gambar G) dan pembuatan SAD tertunda sehingga tetes darah sudah mulai
mengering (gambar H).

2. Cara mewarnai sediaan apusan darah

a) Letakkan sediaan diatas rak pewarnaan

b) Fiksasi sediaan apus darah dengan methanol absolute selama 2 – 3 menit.

c) Genangi sediaan hapus darah dengan zat warna Giemsa, biarkan selama 20 -30 menit
d) Bilas dengan air mengalir.

e) Keringkan di udara

3. Cara pemeriksaan hitung trombosit dan pelaporan Cara hitung jumlah sel eritrosit :

a) Larutan pengencer/reagensia Hayem dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1990μL.


b) Darah sampel dimasukkan ke dalam tabung tersebut sebanyak 10μL, lalu dihomogenisasi selama
1-2 menit.
c) Campuran tersebut dimasukkan ke dalam bilik hitung (satu aliran).
d) Larutan dalam bilik hitung diinkubasi terlebih dahulu selama 1-2 menit agar sel yang dimasukkan
kedalam bilik hitung statis, tidak bergerak.
e) Sel eritrosit dihitung pada 5 kotak kecil di bagian tengah bilik hitung dengan luas 1/5
mm2menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 40 x. Perhitungan dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan “kiri atas”. Ketentuan “kiri atas” adalah trombosit yang
menyinggung garis batas sebelah kiri dan batas atas dihitung, sedangkan trombosit yang
menyinggung garis batas sebelah kanan dan bawah tidak dihitung.
f) Jumlah sel eritrosit yang ditemukan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian hasil
perhitungan dilaporkan sebagai jumlah sel eritrosit sampel.

Penghitungan :
Untuk menentukan jumlah sel eritrosit / µL darah atau / mm3 darah, maka faktor penghitungan
harus ditentukan terlebih dahulu.

Jumlah sel eritrosit / µL darah = jumlah sel eritrosit yang dihitung (N) X faktor (F)

F = Faktor pengenceran (P)


Volume bilik hitung (V)

Pengenceran sampel (P) :

P = Total volume cairan (pelarut+terlarut)


Volume terlarut
= 1990 µL + 10 µL = 200
10 µL
Volume bilik hitung (V) :
V = luas bilik hitung (L) X tinggi bilik hitung (T)
V = (1/5 mm x 1/5 mm x 5 kotak) X 1 mm = 1 mm3
10 50
Jika pengenceran 200 kali, maka faktor penghitungan adalah : F = 200 = 10.000 1/50
Pemeriksaan hitung trombosit dan pelaporannya :
a) Hitung dahulu jumlah eritrosit secara manual dengan bilik hitung
b) Letakkan SAD pada meja mikroskop lalu cari lapang pandang yang baik (sel-sel darah
tidak menggumpal dan tidak saling berjauhan) menggunakan perbesaran 100x.
c) Letakkan 1 tetes minyak imersi pada bagian lapang pandang lalu geser lensa objektif
ke perbesaran 1000x (lensa objektif 100x)
d) Trombosit dihitung per 1000 eritrosit pada pada perbesaran 1000x
e) Jumlah trombosit per µL darah dihitung dengan melakukan perhitungan sebagai
berikut :
Jumlah trombosit per µL : Jumlah trombosit SAD X Jumlah eritrosit per µL darah
Jumlah eritrosit SAD

D. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARATIDAK LANGSUNG


Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah 150.000-450.000
trombosit /µL darah. Jumlah kurang dari 150.000 trombosit /µL darah disebut dengan
trombositopenia, sedangkan jumlah lebih dari 450.000 trombosit /µL darah disebut dengan
trombositosis.
E. FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT
CARA TIDAK LANGSUNG
Pada pemeriksaan hitung trombosit cara tidak langsung sangat dipengaruhi oleh
pengerjaan tahap pra analitik, analitik dan paska analitik. Pada tahap pra analitik perlu
diperhatikan kaca objek yang yang digunakan. Kaca objek harus yang bersih dan bebas dari
lemak. Kaca objek yang kotor dan berlemak, dapat menyebabkan apusan darah yang dibuat
menjadi tidak rata dan berlubang, sehingga akan mengurangi daerah baca dan sebaran sel
menjadi tidak merata. Penggunaan larutan pewarnaan perlu diperhatikan masa kadarluarsa,,
kebersihan serta konsentrasi larutan yang dapat mewarnai sel secara maksimal. Pewarna yang
kotor juga dapat mengganggu pemeriksaan karena dapat menyebabkan adanya kotoran pada
apusan, sebaiknya larutan pewarnaan disaring terlebih dahulu sebelum digunakan. Konsentrasi
pewarna yang dapat mewarnai maksimal perlu diuji terlebih dahulu sebelum digunakan.
Walaupun kit insert reagensia telah menjelaskan konsentrasi pengenceran yang harus dilakukan,
akan tetapi kemampuan reagensia akan dapat menurun sejalan dengan masa penyimpanan
dikarenakan suhu penyimpanan reagensia. Pewarna yang tidak maksimal mewarnai dapat
menyebabkan hasil pewarnaan sel menjadi tidak jelas, sehingga menyulitkan dalam
mengidentifikasi sel-sel pada sediaan apus darah. Pada tahap analitik, caramembuat apusan
darah dapat mempengaruhi hasil. Syarat apusan darah yang layak digunakan adalah memiliki
panjang sediaan 2/3 kaca objek, apusan darah tidak bergaris dan tidak berlubang serta memiliki
daerah baca. Apusan darah yang baik didapat dengan menentukan sudut apusan yang baik
ketika membuat sediaan. Pada pembuatan apusan, ketika tetes darah cukup banyak, maka
sudut kaca penghapus diperkecil, sehingga menyebabkan geseran apusan menjadi lebih
panjang, dimana hal tersebut membuat sebaran sel menjadi baik. Sudut kaca penghapus yang
besar dapat menyebabkan apusan darah menjadi pendek. Selain cara pembuatan apusan, cara
mewarnai sediaan juga mempengaruhi, dimana pewarnaan harus dilakukan sesuai prosedur.
Pemilihan daerah baca sangat menentukan hasil pemeriksaan. Daerah baca dilihat secara
mikroskopis, dimana sel-sel darah tersebar rata dan tidak saling menumpuk. Pengenalan
trombosit secara mikroskopis sangat mempengaruhi hitung trombosit, karena jika tidak
mengenali sel trombosit maka akan terjadi kesalahan perhitungan. Penulisan hasil pada tahap
paska analitik harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pelaporan hasil.

Pemeriksaan Hitung Trombosit Menggunakan Alat Otomatisasi


A. PRINSIP PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT OTOMATISASI
1. Metode Impedans
Alat otomatisasi dengan metode impedance, menghitung sel berdasarkan ukuran sel.
Pada metode electrical impedance sel dihitung berdasarkan ukuran sel. Sel dalam darah akan
melewati orifice/celah, dimana sel yang tersebut akan melewati celah satu persatu dan
mengganggu aliran listrik ketika melewati celah. Besar gangguan aliran listrik sebanding dengan
ukuran sel.
2. Metode Flow cytometri
Pengukuran jumlah dan sifat sel yang dibungkus oleh aliran cairan yang melewati celah
sempit, sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu
persatu, melewati sinar laser, dimana absorbansi setiap sel akan diukur dengan melalui
beberapa sudut sehingga dapat diketahui granula, diameter sel serta kompleksitas intra sel .
3. Metode Flouresensi
Flowsitometri Alat otomatisasi metode flouresensi flowsitometri mempunyai prinsip
seperti alat flowsitometri, hanya saja dilakukan penambahan reagensia flowresensi untuk
menghitung sel spesifik. Pewarnaan flowresensi akan menginformasikan rasio inti sel dan
plasma dari setiap sel yang diwarnai, sehingga berguna dalam membedakan sel trombosit,
eritrosit berinti dan retikulosit.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT OTOMATISASI
Tujuan Pemeriksaan Hitung Trombosit menggunakan alat otomatisasi adalah untuk
mengetahui jumlah trombosit per mikroliter darah.
C. ALAT PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT OTOMATISASI
Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung dilakukan dengan menggunakan; alat
otomotatisasi seperti, Sysmex KX-21, Medonix, Sysmex XE-5000, ADVIA 120 dan lain-lain. Pada
penggunaan alat otomatisasi bahan yang diperlukan adalah sampel darah EDTA, reagensia dari
alat otomatisasi tersebut serta bahan control. Bahan kontrol terdiri dari tiga level, yaitu low,
normal dan high. Bahan kontrol low memilikinilai hasil pemeriksaan dibawah nilai normal, bahan
kontrol normal memiliki hasil pemeriksaan di dalam batas nilai normal, dan bahan kontrol high
memiliki hasil pemeriksaan diatas nilai normal. Ketiga kontrol tersebut harus dikerjakan sebelum
sampel dikerjakan untuk memastikan bahwa alat dapat mampu menghitung sel dalam batas
nilai rendah, normal dan tinggi.
D. PROSEDUR PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT OTOMATISASI
Pada modul ini akan dijelaskan cara kerja pemeriksaan hitung jumlah trombosit
menggunakan alat Sysmex KX-21.
1. Menyalakan alat
a. Sambungkan kabel power pada stabilisator (stravo).
b. Nyalakan alat ( saklar on/off yang berada pada sisi kanan bawah alat)
c. Alat akan melakukan auto clean sendiri.
d. Secara otomatis alat akan melakukan pemeriksaan latar belakang. e. Pastikan alat
berada pada posisi siap ( ready )

2. Menjalankan bahan control

a. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol (Select)


b. Tekan tombol (2) untuk memilih “ 2. Quality Control “
c. Pada layar QC, tekan tombol ( Sample No) untuk memilih nomor file (Control Level)
yang dikehendaki, kemudian tekan tombol ( Enter )
d. Tekan tombol (1) untuk memilih (1. QC Analayze) dan layar Control Analisis akan
tampil.
e. Homogenisasikan bahankontrol yang akan diperiksa dengan baik.
f. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan ujung probe
menyentuh dasar botol darah kontrol agar tidak menghisap udara.
g. Tekan Start Switch untuk memulai proses
h. Tarik botol bahankontrol dari bawah probe setelah terdengar bunyi Beep dua kali.
i. Setelah hasil tertampil pada layar, tekan tombol (1) untuk menyimpan atau (2)
untuk menolak hasil kontrol tersebut.
j. Tekan (3) untuk memilik (3.Print) agar hasil kontrol tercetak.
3. Melakukan pemeriksaan darah dengan Whole Blood (WB) Mode
a. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol (Sample No) untuk
memasukakkan nomor identitas darah sampel, kemudian tekan tombol (Enter).
b. Homogenisasikan darah sampel yang akan diperiksa dengan baik
c. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan ujung probe
menyentuh dasar botol darah sampel agar tidak menghisap udara.
d. Tekan Start Switch untuk memulai proses
e. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar bunyi Beep dua kali.
f. Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada kertas printer.

4. Melakukan pemeriksaan darah dengan Pre-Diluted Mode(digunakan ketika volume sampel


sedikit)

a. Lakukan pengenceran darah sampel dan cairan cellpack dengan perbandingan 1:26, 20 µL
darah sampel dilarutkan dengan 500µL cellpack.
b. Pastikan alat dalam status Ready, Jika sistem tidak pada Pre-Diluted Mode tekan tombol
(Mode) untuk mengubah Analysis Mode dan gunakan tombol(Left/Right) untuk memilih
(Pre-Diluted), kemudian tekan tombol (Enter)
c. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol (Sample No) untuk memasukkan
nomor identitas darah sampel, kemudian tekan tombol (Enter).
d. Homogenisasikan darah sampel yang akan diperiksa dengan baik.
e. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan ujung probe menyentuh
dasar botol darah sampel agar tidak menghisap udara.
f. Tekan Start Switch untuk memulai proses
g. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar bunyi Beep dua kali. h. Hasil
akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada kertas printer

E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT


OTOMATISASI Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah 150.000-
450.000 trombosit / µL darah. Jumlah kurang dari 150.000 trombosit / µL darah disebut
dengan trombositopenia, sedangkan jumlah lebih dari 450.000 trombosit / µL darah disebut
dengan trombositosis. Pemeriksaan hitung trombosit dapat dilaporkan ketika sebelum
pemeriksaan sampel, bahan kontrol memasuki rentang nilai sesuai kit dan tidak terdapat
tanda peringatan pada alat hematology analyzer. Apabila terjadi ketidaksesuaian pada saat
pemeriksaan, alat akan memberikan peringatan dengan memberikan tanda/flagging. Ketika
tanda flagging tampak pada monitor, maka ATLM harus menindaklanjuti sebelum
mengeluarkan hasil. Contoh tanda flagging pada alat Sysmex KX-21 terkait pemeriksaan
hitung jumlah trombosit : PL : frekuensi relatif dari PLT-LD (platelet lower discriminator)
melewati batas PU : frekuensi relatif dari PLT-UD (platelet upper discriminator) melewati
batas

F. FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT


MENGGUNAKAN ALAT OTOMATISASI Hitung trombosit menggunakan alat otomatisasi sangat
dipengaruhi oleh pengerjaan tahap pra anallitik, analitik dan paska analitik. Pada tahap pra analitik
perlu diperhatikan pengambilan sampel darah yang dengan antikoagulan yang sesuai baik itu jenis
maupun volume. Pengambilan darah sebaiknya tidak terlalu lama yang dapat menyebabkan
terjadinya gumpalan, pemeriksaan harus dilakukan dengan segera atau kurang dari 1 jam dan alat
otomatis yang dipergunakan harus terkalibrasi dan melakukan control yang sesuai. Pada tahap
analitik, pastikan sebelum diperiksa darah dalam keadaan homogen dan pada saat pemeriksaan
probe alat terendam pada darah sampel sehingga tidak ada udara yang terhisap.Penulisan hasil
pada tahap paska analitik harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pelaporan hasil.
Beberapa kondisi klinis pasien dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan pada alat, seperti
pseudotrombositopenia, aggregasi trombosit dan trombosit megalositik dapat menurunkan
jumlah trombosit, sedangkan banyaknya sel mikrositosis dapat meningkatkan jumlah trombosit.
2. PEMERIKSAAN HEMOSTASIS (BIOKIMIA)

Pemeriksaan Masa Pembekuan

A. PRINSIP PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

a) Metode Lee-white

Metode tabung menggunakan 4 tabung masing-masing terisi 1 mL darah lengkap, kemudian


tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah bersentuhan dengan dinding
tabung sekaligus melihat sudah terjadinya gumpalan padat

b) Metode Slide

Masa pembekuan dihitung mulai keluarnya darah pada ujung jari setelah dilakukan penusukan
sampai terjadi benang-benang fibrin pada tetesan darah kedua objek glass.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH Untuk melihat lama waktu yang diperlukan
oleh darah untuk membeku pada setiap orang.

C. ALAT PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH Alat yang digunakan yaitu:

Metode Lee-White

1. Tourniquet 2. Tabung reaksi berdiameter 7-8mm 3. Water bath 4. Stopwatch 5. Kapas 6. Spuit
7. Alkohol 70%

Metode Slide

1. Objek glass 2. Stopwatch 3. Kapas 4. Spuit 5. Alkohol 70% 6. Ose jarum

D. BAHAN PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

Darah vena yang segar tanpa antikoagulan

F. PROSEDUR PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH


Metode Lee and White
1) Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
2) Waterbath dinyalakan dengan suhu 37°C.
3) Darah vena diambil sebanyak 3-4 cc, stopwatch dinyalakan ketika tetes darah pertama
terlihat didalam ujung spuit.
4) Darah dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi masing-masing 1cc.
5) Darah dalam tabung reaksi tersebut disimpan dalam waterbath dengan suhu 37°C.
6) Setiap 30 detik dilihat terjadinya bekuan pada tabung 1 dengan cara dimiringkan (tabung 2,3
dan 4 jangan sampai tergoyang).
7) Jika darah pada tabung 1 sudah membeku, dilakukan hal yang sama pada tabung 2,3 dan 4.
8) Stopwatch dihentikan ketika darah pada tabung 4 telah membeku.
9) Hitung waktu bekuan rata-rata dari tabung ke-2, ke-3 dan ke-4, dan dilaporkan sebagai masa
pembekuan darah.
Metode Slide
1) Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
2) Darah vena diambil sebanyak 0,5-1,0 cc, stopwatch dinyalakan ketika tetes darah pertama
terlihat didalam ujung spuit.
3) Darah diteteskan pada gelas objek.
4) Tetes darah dikail setiap 30 detik, sampai terbentuk gumpalan.
5) Stopwatch dihentikan ketika sudah terbentuk benang fibrin.
6) Waktu yang diperlukan darah membentuk benang fibrin dicatat untuk dilaporkan.

F. INTREPRETASI HASIL PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

Metode Lee and white : 9-15 menit

Metode slide/gelas objek : 2-6 menit

G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH


Bermacam-macam kesalahan teknik yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, kesalahan yang
dapat memperpendek masa pembekuan, seperti:

a. Percampuran darah dengan tromboplastin jaringan

b. Pungsi vena yang tidak segera berhasil baik

c. Adanyabusa atau gelembung dalam spuit

Selain itu, pada metode tabung, diameter tabung yang digunakan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan, dimana semakin lebar diameter tabung maka waktu pembekuan darah akan semakin
lama. Tabung yang tidak sedang diperiksa tidak boleh tergoyang karena jika tergoyang akan
mempercepat proses pembekuan darah. Tabung yang digunakan juga harus bersih dan kering, tabung
kotor dapat mempercepat pembentukan pembekuan darah, sedangkan tabung basah dapat
menyebabkan sampel darah lisis. Tabung yang digunakan sebaiknya dilapisi silikon agar tidak
mempengaruhi aktivitas trombosit. Waktu pembekuan pada metode slide lebih cepat karena darah akan
lebih cepat membeku daripada metode lee and white, hal ini dikarenakan darah akan kontak seluruhnya
pada permukaan gelas objek, selain itu gelas objek pun memiliki permukaan yang lebih besar sehingga
mempercepat waktu pembekuan darah. Perlu diperhatikan juga kebersihan objek glass yang dipakai
karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Jika terdapat kelainan atau pemanjangan waktu
pembekuan, maka hasil itu menjadi indikasi untuk lebih jauh menyelidiki faktor pembekuan mana yang
aktifitasnya berkurang, serta dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti jumlah dan fungsi
trombosit. Hasil pemeriksaan pembekuan darah yang memanjang dapat terjadi pada :

 Penderita hemofilia (kelainan pada darah berupa darah yang sukar membeku)
 Anemia
 Penderita sclerosis (mengerasnya pembuluh nadi akibat endapan lemak/kapur).
Pemeriksaan Protrombin Time (PT)

A. PRINSIP PEMERIKSAAN PT
Mengukur lamanya waktu terbentuknya bekuan setelah plasma sitrat ditambahkan
faktor faringan (tromboplastin) dan kalsium. Rekalsifikasi plasma dikarenakan adanya faktor
jaringan, menaktivasi faktor Xa, terbentuknya trombin dan akhirnya bekuan fibrin yang tidak
larut.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN PT
Memanjangnya PT mengindikasikan kelainan dari faktor pembekuan darah I, II, V, VII,
dan X, baik kelainan didapat atupun kongenital. Pemeriksaan PT dapat digunakan untuk
monitoring terapi antikoagulan oral, berkurangnya aktivitas vitamin K. Pemeriksaan PT dapat
digunakan untuk melihat kemampuan faktor pembekuan darah ekstrinsik dan jalur bersama.

C. ALAT PEMERIKSAAN PT

1. Tourniquette 2. Spuit dan Neddle 3. Torniquette 4. Sentrifuge dan tabungnya. 5. Mikropipet


volume 100 uL dan 200 uL 6. Tabung reaksi plastik berukuran 10 x 200 mm 7. Waterbath 37O C 8.
Stopwatch

D. BAHAN PEMERIKSAAN PT 1. Plasma sitrat miskin trombosit 2. Tromboplastin jaringan (ekstrak otak
kelinci) 3. Buffer (larutan garam, CaCl2, sodium azide)

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN PT

A. Pembuatan Plasma

1. Kedalam tabung sentrifuge masukkan 0,5 ml Na. Citrat 3,8 %.


2. Darah vena 4,5 mL masukkan ke dalam tabung yang berisi Na Citrat lalu homogenkan dengan
adekuat.
3. Putar pada sentrifuge selama 20 menit pada 3000 rpm
4. Pisahkan plasma yang terjadi, masukkan kedalam tabung dan kalau plasma tidak segera
diperiksa masukkan kedalam lemari es.

B. Pembuatan Larutan Tromboplastine

1. Satu vial RGT dicampur dengan 1satu vial BUF, dihomogenisasi lalu didiamkan selama 30 menit
pada suhu kamar.
2. Larutan siap digunakan untuk pemeriksaan.
C. Pemeriksaan PT

1. Tabung reaksi 10 x 200 mm dan RGT dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 37OC
hingga hangat.
2. Kontrol/plasma dimasukkan sebanyak 100 uL kedalam tabung tadi lalu diinkubasi selama tiga
menit pada suhu 370C.
3. Reagensia yang telah dihangatkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, bertepatan dengan
masuknya reagensia, stopwatch dinyalakan.
4. Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan memiriingkan
tabung reaksi
5. Hentikan stopwatch pada saat terdapat benang fibrin. Lamanya waktu terbentuknya benang
fibrin disebut Masa Protrombin plasma.
G. INTREPRETASI HASIL PEMERIKSAAN PT
Nilai normal : 10- 14 detik.
Hasil pemeriksaan PT dapat dilaporkan dalam bentuk detik, %, ratio dan INR. Untuk
menentukan hasil selain dalam bentu detik, maka hasil pemeriksaan dapat dilihat dari tabel
yang disediakan oleh Human (sesuai kit insert reagensia yang digunakanan).

G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN PT

1. Pengambilan spesimen Teknik pengambilan spesimen harus dilakukan denganbenar dan sesuai
dengan standart. Sumber kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan darah yaitu:

a. Tekanan pada tourniquet yang terlalu lama menyebabkan beberapa analit keluar dari jaringan
dan masuk ke dalam darah sehingga menyebabkan hasil PT dan aPTT memendek. Oleh karena
itu pemasangan torniquet sebaiknya tidak boleh lebih dari 1 menit dan digunakan lengan
lainnya jika pemakaian torniquet harus berulang.
b. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan trombosit dan
fibrinogen menurun, PT dan aPTT memanjang dan bisa menyebkan hemolisis.
c. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan pemanjangan hasil PT dan aPTT.
Seharusnya pengambilan darah dilakukan ditempat lain yang tidak terpasang infus atau diambil
beberapa waktu setelah terapi infus agar spesimen tidak terdilusi oleh cairan infus.
d. Perbandingan darah / sitrat yang tidak tepat (konsentrasi sitrat meningkat, hasil memanjang
palsu).

2. Adanya bekuan. Terbentuknya bekuan darah dapat terjadi karena proses homogenisasi darah dengan
antikoagulan yang tidak sempurna, dapat memperpendek hasil PT.

3. Transport spesimen Pengiriman sampel dengan cara yang tepat menjamin kualitas sampel. Spesimen
harus secepatnya dikirim ke laboratorium rujukan. Penundaan terlalu lama dapat menyebabkan
perubahan fisik dan kimiawi yang akan memperpanjang hasil PT. Untuk pemeriksaan PT jika
pemeriksaan ditunda lebih dari 8 jam sampel harus disimpan dalam keadaan beku

4. Ketepatan pemipetan
5. Adanya kontaminasi

6. Salah menuliskan hasil

Pemeriksaan Activated Partial Tromboplastin Time (aPTT)

A. PRINSIP PEMERIKSAAN aPTT

Tes aPTT dilakukan dengan menambahkan reagensia aPTT yang mengandung aktivator plasma dan
phospolipid ke dalam sampel. Phospholipid berfungsi sebagai pengganti trombosit. Campuran larutan
kemudian diinkubasi, lalu dikalsifikasi dengan calsium chloride. Waktu terbentuknya bekuan dicatat
sebagai aPTT.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN aPTT Tes aPTT merupakan tes sederhana untuk mendeteksi defisiensi faktor
pembekuan pada plasma, kecuali faktor VII. aPTT dapat digunakan untuk mendeteksi defisiensi faktor
XII, XI, X, IX,VII, V, II, I dan prekalikrein.

C. ALAT PEMERIKSAAN aPTT 1. Sentrifuge 2. HumaClot Duo 3. Kuvet (sesuai alat HumaClot Duo) 4.
Mikropipet 100 μL 5. Tip kuning

D. BAHAN PEMERIKSAAN aPTT

1. Plasma sitrat miskin trombosit

2. Reagensia 1 aPTT Human (berisi rabbit brain cephalin, allegic acid, buffer dan sodium acide)

3. Reagensia 2 aPTT Human (berisi CaCl2 0,02 mol/L)

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN KONTROL DAN SAMPEL aPTT

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Reagensia 2 dihangatkan pada suhu 37OC.

3. Bahan kontrol/plasma dimasukkan kedalam kuvet sebanyak 100 μL.

4. Reagensia 1 dihomogenisasi lalu dipipet sebanyak 100 μL lalu dimasukkan ke dalam kuvet,
dihomogenkan lalu diinkubasi selama 37OC

5. tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready maka reagensia 2 yang telah dihangatkan
ditambahkan ke dalam kuvet sebanyak 100μL.

6. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan adalah nilai rata-rata
dari pemeriksaan tersebut.
F. INTREPRETASI HASIL PEMERIKSAAN aPTT

Nilai normal 22 – 27,9detik ( dapat bervariasi antar laboratorium).

G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN aPTT Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain :Pembekuan sampel darah, sampel darah hemolisis atau
berbusa, pengambilan sampel darah pada jalur intravena, misal pada infus heparin. Hasil aPTT juga
dapat dipengaruhi pada pasien yang mengkonsumsi kontrasepsi oral, estrogen, kehamilan, obat-obatan
yang mengandung caumarin, heparin, asparaginase, dan naloxone. Selain itu, hasil dapat dipengaruhi
ketika pada sampel terdapat inhibitor. Untuk Mengetahui letak kelainan pembekuan dilakukan tes
terhadap inhibitor:Campuran 50:50 antara plasma kontrol dan plasma pasien dicampur dan dilakukan
tes, jika tetap memanjang berarti terdapat inhibitor tetapi bila terkoreksi berarti kelainannya
disebabkan oleh adanya defisiensi. Pada pemeriksaan aPTT penyimpanan dan stabilitas reagensia dan
bahan perlu diperhatikan. Reagensia disimpan pada suhu 2-8 OC, tidak boleh dibekukan. Vial reagensia
yang telah dibuka stabil selama 14 hari ketika disimpan pada suhu 2-8 OC, dihomogenisasi terlebih
dahulu sebelum digunakan. Sampel harus dipersiapkan dan dikerjakan pada suhu suhu 22 - 24OC dan
diujikan maksimal 2 jam setelah pengambilan sampel. Untuk penundaan pemerikasaan, sampel dapat
dibekukan, stabil hingga dua minggu atau pada suhu -70OC, stabil sampai enam bulan. Sampel yang
dibekukan dapat dicairkan dengan cepat pada suhu 37OC. Sampel tersebut harus dihomogenisasi,
digunakan secepatnya dan tidak boleh dibekukan kembali/ beku ulang.

APTT akan memanjang pada :

1) Disseminated intravasculer coagulation


2) Penyakit-penyakit hati
3) Transfusi masif.
4) Pemberian heparin, dosis heparin diatur sampai APTT mencapai 1,5 - 2,5 kali nilai kontrol.
5) Defisiensi faktor bekuan selain faktor VII.

 APTT akan memendek pada:

1) Reaksi fase akut perdarahan


2) Penyakit Myeloproliferatif.

Pemeriksaan Plasma Recalsification Time (PRT)

A. PRINSIP PEMERIKSAAN PRT Pada plasma rendah trombosit yang tidak mengandung ion Ca
ditambahkan sejumlah CaCl2, lamanya waktu untuk menyusun fibrin adalah masa rekalsifikasi.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN PRT untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor pembekuan darah pada
jalur intrinsik, yaitu faktor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, protrombin dan fibrinogen.
C. ALAT PEMERIKSAAN PRT 1. Tabung reaksi 2. Sentrifuge 3. Stopwatch 4. Waterbath 37°C 5. Pipet ukur
1 ml Reagensia : 1. Larutan CaCl2 0,025 M i. CaCl2 1,38 gr ii. Aquadest 500 ml 2. Larutan Natrium
Chlorida 0,85% 3. Na Citrat 3,8%

D. BAHAN PEMERIKSAAN PRT Darah vena yang telah diberi antikoagulan Na Citrat 3,8% (perbandingan
darah dengan Na Citrat = 9:1) yang disentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Sampel
dapat disimpan pada suhu 25-300C dan harus diperiksa kurang dari 2 jam.

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN PRT

a. Plasma sitrat miskin trombosit disiapkan.


b. Sebelum melakukan pemeriksaan, larutan CaCl2, Natrium Chlorida 0,85% dan plasma
sampel diinkubasi dalam waterbath 37°C, hingga mencapai suhu 37°C.
c. Tabung serologi dimasukkan ke dalam waterbath suhu 37°C 218 Hemostasis
d. Plasma sampel dan larutan NaCl 0,85% dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah
dihangatkan masing-masing sebanyak 100 μL, homogenisasi lalu diinkubasi pada suhu
37°C selama 1-2 menit
e. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan 100 μL larutan CaCl2 lalu stopwatch dinyalakan
tepat ketika larutan CaCl2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
f. Larutan tersebut diinkubasi selama 90 detik, kemudian tabung diangkat dari waterbath
dan amati adanya bekuan.
g. Pada saat terjadi bekuan stopwatch dihentikan, catat waktunya sebagai masa
rekalsifikasi/PRT.

F. INTREPRETASI HASIL PEMERIKSAAN PRT

Nilai normal : 90-250 detik

G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN PRT Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain antara lain faktor pra analitik, analitik dan paska analitik.
Pada tahap pra analitik perlu diperhatikan jangan sampai terdapat bekuan sampel darah, sampel darah
hemolisis atau berbusa, pengambilan sampel darah pada jalur intravena, misal pada infus heparin. Pada
proses analitik perlu diperhatikan ketepatan waktu menyalakan stopwatch serta ketepatan mengamati
terbentuknya bekuan. Pata tahap paska analitik, perlu diperhatikan penulisan pelaporan hasil.

Pemeriksaan Trombin Time (TT)

A. PRINSIP PEMERIKSAAN TT
Plasma ditambahkan larutan Thrombin akan terjadi bekuan fibrin. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk terbentuknya bekuannya merupakan masa trombin/ trombin time.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN TT
Untuk mendeteksi adanya kelainan yang dapat mengganggu terbentuknya fibrin dari
fibrinogen. Seringkali uji TT digunakan untuk memonitoring terapi heparin.
C. ALAT PEMERIKSAAN TT 1. Sentrifuge 2. HumaClot Duo 3. Kuvet (sesuai alat HumaClot Duo) 4.
Mikropipet adjustable 100 - 1000 μL 5. Tip biru

D. BAHAN PEMERIKSAAN TT

1. Plasma sitrat miskin trombosit

2. Reagensia trombin (terdiri atas trombin, buffer dan sodium azide) Sebelum digunakan, reagensia
dicairkan menggunakan 3,0 mL aquades lalu dihomogenisasi dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu
18 – 25OC sebelum digunakan.

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN TT

1. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan (reagensia yang digunakan harus sesuai dengan suhu
ruang).

2. Kuvet dihangatkan pada suhu 37OC.

3. Bahan kontrol/plasma sampel dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 150 μL.

4. Tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready lalu Reagensia trombin dimasukkan ke
dalam kuvet tersebut sebanyak 150 μL.

5. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan adalah nilai rata-rata
dari pemeriksaan tersebut.

F. INTERPRETASI HASIL

Nilai normal trombon time adalah kurang dari 30 detik.

G. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan TT

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan TT antara lain ; pembekuan sampel darah, sampel
darah hemolisis atau berbusa serta pengambilan sampel darah pada jalur intravena, misal pada infus
heparin. Pada pemeriksaan TT penyimpanan serta stabilitas reagensia dan bahan perlu diperhatikan.
Reagensia stabil selama 3 hari pada suhu 22 OC, 5 hari pada suhu 15OC dan 7 hari pada suhu 2-8 OC
selama disimpan pada wadah gelas dari produsen. Reagensia tidak boleh dibekukan. Sampel harus
dipersiapkan dan dikerjakan pada suhu suhu 22 - 24OC dan diujikan selama 2 jam atau 4 jam ketika
sampel disimpan pada suhu 4-8 OC. setelah pengambilan sampel. Untuk penundaan pemerikasaan,
sampel dapat dibekukan. Sampel stabil hingga dua minggu apabila disimpan pada suhu -20 OC atau
stabil sampai enam bulan ketika disimpan pada suhu -70OC. Sampel yang dibekukan dapat dicairkan
dengan cepat pada suhu 37OC. Sampel tersebut harusdihomogenisasi, digunakan secepatnya dan tidak
boleh dibekukan kembali/ beku ulang.

Anda mungkin juga menyukai