Anda di halaman 1dari 4

INTRUKSI KERJA KHITAN

Halaman : Dibuat Oleh : Ditetapkan,


Direktur Poliklinik Universitas Brawijaya

(Dr. Samsul Arifin, M. Biomed)


Pengertian Suatu tata cara pengisian Persetujuan / Penolakan Tindakan
Kedokteran bagi pasien yang akan mendapatkan tindakan
kedokteran
Tujuan 1. Bagi Poliklinik UB : Agar Prosedur Administrasi pengisian
persetujuan / penolakan tindakan kedokteran dapat berjalan
dengan baik, teratur sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.
2. Bagi Dokter : Agar mengetahui kewajiban dan melaksanakan
pemberian informasi kepada pasien / keluarga sebelum
dilakukannya tindakan kedokteran.
3. Bagi Pasien / Keluarga : Agar pasien / keluarga mendapatkan hak
informasi yang jelas dan lengkap sebelum mendapatkan tindakan
kedokteran.
Kebijakan Dapat dilakukan oleh petugas kesehatan (dokter atau perawat) yang
terlatih dan terampil
Rujukan 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004
2. Permenkes Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran (KKI, 2006)
Uraian Kerja PRE OPERASI
1. Anamnesa
a. Hypospadia/epispadia
Hal-hal yang perlu ditanyakan/diperhatikan:
1) Arah pancaran kencing ke depan, atas atau bawah.
2) Apakah penis melengkung saat ereksi
3) Kelainan bentuk penis, meatus uretra eksternsa, atau
adanya korda.
b. Kelainan hemostasis:
1) Riwayat pendarahan lama setelah luka.
2) Riwayat perdarahan lama setelah cabut gigi.
3) Riwayat gosok gigi sering berdarah.
4) Riwayat kulit mudah membiru bila terkena benturan
ringan.
5) Riwayat perdarahan lama pada keluarga ketika luka.
6) Riwayat operasi sebelumnya.
c. Diabetus Mellitus
Tanyakan trias DM (polidipsi, poliphagi, poliuri), pruritus,
parestesi (kesemutan), riwayat DM di keluarga.
d. Riwayat penyakit lain
misal asma bronkiale, epiepsi yang sewaktu-waktu bisa
kambuh sehingga kita bisa menyiapkan obat-obatan.
e. Riwayat penyakit menular
semisal hepatitis B,C,D, HIV positif, AIDS.
f. Riwayat alergi obat
Riwayat reaksi gatal2, kemerahan, pusing, pingsan setelah
mendapat suntikan atau obat tertentu. Bila alergi iodin bisa
diganti savlon sebagai antiseptiknya.
2. Pemeriksaan Fisik
Periksa apakah ada phymosis atau para phymosis, hipospadi,
epispadi.
3. Inform Concern
4. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a. Minor set/Sirkum Set a. Benang non absorbable
terdiri dari : (catgut plain)
1) Gunting dengan ujung b. Spuit 3 cc
tajam dan tumpul, c. Jarum ukuran 23/24/26
2) Pinset anatomis 1 (optional)
buah d. Kassa steril
3) Klem lurus 3 buah, e. Plester
4) Klem bengkok f. Duk steril bolong
(mosquito) 1 buah, g. Handskun steril
5) Neddle holder 1 buah h. Lidocain 2% atau
b. Wadah stainles steril Pehacain
c. Bed pasien berbaring i. Gentamicyn cream atau
d. Meja Alat sofratule
e. Cauter set (optional) j. Alkohol 70 %
f. kipas angin (optional) k. betadine
g. headlamp (optional)
h. Tempat sampah

5. Teknik Operasi
a. Asepsis
Bahan Iodine (betadine), alkohol 60-90%
Cara Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone
iodine atau betadine secara melingkar
sentrifugal di area genitalia. Setelah 3-5 menit
bilas dengan alkohol 70 % (perhatian : bila
didapatkan laserasi atau reaksi
hipersensitivitas berlebihan dianjurkan tidak
mengguakan alkohol) Persempit lapangan
operasi dengan doek steril berlubang.

b. Anastesi
Bahan lidocaine 2%
Cara 1. Teknik infiltrative
Suntikan lidocaine 2% di daerah dorsum
penis proksimal secara sub kutan,
gerakkan kekanan, aspirasi, tarik jarum
sambil menginjeksikan cairan anestesi,
jarum jangan sampai keluar kemudian
arahkan jaruh ke lateral kiri, ulangi seperti
lateral kanan. Kemudian jarum injeksikan
di daerah ventral dan lakukan infiltrasi
seperti diatas sehingga pada akhirnya
terbentuk Ring Block Massage penis,
karena obat anestesi membutuhkan waktu
untuk bekerja. Tunggu 3-5 menit
kemudian dilakukan test dengan menjepit
ujung preputium dengan klem. Apabila
belum teranestesi penuh ditunggu sampai
dengan anestesi bekerja kira-kira 3-5
menit berikutnya. Setiap posisi suntikan
sebanyak 0,5 cc.
2. Teknik Blok
Pada arah jam 12 tusukan jarum hingga
fascia buck. Suntikan lidocaine sebanyak
0,5-1 cc.Dengan teknik infiltratif,
tambahkan anestesi pada arah jam 6.Boleh
ditambah pada arah jam 3 dan 9.

c. Diseksi
Diseksi adalah pembebasan perlengketan preputium pada
glans penis. Selain kulup dibuka secara manual
(menggunakan tangan), dapat dilakukan dengan beberapa
cara:
1) Menggunakan kassa kering,
2) Menggunakan klem arteri
d. Pembersihan Smegma
Smegma yaitu sekret dari kelenjar yang dapat mengeras,
berupa butiran-butiran putih seperti kapur yang berkumpul
antara mukosa dan gland penis, utamanya didaerah korona
glandis. Membersihkannya dengan didorong kasa steril
sedikit demi sedikit. Namun jika smegma sulit dilepaskan
basahilah kasa dengan iodin povidon kemudian lakukan cara
yang sama dengan diatas. Jika dengan cara ini smegma
masih sulit terlepas, dapat diatasi dengan klem mosquito
dengan cara menjepit gumpalan smegma satu persatu,
kemudian bersihkan dengan kasa yang telah dicelup iodin
povidon 10%.
e. Incisi
Setelah membuka preputium perlahan-lahan dan bersihkan
penis dari smegma menggunakan kasa betadin sampai
corona glandis terlihat, maka lakukan:
1) Kembalikan preputium pada posisi semula.
2) Klem preputium pada jam 11, 1 dan jam 6 secara
vertikal
3) Gunting preputium pada jam 12 sampai corona glandis
4) Lakukan jahit kendali mukosa – kulit pada jam 12
5) Gunting preputium secara melingkar kanan dan kiri
dengan menyisakan frenulum pada klem jam 6
bila menggunakan teknik guillotine, maka jepit preputium
pada arah jam 12 dan jam 6, kemudian klem preputium
secara horisontal tepat persis diatas gland penis, kemudian
menggunakan gunting atau mess (blade) atau electrocauter
f. Wound Suture
Observasi perdarahan (bila ada perdarahan, klem
arteri/vena, ligasi dengan jahitan melingkar), kemudian
lakukan jahitan dengan langkah sebagai berikut:
1) Jahit angka 8 pada frenulum
2) Dilanjutkan penjahitan antara mukosa dan kulit berturut
turut pada posisi jam 12,
3) 3,dan jam 9.
4) Bila dirasa perlu dapat ditambahkan beberapa jahitan
lagi
g. Wound Care
1) Kontrol luka dan jahitan, oleskan salep antibiotik di
sekeliling luka jahitan
2) Balut luka dengan kasa steril
3) Buka duk dan handscoen, cek alat dan rapikan kembali
semua peralatan
4) Pemberian obat dan edukasi pasien
POST OPERASI
1. Medikamentosa
a. Asam mefenamat 3x500mg (anak > 12th) atau ibuprofen
2x200mg (8-12th)
b. Amoxicillin 3x500mg atau cefadroxil 2x500mg (bila alergi
amoxicillin)
c. Asam tranexamat (bila kecurigaan pendarahan post op)
2. Edukasi
a. Luka dalam 3 hari jangan kena air.
b. Hati hati dengan perdarahan post circumsisi, bila ada segera
kontrol
c. Perbanyak istirahat
d. Bila selesai kencing hapus sisa air kencing dengan tisue atau
kasa
e. Perbanyak dengan makan dan minum yang bergizi terutama
yang banyak mengandung protein, tidak ada larangan makan.
f. Setelah 3-5 hari post circumsisi buka perban di rumah segera
kontrol.

Anda mungkin juga menyukai