Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN HOME VISIT

PERTEMUAN KE-1

1. Latar Belakang
a. Karakteristik Lansia
Nama : Ny. A
Usia : 66 th
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Kondisi Kesehatan :
Kondisi kesehatan klien pada saat pengkajian adalah klien tinggal bersama
suami, anak dan cucunya. Klien memiliki riwayat hipertensi namun jarang control
ke Puskesmas. Klien hanya ke Puskesmas saat ada keluhan saja dan saat diberi
obat antihipertensi hanya dihabiskan saat itu saja tidak kembali control. Tetapi
kadang klien mengikuti posyandu lansia untuk memeriksakan tensinya akan
tetapi dari sana klien tidak pernah diberi obat antihipertensi.
Pada hasil pemeriksaan didapat:
 TD: 150/90 mmHg
 Wajah klien terlihat tegang
 Pandangan mata sedikit kabur
 Klien mengalami katarak mata kedua matanya
b. Data yang akan digali lebih lanjut
 Keluhan lain yang dirasakan klien
 Pengkajian fisik terutama pada telinga, leher, dada dan mata
 Pengkajian psikogeritrik terutama tentang kecemasan atau tingkat stres
 Pengkajian sullivan
2. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Manajmenen Perawatan diri ditandai dengan:
 TD: > 120/80 mmHg
 Riwayat hipertensi
 klien mengatakan jarang sekali periksa dan minum obat
b. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x30 menit klien dan keluarga
memahami pentingnya pengontrolan tekanan darah
c. Kriteria Hasil
 TD:  130/80 mmHg
 Klien mengatakan akan rutin minum obat dan control serta menjaga pola
makannya

3. Rencana Kegiatan
a. Topik
Hipertensi dan Pengelolaannya
b. Metode
Diskusi
c. Media
Flip card dan booklet
d. Waktu dan tempat
Tempat: Rumah klien di Ds. Mulyoagung
Tanggal : 6 April 2013
Waktu : 10.00-10.40 WIB
e. Pengorganisasian
Waktu :
Pukul Kegiatan
10.00-10.05 Orientasi dan kontrak kegiatan
10.05-10.10 Validasi kondisi pasien (khususnya TD)
10.10- 10.20 Penjelasan tentang hipertensi dan pengelolaannya
10.20-10.30 Diskusi tentang hipertensi dan pengelolaannya
10.30-10.35 Evaluasi
10.35-10.40 Terminasi dan kontrak home visit berikutnya

Peserta : klien dan keluarga

4. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Ketersediaan media dan alat peraga
 Persiapan materi
b. Evaluasi Proses
 Kegiatan sesuai jadwal
 Klien dan keluarga antusias selama proses kegiatan
c. Evaluasi Hasil
 Klien dapat mengulangi apa saja hal yang harus dilakukan untuk mengontrol
tekanan darah
 TD klien tidak mengalami peningkatan
 Keluarga memahami dan bersedia mengingatkan klien minum obat dan
mengantar klien untuk kontrol rutin TD ke Puskesmas

Daftar Rujukan
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC : Jakarta

Guyton, Arthur C.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC : Jakarta

Long, Barbara C.1996.Keperawatan Medikal Bedah. Yayasan IAPK Padjajaran Bandung


Lampiran Materi

HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic
90 mmHg (Smeltzer, 2002).
Menurut WHO batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90
mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension.
Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi
merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik di atas nilai
normal.

B. Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2003), klasifikasi dari
hipertensi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik Diastolik
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120–139 atau 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 atau 90–99
Hipertensi stage 2 > 160 atau > 100

C. Etiologi
Menurut Corwin (2001), penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah bersama-sama dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Selain itu, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperakt04itas, susunan saraf simpatik, sistem renin angiotensin,
efek dari eksresi natrium, obesitas, merokok dan stress (Tambayong, 2000).
2. Hipertensi Sekunder
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil
KB).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah sebagai berikut:


1. Penyakit ginjal: stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor-tumor
ginjal, penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), trauma pada ginjal (luka yang
mengenai ginjal), dan terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan hormonal: hiperaldosteronisme, sindroma cushing, dan feokromositoma
3. Obat-obatan: pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoietin, kokain, penyalahgunaan
alkohol, dan kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
4. Penyebab lainnya: koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, porfiria intermiten
akut, dan keracunan timbal akut (Baradero, 2008).

D. Faktor resiko
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi meliputi:
1. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah, dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun
akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Tambayong,
2000). Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah
lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi
yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan
bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan
pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade
ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan
keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan akt04itas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada
usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada
usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000).
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-
55 tahun.
3. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Ind04idu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Tambayong, 2000).
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopressin lebih besar (Tambayong, 2000).
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi:
1. Obesitas
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan
energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital
jantung, paru dan hati). Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. Pada orang yang menderita obesitas ini
organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, oleh sebab itu pada
waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para penderita cenderung
menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus (Tambayong,
2000).
2. Merokok
Departemen of Health and Human Services, USA (1989) menyatakan nikotin
yang menjadi penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan
bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan
adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi
otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat
menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya
(Tambayong, 2000).
3. Pola asupan garam dalam diet
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam
yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu
disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang
utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium
glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium)
yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh
(Tambayong, 2000).
4. Olah raga
Lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga
isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi
kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Tambayong,
2000).

E. Tanda dan Gejala


 Kepala terasa pusing
 Rasa berkunang-kunang
 Rasa pegal di bahu
 Rasa berat di tengkuk leher
 Kurang tidur atau kurang tidur
 Gangguan penglihatan
 Kesemutan pada kaki dan tangan

F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas tiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi
(Smeltzer, 2002).
1. Modifikasi gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nonfarmakologi yang dapat
mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut :
 Teknik-teknik mengurangi stres
 Penurunan berat badan
 Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
 Olahraga atau latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)
 Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi anti
hipertensi.
2. Terapi farmakologis
Obat anti hipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan
obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu diuretik, penekan
simpatetik (simpatolitik), antagonis angiotensin (ACE inhibitor), vasodilator yang
bekerja langsung, dan penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis).

Anda mungkin juga menyukai