Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatitis


dalam bahasa awam sering juga disebut dengan istilah lever atau sakit kuning.
Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang
berarti organ hati, bukan penyakit hati. Namun, asumsi yang berkembang
dalam masyarakat mendefinisikan lever adalah penyakit radang hati.
Sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kerancuan,
karena tidak semua sakit kuning disebabkan oleh radang hati, tetapi dapat juga
karena ada peradangan pada kantung empedu. (dr. Agnes Caroline, 2003)
Peradangan hati dapat disebabkan oleh infeksi berbagai mikroorganisme
seperti virus, bakteri, dan protozoa. Namun, pada umumnya disebabkan oleh
virus (hepatitis virus). Radang hati juga dapat terjadi akibat bahan-bahan
kimia yang meracuni hati, obat-obatan, dan alkohol, yang disebut juga dengan
hepatitis non-virus. Hepatitis akibat obat-obatan hanya menyerang orang yang
sensitif. (dr. Agnes Caroline, 2003)
Dengan adanya obat alami (herbal), kunyit salah satu contoh obat herbal
yang dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit salah satunya yaitu
hepatitis, seseorang yang terkena hepatitis akan sangat terbantu karena di
dalam kunyit banyak sekali kandungan-kandungan obat alami yang dapat
menyembuhkan hepatitis. Di samping sebagai obat tradisional, kunyit
digunakan juga untuk rempah-rempah, makanan, minuman, kosmetika, dan
zat pewarna terutama pewarna makanan. (dr. Melly Budhiman, 2005)
Kami menyelesaikan karya tulis tentang “Pemanfaatan Kunyit Sebagai
Salah Satu Cara Untuk Pengobatan Hepatitis” ini bertujuan untuk melengkapi
tugas kompetisi karya tulis mahasiswa FKUB tahun 2008.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan


rumusan masalah sebagai berikut:
2

1. Apakah kunyit dapat mengobati hepatitis?


2. Kandungan bahan apakah yang terdapat dalam kunyit?
3. Apa saja manfaat dari kunyit?
4. Bagaimana khasiat farmakologi kunyit untuk pengobatan hepatitis?
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari kajian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bahwa kunyit dapat mengobati hepatitis.
2. Untuk mengetahui kandungan dalam kunyit.
3. Untuk mengetahui manfaat dari kunyit.
4. Untuk mengetahui khasiat farmakologi kunyit sebagai obat hepatitis.
1.4 Manfaat Kajian

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang kegunaan kunyit


untuk pengobatan hepatitis.
2. Bagi masyarakat umum, dapat menambah pengetahuan tentang kunyit
sebagai pengobatan hepatitis.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunyit
2.1.1 Taksonomi Kunyit
Sebagai penamaan berdasarkan binomial nomenklatur, taksonomi
kunyit adalah sebagai berikut: (Wikipedia, 2008)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma ionga atau Curcuma domestica

2.1.2 Morfologi Kunyit (Curcuma ionga)

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40­100 cm. Batang

merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna

hijau   kekuningan   dan   tersusun   dari   pelepah   daun   (agak   lunak).   Daun

tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10­40 cm, lebar 8­

12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga

majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10­

15   cm   dengan   mahkota   sekitar   3   cm   dan   lebar   1,5   cm,   berwarna

putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata.

Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga

kekuning­kuningan. (Mohammad Kartono, 2004)

2.1.3 Kandungan dalam Kunyit

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut


kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan
4

bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat lainnya. Kandungan zat dalam


kunyit antara lain : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %
Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 - 5%
Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H sisanya minyak atsiri atau volatil oil
(Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren,
sabinen, borneol dan sineil) lemak 1 -3 %, karbohidrat 3 %, protein 30%,
pati 8%, vitamin C 45-55%, garam-garam gineral (Zat besi, fosfor, dan
kalsium) sisanya. (Wikipedia, 2008)
Daging buah (rimpang) kunyit mengandung beberapa senyawa
kimia, antara lain minyak atsiri fellandrean dan turmerol, kamfer,
glukosida, foluymetik karbinol, dan kurkumin. Kurkumin adalah zat warna
kuning yang dikandung oleh kunyit, rata-rata 10,29%, memiliki aktifitas
biologis berspektrum luas antara lain antihepototoksik, antibakteri, dan
antioksidan. Kurkumin diketahui sebagai kandungan yang banyak
memberi manfaat, terutama sebagai antihepatotoksik dan antioksidan.
Dalam sebuah studi pada hewan percobaan dilaporkan, kurkumin secara
kuat menghambat enzim cytochrome 4501A1/1A2 di hati. Enzim ini
merupakan isoenzim yang terlibat dalam bioaktivasi beberapa toksin
termasuk benzo[a]pyrene. Kurkumin ditemukan juga mencegah
pembentukan ikatan kovalen antara cytochrome P450 dan DNA. Oleh
karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa kurkumin bisa saja menghambat
karsinogenesis oleh kimiawi dengan memodulasi fungsi P450. (dr.
Mohammad Kartono, 2004)
2.2 Hepatitis
2.2.1 Hati dan Fungsinya

Hati kita adalah organ yang terbesar dalam tubuh kita. Kurang lebih
sama besar dengan buah pepaya, hati terletak di perut kanan-atas. Kita
tidak dapat hidup tanpa fungsi hati yang baik. Hati adalah saringan dan
gudang tubuh kita. Hampir semua sel dan jaringan di tubuh kita tergantung
pada hati. Bila hati mengalami masalah, hal ini dapat sangat
mempengaruhi hampir semua organ di tubuh. Sedikit lebih dari 1½ liter
darah dipompa melalui hati kita setiap menit, memungkinkan hati secara
5

cepat dan efektif menyaring racun dan produk pembuangan dari aliran
darah. Hati sekaligus menyimpan bahan gizi penting, misalnya vitamin
dan zat mineral termasuk zat besi. Hati juga berperan dalam menangani
tingkat zat tertentu dalam tubuh, misalnya kadar kolesterol, hormon, dan
gula, yang semuanya dibutuhkan untuk mempertahankan hidup, namun
juga dapat menimbulkan masalah bila tidak seimbang. Hati juga
mempunyai peranan kunci dalam proses pencernaan makanan melalui
pembuatan cairan empedu dan memproduksi faktor pembekuan darah,
yang mencegah pendarahan yang berlebihan. (Chris W. Green, 2005)
2.2.2 Pengertian dan Jenis Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. Hepa berarti
kaitan dengan hati, sementara itis berarti radang (seperti di atritis,
dermatitis, dan pankreatitis). Radang hati – hepatitis – mempunyai
beberapa penyebab, yaitu:
1. Racun dan zat kimia seperti alkohol berlebihan
2. Penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringan sehat dalam tubuh, yang disebut sebagai penyakit autoimun
3. Mikroorganisme, termasuk virus. (Chris W. Green, 2005)
HAV, HBV, dan HCV menyerang sel hati – atau hepatosit – yang menjadi
tempat yang bersahabat bagi virus untuk berkembang biak. Sebagai reaksi
terhadap infeksi, sistem kekebalan tubuh memberikan perlawanan dan
menyebabkan peradangan hati (hepatitis). Bila hepatitisnya akut (yang
dapat terjadi dengan HAV dan HBV) atau menjadi kronis (yang dapat
terjadi dengan HBV dan HCV) maka dapat bekembang menjadi jaringan
parut di hati, sebuah kondisi yang disebut fibrosis. Lambat laun, semakin
banyak jaringan hati diganti dengan jaringan parut seperti bekas luka, yang
dapat menghalangi aliran darah yang normal melalui hati dan sangat
mempengaruhi bentuk dan kemampuannya untuk berfungsi semestinya.
Ini disebut sebagai sirosis. Bila hati rusak berat, mengakibatkan
bendungan di limpa dan kerongkongan bagian bawah akibat tekanan di
organ yang tinggi. Dampak dari kondisi ini – yang disebut sebagai
hipertensi portal – termasuk pendarahan saluran cerna atas dan cairan
6

dalam perut (asites). Kerusakan pada hati juga dapat mengurangi


pembuatan cairan empedu yang dibutuhkan untuk pencernaan yang baik
dan mengurangikemampuan hati untuk menyimpan dan menguraikan
bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk hidup. Dampak lain dari hati yang
rusak temasuk ketidakmampuan untuk menyaring racun dari aliran darah,
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan bahkan
koma. (Chris W. Green, 2005)
Ada lima virus yang diketahui mempengaruhi hati dan menyebabkan
hepatitis: HAV, HBV, HCV, virus hepatis delta (HDV, yang hanya
menyebabkan masalah pada orang yang terinfeksi HBV), dan virus
hepatitis E (HEV). (Chris W. Green, 2005)
Jenis dari hepatitis adalah sebagai berikut:
1. Hepatitis A
Hepatitis A lebih banyak diderita oleh anak-anak dan orang
muda. Disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, pada umumnya
menular melalui makanan/minuman yang terkontaminasi oleh feses
penderita, bisa juga melalui konsumsi kerang yang terkontaminasi
virus. (Wikipedia, 2008)
Hepatitis A adalah bentuk hepatitis yang akut, berarti tidak
menyebabkan infeksi kronis. Apabila pernah terkena hepatitis A, maka
tidak akan dapat terinfeksi lagi. Namun, masih dapat tertular dengan
virus hepatitis lain. (Wikipedia, 2008)
Gejala yang timbul ringan dan tidak selalu timbul fase kuning
atau ikterik. Waktu terinfeksi sampai terkena penyakit kira-kira 2
sampai 6 minggu. Gejala hepatitis A biasanya muncul akut, seperti
gejala flu, mual, demam pusing yang terus menerus, air seni
kemerahan, bagian bola mata yang putih menjadi kekuningan, dan
perut sebelah kanan atas terasa sakit atau bebal. Namun, pada anak-
anak kadang kala tidak timbul gejala yang mencolok hanya demam
tiba-tiba, hilang nafsu makan. (Maretta Putri Ardenari, 2008)
Langkah pencegahannya, yaitu: cuci tangan setelah dari toilet,
sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan, disarankan tidak
7

makan dengan menggunakan alat-alat makan secara bergantian atau


memakai sikat gigi bersama-sama; memperhatikan kebersihan
lingkungan dan sanitasi imunisasi. (Wikipedia, 2008)
2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan bentuk hepatitis yang lebih serius
dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penularannya melalui
transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, alat tato,
hubungan seksual, air liur, feses, juga dapat ditularkan dari ibu kepada
bayi yang baru dilahirkannya. Hepatitis virus yang akut dapat sembuh
dengan sendirinya, namun sejumlah besar penderita hepatitis B akan
menjadi kronis. Semakin muda usis terinfeksi virus hepatitis B
semakin besar kemungkinan menjadi kronis. Hepatitis kronis akan
meningkatkan risiko terjadinya sirosis dan hepatoma (kanker hati)
dikemudian hari. (Wikipedia, 2008)
Gejala, bila ada, biasanya timbul dalam empat sampai enam
minggu setelah terinfeksi, dan dapat berlangsung dari beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Gejala hepatitis B akut serupa dengan
gejala infeksi HAV. Beberapa orang yang mengalami gejala hepatitis B
akut merasa begitu sakit dan lelah sehingga mereka tidak dapat
melakukan apa-apa selama beberapa minggu atau bulan. Seperti
dengan HAV, kurang dari 1 persen orang terinfeksi HBV dapat
mengalami infeksi cepat dan berat (‘fulminant’). Bila sistem kekebalan
tubuh tidak mampu mengendalikan infeksi HBV dalam enam bulan,
gejala hepatitis B kronis dapat muncul. Tidak semua orang dengan
hepatitis B kronis mengalami gejala. Beberapa orang kadang kala
mengalami gejala yang hilang setelah beberapa waktu, sementara yang
lain mengalami gejala terus-menerus. Gejala hepatitis B kronis dapat
serupa dengan yang dialami dengan hepatitis B akut. Gejala ini
cenderung ringan sampai sedang dan biasanya bersifat sementara.
Gejala tambahan dapat terjadi, terutama pada orang yang sudah lama
mengalami hepatitis B kronis. Gejala ini termasuk ruam, urtikaria
(kaligata – rasa gatal yang berbintik-bintik merah dan bengkak), artritis
8

(peradangan sendi), dan polineuropati (semutan atau rasa terbakar pada


lengan dan kaki). (Chris W. Green, 2005)
Upaya pencegahan terhadap hepatitis B, antara lain yaitu:
Imunisasi hepatitis B, hindarkan pemakaian jarum suntik bekas, dan
peralatan tato yang tidak steril. Hindarkan pemakaian bersama sikat
gigi, pisau cukur dan alat lainnya yang dapat menimbulkan luka.
Penderita hepatitis B dilarang minum alkohol untuk mencegah
rangsangan selanjutnya pada hati. (Wikipedia, 2008)
3. Hepatitis C
Pada hepatitis C sebagian besar penderitanya berlanjut menjadi
hepatitis kronis. Seperti halnya hepatitis B kronis, hepatitis C yang
kronis juga akan berkembang menjadi sirosis hati dan dapat
berpotensi menjadi hepatoma. Sebagian besar penderita hepatitis C
tidak menunjukan gejala. Seperti halnya hepatitis B, penularan
hepatitis C umumnya terjadi melalui transfusi darah, selain itu
mungkin juga melalui hubungan seksual, penggunaan sikat gigi secara
bersamaan, dan dari ibu pengidap hepatitis C kepada bayinya.
(Wikipedia, 2008)
Bila infeksi HCV menyebabkan kerusakan yang parah pada hati
atau sirosis, gejala bisa terjadi atau memburuk. Selain kelelahan, gejala
ini dapat termasuk hilang nafsu makan, mual, sakit kepala, demam,
muntah, sakit kuning, kehilangan berat badan, gatal, depresi, suasana
hati berubah-ubah, bingung, sakit pada otot dan sendi, sakit perut, dan
pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut membuncit. (Chris W.
Green, 2008)
4. Hepatitis D
Virus hepatitis D hanya dapat ditemukan pada penderita hepatitis
B, karena untuk hidupnya memerlukan virus pembantu yaitu virus
hepatitis B. Upaya pencegahan terhadap hepatitis B secara tidak
langsung juga mencegah hepatitis D. (Wikipedia, 2008)
5. Hepatitis E
9

Tipe penularannya sama dengan virus hepatitis A yaitu melalui


makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses. Infeksi virus
hepatitis E terutama terjadi di daerah yang tingkat kesehatan dan
sanitasinya buruk, dan lebih banyak diderita oleh anak-anak dan
wanita hamil. (Wikipedia, 2008)
2.3 Treatment (Terapi)

Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan
membantu pengobatan hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai
hepatoprotektor yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat
merusak sel hati, juga bersifat antiradang, kolagogum dan khloretik yaitu
meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang
dapat digunakan untuk pengobatan hepatitis antara lain yaitu kunyit.
Kunyit telah lama diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai
keaktifan fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid terdiri
atas senyawa berwarna kuning kurkumin dan turunannya. Sedangkan minyak
atsiri berbau dan berasa yang khas. Kadar kurkumin dan minyak atsiri
tanaman pada rimpang kunyit yaitu 2-7% .Sedangkan untuk kurkuminoid,
dalam rimpang kunyit sebanyak 3-5%. Untuk menentukan persentase ini
dilakukan pemanasan pada temperatur 50-55o C supaya tidak merusak zat
aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari kurkuminoid. (dr.
Mohammad Kartono, 2004)
Dari komposisi tersebut terlihat bahwa kandungan minyak atsiri dan
kurkumin terdapat dalam kunyit. Karena alasan inilah maka tim peneliti
laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Unpad Bandung meneliti
pengaruh campuran kurkuminoid dari kunyit dan minyak atsiri pada tikus
yang telah diinduksi dengan karbon tetraclorida (CCl4).Karena minyak atsiri
dan kurkuminoid sulit terserap usus, mereka menyalutnya dengan liposom
yang terbuat dari campuran fosfatidilkolin, lesitin, dan kolesterol. Parameter
yang diukur adalah menurun atau meningkatnya aktivitas enzim SGOT dan
SGPT. Jika menurun maka kedua zat tersebut dapat mengobati hati tikus yang
rusak karena induksi CCl4. Dari hasil penelitian ini, kadar optimum dari
campuran kurkumin dan minyak atsiri sebesar 1,144 mg/kg BB (miligram per
10

kilo gram berat badan tikus) untuk kurkuminoid kunyit dan 0,28 kg/ BB untuk
minyak atsiri. Campuran yang mengandung kurkuminoid kunyit 0,572 mg/BB
dan minyak atsiri temulawak 0,14mg/BB, memberikan efek antihepatoksik
optimal, tetapi tidak dapat menghentikan proses fibrosis hati oleh pemberian
CCl4 dua kali seminggu. (Nana M Iksan, 2008)
11

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sifat Penulisan

Penyusunan karya tulis ini bersifat ekspositoris yaitu penulis menjelaskan


tentang hubungan antara kunyit yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
hepatitis.
3.2 Metode Perumusan Masalah

Perumusan masalah ditentukan dengan mengemukakan hal-hal yang


berkaitan dengan kunyit sehingga dapat membantu dalam pengobatan hepatitis
yang akhirnya diperoleh korelasi antara keduanya.
3.3 Kerangka Berpikir

Kunyit Hepatitis

Kurkuminoid dan Sel hati mengalami


minyak atsiri kerusakan

Fungsi:
memberikan efek
hepaprotektor

Melindungi hati
dari zat toksik

Gambar 3.3 Korelasi antara kunyit dengan hepatitis.


12

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka (literature


review) berdasarkan permasalahan, baik digital maupun nondigital dari
sumber-sumber pustaka yaitu:

1. Jurnal kesehatan
2. Informasi internet
3. Buku ajar atau referensi pustaka
13

BAB III
PEMBAHASAN

Hepatitis adalah merupakan suatu penyakit yang menyerang hati atau


biasa disebut dengan radang hati. Hepa berarti kaitan dengan hati, sementara itis
berarti radang. Penyakit ini salah satunya disebabkan oleh virus yaitu HAV, HBV,
dan HCV yang menyerang sel hati – atau hepatosit – yang menjadi tempat yang
bersahabat bagi virus untuk berkembang biak. Sebagai reaksi terhadap infeksi,
sistem kekebalan tubuh memberikan perlawanan dan menyebabkan peradangan
hati (hepatitis). Bila hepatitisnya akut (yang dapat terjadi dengan HAV dan HBV)
atau menjadi kronis (yang dapat terjadi dengan HBV dan HCV) maka dapat
bekembang menjadi jaringan parut di hati, sebuah kondisi yang disebut fibrosis.
Lambat laun, semakin banyak jaringan hati diganti dengan jaringan parut seperti
bekas luka, yang dapat menghalangi aliran darah yang normal melalui hati dan
sangat mempengaruhi bentuk dan kemampuannya untuk berfungsi semestinya. Ini
disebut sebagai sirosis. Bila hati rusak berat, mengakibatkan bendungan di limpa
dan kerongkongan bagian bawah akibat tekanan di organ yang tinggi. Dampak
dari kondisi ini – yang disebut sebagai hipertensi portal – termasuk pendarahan
saluran cerna atas dan cairan dalam perut (asites). Kerusakan pada hati juga dapat
mengurangi pembuatan cairan empedu yang dibutuhkan untuk pencernaan yang
baik dan mengurangikemampuan hati untuk menyimpan dan menguraikan bahan
nutrisi yang dibutuhkan untuk hidup.
Daging buah (rimpang) kunyit mengandung beberapa senyawa kimia,
antara lain minyak atsiri fellandrean dan turmerol, kamfer, glukosida, foluymetik
karbinol, dan kurkumin. Kurkumin adalah zat warna kuning yang dikandung oleh
kunyit, rata-rata 10,29%, memiliki aktifitas biologis berspektrum luas antara lain
antihepototoksik, antibakteri, dan antioksidan. Kurkumin diketahui sebagai
kandungan yang banyak memberi manfaat, terutama sebagai antihepatotoksik dan
antioksidan. Dalam sebuah studi pada hewan percobaan melaporkan, kurkumin
secara kuat menghambat enzim cytochrome 4501A1/1A2 di hati. Enzim ini
14

merupakan isoenzim yang terlibat dalam bioaktivasi beberapa toksin termasuk


benzo[a]pyrene. Kurkumin ditemukan juga mencegah pembentukan ikatan
kovalen antara cytochrome P450 dan DNA. Oleh karena itu, peneliti
menyimpulkan bahwa kurkumin bisa saja menghambat karsinogenesis oleh
kimiawi dengan memodulasi fungsi P450. Karena adanya kurkumin yang bersifat
hepatotoksik maka kunyit dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengobatan
hepatitis khususnya hepatitis yang akut yakni hepatitis B.
Kadar kurkumin dan minyak atsiri tanaman pada rimpang kunyit yaitu 2-
7% .Sedangkan untuk kurkuminoid, dalam rimpang kunyit sebanyak 3-5%. Untuk
menentukan persentase ini dilakukan pemanasan pada temperatur 50-55o C,
supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari
kurkuminoid. Dalam tubuh, kurkumin ini memberikan efek hepatoprotektor
terhadap hati yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak
sel hati, juga bersifat antiradang, kolagogum dan khloretik yaitu meningkatkan
produksi empedu oleh hati.
Dalam penelitian, kurkuminoid ditemukan mempunyai sifat anti oksidan
dan anti radang. Pada awal tahun 1994-an para peneliti Los Angeles melakukan
dua uji coba klinis pada manusia, hasilna para peneliti Los Angeles menemukan
bahwa cucurmin dapat mengurangi jumlah virus (viral load) dalam aliran darah,
dan kurkuma menekankan jenis sitokin yang di pakai oleh sistem kekebalan tubuh
untuk melawan virus hepatitis.
Dengan penelitian dan uji coba yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kunyit dapat mengobati hepatitis B tanpa ada efek samping (aman) dan murah.
Tidak ada salahnya untuk para penderita menggunakan kunyit sebagai obat
penyakit hepatitis.
15

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanaman atau


tumbuhan obat perlu digali dan dikembangkan melalui penelitian-penelitian
yang berlandaskan kaidah ilmiah. Atas dasar hasil-hasil penelitian inilah maka
secara taat azas (konsekuen) tumbuhan atau tanaman obat yang ternyata
efektif (bermanfaat) dapat digunakan untuk menunjang upaya pelayanan
kesehatan formal dalam rangka mencapai semboyan sehat untuk semua dalam
tahun 2000. Peran serta dokter dari berbagai keahlian termasuk ahli
kedokteran masyarakat, perlu ditingkatkan dalam menilai dan mengkaji
manfaat (efikasi) obat tradisional. Dengan demikian masyarakat dilindungi
dari penggunaan obat yang tidak bermanfaat dan berbahaya bagi
kesehatannya. Penggunaan jamu yang sudah turun-temurun perlu dibina terus
menerus oleh pemerintah. Pemantauan terhadap kemungkinan efek samping
akibat pemanfaatan jamu juga perlu dilaksanakan terus menerus untuk
melindungi masyarakat konsumen. Kerjasama antara produsen, pemerintah
dan para pakar (peneliti) perlu ditingkatkan untuk mengembangkan obat
tradisional sebagai warisan budaya bangsa.
4.2 Saran

Kunyit mengandung beberapa jenis curcumin yang sudah lama dipakai


sebagai jamu untuk mengobati berbagai penyakit. Jamu ini sudah dipakai selama
ribuan tahun, dan belum dialami efek samping yang berat atau interaksi yang
gawat. Walaupun ada bukti bahwa curcumin mempunyai tindakan anti-HIV dalam
tabung percobaan, hal ini belum dibuktikan dengan uji coba klinis pada manusia.
Namun hanya sedikit uji coba itu dilakukan, dan oleh karena itu dan kenyataan
bahwa jamu ini aman dan murah, tidak ada kesalahan bila ingin coba sendiri, asal
harapannya tidak terlalu tinggi. Beberapa praktisi menganggap bahwa kurkuma
dapat mengurangi kerusakan pada hati yang diakibatkan oleh beberapa jenis racun
termasuk obat antiretroviral ini pun salah satu manfaat dari kunyit dan banyak
ragam tanaman obat lainnya yang dapat bermanfaat bagi kesehatan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008. Hepatitis B. http://wikipedia.org. Diakses tanggal 10 Desember


2008. Jam 19.45.

Ardenari, Maretta Putri. 2008. Hepatitis A.


http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/maretta-putri-078114104.pdf.
Diakses tanggal 11 desember 2008. Jam 10.09.

Budhiman, Melly. 2005. Pentingnya Obat Herbal. Surabaya: Airlangga University


Press: 25.

Caroline, Agnes. 2003. Pengobatan Hepatitis. Jakarta: EGC: 236-238.

Hanoman-i. 2007. Obat Herbal untuk Tubuh. Suara Karya Online.


http://jamuiboe.com/artikel04.php. Diakses tanggal 3 oktober 2008 jam
13:48.

Kartono, Mohammad. 2004. Manfaat Kunyit. Jakarta: Gaya Konvensial Press:


253.

M. Ihsan, Nana. 2008. Temulaeak dan Kunyit Sembuhkan Hepatitis.


http://mbar.dagdigdug.com/2008/06/06/temulawak-dan-kunyit-sembuhkan-
hepatitis/. Diakses tanggal 11 Desember 2008. Jam 9.46.

Rahmat. 2008. Menuju Tubuh Ideal Tidak Perlu Mahal.


http://www.solusisehat.net/berita.php?id=375. Diakses tanggal 3 Oktober 2008
jam 12.45.

Roem, Rowi. 2008. Kunyit untuk Hepatitis.


http://sinichireina.wordpress.com/2008/08/27/mencegah-dan-mengatasi-
hepatitis/. Diakses tanggal 3 oktober 2008 jam 12.49.

W. Green, Chris. 2005. Hepatitis Virus dan HIV.


http://spiritia.or.id/Dok/Hepatitis.pdf. Diakses tanggal 11 Desember 2008.
Jam 8.59.

Yayasan Spiritia. 2008. Kurkuma (Kunyit). http://spitiria.or.id/li/bacali.thp?


lino=740. Diakses tanggal 11 Desember 2008. Jam 10.05.

Anda mungkin juga menyukai