Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

Diajukan

Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Etika Dan Hukum Kesehatan

Semester 1 Tahun Akademik 2019 - 2010

Disusun Oleh :

N HERNI KUSNIAWATI

NPM 08180100262

PROGRAM STUDY S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


TUGAS

Baca dan Pelajari sebelum menjawab :

1. Untuk Petugas Puskesmas, maka ambil Kasus 1 dan 2, sedangkan sisanya untuk Petugas Rumah
Sakit.
2. Isi pernyataan di bawah ini sesuai dengan materi Etika dan Hukum Kesehatan yang telah ada terima
dan sesuai kasus yang anda tangani.
a. Sebagai profesi, perawat mempunyai organisasi profesi. Bagaimana keberadaan profesi
perawat (PPNI) selama ini ? Berilah contoh sesuai dengan pengalaman dan pengamatan Anda
di lapangan !
b. Bagaimana organisasi Profesi tersebut dapat melindungi anda dalam kegiatan keprofesian
anda sesuai dengan Kasus yang anda tangani tersebut.
c. Kasus dianalisa dengan cara :
 Dikaitkan dengan konsep etika keperawatan serta prinsip-prinsip etik, prinsip
komunikasi, maupun dengan UU yang berlaku.
 Apakah sudah sesuai dengan prosedur ? Bagaimanakah peran perawat dalam
informed consent?
 Hubungkan kasus tersebut dengan keperawatan profesional dan standar praktik
keperawatan.
Jawaban

Sebagai profesi, perawat mempunyai organisasi profesi. Bagaimana keberadaan profesi


perawat (PPNI) selama ini ? Berilah contoh sesuai dengan pengalaman dan pengamatan
Anda di lapangan !

Menurut bahasa latin, profesi atau profos adalah pengakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
profesi adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui atau
di rekognisi dalam melayani kesehatan. Profesi kesehatan yaitu semua kelompok atau jenis tugas
fungsional didalam melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap klien atau masyarakat baik yang
sakit maupun yang sehat.

Perawat termasuk kedalam profesi, karena perawat mempunyai ciri-ciri yang ada dalam profesi.
Ciri- ciri profesi adalah :

1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional


2. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan materi
3. Anggotanya belajar sepanjang hayat
4. Pekerjaannya berdasarkan etika profesi
5. Pekerjaannya legal (melalui perizinan)
6. Anggotanya bergabung dalam organisasi profesi.

PPNI merupakan organisasi yang mewadahi semua perawat yang ada di Indonesia. PPNI adalah
wadah yang sangat penting bagi perawat dalam mendukung peningkatan pelayanan, memberikan
advokasi serta menjaga mutu pelayanan. Di Puskesmas merupakan salah satu tempat
berlangsungnya pelayanan kesehatan.tingkat pertama, Perawat mempunyai andil besar dalam
berjalannya pelayanan di puskesmas. karena tidak bisa dipungkiri, jumlah perawat lebih sedikit
di puskesmas Sukajaya dari pada profesi bidan dan lainya

DPD PPNI Kabupaten Bogor yang sekarang diketuai oleh Pa Haji Yusup, S.Kep. DPD PPNI
Kabupaten merupakan wadah organisasi bagi semua perawat di wilayah kabupaten bogor.
Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat
adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat (UU No. 38 Tahun 2014). Sedangkan
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik didalam maupun
di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan (UU No. 38 Tahun 2014).

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan, seorang perawat wajib memiliki STR.dan SIPP Untuk
mendapatkan STR dan SIPP seorang perawat harus mengurus persyaratan yang dikumpulkan ke
PPNI Cabang wilayah Jasinnga atau langsung mengurus sendiri ke PPNI kab.Bogor, DPD PPNI
menfasilitasi dengan baik dalam mengurus STR Dan SIPP.

SIPP diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten atau kota tempat perawat menjalankan prakteknya (UU No. 38 pasal 19
Tahun 2014).

Bagaimana organisasi Profesi tersebut dapat melindungi anda dalam kegiatan keprofesian
anda sesuai dengan Kasus yang anda tangani tersebut

KASUS 1

Seorang pasien atas nama S warga Padukuhan Lohputih Desa J Kecamatan D diduga menjadi
korban malpraktek oleh oknum perawat Puskesmas D1. Puskesmas D1 merupakan puskesmas
daerah terpencil, petugas puskesmas bisa dihitung dengan jari. Mereka bergiliran melakukan
semua tugas di Puskesmas. Baik di dalam Puskesmas maupun keluar Puskesmas. Saat pasien S
datang berobat, dokter Puskesmas tidak ada dokter yang jaga, karena sedang mengikuti rapat di
Kantor Dinas Kesehatan setempat. Sehingga pasien S ditangani oleh perawat H (usia 36 th).
Saat datang, Pasien S mengeluhkan rasa tidak nyaman di mata kirinya sejak seminggu yang lalu,
Seperti biasa, pasien mendaftar lalu menjalani pemeriksaan oleh perawat jaga yang ada, yaitu
perawat H. Setelah menjalani pemeriksaan ringan, perawat H mengambil kesimpulan bahwa
pasien harus diberikan obat tetes mata, sehari 3x masing-masing 1 tetes.
Karena letak obat tetes di penyimpanan obat Puskesmas D1 berada dalam 1 rak dan dengan botol
yang hampir mirip bentuknya dan terbukti bahwa Perawat H salah mengambil obat. Beliau
memberikan obat tetes telinga padahal pasien menderita sakit mata, akibatnya pasien mengalami
gangguan pada pengelihatan mata kirinya Pasien merasakan hal yang tidak nyaman saat
meneteskan pertama kali obat tersebut, sehingga langsung memeriksa kondisi obatnya. Dan
benar, ternyata obat yang diberikan adalah obat tetes telinga.
Setiap organisasi profesi memiliki kode etik tersendiri, begitupun juga organisasi keperawatan
(PPNI). PPNI sebagai organisasi keperawatan yang ada di Indonesia memiliki kode etik yang
mengikat pada perawat sebagai anggotanya. Dalam menjalankan tugas sebagai perawat
berpedoman pada kode etik.

Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, materi, dan
mental spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia maka kehidupan
profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asal, yaitu kebutuhan
masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.

Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat


universal bagi klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat). Oleh karena itu, pelayanan
yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yang luhur, niat yang murni
untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan, kebangsaan, kesukuan warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.

Dalam melaksanakan, tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab
perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit,
mengurangi dan menghilangkan penderitaan, serta memulihkan kesehatan dilaksanakan atas
dasar pelayanan yang paripurna.

Dalam melaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan berhasil guna, para perawat
mampu dan ikhlas memberikan’ pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan
integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang mempengaruhi standar serta
dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dan upaya kesehatan
secara menyeluruh.

Tanggung jawab perawat meliputi:

 Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat


Dari contoh kasus yang saya ambil, perawat H (36) sudah melanggar tanggung jawab
sebagai perawat. Dari tanggung jawab terhadap individu, perawat H.seharusnya
mengkonsulkan keluhan yang di rasakan pasen S. Ke dokter.kalau bisa di hubungi
dokter puskesmasnya.Dan dalam pemberian obat perawat H,tidak Teliti untuk membaca
dan membedakan mana tetes mata dan mana tetes telingga.mungkin karepa perawat H
bisa jadi tidak paham cara penyimpanai obat,karena tidak ada apoteker,yang biasa menata
obat oabtan yng mamanya sama tp pungsinya berbeda.yang mengakibatkan pasen
mengalami gangguaan.saat meneteskan obat tetes mata pertama kali.
 Tanggung jawab perawat terhadap tugas
Perawat H Sebearnya sudah melakukan tanggung jawab terhadap tugas nya,pada saat itu
perawat H,ditugaskan jaga dipuskesmas itu.karena menggantikan doter puskesmas yng
dinas luar,tetapi Harusnya perawat H,membuat surat pelimpahan tugas dr doktr ke
perawat H juga. Supaya ada bukti untuk prawat H.untuk memeriksa dan mmberikan obat
yng benar.
 Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan Lainnya
Kasus di atas merupakan tugas dan wewenang profesi dokter untuk menentukan penyakit
nya, dan profesi keparmasian dan perawat yng sudah dapat ijin dr kepla puskesmas
untuk memberikan obat,
 Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan
 Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air

Analisa Kasus berdasarkan :

Dikaitkan dengan konsep etika keperawatan serta prinsip-prinsip etik, prinsip


komunikasi, maupun dengan UU yang berlaku.

Seorang perawat harus memiliki prinsip – prinsip etika, yaitu:

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan


pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

Perawat B telah melakukan tindakan yang merugikan kesehatan pasien S. karena tidak
sesuai dengan prinsip beneficience atau berbuat baik.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Tindakan yang dilakukan oleh perawat B tidak sesuai dengan standar praktek keperawatan
yang benar sehingga tidak tercapainya kualitas pelayanan kesehatan yang baik.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Jelas
bahwa tindakan tersebut telah mengakibatkan kerugian terhadap pasien S. Karena telah
menyebabkan kondisi pasien lebih parah bahkan pandangannya kian buram,
pendengarannya terganggu dan lumpuh.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

Dalam kasus tersebut, pasien tidak mendapatkan penjelasan secara jujur dan benar akan
tindakan yang akan dilakukan, siapa yang melakukan dan dimana akan dilakukan.

f. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Kerahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
lain harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Dalam kaitannya dengan Undang – Undang No. 38 tahun 2014 pasal 29 tentang praktik
keperawatan, tugas perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan
konselor bagi klien, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana
tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu. Pasal 30 menjelaskan wewenang perawat adalah melakukan pengkajian
keperawatan secara holistik, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan, melakukan rujukan, melakukan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai
dengan kompetensi, memberi konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter,
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling, serta melakukan penatalaksanaan
pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat
bebas terbatas. Perawat B dalam hal ini sudah melebihi wewenangnya dalam memberikan
tindakan atau pelayanan terhadap pasien.

Dalam UU No. 36 tahun 2014 pasal 26 Tenaga Kesehatan yang telah ditempatkan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaksanakan tugas sesuai dengan Kompetensi dan
kewenangannya. Pada daerah terpencil pemerataan tenaga kesehatan masih belum merata
sehingga secara tugas pokok dan fungsi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada

Penulis berpendapat kejadian tersebut merupakan kasus kelalaian (negligence) commision


(melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). Kelalaian adalah segala tindakan yang
dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang
lain.

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan
bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan
praktek keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan
perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).
Apakah sudah sesuai dengan prosedur ? Bagaimanakah peran perawat dalam informed
consent?

Peran perawat professional dalam pemberian informed consent adalah dapat sebagai client
advocate dan educator. Client advocate yaitu perawat bertanggung jawab untuk membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(informed consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. A client advocate
is an advocate of client’s rights. Sedangkan educator yaitu sebagai pemberi pendidikan
kesehatan bagi klien dan keluarga.

Kasus di atas perawat B dalam melakukan tindakan medis tidak menjalankan fungsinya
sebagai client advocate dan educator. Perawat B tidak menjelaskan secara rinci prosedur
tindakan, resiko dan komplikasi yang dapat ditimbulkan. Hal ini dapat disimpulkan
perawat B tidak menjalankannya sesuai prosedur atau dapat dikatakan melakukan tindakan
malpraktek.

Kasus kelalaian ini terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan
tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini
termasuk dalam bentuk misfeasance.

Hubungkan kasus tersebut dengan keperawatan profesional dan standar praktik


keperawatan

Pemberian obat merupakan tindakan delegatif yang secara yuridis bentuk tanggung
jawabnya berpindah kepada perawat yang melakukan namun saat kondisi darurat
diperkenankan untuk memberikan karena keterbatasan tenaga kesehatan lainnya. Setiap
saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas tentu saja
perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang
dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh
perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:
 Standar etik, Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan
harus bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.
 Hukum legal, Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi
maka perawat wajib menerima tanggung gugatnya.

A. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
1. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.
2. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh
perawat sesuai kewajiban dan kebajikan. Namun dalam kasus ini perawat dihadapkan
pada pilihan yang sulit harus memberikan pelayanan kesehatan terkait kebutuhan
masyarakat namun dalam hal ini terjadi kekeliruan dalam pemberian obat.
B. Tindakan Perawat Profesional
Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika perawat berkaitan
langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di identifikasi dan di atasi.

Karakteristik Perawat Profesional


1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan mempengaruhi proses
asuhan melalui peran profesional.
2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri, dan profesi serta
mengambil keputusan sesuai dengan asuhan.

Anda mungkin juga menyukai