Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Petugas Kesehatan

Menurut Munijaya (2004) Petugas kesehatan adalah seseorang yang

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,

keluarga dan masyarakat. Petugas kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga

medis, dan tenaga paramedis seperti tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga

penunjang medis dan lain sebagainya. Ada dua aspek mutu pelayanan kesehatan yang

perlu dilakukan di puskesmas yaitu quality of care dan quality of service. Quality of

care antara lain menyangkut keterampilan tehnis petugas kesehatan (dokter, bidan,

perawat atau paramedis lain) dalam menegakkan diagnosis dan memberikan

perawatan kepada pasien.

Menurut Depdikbud (2003), Peran adalah tingkah laku yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Menurut Sarwono (2007)

Peran adalah suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh

masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang kedudukan. Jadi

peran menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh individu

pemegang peran tersebut dalam situasi yang umum.

Menurut Muzaham (2007), sesuatu yang bermanfaat untuk mempelajari

interaksi antara individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai peranan.

Suatu peranan, apakah dokter, perawat, bidan atau petugas kesehatan lain mempunyai

Universitas Sumatera Utara


kewajiban atau paling tidak diharapkan untuk menjalankan suatu tugas atau kegiatan

yang sesuai dengan peranannya.

Menurut Horton dan Hunt (1993) dalam Muzakir (2006), peran (role) adalah

perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status. Seseorang mungkin

tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain

memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu

merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama

terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran

lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu

yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar – benar sama.Menurut

Potter&Perry (2007), adapun peran petugas kesehatan adalah :

1. Customer

Sebagai pemberi pelayanan, petugas membantu klien mendapatkan

kembalikesehatannya melalui proses penyembuhan. Petugas memfokuskan asuhan

padakebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya mengembalikan

kesehatanemosi, spiritual dan social. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada

klien dankeluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut

denganmenggunakan energi dan waktu yang minimal.

Sebagai customer, petugas kesehatan harus melakukan tindakan pemberian

imunisasi pada bayi yang berusia dibawah lima tahun dan melakukan pencatatan pada

buku KMS bayi/balita, serta bentuk promosi kesehatan lainnya yang berkaitan

dengan pelaksanaan program imunisasi.

Universitas Sumatera Utara


2. Komunikator

Salah tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau

sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi pesan yang

disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Carl Hoveland dalam Natoatmodjo (2007), “Komunikasi adalah

proses dimana seorang komunikator menyampaikan perangsang untuk merubah

tingkah laku orang lain. Komunikator adalah orang ataupun kelompok yang

menyampaikan pesanataupun stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan

pihak lain yangmenerima pesan tersebut memberikan respon. Menurut Mundakir

(2006), petugas kesehatan secara fisik dan psikologis harushadir secara utuh pada

waktu berkomunikasi dengan klien. Petugas tidak cukup hanyamengetahui tehnik

komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalahsikap dan

penampilan dalam berkomunikasi. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan agar menjadi komunikator yang baik yaitu :

1. Penampilan yang baik, sopan dan menarik sangat berpengaruh dalam

proseskomunikasi. Seorang yang menerima pesan adakalanya yang

pertamadiperhatikan adalah penampilan komunikator. Sebagai seorang petugas

kesehatan,penampilan yang bersih, sopan dan menarik sangat perlu dalam

menjalankanperannya memberikan asuhan pelayanan kepada klien.

2. Penguasaan masalah. Sebelum melakukan komunikasi seorang

komunikatorhendaknya faham dan yakin betul bahwa apa yang akan disampaikan

Universitas Sumatera Utara


merupakanpermasalahan yang penting. Penguasaan masalah juga dapat

meningkatkankepercayaan komunikasi terhadap komunikator.

3. Penguasaan bahasa. Proses komunikasi akan berjalan lambat apabila bahasa

yangdigunakan kurang sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh

penerimapesan. Penguasaan bahasa yang kurang baik dapat menyebabkan salah

penafsiran.

Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran yang

lain.Pelayanan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, komunikasi

antarprofesi kesehatan lainnya. Memberi perawatan yang efektif, pembuatan

keputusandengan klien dan keluarga atau mengajarkan sesuatu kepada klien, tidak

mungkindilakukan tanpa komunikasi yang jelas (Potter &Perry, 2007).

Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan informasi secara

jelaskepada pasien. Pemberian informasi sangat diperlukan karena menurut

Notoatmodjo(2003), komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor kurangnya

pengetahuandan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, mereka

berperilaku sesuaidengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu diperlukan komunikasi yang

efektif daripetugas kesehatan.

3. Motivator

Menurut Azwar (1997), bahwa motivasi berasal dari kata motif (motive) yang

artinya adalah rangsangan,dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki

seseorang hingga orang tersebutmemperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang

dimaksud dengan motivasi adalahupaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan

Universitas Sumatera Utara


ataupun pembangkit tenaga padaseseorang maupun sekelompok masyarakat tersebut

sehingga mau berbuat danbekerja sama secara optimal, melaksanakan sesuatu yang

telah direncanakan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Motivasi juga didefinisikan sebagai kekuatan dari dalam individu

yangmempengaruhi kekuatan atau petunjuk perilaku, motivasi itu mempunyai

artimendorong/menggerakkan seseorang untuk berperilaku, beraktivitas

dalammencapai tujuan (Sumodiningrat, 1999). Motivasi adalah perasaan atau pikiran

yangmendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan

terutamadalam berprilaku (Santoso, 2005).

Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang secara sadar atau

tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga

berarti usaha yang dapat menyebab seseorang/ kelompok orang tertentu bergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.Motivasi

adalah persyaratan masyarakat untuk berpartisipasi, tanpa motivasi masyarakat sulit

untuk berpartisipasi di semua program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu

sendiri dan pihak luar hanya memberikan dukungan saja. Oleh karena itu, pendidikan

kesehatan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi

masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

4. Fasilitator

Menurut Santoso (2005), fasilitator adalah orang atau badan yang

memberikan kemudahan ataumenyediakan fasilitas. Petugas kesehatan harus dapat

berperansebagai fasilitator bagi klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Universitas Sumatera Utara


5. Konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain

dalammembuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman

terhadapfakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Depkes RI,

2002).

Pada umumnya jasa konseling diperlukan apabila ada pihak yang

mempunyaikesulitan tentang sesuatu dan berharap dengan konsultasi kesulitan

tersebut dapatteratasi. Konseling adalah bagian dari peran dan tanggung jawab

petugas kesehatankepada klien dalam memberikan pelayanan yang optimal.Konseling

berbeda dengan komunikasi infomasi edukasi karena konselingmerupakan upaya

untuk menciptakan perubahan perilaku yang dilaksanakan secara individu atau

kelompok dengan menggunakan komunikasi efektif, untukmengutarakan

permasalahan sesuai dengan kondisi sasaran sampai sasaran

merasakanpermasalahannya dan membimbing dalam pelaksanaannya (Mandriwati,

2008).

Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik,

penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri,

dansebagainya) dan pemberian informasi sesuai kebutuhan, pengambilan

keputusan,pemecahan masalah, perencanaan dan menindaklanjuti pertemuan (Depkes

RI, 2002).

Menurut Simatupang (2008), bahwa sifat konselor yang baik adalah mau

mengajar dari dan melalui pengalaman,mampu menerima orang lain, mau

Universitas Sumatera Utara


mendengarkan dan sabar, optimis, respek, terbukaterhadap pandangan dan interaksi

yang berbeda, tidak menghakimi, dapat menyimpanrahasia, mendorong pengambilan

keputusan, memberi dukungan, membentukdukungan atas dasar kepercayaan, mampu

berkomunikasi, mengerti perasaan dankekhawatiran orang lain dan mengerti

keterbatasan yang dimiliki.

Petugas kesehatan dalam penelitian ini adalah petugas imunisasi. Petugas

imunisasi adalah individu yang mempunyai tugas dan wewenang dalam pemberian

imunisasi. Menurut Depkes RI (2004). Petugas imunisasi adalah petugas kesehatan

atau pengelola sebagai tenaga pelaksana di setiap tingkatan dan telah mendapat

pelatihan sesuai dengan tugasnya. Petugas imunisasi tidak hanya bertanggung jawab

dalam menangani dan memberikan vaksin, tetapi juga sebagai sumber informasi

utama berkaitan dengan vaksin bagi sasaran imunisasi. Petugas imunisasi yang

diberikan kewenangan dan tanggungjawab sesuai dengan kompetensi yang

dimilikinya melaksanakan imunisasi adalah perawat dan bidan.

2.2.Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat

dalam suatu kegiatan secara sadar. Menurut Ndraha (1990) dalam Slamet 2003,

mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama

Kegagalan dalam mencapai hasil dari program pembangunan tidak mencapai sasaran

karena kurangnya partisipasi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Depkes RI (2007), partisipasi terwujud dari adanya pemberdayaan

yang merupakan salah satu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat langsung yang bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan

pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara

lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat,

penyuluhan individu, penyuluhan kelompok, konseling, penyuluhan kelompok

sebaya, orientasi, life skill education dan partisipasi masyarakat.

Gerakan/Pemberdayaan Masyarakat dilakukan untuk membudayakan perilaku hidup

bersih dan sehat, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya kesehatan.

Menurut Craig dan Mayo dalam Yustina (2008) dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan adalah cara untuk berpartisipasi, artinya bahwa masyarakat yang

berpartisipasi karena telah diberdayakan yang dilakukan melalui berbagai cara yang

melibatkan unsur pemberdaya dan masyarakat.

Menurut Hardjono (2000), partisipasi didefenisikan sebagai mengetahui apa

yang dibutuhkan, ikut memikirkan dan merencanakan langkah-langkah yang akan

dikerjakan, ikut berupaya dalam pelaksanaan, ikut menilai keberhasilan serta ikut

menikmati hasil pembangunan. Pada hakekatnya, partisipasi bertitik pangkal dari

sikap dan perilaku. Melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya

dalam bidang kesehatan, harus dilakukan atas dasar kemauan masyarakat sendiri.

Apabila rasa tanggung jawab dan rasa memilki tidak ada, masyarakat hanya akan

berperan sebagai objek yang pasif atau sebagai penonton yang pasif.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Collins dalam Hikmat (2004), ada beberapa alasan untuk

memfokuskanpartisipasi masyarakat (community participation) dalam hal manajemen

danperencanaan kesehatan, yaitu :

1. Efektivitas program lebih mudah dicapai, hal ini dimungkinkan oleh

karenamanajemen dan perencanaan lebih mengarah kepada kebutuhan masyarakat

lokal,selain itu masyarakat dapat memberikan kontribusi yang penting dalam

prosesmonitoring dan evaluasi program.

2. Melalui partisipasi masyarakat sustainabilitas kesehatan dapat diperoleh

denganlebih mudah.

3. Dengan proses community participation yang efektif dapat merupakan

prinsipakuntabilitas dari masyarakat terutama pembiayaan pelayanankesehatan.

4. Dengan community participation tingkat penerimaan program kesehatan

olehmasyarakat dapat lebih mudah diperoleh yang akan meningkatkanutilitas dan

cakupan pelayanan kesehatan.

5. Pada situasi dengan keterbatasan sumber daya yang ada, masyarakat

dapatberperan dalam hal kontribusi tenaga, lahan, material dan bahkan

pembiayaan.

Menurut Conyers dalam Soetomo (2006), mengemukakan bahwa

partisipasimasyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara sukarela yang didasari

olehdeterminan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program

pembangunan.Terdapat Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat

yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi.

2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar pelaksanaan tugasnya sebagai

agenpembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan

dalamperencanaan.

3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang

yangsemakin besar kepada masyarakat unutk berpartisipasi.

4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.

5. Menggunakan strategi pengembangan komunitas (community development).

Sutton dan Kolaja dalam Notoatmodjo (2005), membagi peran-peran

dalampartisipasi program menjadi tiga, yaitu : (1) Pelaku adalah pihak yang

mengambil peran dan tindakan yang aktif dalam program, (2) Penerima adalah pihak

yang nantinya akan menerima manfaat dari program yangdijalankan, dan (3) Publik

adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaanprogram, tetapi

dapat membantu pihak pelaku.

Menurut Mardikanto (2003), menyatakan bahwa bentuk kegiatan

partisipasiyang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa :

1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.

2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkanpartisipasi

masyarakat yang lain.

4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.

5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara


6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi

dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi :

1. Kesempatan atau Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang

memungkinkan anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.

2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota

masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang

konstruktif untuk program.

3. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk

berpartisipasi dalam program.

Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama. Bila orang mau dan

mamputetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi, maka orang tidak akan

berpartisipasi.

Menurut Depkes RI (2006), mengemukakan bahwa partisipasi adalahkeadaan

di mana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut sertabertanggung jawab

terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakatlingkungannya.

Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu adasuatu stimulus.

Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan

masalah.Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat sebenarnya tidak

laindari pada mengembangkan mekanisme atau proses pemecahan masalah tersebut

agarberlangsung lebih rasional. Sayangnya seringkali apa yang rasional menurut

petugaskesehatan, tidak selamanya dianggap rasional pula oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Perbedaanpersepsi tersebut menyebabkan hambatan dalam perkembangannya

mekanisme atauproses pemecahan masalah tersebut, sehingga berpengaruh pula

terhadapperkembangan dan pembinaan partisipasi itu sendiri. Sesuai dengan tahap-

tahap dalam pemecahan masalah, maka tahap-tahap partisipasi juga dapat

dikelompokkan

menjadi :

1. Partisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan prioritas masalah.

2. Partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan alias tahap perencanaan.

3. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan, termasuk penyediaan sumber daya.

4. Partisipasi dalam tahap penelitian dan pemantapan.

Setiap tahap partisipasi ini jelas bahwa setiap tahap, bentuk ikut

sertanyamasyarakat bertanggung jawab dalam perencanaan, dan sebagainya.

Menurut Mardikanto (2003), menyatakan tumbuh danberkembangnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan olehtiga unsur pokok,

yaitu : (1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi, (2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan (3) Adanya

kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Menurut Sumodiningrat (1999), faktor-

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam

masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk

berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan

lembaga formal yang ada.

Universitas Sumatera Utara


2.3.Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan.

Pelayanan imunisasi diarahkan sebagai upaya preventif terhadap kejadian suatu

penyakit atau masalah kesehatan. Pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari

peran petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya dalam melakukan serangkaian pelayanan kesehatan.

Menurut Azwar (1997), pelayanan kesehatan adalah upaya kesehatan yang

diberikan kepada sasaran pelayanan kesehatan atau individu sebagai profesi

kesehatan seperti perawat, dokter, dan bidan. Pelayanan kesehatan secara keseluruhan

mencakup upaya pencegahan, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan

khusus.Dengan semakin mantapnya unit pelayanan imunisasi, maka porsi kegiatan

imunisasi khusus semakin kecil. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor.1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang pokok-pokok kegiatan penyelenggaraan

imunisasi di Indonesia terdiri dari :

1. Imunisasi rutin

2. Imunisasi tambahan

3. Imunisasi dalam penanggulangan KLB (Outbreak Respons)

4. Kegiatan imunisasi tertentu terhadap PD3I dalam situasi khusus biasanya dalam

wilayah luas dan waktu tertentu, seperti PIN, Sub PIN dan CampaingCampak.

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan

tubuhterhadap penyakit tertentu dengan cara memasukan vaksin atau serum ke dalam

Universitas Sumatera Utara


tubuhmelalui oral atau suntikan. Imunisasi adalah suatu tindakan pemindahan atau

transfer anti body secara pasif. Sedangkan istilah vaksinasi (antigen) yang dapat

merangsang pembentukan imunitas (anti body) dan sistem imun didalam tubuh

(Rahmawati,2007).

Standar tenaga pelaksana di tingkat pusksmas adalah petugas imunisasi

danpelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang

telah mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan imunisasi

danpenyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal

SMAatau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya mengelol

vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat pemasukan

danpengeluaran vaksin serta mengambil vaksin di kabupaten/kota sesuai kebutuhan

per bulan. Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksana cold

chain atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk pengelola program

imunisasi, yang tugasnya membuat perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur

jadwalpelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat dan

mengirim laporan ke kabupaten/kota, membuat dan menganalisis PWS bulanan,

danmerencanakan tindak lanjut (Depkes, 2005).

Siswondoyo dan Putra (2003), melakukan survey terhadap ibu-ibu anak usia

12-23 bulan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

imunisasi hepatitis B menyebutkan bahwa penerimaan ibu terhadap imunisasi anak

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pendapatan, waktu tempuh, dukungan

keluarga, dan pelayanan petugas imunisasi.

Universitas Sumatera Utara


Untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau ketrampilan petugas

imunisasiperlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas

imunisasi.Pelatihanteknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah

sakit dan tempatpelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat. Pelatihan

manajerial diberikankepada para pengelola imunisasi dan supervisor di semua tingkat

(Depkes RI, 2005).

2.3.1. Fungsi Puskesmas dan Posyandu dalam Pelayanan Imunisasi

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu unit pelaksana

fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan

peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan yang meyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu (Azwar, 1996).

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan

kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang

optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Dalam Kebijakan Dasar Puskesmas, ada tiga fungsi Puskesmas, yaitu: (1)

Puskesmas sebagai Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Dalam

hal ini, Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Upaya

yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan. (2) Puskesmas sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat. Puskesmas selalu

berupaya agar perorangan, keluarga, masyarakat terutama pemuka masyarakat dan

dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dala memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan menyelenggarakan

dan memantau pelaksanaan program kesehatan. (3) Puskesmas sebagai Pusat

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan. Dalam hal ini, pelayanan yang diberikan adalah pelayanan rawat

jalan dan rawat inap dan untuk rawat inap untuk beberapa Puskesmas tertentu.

Pelayanan promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, dan kesehatan

jiwa (Azwar, 1996).

Pelayanan imunisasi dasar merupakan salah satu jenis kegiatan puskesmas

yang terintegrasi dalam program upaya kesehatan dasar. Secara teknis pelaksanaan

program pelayanan imunisasi dilakukan oleh posyandu. Posyandu adalah suatu

Universitas Sumatera Utara


wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari

Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan

dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga.

berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini (Depkes RI, 2006).

Departemen kesehatan RI (2006) dalam “Buku Kader Posyandu“

menambahkan bahwa yang dimaksud dengan Posyandu adalah wadah atauempat

pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta

dibimbing petugas kesehatan terkait dalam hal ini petugas dari puskesmas.

Tujuan penyelenggaran posyandu menurut Departemen Kesehatan RI yaitu :

a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu hamil,

melahirkan dan nifas) b. Mempercepat penerimaan atau membudayakan Norma

Keluarga KecilBahagia dan Sejahtera (NKKBS).

b) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan Keluarga Berencana beserta kegiatan lainnya yang

dapat menunjang tercapainya masyarakat hidup sehat sejahtera.

c) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,Gerakan

Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Dalam pelayanan imunisasi yang dilakukan pada kegiatan posyandu, kader

Posyandu bertugas untuk mengajak masyarakat yang memiliki atau yang termasuk

sasaran dari imunisasi untuk ke posyandu dan memberikan peyuluhan mengenai

imunisasi sedangkan mengenai pemberian imunisasi dilakukan oleh petugas

Universitas Sumatera Utara


kesehatan. Pemantauan imunisasi harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan

program, supervisor dan petugas vaksinasi (Notoatmodjo 2007).

2.4. Landasan Teori

Pelayanan imunisasi pada bayi adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan

yang dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi secara dini.

Pemanfaatan pelayanan imunisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor

petugas kesehatan, dan peran aktif ibu yang mempunyai balyi untuk memberikan

imunisasi bayinya.Pemanfaatan pelayanan kesehatan tidak melalui proses yang

tunggal, tetapi banyak intervensi yang mempengaruhinya. Karena tidak tunggalnya

pengaruh yang ada untuk memberikan keputusan pemanfaatan pelayanan kesehatan

itu.

Menurut Andersen’s (1968) dalam Sarwono (2007), bahwa keputusan untuk

pemanfaatan pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen yaitu (1) Komponen

predisposisi terdiri dari tiga unsur yaitu: demografi (usia, jenis kelamin, status

perkawinan dan jumlah anggota keluarga), struktur sosial (jenis pekerjaan, status

sosial, pendidikan, ras, dan kesukuan), dan kepercayaan kesehatan, (2) Komponen

enabling (pendukung) mempunyai dua unsur: sumber daya keluarga (penghasilan

keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi

kesehatan), dan sumber daya kesehatan (petugas kesehatan, jumlah dan kualitas

tenaga kesehatan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan), dan (3) Komponen need,

yaitu komponen yang menjadikan pelayanan kesehatan merupakan suatu kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


yang dilihat dari keseuruhan simtom atau fungsi tubuh yang terganggu serta persepsi

terhadap status kesehatan.

Berdasarkan konsep tersebut maka dapat dirumuskan kerangka teori

determinan yang mempengaruhi partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi pada

bayinya, yaitu:

Kemampuan Kesempatan

Faktor Predisposisi
1. Karakteristik Sosiodemografi Kemauan
2. Struktur Sosial
3. Kepercayaan Kesehatan
Partisipasi
Faktor Pendukung
1. Sumber Daya Manusia Kesehatan
a. Kuantitas dan Kualitas SDM Pemanfaatan
Kesehatan Pelayanan Kesehatan
b. Peran SDM Kesehatan
2. Fasilitas Kesehatan
3 P i I di id t t l
Faktor Kebutuhan
Kebutuhan yang dirasakan individu dalam
pelayanan kesehatan

Gambar 2.1. Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

(Modifikasi Andersen’s 1968 (dalam Sarwono (2007); Slamet (2003)

Menurut Notoatmodjo (2005), bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga

kondisi terpenuhi, yaitu mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi, mampu untuk

berpartisipasi, artinya adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga

mampu untuk memberikan sumbang saran yang konstruktif terhadap upaya yang

Universitas Sumatera Utara


akan dilakukan, dan mau untuk berpartisipasi, yaitu kemauan atau kesediaan anggota

masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan.Sedangkan konsep peran petugas

mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Potter dan Perry (2007), bahwa peran

petugas kesehatan meliputi peran sebagai costumer, komunikator, fasilitator,

motivator, dan konselor.

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka dapat dirumuskan

kerangka konsep sebagai berikut:

Peran Petugas Kesehatan


1. Costumer
Partisipasi Ibu dalam Pemberian
2. Komunikator
Imunisasi
3. Motivator
4. Fasilitator
5. Konselor

Karakteristik Ibu
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pengetahuan
4. Sikap

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 di atas mengambarkan bahwa variabel independen dalam

penelitian ini adalah variabel peran petugas yang dilihat dari peran sebagai costumer,

komunikator, motivator, fasilitator dan konselor, dan variabel karakteristik ibu yang

meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan variabel dependen

Universitas Sumatera Utara


dalam penelitian ini adalah variabel partisipasi ibu yang dilihat dari kemauan,

kemampuan dan kesempatan untuk memberikan imunisasi kepada bayinya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai