Perkembangan
Perkembangan
ARSITEKTUR
Daftar Isi
i
ii DAFTAR ISI
• Barok gempa
• Musik Barok
1
2 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
1.1.2 Referensi
[1] Wölfflin, Heinrich (1971). Renaissance and Baroque. London: Collins. p. 96.
[2] The Council of Trent (1545–1563) is usually given as the beginning of the Counter-Reformation.
• Siberian Baroque
1.2. ARSITEKTUR BIZANTIUM 3
Arsitektur Bizantium adalah arsitektur Kekaisaran Bizantium (atau Kekaisaran Romawi Timur). Terminologi ini
digunakan oleh para sejarawan modern untuk mengklasifikasikan Kekaisaran Romawi abad pertengahan sedemiki-
an karena perkembangannya sebagai suatu entitas budaya dan seni yang berpusat di ibu kota baru Konstantinopel,
berbeda dengan kota Roma dan sekitarnya. Kekaisaran Bizantium bertahan lebih dari satu milenium, secara drama-
tis mempengaruhi arsitektur abad pertengahan di seluruh Eropa dan Timur Dekat, serta menjadi asal mula tradisi
arsitektur Utsmaniyah dan Renaisans setelah keruntuhan kekaisaran tersebut.
Arsitektur Bizantium awal dibangun sebagai suatu cara untuk mengenang arsitektur Romawi. Perubahan teritorial
dan politik, kemajuan teknologi, serta perubahan gaya menandakan adanya suatu gaya berbeda yang secara bertahap
menghasilkan denah lantai berupa salib Yunani dalam arsitektur gereja.[1]
1.2.2 Galeri
• Mosaik di atas pintu masuk Basilika Eufrasian di Poreč, Kroasia (abad ke-6)
• Arsitektur Sasaniyah
• Arsitektur Utsmaniyah
• Gaya arsitektur
1.2.4 Referensi
[1] http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1365642/Byzantine-architecture
• Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publik: Chisholm, Hugh, ed.
(1911). "Byzantine Art". Encyclopædia Britannica (11th ed.). Cambridge University Press.
• Ousterhout, Robert; Master Builders of Byzantium, Princeton University Press, 1999. ISBN 0-691-00535-4.
Arsitektur Gothik dimulai di Basilika Santo Denis di dekat Paris, dan Katedral Sens pada 1140
6 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
• Gothik Collegiate
• Arsitektur Gothik
• Gothicmed
• Neo-Manueline
• Ritualisme
• Arsitektur Victoria
• Restorasi Viktoria
1.3. ARSITEKTUR KEBANGKITAN GOTHIK 7
1.3.3 Catatan
• Megan Aldrich, Gothic Revival. (London: Phaidon) 1994. The most recent summing-up.
• Christian Amalvi, Le Goût du moyen âge, (Paris: Plon), 1996. The first French monograph on French Gothic
8 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Revival.
• Clark, Sir KennethThe Gothic Revival: An Essay in the History of Taste, 1928. ISBN 0-7195-0233-0
• Gretchen Towsend Buggteln, Temples of Grace: The Material Transformation of Connecticut’s Churches, UP-
NE, ISBN 2003 ISBN 158 4653 22 1, 9781584653226, 2003
• “Le Gothique retrouvé" avant Viollet-le-Duc. Exhibition, 1979. The first French exhibition concerned with
French Neo-Gothic.
• Hunter-Stiebel, Penelope, Of knights and spires: Gothic revival in France and Germany,, 1989. ISBN 0-614-
14120-6.
• Phoebe B Stanton, The Gothic Revival & American Church Architecture; An Episode in Taste, 1840–1856
(Baltimore, Johns Hopkins Press, 1968) OCLC: 385717
• Phoebe B Stanton, Pugin (New York, Viking Press 1972, ©1971). ISBN 0-670-58216-6, ISBN 978-0-670-
58216-7, ISBN 0-670-58216-6, ISBN 0-670-02021-4, ISBN 978-0-670-02021-8, ISBN 0-670-02021-4.
• Summerson, Sir John, 1948. “Viollet-le-Duc and the rational point of view” collected in Heavenly Mansions
and other essays on Architecture.
• Sir Thomas G. Jackson, Modern Gothic Architecture (1873), Byzantine and Romanesque Architecture (1913),
and three-volume Gothic Architecture in France, England and Italy (1915).
• Gothic Revival
• Gothic Revival was one of the most influential design styles of the 19th century. Designs were based on forms
and patterns used in the Middle Ages. Serious study was combined with a more fanciful, romantic vision of
Medieval chivalry and romance.
Istana Schwerin di Mecklenburg, Jerman, merupakan karya arsitektur kebangkitan Renaisans untuk keperluan representasi. Terse-
lesaikan pada tahun 1857.
Waddesdon Manor, tempat kedudukan keluarga Rothschild, dibangun sejak tahun 1874.
10 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
1.4.1 Referensi
[1] “Wollaton Hall”. Greatbuildings.com. Diakses tanggal 2011-06-11.
• Marek Zgórniak, Wokół neorenesansu w architekturze XIX wieku, Kraków 1987. ISBN 83-233-0187-5. Ge-
neral study. See abstract on the author’s page.
1.5.2 Contoh
Beberapa contoh yang masih berdiri dari tradisi arsitektur tersebut adalah Mezquita di Córdoba (784–987, dalam
empat fase); Alhambra (utamanya 1338–1390[1] ) dan Generalife (1302–9 dan 1313–24) di Granada dan Giralda
di Sevilla pada 1184;[2] Kastil Paderne di Algarve, Portugal; Masjid Koutoubia dan Universitas Al-Karaouine di
Maroko; Masjid Agung Aljazair dan Masjid Agung Tlemcen di Aljazair; dan Masjid Uqba di Kairouan, Tunisia.
Contoh terkenal lainnya meliputi reruntuhan kota istana Medina Azahara (936-1010), gereja (dulunya masjid) San
Cristo de la Luz di Toledo, Aljafería di Zaragoza dan tempat-tempat perbandingan di Ronda dan Alhama de Granada.
Istilah tersebut terkadang digunakan untuk meliputi produk-produk sipilisasi Islamis di Italia Selatan.[3] Palazzo dei
Normanni di Sisilia mulai dibangun pada abad ke-9 oleh Emir Palermo.
1.5. ARSITEKTUR MOOR 11
Terdapat bukti arkeologi dari sebuah masjid abad kedelapan di Narbonne, Perancis.[4]
1.5.3 Catatan
[1] Curl p.502
[3] The Industrial Geography of Italy, Russell King, Taylor & Francis, 1985, page 81
[4] Islam Outside the Arab World, David Westerlund, Ingvar Svanberg, Palgrave Macmillan, 1999, page 342
1.5.4 Referensi
• Curl, James Stevens (2006). A Dictionary of Architecture and Landscape Architecture (Paperback) (Second
ed.). Oxford University Press. p. 880 pages. ISBN 0-19-860678-8.
• Barrucand, Marianne; Bednorz, Achim (2002). Moorish Architecture in Andalusia. Taschen. p. 240 pages.
ISBN 3-8228-2116-0.
• Archnet.org
Katedral Vilnius
Arsitektur Neoklasik adalah sebuah gaya arsitektur yang dihasilkan oleh gerakan neoklasik yang dimulai pada
pertengahan abad ke-18. Dalam bentuk termurninya, gaya arsitektur tersebut merupakan gaya yang secara prinsip
berasal dari arsitektur zaman klasik, prinsip-prinsip Vitruvian, dan arsitektur arsitek Italia Andrea Palladio.
• Andrew Skurman, “Contemporary Classical: The Architecture of Andrew Skurman”, Princeton Architectural
Press, 2012
• Jean-Francois Gabriel, “Classical Architecture for the Twenty-first Century”, Norton, 2004
• David Irwin, Neoclassicism (in series Art and Ideas) (Phaidon, paperback 1997)
• Thomas McCormick, 1991. Charles-Louis Clérisseau and the Genesis of Neoclassicism (Architectural History
Foundation)
teknologi baru seperti pelengkung dan kubah untuk menciptakan suatu gaya arsitektural baru. Arsitektur Romawi
berkembang di seluruh Kekaisaran selama periode Pax Romana. Penggunaan material-material baru, khususnya
beton, merupakan suatu ciri yang sangat penting.
Arsitektur Romawi mencakup periode dari berdirinya Republik Romawi pada tahun 509 SM sampai sekitar abad
ke-4 M, yang mana setelah itu menjadi diklasifikasi ulang sebagai Abad Kuno Akhir atau arsitektur Bizantium.
Sebagian besar contoh yang masih terlestarikan berasal dari periode belakangan. Gaya arsitektural Romawi terus
mempengaruhi bangunan di bekas kekaisaran tersebut selama berabad-abad, dan gaya yang digunakan di Eropa Barat
sejak sekitar tahun 1000 disebut arsitektur Romanesque untuk mencerminkan ketergantungannya pada bentuk-bentuk
Romawi dasar.
Bangsa Romawi Kuno memberikan kontribusi terhadap perkembangan-perkembangan penting dalam perumahan
dan sanitasi publik, misalnya jamban dan pemandian partikelir juga publik yang mereka buat, pemanas bawah lantai
dalam bentuk hypocaustum, kaca mika (contohnya di Ostia Antica), juga air dingin dan panas yang disalurkan melalui
pipa (contohnya di Pompeii dan Ostia).
• Pemandian Trajanus – merupakan suatu thermae besar (kompleks rekreasi dan pemandian) yang dibangun di
Romawi kuno mulai dari tahun 104 M dan didedikasikan selama hari-hari pertama bulan Juli tahun 109.
14 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Suatu daerah di situs arkeologi Ostia Antica; pada suatu waktu, terdapat toko-toko di sini.
• Pemandian Diokletianus – di Romawi kuno, merupakan yang termegah di antara semua pemandian umum
(thermae), dibangun oleh beberapa kaisar secara beruntun.
• Pemandian Caracalla
• Colosseum
• Pantheon
• Menara Hercules
• Tropaeum Traiani
• Vila Hadrianus
Arsitektur partikelir
• Alyscamps – sebuah nekropolis di Arles, Perancis, salah satu nekropolis yang paling terkenal dalam dunia
kuno.
• Domus
1.7. ARSITEKTUR ROMAWI KUNO 15
Tembok Hadrianus
• Katakomba Roma
• Vila Romawi
Teknik sipil
• Teknik Romawi – bangsa Romawi terkenal karena pencapaian yang maju dalam bidang teknik, kendati be-
berapa penemuan mereka merupakan perbaikan pada berbagai penemuan, konsep, dan gagasan yang lebih
lama.
Teknik militer
• Tembok Hadrianus
• Limes Germanicus
1.7.3 Referensi
Catatan kaki
Pustaka
• Abbott, Frank Frost; Johnson, Allan Chester (1926). Municipal Administration in the Roman Empire. Prince-
ton: Princeton University Press.
• Arenillas, Miguel; Castillo, Juan C. (2003), “Dams from the Roman Era in Spain. Analysis of Design Forms
(with Appendix)", 1st International Congress on Construction History [20th–24th January] (Madrid)
• Beckmann, Martin (2002), “The 'Columnae Coc(h)lides’ of Trajan and Marcus Aurelius”, Phoenix 56 (3/4):
348–357, doi:10.2307/1192605, JSTOR 1192605
• Benevolo, Leonardo (1993). Die Geschichte der Stadt. Frankfurt/Main New York: Campus-Verl. ISBN 3-
593-34906-X.
• Bomgardner, David Lee (October 2000). The Story of the Roman Amphitheatre. Routledge. ISBN 0-415-
16593-8.
• Coulton, J. J. (1974), “Lifting in Early Greek Architecture”, The Journal of Hellenic Studies 94: 1–19, doi:10.2307/630416,
JSTOR 630416
• DeLaine, Janet (1990), “Structural Experimentation: The Lintel Arch, Corbel and Tie in Western Roman
Architecture”, World Archaeology 21 (3): 407–424 (407), doi:10.1080/00438243.1990.9980116
• Peet, Stephen Denison (1911). The American Antiquarian and Oriental Journal. Jameson & Morse.
• Donners, K.; Waelkens, M.; Deckers, J. (2002), “Water Mills in the Area of Sagalassos: A Disappearing
Ancient Technology”, Anatolian Studies 52: 1–17, doi:10.2307/3643076, JSTOR 3643076
• Demandt, Alexander (1998). Die Kelten (dalam German). München: Beck. ISBN 978-3-406-43301-6.
• Harris, W. (1989). “Invisible Cities: the Beginning of Etruscan Urbanization”. Atti del Secondo Congresso
Internazionale Etrusco. Roma, 1989. pp. 375–392.
• Gardner, Helen (2005), Gardner’s Art Through The Ages: The Western Perspective, Wadsworth Publishing, p.
170, ISBN 978-0-495-00479-0
• Heinle, Erwin; Schlaich, Jörg (1996), Kuppeln aller Zeiten, aller Kulturen, Stuttgart, ISBN 3-421-03062-6
• Hodge, A. Trevor (1992), Roman Aqueducts & Water Supply, London: Duckworth, ISBN 0-7156-2194-7
• Hodge, A. Trevor (2000), “Reservoirs and Dams”, di Wikander, Örjan, Handbook of Ancient Water Techno-
logy, Technology and Change in History 2, Leiden: Brill, pp. 331–339, ISBN 90-04-11123-9
• James, Patrick; Chanson, Hubert (2002), “Historical Development of Arch Dams. From Roman Arch Dams
to Modern Concrete Designs”, Australian Civil Engineering Transactions CE43: 39–56
• Juracek, Judy A. (1996). Surfaces: Visual Research for Artists, Architects, and Designers. W.W. Norton. ISBN
978-0-393-73007-4.
• Kolb, Frank (1984). Die Stadt im Altertum. München: C.H. Beck. ISBN 3-406-03172-2.
• Lancaster, Lynne (1999), “Building Trajan’s Column”, American Journal of Archaeology 103 (3): 419–439,
doi:10.2307/506969, JSTOR 506969
• Lechtman, Heather; Hobbs, Linn (1986), “Roman Concrete and the Roman Architectural Revolution. Ce-
ramics and Civilization”, di Kingery, W. D., High Technology Ceramics: Past, Present, Future 3, American
Ceramics Society
• Hodge, A. Trevor (1960), The Woodwork of Greek Roofs, Cambridge University Press, pp. 38–44
• Mark, Robert; Hutchinson, Paul (1986), “On the Structure of the Roman Pantheon”, Art Bulletin 68 (1): 24–34,
doi:10.2307/3050861, JSTOR 3050861
1.7. ARSITEKTUR ROMAWI KUNO 17
• Miller, Stella Grobel (1972). “A Mosaic Floor from a Roman Villa at Anaploga” (PDF). Hesperia 41 (3):
332–354. doi:10.2307/147437. ISSN 0018-098X. JSTOR 147437.
• Morris, Anthony E. (1972). History of Urban Form: Prehistory to the Renaissance. London: George Godwin
Limited. ISBN 0711438013.
• O'Connor, Colin (1993), Roman Bridges, Cambridge University Press, ISBN 0-521-39326-4
• Rasch, Jürgen (1985), “Die Kuppel in der römischen Architektur. Entwicklung, Formgebung, Konstruktion”,
Architectura 15: 117–139
• Ritti, Tullia; Grewe, Klaus; Kessener, Paul (2007), “A Relief of a Water-powered Stone Saw Mill on a Sarco-
phagus at Hierapolis and its Implications”, Journal of Roman Archaeology 20: 138–163
• Rook, Tony (1992), Roman Baths in Britain, Osprey Publishing, pp. 18–19, ISBN 978-0-7478-0157-3
• Schnitter, Niklaus (1978), “Römische Talsperren”, Antike Welt 8 (2): 25–32
• Schnitter, Niklaus (1987a), “Verzeichnis geschichtlicher Talsperren bis Ende des 17. Jahrhunderts”, di Gar-
brecht, Günther, Historische Talsperren 1, Stuttgart: Verlag Konrad Wittwer, pp. 9–20, ISBN 3-87919-145-X
• Schnitter, Niklaus (1987b), “Die Entwicklungsgeschichte der Pfeilerstaumauer”, di Garbrecht, Günther, His-
torische Talsperren 1, Stuttgart: Verlag Konrad Wittwer, pp. 57–74, ISBN 3-87919-145-X
• Schnitter, Niklaus (1987c), “Die Entwicklungsgeschichte der Bogenstaumauer”, di Garbrecht, Günther, His-
torische Talsperren 1, Stuttgart: Verlag Konrad Wittwer, pp. 75–96, ISBN 3-87919-145-X
• Smith, D. J. (1983). “Mosaics”. Di Martin Henig. A Handbook of Roman Art. Phaidon. ISBN 0-7148-2214-0.
• Smith, Norman (1970), “The Roman Dams of Subiaco”, Technology and Culture 11 (1): 58–68, doi:10.2307/3102810,
JSTOR 3102810
• Smith, Norman (1971), A History of Dams, London: Peter Davies, pp. 25–49, ISBN 0-432-15090-0
• Vitrivius (1914). The Ten Books on Architecture, Bk I. Morris H. Morgan (translator). Harvard University
Press.
• Wikander, Örjan (1985), “Archaeological Evidence for Early Water-Mills. An Interim Report”, History of
Technology 10: 151–179
• Ward-Perkins, J. B. (1956). Nero’s Golden House. Antiquity 30. pp. 217–19.
• Wikander, Örjan (2000a), “The Water-Mill”, di Wikander, Örjan, Handbook of Ancient Water Technology,
Technology and Change in History 2, Leiden: Brill, pp. 371–400, ISBN 90-04-11123-9
• Wikander, Örjan (2000b), “Industrial Applications of Water-Power”, di Wikander, Örjan, Handbook of Anci-
ent Water Technology, Technology and Change in History 2, Leiden: Brill, pp. 401–410, ISBN 90-04-11123-9
• Walters, Henry Beauchamp; Birch, Samuel (1905). History of Ancient Pottery: Greek, Etruscan, and Roman.
John Murray.
• Wilson, Andrew (2002), “Machines, Power and the Ancient Economy”, The Journal of Roman Studies 92:
1–32, doi:10.2307/3184857, JSTOR 3184857
• Wirsching, Armin (2000), “How the Obelisks Reached Rome: Evidence of Roman Double-Ships”, The Inter-
national Journal of Nautical Archaeology 29 (2): 273–283, doi:10.1111/j.1095-9270.2000.tb01456.x
• Ulrich, Roger B. (2007). Roman Woodworking. Yale University Press. ISBN 0-300-10341-7.
• Richardson, Lawrence (1992). A new topographical dictionary of ancient Rome. Baltimore: Johns Hopkins
University Press. ISBN 0-8018-4300-6.
• Lampe, Peter (2006). Christians at Rome in the first two centuries : from Paul to Valentinus. London: Conti-
nuum International Publishing Group. ISBN 0-8264-8102-7.
• Potter, D. S.; Mattingly, D. J. (1999). Life, death, and entertainment in the Roman Empire. Ann Arbor:
University of Michigan Press. ISBN 0-472-08568-9.
18 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
• Patrich, Joseph (1996). “Warehouses and Granaries in Caesarea Maritima”. Di Raban, Avner. Caesarea
Maritima : a retrospective after two millennia. Leiden New York: E.J. Brill. ISBN 90-04-10378-3.
• Métreaux, Guy P.R. (1998). “Villa rustica alimentaria et annonaria”. Di Frazer, Alfred. The Roman villa :
villa urbana. Philadelphia: University Museum, University of Pennsylvania. ISBN 0-924171-59-6.
• Schmitz, Leonhard (1875). “Horreum”. Di Smith, William. A Dictionary of Greek and Roman Antiquities.
London: John Murray.
• Ros, Karen E. (1996). “The Roman Theater at Carthage (the theater’s substructures, plan and the identification
of architectural elements)". American Journal of Archaeology 100 (3): 449–489. doi:10.2307/507025. ISSN
0002-9114. JSTOR 507025.
• Wilson Jones, Mark (2000). Principles of Roman architecture. New Haven, Conn: Yale University Press.
ISBN 978-0-300-08138-1.
• Forbes, Robert James (1993). Studies in ancient technology 2. Brill. ISBN 978-90-04-00622-5.
• Kaszynski, William (2000). The American Highway: The History and Culture of Roads in the United States.
Jefferson, N.C.: McFarland. ISBN 978-0-7864-0822-1.
• Bunson, Matthew (2009). “Engineering”. Encyclopedia of the Roman Empire. Infobase Publishing. ISBN
978-1-4381-1027-1.
• O'Flaherty, C.A. (2002). “Introduction: A historical overview of the development of the road” (PDF). High-
ways: 1–5. doi:10.1016/B978-075065090-8/50002-8. ISBN 978-0-7506-5090-8.
• Döring, Mathias (2002), “Wasser für den 'Sinus Baianus’: Römische Ingenieur- und Wasserbauten der Phle-
graeischen Felder”, Antike Welt 33 (3): 305–319
• Hermansen, G. (1970). “The Medianum and the Roman Apartment”. Phoenix 24 (4): 342–347. doi:10.2307/1087740.
ISSN 0031-8299. JSTOR 1087740.
• Storey, Glenn R. (2004). “The Meaning of “Insula” in Roman Residential Terminology”. Memoirs of the
American Academy in Rome 49: 47–84. doi:10.2307/4238817. ISSN 0065-6801. JSTOR 4238817.
• Ward-Perkins, Bryan (2000). “Chapter 12. Land, labour, and settlement”. Di Cameron, Averil; Ward-
Perkins, Bryan; Whitby, Michael. Late Antiquity: Empire and Successors A.D. 425-600. The Cambridge
Ancient History. Volume XIV. Cambridge University Press. Part III: East and West: Economy and Society.
doi:10.1017/CHOL9780521325912. ISBN 978-0-521-32591-2.
• Gagarin, Michael; Fantham, Elaine, ed. (2010). “Aqueducts”. The Oxford encyclopedia of ancient Greece and
Rome 1. New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-517072-6.
• Baker, Rosalie F.; Baker, Charles F. (2001). Ancient Egyptians: People of the Pyramids. Oxford University
Press. ISBN 978-0-19-512221-3.
• Zaho, Margaret Ann (2004). Imago triumphalis: the function and significance of triumphal imagery for Italian
Renaissance rulers. Peter Lang. ISBN 978-0-8204-6235-6.
• Sullivan, George H. (2006). Not built in a day: exploring the architecture of Rome. Da Capo Press. ISBN
978-0-7867-1749-1.
• Fürst, Ulrich; Grundmann, Stefan (1998). The architecture of Rome: an architectural history in 400 presenta-
tions. Edition Axel Menges. ISBN 978-3-930698-60-8.
• Honour, Hugh; Fleming, John (2005). A world history of art. Laurence King Publishing. ISBN 978-1-85669-
451-3.
• Semple, Ellen Churchill (July 1929). “Ancient Mediterranean Pleasure Gardens”. Geographical Review (Ame-
rican Geographical Society) 19 (3): 420–443. doi:10.2307/209149. JSTOR 209149.
1.8. ARSITEKTUR UTSMANIYAH 19
• Fletcher, Banister (1996) [1896]. Cruickshank, Dan, ed. Sir Banister Fletcher’s a History of Architecture (20th
ed.). Architectural Press. ISBN 978-0-7506-2267-7. Cf. Part Two, Chapter 10.
• Lancaster, Lynne C. (2005). Concrete Vaulted Construction in Imperial Rome: Innovations in Context. Cam-
bridge University Press. ISBN 978-1-139-44434-7.
• MacDonald, William Lloyd (1982). The Architecture of the Roman Empire: An introductory study 1. Yale
University Press. ISBN 978-0-300-02819-5.
• William Lloyd (1986). The Architecture of the Roman Empire: An urban appraisal 2. Yale University Press.
ISBN 978-0-300-03470-7.
• Vitruvius (1999). Rowland, Ingrid D.; Howe, Thomas Noble, ed. Vitruvius : ten books on architecture. New
York: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-00292-9.
• Weitzmann, Kurt (1979). Age of spirituality : late antique and early Christian art, third to seventh century. New
York: The Metropolitan Museum of Art. pp. 109–123 and nos. 263–268 350–364. ISBN 978-0-87099-179-
0.
• Housing and apartments in Rome – A look at various aspects of housing in ancient Rome, apartments and
villas.
• Rome Reborn − A Video Tour through Ancient Rome based on a digital model
• Arsitektur Islam
20 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Masjid Biru di Istanbul, salah satu Situs Warisan Dunia dan contoh dari periode klasik arsitektur Utsmaniyah dengan pengaruh
Bizantium.
• Arsitektur Seljuk
• Daftar kubah Utsmaniyah
• Karavanserai
• Khanqah
• Külliye
• Masjid yang dibangun oleh Dinasti Utsmaniyah
• The Ottomans: Europe’s Muslim Emperors
• Türbe
• Yalı
1.8.2 Referensi
[1] Seljuk architecture, Illustrated Dictionary of Historic Architecture, ed. Cyril M. Harris, (Dover Publications, 1977),
485.
[2] Architecture(Muhammadan), H. Saladin, Encyclopaedia of Religion and Ethics, Vol.1, Ed. James Hastings and John
Alexander, (Charles Scribner’s son, 1908), 753.
[3] Necipoğlu, Gülru (1995). Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture. Volume 12. Leiden : E.J. Brill. p. 60.
ISBN 978-90-04-10314-6. OCLC 33228759. Diakses tanggal 2007-08-20.
[4] Behrens-Abouseif, Doris (1989). Islamic Architecture in Cairo: An Introduction. Leiden ; New York : E.J. Brill,. p. 29.
ISBN 90-04-08677-3. Diakses tanggal 2007-08-20.
1.9. ART DECO 21
[5] Rice, John Gordon; Robert Clifford Ostergren (2005). “The Europeans: A Geography of People, Culture, and Enviro-
nment”. The Professional geographer (Guilford Press) 57 (4). ISBN 978-0-89862-272-0. ISSN 0033-0124. Diakses
tanggal 2007-08-20.
[6] Grabar, Oleg (1985). Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture. Volume 3. Leiden : E.J. Brill,. ISBN
90-04-07611-5. Diakses tanggal 2007-08-20.
[7] Çevikalp, Mesut (2008-08-27). “Historian Kiel spends half century tracing history of Ottoman art”. Today’s Zaman.
Diakses tanggal 2008-09-17.
1.9.1 Sejarah
Art Deco merepresentasikan modernisasi dunia yang begitu cepat. Ketika gaya ini sudah menyebar luas dan sudah
ada di dunia ''fashion'' di Amerika dan Eropa, kata - kata “Art Deco” sendiri tidak dikenal. Modernistik atau 1925
Style yang menjadi namanya. Kata Art Deco sendiri mulai muncul dari tahun 1925 di sebuah konferensi l'Exposition
Internationale des Arts Decoratifs Industriels et Modernes yang diadakan di Paris, Perancis[2] .Kata Art Deco termasuk
terminologi yang baru pada saat itu, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam sebuah katalog yang diter-
bitkan oleh Musée des Arts Decoratifs di Paris yang pada saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema “Les
Années 25”. Pameran itu bertujuan meninjau kembali pameran internasional l’Expositioan Internationale des Arts
Décoratifs Industriels et Modernes. Sejak saat itu nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu sedang
populer dan modern. Munculnya terminologi itu pada beberapa artikel semakin membuat nama Art Deco eksis. Art
Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art Deco” karangan Bevis Hillier
di Amerika pada tahun 1969 [3] .
Dalam perjalanannya Art Deco dipengaruhi oleh berbagai macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan
Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno misalnya dari Mesir, Siria dan Persia[1] . Meskipun Art
22 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Lingkaran spiral Art Deco di Gedung Chrysler di New York, dibangun pada 1928–1930.
Deco terlihat seperti ultra modern, sebenarnya bisa ditelaah kembali ke zaman kuburan Mesir kuno. Secara khusus,
penemuan kubur Raja Tut pada tahun 1920 membuka pintu lebar terhadap gaya ini. Garis yang tegas, warna - warna
yang kuat dan fitur - fitur arsitektural yang berbentuk zig-zag ditambahkan ke dalam objek - objek yang diletakkan
di dalam kubur untuk menghibur dan mencerahkan raja yang sedang tertidur[4] .
The Paris exposition serves as a useful bookmark but it wasn't the beginning. By 1925 numerous buildings incorpo-
rated elements that would find their way into the Art Deco style. Consider Eliel Saarinen’s train station at Helsinki
(1904-1914). With its four giant figures, each holding a globe of light, it is the very essence of Art Deco.
Eksposisi Paris benar - benar menjadi momok, namun itu bukan awalnya. Tahun 1925 berbagai bangunan menga-
plikasikan elemen - elemen yang menuju ke gaya Art Deco. Contohnya adalah Stasiun Kereta Api Eliel Saarinen di
Helsinki, Finlandia 1904 - 1914. Dengan 4 figur raksasa, setiap figurnya memiliki Globe of Light atau bola lampu,
yang sangat esensial bagi Art Deco[5]
1.9. ART DECO 23
secara umum dianggap sebagai suatu bentuk eklektik dari keanggunan dan gaya modernisme, yang dipengaruhi ber-
bagai sumber. Diantaranya adalah seni tradisional Afrika, Mesir, atau Aztek Meksiko, dan juga Abad Mesin atau
teknologi Streamline seperti penerbangan modern, Penerangan listrik, radio, dan bangunan pencakar langit. Penga-
ruh desain ini terlihat pada fractionated, crystalline, bentuk facet dari dekorasi Kubisme dan Futurism, dalam wadah
Fauvisme. Tema populer lain dalam Art Deco adalah bentuk-bentuk bersifat trapezoid, zigzag, geometri, dan bentuk
puzzle, yang banyak terlihat pada karya mula-mula. Sejalan dengan pengaruh-pengaruh ini,Art Deco dikarakterkan
dengan penggunaan bahan-bahan seperti aluminum, stainless steel,lacquer , inlaid wood, kulit hiu (shagreen), dan
kulit zebra. Penggunaan berani dari bentuk bertingkat, sapuan kurva (unlike the sinuous, natural curves of the Art
Nouveau), pola-pola chevron , dan motif pancaran matahari adalah tipikal dari Art Deco. Beberapa dari motif ini
1.9. ART DECO 25
sering muncul pada saat ini— contohnya, motif pancaran matahari dalam berbagai konteks seperti sepatu wanita,
radiator grilles, auditorium dari Radio City Music Hall, dan puncak dari Gedung Chrysler.
Gedung Merdeka, Bandung. Arsitek Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemake
• Grand Hotel Preanger, Bandung. Arsitek Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker.
1.9.4 Referensi
[1] http://www.bandungheritage.org/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=1
[2] http://www.huntfor.com/arthistory/C20th/artdeco.htm
[3] http://www.arsitekturindis.com/?p=87
[4] http://miami.about.com/cs/arts/a/aa010603a.htm
[5] http://www.decopix.com/New%20Site/Pages/Directory%20Pages/Intro.html
Art Nouveau (pengucapan bahasa Perancis: [aʁ nuvo], diinggriskan menjadi /ˈɑːrt nuːˈvoʊ/; at. Sezession atau Seces-
sionsstil, Ceska Secese, Ing. Modern Style, Jer. Jugendstil atau Reformstil, Ital. Stile Floreale atau Liberty, Slowakia.
Secesia, Rus. Модерн [Modern]) atau Jugendstil adalah suatu gaya dan filosofi[1] internasional pada seni, arsitektur,
dan seni rupa terapan – khususnya seni dekoratif – yang paling populer sepanjang tahun 1890–1910.[2] Bahasa Ing-
gris menggunakan nama Perancis Art Nouveau (“seni baru”), tetapi gaya ini memiliki banyak nama yang berbeda di
negara-negara lain. Sebagai suatu reaksi terhadap seni akademis abad ke-19, Art Nouveau terinspirasi oleh berbagai
struktur dan bentuk alami, bukan hanya bunga dan tanaman, tetapi juga garis lengkung. Para arsitek berupaya untuk
melakukan harmonisasi dengan lingkungan alam.[3]
Art Nouveau dipandang sebagai suatu gaya seni “total” yang merangkul arsitektur, seni grafis, desain interior, dan
sebagian besar seni dekoratif seperti perhiasan, mebel, tekstil, kerajinan perak rumah tangga serta pencahayaan dan
perkakas lainnya, juga seni murni. Menurut filosofi gaya ini, seni seharusnya merupakan suatu cara hidup. Ba-
gi banyak orang Eropa yang berada, adalah mungkin untuk hidup dalam sebuah rumah bercorak art noveau yang
menggunakan kerajinan keramik (misalnya peralatan makan, perhiasan, kotak rokok, dll.), kain, perlengkapan mak-
an dari perak, dan mebel Art Nouveau. Para seniman berkehendak untuk mengkombinasikan seni murni dan seni
terapan, bahkan pada objek-objek utilitarian.[3]
Art Nouveau digantikan oleh gaya-gaya Modernis abad ke-20,[4] namun saat ini dipandang sebagai suatu peralihan
yang penting antara gaya-gaya kebangkitan historis yang beragam dari abad ke-19 dan Modernisme.[5]
1.10. ART NOUVEAU 27
1.10.1 Karya-karya
• “Wanita Muda dengan Mawar” karya József Rippl-Rónai (1898), seorang pelukis Hongaria
• The Kiss karya Gustav Klimt, 1907–08, lukisan cat minyak di atas kanvas; Österreichische
Galerie Belvedere, Wina
1.10.3 Referensi
[1] Duncan (1994), 7.
[4] Henry R. Hope, review of H. Lenning, The Art Nouveau", The Art Bulletin, vol. 34 (June 1952), 168–171 (esp. 168–169):
Discussing the state of Art Nouveau during 1952, the author notes that Art Nouveau, which had become disfavored, was
not yet an acceptable study for serious art history or a subject suitable for major museum exhibitions and their respective
catalogs. He predicts an impending change, however.
[5] Michèle Lavallée, “Art Nouveau”, Grove Dictionary of Art, Oxford University Press [accessed 11 April 2008].
1.10.4 Bibliografi
• Duncan, Alastair. Art Nouveau. World of Art. New York: Thames and Hudson, 1994. ISBN 0-500-20273-7
• Heller, Steven, and Seymour Chwast. Graphic Style from Victorian to Digital. New ed. New York: Harry N.
Abrams, Inc., 2001. p. 53–57.
• Lahor, Jean. L'Art Nouveau. Baseline Co. Ltd. Originally published 1901, adapted version 2007. (in French).
ISBN 978-1-85995-667-0
• Sterner, Gabriele. Art Nouveau, an Art of Transition: From Individualism to Mass Society. 1st English ed.
(original title: Jugendstil: Kunstformen zwischen Individualismus und Massengesellschaft) Trans. Frederick G.
Peters and Diana S. Peters. Woodbury, N.Y.: Barron’s Educational Series, 1982. ISBN 0-8120-2105-3
1.11.1 Karakteristik
Ukuran dari rumah mungil umumnya jarang melebihi dari 500 kaki² (46 m²)[5] karena Rumah mungil mungkin lebih
menekankan pada desain daripada ukuran,[6] mengaplikasikan fitur-fitur yang mampu bermanfaat ganda dan perabot
yang multifungsi, dan memadukannya dengan kemajuan teknologi dalam perlengkapan dan peralatan yang hemat
ruang.[2] Pengoptimalan ruang vertikal juga merupakan fitur yang umum diterapkan pada rumah-rumah kecil dan
apartemen.
Dibandingkan dengan rumah berukuran besar yang pada umumnya lebih mahal dari sisi ongkos pembangunan, pajak,
pemanasan ruangan, perawatan dan perbaikan maka rumah berukuran kecil, selain ongkosnya lebih murah, ia juga
dapat menghindarkan kehidupan yang berantakan dan rumit yang dapat berdampak ekologis bagi penghuninya.[2]
1.11.2 Referensi
[1] http://www.thetinylife.com/what-is-the-tiny-house-movement/
[2] Carmela Ferraro (February 21, 2009). “Small but perfectly formed”. Financial Times.
[3] The Economist (February 19, 2009). “Very little house on the prairie”. The Economist. Diakses tanggal March 7, 2009.
[4] Lloyd Alter (July 10, 2008). “Home Delivery: The Micro Compact Home Comes To America”. Treehugger. Diakses
tanggal March 7, 2009.
[5] Bethany Lyttle (February 16, 2007). “Think Small”. New York Times.
[6] Al Heavens (June 14, 2007). “Smaller Could Be the Answer to a Lot of Issues.”. Realty Times. Diakses tanggal March 7,
2009.
34 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
1.12 Populuxe
Populuxe adalah budaya dan aestetik konsumen di Amerika Serikat yang populer pada 1950an dan 1960an. Istilah
tersebut datang dari penggabungan kata populer dan luxury (bahasa Indonesia: kemewahan).[1] Karya dari berbagai
artis, perancang, perancang grafis, perancang perabotan, perancang interior dan arsitek berkaitan dengan gerakan
tersebut. Gerakan tersebut dikaitkan dengan konsumerisme kdan diwarnai dengan arsitektur mid-century modern,
Streamline Moderne, arsitektur Googie (arsitektur Doo Wop) dan futuristik lainnya dan Zaman Ruang Angkasa
mempengaruhi aestetik rancangan yang optimistik pada alam, futuris dan teknologi yang terfokus.[1]
1.12.1 Referensi
[1] Populuxe by Thomas Hine 192 pages Fine Communications September 1999 ISBN 978-1567313161
• Industrial Design: “American Look” 1958 General Motors Populuxe video on YouTube labelled as being in
the public domain
1.13 Rokoko
Rokoko (juga ditulis dalam bahasa-bahasa Eropa rococo atau roccoco; diucapkan [rəˈkoʊkoʊ], [roʊkəˈkoʊ]) juga
berarti “Barok Akhir” (“Late Baroque”) adalah gaya abad 18 yang berkembang ketika seniman Barok meninggalkan
gaya simetris dan mulai menambahkan bunga, tanaman dan permainan lainnya. Ruang-ruang rokoko dirancang
sebagai karya seni total dengan perabotan elegan bermotif bunga dan tanaman, patung-patung kecil, cermin penuh
ornamen, dan permadani melengkapi arsitektur, relief, dan cat dinding penuh warna. Gaya ini banyak digantikan oleh
gaya Neoklasik. Tahun 1835 pada Dictionary of the French Academy menuliskan kata Rococo “biasanya meliputi jenis
ornamen, gaya dan desain yang berhubungan dengan pemerintahan Louis XV dan awal dari Louis XVI”. Termasuk
di dalamnya, segala jenis karya seni yang dibuat pada pertengahan abad 18 di Perancis.
Kata Rokoko berasal dari kombinasai kata Perancis rocaille, yang artinya batu, dan coquilles, yang artinya kerang, ka-
rena keterikatan dengan benda-benda asal motif dekorasinya.[1] Istilah Rokoko juga bisa diartikan sebagai kombinasi
kata “barocco” (bentuk teratur dari mutiara, kemungkinan berasal dari kata “baroque”) dan kata Perancis “rocaille”
(bentuk populer dari ornamen taman dan interior menggunakan kerang dan kerikil hias), dan juga bisa dipakai untuk
menjelaskan gaya yang halus dan indah yang menjadi mode di Eropa selama abad ke-18.[2] Karena gaya Rokoko suka
dan fokus pada seni dekoratif, beberapa kritikus menggunakan istilah ini untuk merendahkan secara tidak langsung
bahwa gaya itu sembrono atau sekadar modis saja. Ketika istilah ini mulai digunakan di Inggris pada sekitar tahun
1836, ini menjadi ucapan sehari-hari yang artinya “ketinggalan zaman”. Faktanya, gaya ini menerima kritik keras,
dan bagi sebagian orang sebagi sesuatu yang dangkal dan berselera rendah,[3][4] dan sejak pertengahan abad 19, isti-
lah ini diterima oleh para ahli sejarah seni. Meskipun demikian masih ada debat masalah pengaruh sejarah dari seni
ini secara umum, Rokoko kini dikenal luas sebagai periode besar dalam perkembangan seni Eropa.
Sepasang kekasih dari porselen Nymphenburg, sekitar 1760, dibuat oleh Franz Anton Bustelli
namun dari titi ini, mulai menggabungkan variasi karakteristik, termasuk gaya rancagan Oriental dan komposisi
asimetris.
Gaya Rokoko menyebar bersama seniman-seniman Perancis dan publikasi karya-karyanya. Kemudian segera diteri-
ma sebagian Katolik di Jerman, Bohemia, dan Austria, dimana ia menyatu dengan tradisi kehidupan Barok Jerman.
Rokoko Jerman dipergunakan dengan antusias untuk gereja-gereja dan istana-istana, umumnya di daerah selatan,
sementara Rokoko Frederisian berkembang di Kerajaan Prusia. Arsitek-arsitek sering menambahkan ornamen in-
38 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Karya Rokoko Basilika di Ottobeuren (Bavaria): ruang arsitektural mengalir bersama kehangatan kehidupan
terior mereka dengan awan-awan dari semen halus putih. Di Italia, gaya Barok akhir dari Borromini dan Guarini
memberikan sentuhan Rokoko di Turin, Venesia, Naples dan Sisilia, sementara seni-seni di Toscana dan Roma tetap
setia dengan gaya Barok.
Di Britania Raya, Rokoko selalu dianggap sebagai “citarasa Perancis” dan tidak pernah diadopsi sebagai gaya arsi-
tektural, meskipun pengaruhnya sangat kuat terasa pada produksi perak, porselen, dan sutra, dan Thomas Chippen-
dale mengubah rancangan perabotan Inggris melalui adaptasi dan penghalusan gaya Rokoko. William Hogarth juga
membantu mengembangkan dasar teoretis keindahan Rokoko. Meski tidak secara khusus memberi penekanan pada
perubahan gaya itu, ia berpendapat pada Analysis of Beauty (Analisis Keindahan) (1753) bahwa garis-garis berge-
lombang dan lengkungan S yang terkandung di gaya Rokoko adalah dasar dari rahmat dan keindahan alam (tidak
seperti garis lurus atau lingkaran pada Klasisisme). Perkembangan Rokoko di Britania Raya dianggap terkait dengan
Kebangkitan Gotik dengan keterkaitan pada arsitektur Gotik di awal abad ke-18.
Dimulainya masa akhir Rokoko datang pada awal tahun 1760-an ketika tokoh seperti Voltaire dan Jacques-François
Blondel mulai menyuarakan kritik terhadap pendangkalan dan degenerasi seni. Blondel mencela dengan menyebut
“kekonyolan dalam campur aduk antara kerang-kerangan, naga-naga, buluh-buluh, pohon-pohon kelapa dan tanaman-
tanaman” di interior kontemporer.[6]
Sejak 1785, Rokoko telah habis masanya di Perancis, digantikan oleh tatanan dan keseriusan seniman-seniman
Neoklasik seperti Jacques Louis David. Di Jerman, akhir abad ke-18 Rokoko ditertawakan sebagai Zopf und Perücke
(“rambut kepang dan rambut palsu”), dan fase ini kadang disebut sebagai Zopfstil. Rokoko tetap populer di beberapa
provinsi dan di Italia, sampai fase kedua neoklasisisme, "Gaya kekaisaran", tiba dengan pemerintahan Napoleon dan
Rokoko tersingkirkan.
Terdapat pembaruan ketertarikan pada gaya Rokoko antara tahun 1820 dan 1870. Inggris termasuk yang mengawali
kebangkitan “gaya Louis XIV” sebagai sebutan salah pada awalnya, serta membayar harga-harga yang melambung
tinggi terhadap barang-barang bekas mewah Rokoko yang bisa diperoleh di Paris. Namun seniman yang menonjol
seperti Delacroix dan pelanggannya seperti Eugénie de Montijo juga membangkitkan kembali nilai-nilai agung dan
menyenangkan dari seni dan rancangan Rokoko.
1.13. ROKOKO 39
François Boucher, Le Déjeuner, (1739, Louvre), menunjukkan interior rocaille dari keluarga borjuis Perancis pada abad 18.
Patung-patung porselen dan vas memberi sentuhan tambahan chinoiserie.
Tema-tema rancangan ringan dan rumit dari Rokoko muncul sangat baik dan dalam skala yang lebih intim dibanding
arsitektur Barok dan patung-patungnya yang terkesan memaksa. Tidak mengherankan jika karya seni Rokoko Peran-
cis kemudian mengisi rumah-rumah. Produk logam, patung-patung porselen dan khususnya perabotan berkembang
dan diminati dalam golongan orang kaya Perancis untuk menghiasi rumah-rumah mereka dalam gaya yang baru.
Gaya Rokoko menyenangkan karena asimetris, sebuah citarasa baru untuk gaya Eropa. Praktik ini menjadikan
40 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Cermin Rokoko dan pekerjaan plesteran di Schloss Ludwigsburg menampilkan karakter serta cara penggabungan material dan
bentuk yang anti-arsitektural
elemen-elemen dibuat tak seimbang untuk memberi efek yang disebut contraste.
Selama periode Rokoko, perabotan menjadi ringan baik secara fisik maupun visual. Ide mengenai perabotan berubah
menjadi simbol status dan mengambil peran kenyamanan dan fleksibilitas. Perabotan menjadi mudah dipindahkan
untuk pertemuan misalnya, dan bentuk-bentuk khusus bermunculan seperti kursi sofa (fauteuil), kursi berbantal
(voyeuse chair), dan kursi jenis bergère. Perubahan rancangan kursi-kursi ini bervariasi dari model bantalan le-
ngan terpisah, perpanjangan bantalan belakang (dikenal juga dengan istilah hammerhead) dan model bantal lepasan.
Perabotan juga berdiri sendiri, dimana sebelumnya menyatu ke dinding, untuk mengesankan atmosfer ringan dan
fleksibilitas dari tiap jenis perabot. Kayu mahogani banyak digunakan untuk membuat konstruksi perabotan karena
kekuatannya, mengakibatkan hilangnya bagian penguat seperti yang terlihat pada banyak jenis kursi pada masa itu.
Juga penggunaan cermin yang digantung di atas perabotan dinding menjadi makin populer seiring dengan perkem-
bangan kaca berlapis untuk cermin.
Pada rancangan penuh Rokoko, seperti Table d'appartement (sekitar 1730) oleh perancang Jerman J. A. Meisson-
nier (lihat gambar), yang bekerja di Paris, segala pengaruh bentuk masif hilang: bahkan permukaan marmer pun
dibentuk. Celemek, kaki-kaki, penopang semuanya dirancang menyatu kedalam bentukan lengkung-c dan “rocaille”
(bentuk susunan bebatuan). Simpul (noeud) penopang diperlihatkan asimetris secara menyolok (“contraste”) dan
itulah inovasi Rokoko.
Umumnya gaya ini dikagumi dan ditampilkan dalam skala “minor” dan sebagai seni dekoratif saja, para pengkritik
menyatakan bahwa kecenderungan dimulai dari menyamarkan bentuk tradisional yang diakui. Struktur yang dihiasi
gaya ini tidak sesuai untuk proyek skala besar dan dikeluarkan dari gaya arsitektural sepenuhnya.
Dinasti orang-orang Paris ébénistes, beberapa di antaranya kelahiran Jerman, mengembangkan gaya permukaan leng-
kung dalam tiga dimensi (bombé), yang sesuai dengan penggunaan di kayu lapis bervernis (veneer atau marqueterie)
atau disebut juga vernis martin suatu pemberian vernis hitam (japanning) yang sesuai jika ditambahi warna emas-
perunggu ("ormolu"). Di antaraseniman ini yang terkemuka adalah: Antoine Gaudreau, Charles Cressent, Jean-
Pierre Latz, Jean-François Oeben, Bernard II van Risamburgh.
Perancang Perancis seperti François de Cuvilliés, Nicholas Pineau dan Bartolomeo Rastrelli mempopulerkan gaya
1.13. ROKOKO 41
Paris keluar Perancis secara perseorangan seperti ke Munich dan Saint Petersburg, sementara perancang Jerman
Juste-Aurèle Meissonier justru berkarya di Paris. Roh yang mempengaruhi pengembangan Rokoko Parisian adalah
sekelompok kecil dari pedagang permadani (marchands-merciers), pelopor penghias ruang modern yang dipimpin
oleh Simon-Philippe Poirier.
Gaya mebel Perancis tetap agak berbeda, yang mana ornamennya kebanyakan dari kayu, atau selain gaya ukiran kayu,
sedikit terkesan tidak kokoh dan lebih mengarah naturalistik serta sedikit lebih berani dalam mencampur elemen alam
dan bentuk buatan dari segala jenis (contohnya motif tanaman, representasi stalaktitis, fantastis, topeng, penerapan
berbagai profesi, lencana, pengecatan, batu adi).[7]
Gaya Rokoko Inggris lebih teratur. Rancangan mebel Thomas Chippendale mempertahankan lengkung dan rasa,
namun berhenti pada imajinasi Perancis yang tinggi. Contoh pembuat gaya Rokoko Inggris yang paling berhasil
mungkin Thomas Johnson seorang pemahat berbakat dan perancang mebel yang bekerja di London pada pertengahan
abad ke-18.
Kata 'Rokoko' berasal dari kata Perancis “rocaille”, sebuah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan karya be-
batuan dan kerang dari gua-gua Versailles. Banyak pahatan mebel berasal dari abad ke-18, bingkai cermin dari
bebatuan, kerang dan komposisi air menetes, kebanyakan diasosiasikan dengan patung-patung China dan pagoda.[8]
Rancangan taman
• Taman Versailles
• Vaux-le-Vicomte
• Château de Chantilly
42 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Arsitektur
Arsitektur Rokoko, adalah terkesan ringan, lebih anggun, juga merupakan versi rumit dari arsitektur Barok, yang
lebih berornamen dan berkesan kokoh sederhana. Meski gayanya mirip, namun ada beberapa perbedaan jelas antara
arsitektur Rokoko dan Barok, salah satunya adalah masalah simetri,[9] karena Rokoko menekankan pada bentuk-
bentuk asimetri,[9] sementara Barok sebaliknya.[10] Gaya-gaya ini meski sama-sama penuh dekorasi, juga berbeda
temanya; Barok sekilas lebih serius, menempatkan pengaruh agama, dan sering merupakan karakter dari tema-tema
Kristen[11] (kenyataannya, Barok dimulai di Roma sebagai respon atas Reformasi Protestan);[12] arsitektur Rokoko
yang berasal dari abad ke-18, lebih sekuler, mengadaptasi Barok dengan karakter yang lebih riang dan tema-tema
yang tidak serius.[11] Elemen-elemen lain dalam gaya arsitektur Rokoko temasuk banyaknya lengkung dan dekorasi,
juga penggunaan warna-warna pucat.[13]
Terdapat banyak contoh bangunan bergaya Rokoko juga para arsiteknya. Di antarayang terkenal termasuk Istana
Catherine, di Rusia, Istana Negara Queluz di Portugal, Istana Augustusburg dan Falkenlust di Brühl, Rumah Cina di
Potsdam, Istana Charlottenburg tiga terakhir di Jerman, juga elemen-elemen dari Château de Versailles di Perancis.
Para arsitek yang dikenal hasil karyanya menggunakan gaya ini termasuk Francesco Bartolomeo Rastrelli, seorang
arsitek Italia yang bekerja di Rusia[14] dan dikenal karena karya-karyanya yang royal dan mewah, Philip de Lange,
yang bekerja di arsitektur Rokoko Denmark dan Belanda, atau Matthäus Daniel Pöppelmann, yang bekerja pada masa
akhir gaya Barok dan mempunyai peran pada rekonstruksi kota Dresden di Jerman.
Arsitektur Rokoko juga membawa perubahan besar pada pembangunan gedung-gedung, memberi penekanan pa-
da hal-hal bersifat pribadi dibanding suasana publik terbuka yang agung dari arsitektur Barok, juga meningkatkan
struktur bangunan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.[13]
Desain interior
Istana Solitude di Stuttgart dan Istana China di Oranienbaum, Rusia, gereja Wies di Bavaria dan Sanssouci di Potsdam
adalah beberapa contoh bagaimana Rokoko masuk dalam arsitektur Eropa.
Di dalam konteks Kontinental dimana Rokoko sangat berpengaruh, bentuk-bentuk sportif, fantastis dan pahatan
lain diekspresikan dengan ornamen abstrak seperti nyala api, dedaunan atau tekstur seperti kerang dalam sapuan
asimetris dan lengkungan-lengkungan patah; interior Rokoko yang intim menyembunyikan bagian arsitektonis (ciri
khas arsitektural) dari bingkai pintu/jendela (architrave), dekorasi dinding dan hiasan batas dinding ke langit-langit
(cornice) kedalam bentukan yang indah, rapi, dan juga terkadang janggal, diekspresikan dengan bahan yang mudah
dibentuk seperti kayu yang dipahat dan paling banyak dengan plesteran (seperti pada karya di Sekolah Wessobrunner).
Dinding-dinding, langit-langit, mebel, dan barang dari logam serta porselen menampilkan bentuk yang menyatu.
Warna Rokoko adalah ringan dan lebih pucat dibanding warna-warna primer yang tegas dan cenderung gelap dalam
citarasa Barok.
Dari sedikit yang sebelumnya anti-arsitektural berubah berkembang dengan cepat menjadi sepenuhnya gaya Rokoko
pada akhir 1720-an dan mulai mempengaruhi interior dan seni dekorasi ke seluruh Eropa. Bentuk-bentuk yang kaya
dengan gaya Rokoko Jerman ada di Katolik Jerman (lihat ilustrasi di samping).
Pekerjaan plesteran Rokoko dari seniman pendatang dari Italia-Swiss seperti Bagutti dan Artari ditampilkan di
rumah-rumah karya James Gibbs, dan Franchini bersaudara yang bekerja di Irlandia setara dengan segala yang
berusaha masuk di Britania Raya.
Peresmian beberapa ruangan di Versailles, membuka tabir kemegahan di beberapa bangunan Paris (khususnya Hôtel
Soubise). Di Jerman, seniman-seniman Perancis dan Jerman (Cuvilliés, Neumann, Knobelsdorff, dll.) mempengaru-
hi perlengkapan penting dari wisma Amalienburg dekat Munich, dan istana-istana Würzburg, Potsdam, Charlottenburg,
Brühl, Bruchsal, Solitude (Stuttgart), dan Schönbrunn.
Di Britania Raya, satu rangkaian lukisan Hogarth menampilkan kisah moral melodramatis berjudul Marriage à la
Mode, dibuat tahun 1745, memperlihatkan suasana ruang-ruang di sebuah rumah di London yang penuh gaya, yang
mana hanya gaya rokoko di seluruh hiasan plester langit-langit.
Arsitektur Palladian adalah sesuatu yang terkontrol (simetris, bentuk sederhana seperti bangunan Yunani kuno).
Namun di rak atas perapian (mantel) Kentian, pot-pot dan hiasan lain diletakkan dan dibuat dengan kesan menying-
gung arsitektur ini, dan jam dinding Rokoko adalah sebuah penggambaran campur-aduknya ranting dedaunan dalam
gayanya.
Secara umum, Rokoko adalah gaya interior, karena kaum kaya dan aristokrat yang kembali ke Paris dari Versailles.
Paris sudah terbangun sehingga daripada menambah perubahan besar pada arsitektur bangunan, mereka biasanya
1.13. ROKOKO 43
merenovasi interior dari bangunan yang sudah ada dengan gaya Rokoko.
Lukisan
Meski awalnya Rokoko adalah seni dekorasi murni, gayanya juga muncul dengan jelas pada lukisan. Para pelukis
menggunakan citarasa pewarnaan dan bentuk-bentuk lengkung, memenuhi kanvas mereka dengan malaikat dan mi-
tos cinta. Potret juga populer di pelukis-pelukis Rokoko. Beberapa karya memperlihatkan keusilan atau kenakalan
perilaku dari subjek lukisan, memperlihatkan kecenderungan sejarah yang berubah dari orientasi gereja Barok. Lu-
kisan lanskap biasanya dengan suasana pedesaan dan menggambarkan suasana tamasya yang santai dari pasangan
aristokrat
Jean-Antoine Watteau (1684–1721) adalah pelukis Rokoko pertama yang diperhitungkan. Ia memberikan penga-
ruh yang besar pada pelukis-pelukis berikutnya termasuk François Boucher (1703–1770) dan Jean-Honoré Frago-
nard (1732–1806), dua tokoh pelukis di periode berikutnya. Juga sentuhan Thomas Gainsborough (1727–1788)
dan kejeliannya menampilkan spirit Rokoko. Gaya lukisan Élisabeth-Louise Vigée-Le Brun's (1755–1842) juga
memperlihatkan sentuhan pengaruh Rokoko, khususnya di lukisan potret Marie Antoinette. Pelukis Rokoko lainnya
termasuk: Jean François de Troy (1679–1752), Jean-Baptiste van Loo (1685–1745), kedua anaknya Louis-Michel
van Loo (1707–1771) dan Charles-Amédée-Philippe van Loo (1719–1795), adik termudanya Charles-André van
Loo (1705–1765), dan Nicolas Lancret (1690–1743). Sementara Jean-Baptiste-Siméon Chardin (1699–1779) dan
Jean-Baptiste Greuze (1725–1805) keduanya, adalah pelukis-pelukis Perancis penting di era Rokoko yang dianggap
sebagai Anti-Rokoko.
Selama era Rokoko, seni lukis potret adalah hal penting dalam lukisan di semua negara, namun khususnya di Britania
Raya, dimana para pemimpin seperti William Hogarth (1697–1764), dalam gaya realis biasa, dan Francis Hayman
(1708–1776), Angelica Kauffman (1741–1807) yang di Swiss, Thomas Gainsborough dan Joshua Reynolds (1723–
1792), dalam gaya yang lebih menyanjung oleh Antony Van Dyck (1599–1641). Sementara di Perancis selama era
Rokoko Jean-Baptiste Greuze adalah seorang pelukis favorit dari Denis Diderot (1713–1785),[15] dan Maurice Qu-
entin de La Tour (1704–1788), juga Élisabeth Vigée-Lebrun adalah pencapai tertinggi pelukis potret dan pelukis
sejarah.
Lukisan François Boucher Le Déjeuner (atas) menampilkan situasi kehidupan dengan pengaruh Rokoko. “Sopan
santun” bisa menjadi suatu kemegahan dalam kehidupan borjuis, perilaku pria sangat sopan. Interior yang mewah,
dekorasi informal yang intim dengan perilaku orang-orangnya, detail yang teliti dan menyenangkan dimana-mana,
pandangan mata dari masing-masing objek, kemewahan menikmati minuman coklat: semuanya "galante".
48 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Patung
Patung adalah seni lain dimana gaya Rokoko juga diadaptasi. Étienne-Maurice Falconet (1716–1791) adalah salah
satu representasi Rokoko Perancis. Secara umum, gaya ini ditampilkan pada patung porselen dibanding pada patung-
patung marmer. Falconet sendiri adalah direktur pabrik porselen terkenal di Sèvres. Tema cinta dan kegembiraan
ditampilkan pada patung-patung, juga elemen alam, garis lengkung dan asimetri.
Pematung Edmé Bouchardon menampilkan Kupido membuat peralatan panah cintanya dari gada Herkules (lihat
gambar); ini adalah simbol yang bagus untuk gaya Rokoko-setengah dewa yang dirupakan sebagai anak-anak, gada
penghancur tulang berubah menjadi panah asmara, sama halnya marmer yang kemudian digantikan oleh plester ba-
ngunan. Dalam hubungan ini, pematung-pematung Perancis, Jean-Louis Lemoyne, Jean-Baptiste Lemoyne, Robert
Le Lorrain, Michel Clodion, dan Pigalle hanya disebutkan secara sepintas kaitannya dengan Rokoko
Musik
Gaya Galante adalah persamaan dari Rokoko dalam sejarah musik, berada di antara Barok dan Klasik, dan sulit untuk
mengartikan kata-katanya. Gaya musik rokoko sendiri dikembangkan dari musik Barok, khususnya di Perancis. Bisa
dijelaskan sebagai musik yang intim dengan penghalusan berbagai bentuk aransemennya. Contoh karya meliputi
karya Jean Philippe Rameau dan Louis-Claude Daquin.
Sebuah ilustrasi menarik dari perselisihan yang kadang ditimbulkan oleh masalah gaya (mirip dengan modernitas awal
untuk gaya Viktoria) dapat ditemukan dalam pandangan kritis terhadap Rokoko diambil dari Ensiklopedia Katolik
tahun 1913, terutama dari sifat dasar Rokoko yang tidak sesuai dengan konteks gerejawi.[16]
50 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
1.13.6 Galeri
• Igreja de São Francisco de Assis di São João del Rei, 1749–1774, oleh arsitek Brazil
Aleijadinho
• Gereja St. Andrew di Kiev, 1744–1767, dirancang oleh Francesco Bartolomeo Ras-
trelli
1.13.7 Catatan
[1] (Inggris) Monique Wagner, From Gaul to De Gaulle: An Outline of French Civilization. Peter Lang, 2005, pp. 139. ISBN
0-8204-2277-0
[2] (Inggris) Marilyn Stokstad, ed. Art History. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall, 2005. Print.
[5] (Inggris) Kleiner, Fred (2010). Gardner’s art through the ages: the western perspective. Cengage Learning. pp. 583–584.
ISBN 9780495573555. Diakses tanggal 21 February 2011.
[8] (Inggris) Riley, Noël. “The Age of Rococo.” World Furniture. Secaucus, NJ: Chartwell, 1989. Print.
[9] (Inggris) Rococo Architecture – History of Rococo Architecture – Definition of Rococo Architecture. Architecture.about.com.
Diakses pada 2011-05-29.
[12] (Inggris) Baroque architecture – Britannica Online Encyclopedia. Britannica.com. Diakses pada 2011-05-29.
[15] (Inggris) Edmond & Jules de Goncourt, French Eighteenth-Century Painters. (Pelukis-pelukis Perancis abad ke-18.) Cornell
Paperbacks, 1981, pp. 222–225. ISBN 0-8014-9218-1
[16] (Inggris) Rococo Style – Catholic Encyclopedia. Newadvent.org (1912-02-01). Diakses pada 2011-05-29.
1.13.8 Referensi
• (Inggris) Edmond and Jules de Goncourt. French Eighteenth-Century Painters. Cornell Paperbacks, 1981.
ISBN 0-8014-9218-1.
• (Inggris) Marilyn Stokstad, ed. Art History. 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall, 2005. Print.
• (Inggris) Arno Schönberger and Halldor Soehner, 1960. The Age of Rococo Published in the US as The Rococo
Age: Art and Civilization of the 18th Century (Originally published in German, 1959).
• (Inggris) Levey, Michael (1980). Painting in Eighteenth-Century Venice. Ithaca: Cornell University Press.
ISBN 0-8014-1331-1.
• (Inggris) Kelemen, Pál (1967). Baroque and Rococo in Latin America. New York: Dover Publications. ISBN
0-486-21698-5.
• (Inggris) “Rococo Style Guide”. British Galleries. Museum Victoria dan Albert. Diakses tanggal 2007-07-16.
52 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
1.13. ROKOKO 53
Dekorasi Rokoko abstrak dan asimetris: plesteran langit-langit di Neues Schloss, Tettnang
Istana Catherine di Tsarskoye Selo adalah salah satu bangunan Rokoko di daerah paling utara
54 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Istana Queluz National di Portugal adalah bangunan Rokoko terakhir yang dibangun di Eropa.
1.13. ROKOKO 55
Penggabungan ukiran, plesteran dan lukisan dinding (fresco) gaya rokoko di Zwiefalten
1.13. ROKOKO 57
Antoine Watteau, Ziarah di pulau Cythera (1717, Louvre) menangkap kesan sembarangan yang memancing penikmat dari lukisan
gaya Rokoko.
58 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Kupido membuat busurnya dari gada Herkules, oleh Edmé Bouchardon, 1747–50: rokoko dalam pengerjaan subyek
1.13. ROKOKO 59
Patung makam dari Amalia Mniszech di Gereja St. Mary Magdalene di Dukla oleh Jan Obrocki, 1773: hanya detail kostum
berpitanya yang rokoko
60 BAB 1. GAYA ARSITEKTUR DIDUNIA
Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur dari Eropa Abad Pertengahan, ditandai oleh pelengkung setengah
lingkaran, dan berkembang menjadi gaya arsitektur Goth, ditandai dengan pelengkung berujung, yang dimulai pa-
da abad ke-12. Tidak ada kesepakatan mengenai waktu berawalnya gaya Romanesque, dan pengusulan waktunya
beragam mulai dari abad ke-6 sampai abad kesepuluh, namun contoh-contohnya dapat ditemukan di seluruh penju-
1.14. ARSITEKTUR ROMANESQUE 61
ru Eropa, sehingga menjadikan arsitektur Romanesque sebagai gaya arsitektur pan-Eropa pertama sejak Arsitektur
Imperial Romawi. Gaya Romanesque di Inggris disebut sebagai arsitektur Norman.
Hadid lahir pada 31 Oktober 1950 di Baghdad, Irak, dari sebuah keluarga Muslim kelas atas.[4] Ayahnya, Muhammad
al-Hajj Husayn Hadid, adalah seorang industrialis kaya dari Mosul, Irak. Ayahnya bekerja sama mendirikan kelompok
al-Ahali liberal kiri di Irak pada 1932, yang menjadi organisasi politik signifikan pada 1930an dan 1940an.[4] Ayahnya
adalah salah satu pendiri Partai Demokratik Nasional di Irak.[4] Ibunya, Wajiha al-Sabunji, adalah seorang artis dari
Mosul.[5] Pada 1960an, Hadid masuk sekolah asrama di Inggris dan Swiss.[6][7]
Hadid belajar matematika di Universitas Amerika sebelum berpindah, pada 1972, ke London untuk belajar di
Architectural Association School of Architecture.[5] Disana ia bertemu Rem Koolhaas, Elia Zenghelis dan Bernard
Tschumi.[4] Ia bekerja untuk mantan profesornya, Koolhaas dan Zenghelis, di Office for Metropolitan Architectu-
re, di Rotterdam, Belanda, menjadi mitra pada 1977.[8] Ia lalu bertemu dengan Peter Rice, seorang teknisi yang
memberikannya dukungan dan membantu pada waktu itu ketika pekerjaannya menghadapi kesulitan.[4]
Hadid adalah seorang warga negara Britania Raya yang dinaturalisasi.[9][10]
2.1.2 Karier
Hadid mendirikan sekolah arsitektur yang berbasis di London miliknya sendiri 1980.[11]
2.1.4 Referensi
[1] “Dame Zaha Hadid awarded the Riba Gold Medal for architecture”. BBC News. Diakses tanggal 24 September 2015.
62
2.2. GUSTAVE EIFFEL 63
[2] “Architect Dame Zaha Hadid dies after heart attack”. BBC News. 31 Maret 2016. Diakses tanggal 31 Maret 2016.
[3] Editorial Desk (1 April 2016). "‘Formidable’ Zaha Hadid dies, aged 65”. ArchitectureAU. Diakses tanggal 5 April 2016.
[6] Qureshi, Interview by Huma (14 November 2012). “Zaha Hadid: 'Being an Arab and a woman is a double-edged sword'".
The Guardian (dalam en-GB). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 1 April 2016.
[7] “Iraqi-British Architect Zaha Hadid Dies Of Heart Attack At 65”. NDTV.com. Diakses tanggal 1 April 2016.
[8]
[9] “Zaha Hadid biography”. Encyclopedia of World Biography. Diakses tanggal 27 September 2015.
[10] “Architects: Biography Zaha Hadid”. floornature.com. 10 August 2015. Diakses tanggal 27 September 2015.
[11] “Biography: Zaha Hadid The Pritzker Architecture Prize”. www.pritzkerprize.com. Diakses tanggal 2016-04-01.
Frank Lloyd Wright (June 8 1867-9 April 1959) was an architect famous of the early 1900s. His house was known
by the nickname Robbie House, that such spatial maze and geometric stained glass window. Information that can be
obtained in the book The Wright 3 works of Blue Balliet. Frank Lloyd Wright holds a speci talisman in the form of
Japanese fish nefrit.
Ia mengembangkan serangkaian gaya yang amat bersifat perorangan, memengaruhi rancang bangunan di seluruh
dunia, dan hingga saat ini masih merupakan arsitek terkenal dari Amerika Serikat.
Wright juga terkenal sepanjang hidupnya. Kehidupan pribadinya yang berwarna sering menjadi berita utama, uta-
manya tentang kegagalan 2 pernikahan pertamanya dan pembakaran serta pembunuhan di studio Taliesin miliknya
pada tahun 1914.
• Frank Lloyd Wright Buildings Recorded by the Historic American Buildings Survey
• Audio interview with Martin Filler on Frank Lloyd Wright from The New York Review of Books
• Jacobs House by Frank Lloyd Wright – an overview with slideshow.
• Frank Lloyd Wright interviewed by Mike Wallace on The Mike Wallace Interview recorded September 1 & 28,
1957
Bab 3
3.1 Soekarno
Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa
Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun )[note 1][note 2] adalah Presiden Indonesia
pertama yang menjabat pada periode 1945–1966.[5]:11, 81 Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.[6]:26-32 Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan
konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.[6]
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya —berdasarkan
versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat— menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan
dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.[6] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto
untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[6]
Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke
empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun
yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[6]
3.1.1 Nama
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno oleh orangtuanya.[5] Namun karena ia sering sakit maka ketika
berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.[5][7]:35-36 Nama tersebut diambil dari seorang
panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama “Karna” menjadi “Karno” karena dalam bahasa
Jawa huruf “a” berubah menjadi “o” sedangkan awalan “su” memiliki arti “baik”.[7]
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno kare-
na menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)[7]:32 . Ia tetap menggunakan nama Soekarno
dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklama-
si Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah
berumur 50 tahun[7]:32 . Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika
Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, “Siapa nama kecil So-
ekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu
nama saja atau tidak memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[8] Dalam beberapa ver-
si lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal
Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara
Indonesia oleh negara-negara Arab.
66
3.1. SOEKARNO 67
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011. Yogya-
karta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9) halaman 32 dijelaskan bahwa namanya
hanya “Sukarno” saja, karena dalam masyarakat Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri
satu kata.
3.1.2 Kehidupan
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu
Nyoman Rai.[5] Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah
Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[5] Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu,
sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.[5] Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini
sebelum Soekarno lahir.[9]:4-6, 247-251 Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung
Agung, Jawa Timur.[5]
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang di-
tugaskan di kota tersebut.[5] Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat
ia bekerja.[9] Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudah-
kannya diterima di Hogere Burger School (HBS).[5] Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya
di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.[5] Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang
kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[5] Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soe-
karno di pondokan kediamannya.[5] Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam,
organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul
Muis.[5] Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai or-
ganisasi dari Budi Utomo.[5] Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada
1918.[5] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian “Oetoesan Hindia” yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.[9]
Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921[10] , bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan
ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada
tahun 1921,[1]:38 setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali[1]:38 dan
68 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
tamat pada tahun 1926.[11] Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis
ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya.[1]:37 Prof. Jacob Clay
selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan “Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3
orang insinyur orang Jawa”.[1]:37 Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo,[12]:167 selain itu ada seorang lagi
dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.[12]:167
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib
Tjokroaminoto.[5] Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes
3.1. SOEKARNO 69
Soekarno bersama mahasiswa pribumi TH Bandung tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M. Anwari, Soetedjo, Soetojo,
Soekarno, R. Soemani, Soetono/Soetoto(?), R. M. Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito. Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?), M.
Hoedioro, Katamso.
Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Sebagai arsitek
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitek alumni dari Technische Hoogeschool
te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. [note 3]
[note 4] [13]
Pekerjaan
• Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan rancang
bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis
bangunan lainnya.
• Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di
tengah kota. [14]
Pengaruh terhadap karya arsitektur Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang
dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun
1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pi-
kir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru
merdeka. [15]
Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang
diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan
pada masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa
70 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa
desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara. [16]
• Patung Dirgantara[17]
• Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno ter-
gerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk
melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan
renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi
umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [13]
• Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957 [13]
Silsilah keluarga
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun
1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan
tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggem-
parkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan per-
debatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan
dalam bahasa Belanda.[18]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC)[note 5][20] di Bandung yang merupakan hasil ins-
pirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.[5] Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia
yang didirikan pada tahun 1927.[11] Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29
Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada
tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan
pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.
Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan
oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang
Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu, ia baru kembali bebas pada masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh perge-
rakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan
tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
3.1. SOEKARNO 71
Soekarno tampil pertama kali pada kulit muka majalah Time tanggal 23 Desember 1946 Vol. XLVIII No. 26, ilustrasi karya Boris
Chaliapin untuk media asal Amerika tersebut
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh In-
donesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga
untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga
Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur,
dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pe-
merintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan
72 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan
bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan
kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan
dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk
untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad
Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar membe-
rikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat
pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga
Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wi-
layah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda
bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang
terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Ke-
merdekaan Indonesia (PPKI), Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus
1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela
3.1. SOEKARNO 73
Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul
Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena di
Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum
tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan
Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Indonesia
yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim
yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al
Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden
dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil
presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa
pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang
yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya meng-
akui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden So-
ekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA
(Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan
gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik
Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Presiden Soekarno dan Nikita Khruschev dalam sebuah pertemuan Kepala Negara
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan
kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi
semi presidensiil atau double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana
Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat peme-
rintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang
lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling
74 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun
sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada
kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin
Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Kunjungan Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden John F. Kennedy
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soe-
karno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana
menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai
RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka
pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi
Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Soekarno. Res-
minya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah
dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat dibandingkan terhadap kepa-
la pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai “kabinet seumur jagung”
membuat Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai “penyakit kepar-
taian”. Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada
jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap na-
sib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, me-
nyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di
Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan
konflik akibat “bom waktu” yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme
dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketida-
kadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden
3.1. SOEKARNO 75
Presiden Soekarno, Presiden Osvaldo Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevara, pada 9 Mei 1960, kunjungan kenegaraan ke Havana,
Kuba
Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan
Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat
76 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula
yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang ma-
sih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang
tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunju-
ngi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni
Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (Tiongkok).
Masa marabahaya
Soekarno, Presiden Indonesia pertama, sedikitnya pernah mengalami percobaan pembunuhan lebih dari satu kali,
Putrinya, Megawati Soekarnoputri pernah menyebut angka 23. “Saya ingin mengambil satu contoh konkrit, Presiden
Soekarno itu mengalami percobaan pembunuhan dari tingkat yang namanya baru rencana sampai eksekusi (sebanyak)
23 kali,” tutur Mega pada Juli 2009. Sementara itu, angka lebih kecil keluar dari mulut Sudarto Danusubroto. Dia
ajudan presiden pada masa-masa akhir kekuasaan Soekarno. Sudarto pernah mengatakan ada 7 kali percobaan pem-
bunuhan terhadap Soekarno. Jumlah ini pernah diamini oleh eks Wakil Komandan Tjakrabirawa, Kolonel Maulwi
Saelan. Namun bekas pengawal pribadinya, hanya mampu mengingat 7 kali upaya percobaan pembunuhan.[21]
Granat Cikini Pada 30 November 1957, Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat ber-
sekolah putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. Granat tiba-tiba meledak di tengah pesta
penyambutan presiden. Sembilan orang tewas, 100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri
beserta putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka perantauan dari Bima yang
dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII.[21]
3.1. SOEKARNO 77
Penembakan Istana Presiden Pada 9 Maret 1960, Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan
yang berasal dari tembakan kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Maukar adalah Letnan AU
yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh
dari meja kerja Soekarno. Untunglah Soekarno tak ada di situ. Soekarno tengah memimpin rapat di gedung sebelah
Istana Presiden. Maukar sendiri membantah ia mencoba membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan.
Sebelum menembak Istana Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di Istana – tanda
presiden ada di Istana. Aksi ini membuat 'Tiger', call sign Maukar, harus mendekam di bui selama 8 tahun.[21]
Pencegatan Rajamandala Pada April 1960, Perdana Menteri Uni Soviet saat itu, Nikita Kruschev mengadak-
an kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan Bali. Presiden
Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala, sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata seke-
lompok anggota DI/TII melakukan penghadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap meloloskan kedua
pemimpin dunia tersebut.[21]
Granat Makassar Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan
menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan Cendrawasih, seseorang me-
lemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus
Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis hukuman mati.[21]
Penembakan Idul Adha Pada 14 Mei 1962, Bachrum sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi duduk
pada saf depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, dia mencabut
pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu diarahkan ke tubuh Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika
tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh Soekarno, menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul
Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman mati, namun kemudian dia mendapatkan grasi.[21]
Penembakan mortir Kahar Muzakar Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi.
Saat berada dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah
Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali lagi, selamat.[21]
Granat Cimanggis Pada Desember 1964, Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rom-
bongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno sempat bersirobok
dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melem-
parkan sebuah granat ke arah mobil presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan mobil yang
melaju. Soekarno pun selamat.[21]
Pembunuhan karakter Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui perpanjangtanganannya Central Intelli-
gence Agency tidak hentinya berusaha campur tangan dalam setiap urusan negara orang lain. Di Indonesia selain
peristiwa terbongkarnya misi Allen Pope, ada juga misi rahasia yang bertujuan membunuh karakter dan kewibawa-
an Presiden Soekarno melalui agitasi dan propaganda media popular via produksi film porno yang diperankan oleh
pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan dari kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi masyarakat internasional
terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan mengagumi kaum Hawa tetapi tunduk tak berdaya di bawah kendali
agen rahasia Rusia.[22][23]
“Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka berniat memproduksi film
porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-olah pramugari Rusia itu,” tulis Blum mengutip
pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder Smith, yang menulis buku Portrait of a Cold Warrior. Kepala
Kepolisian Los Angeles sampai turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang
cantik. Tak ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim ke Los
Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan mesum. CIA merekam dan mengambil
foto-foto adegan biru tersebut.[22]
Menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia, 1957-
1958, film porno itu dikerjakan di studio Hollywood yang dioperasikan Bing Crosby dan saudaranya. Film ini di-
maksudkan sebagai bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno (diperankan pria Chicano) mempermalukan diri dengan
78 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
Presiden Soekarno dan Dr.J. Leimena bernyanyi bersama para artis ibukota pada Resepsi Peringatan HUT ke-21 Proklamasi
Kemerdekaan RI di Istana Bogor.
meniduri agen Soviet (diperankan perempuan pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai pener-
bangan. “Proyek ini menghasilkan setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak pernah digunakan,” tulis William
Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II.[23]
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal menyebarkan adegan mesum
itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti itu tak mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada
mitos yang percaya jika seorang laki-laki gagah dan berkuasa, sah-sah saja berhubungan dengan banyak wanita. Toh
raja-raja di nusantara pun dulu memiliki banyak istri dan selir.[22] “Nasib akhir dari film, yang berjudul Happy Days,
tak pernah dilaporkan.”[23]
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa dengan ideologi yang
bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang
diperebutkan antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia karena
menilai kecenderungan Soekarno dekat dengan blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika Allen Lawrence
Pope, agen Central Intelligence Agency tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika Se-
rikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu
ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu setelah diplomasi tingkat tinggi antara John
F. Kennedy dengan Soekarno.[24] Sementara Rusia menerapkan embargo militer terhadap Indonesia karena geno-
sida terhadap elemen kiri, orang Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965-1967.[25] Indonesia sendiri terjepit di
antara geopolitik Asia Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah negara boneka Inggris, juga Singapura
yang memisahkan diri sebagai negara baru pada 9 Agustus 1965. Soekarno mengumumkan sikap konfrontatif terha-
dap pembentukan negara federasi Malaysia pada Januari 1963. Sehingga pada 1964-1965 negara federasi Malaysia
yang dideklarasikan 16 September 1963 tersebut diembargo Soekarno.[26] Singapura membuka keran kerja sama
dan berusaha dengan segala cara untuk mempertahankan perdagangan dengan Indonesia meski telah diboikot dan
diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek ekonomi bagi Singapura akibat konfrontasi tersebut.[27]
3.1. SOEKARNO 79
Zhou Enlai, Presiden Soekarno, dan Kawashima pada saat Peringatan 10 Tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 19 April
1965.
Masa keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan
sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.[11][28] Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih me-
rupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.[11] Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Ma-
hasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.[28] Namun, Soekarno menolak un-
tuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).[6][28]
Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.[6][11]
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno.[28] Isi dari
surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna men-
jaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.[28] Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang
telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi
terlarang.[28] Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuh-
an Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai
pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.[29]
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada
Sidang Umum ke-IV MPRS.[28] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966.[6] MPRS
kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.[28] Pidato “Pelengkap Nawaskara” pun disampaikan
oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.[28]
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di
Istana Merdeka.[29] Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintah-
an Indonesia.[29] Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno,
mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan
pemilihan umum berikutnya.[29]
80 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.[29] Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap
gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[29] Prof. Dr. K. Fellinger
3.1. SOEKARNO 81
dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan
lebih memilih pengobatan tradisional.[29] Ia bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu,
21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan
politik.[5][29] Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.[29]
Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono
yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.[29] Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang
ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono
Kertopati.[29]
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:[29]
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesa-
daran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir.
Soekarno meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan
Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.[29] Hal tersebut dite-
tapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.[29] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya
dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.[29] Upacara pemakaman Soekarno dipim-
pin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.[29] Pemerintah kemudian menetapkan
masa berkabung selama tujuh hari.[29]
3.1.5 Peninggalan
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta me-
nerbitkan prangko “100 Tahun Bung Karno”.[9]:247-251 Prangko yang diterbitkan merupakan empat buah prangko
berlatar belakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi
Presiden Republik Indonesia.[9] Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno
pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi
tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta menun-
jukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika
menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak
sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri.[9] Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima
macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga
desain kaus Bung Karno.[9]
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Prangko
tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.[30] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang
tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang
Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta.
Pada masa Orde Baru, kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Pre-
siden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[31]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan
Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk
membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati
Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie
meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character
Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.[32]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni ma-
upun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.[33] Yayasan tersebut didirikan
pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri,
Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekar-
noputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.[33] Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan
Raya Jakarta.[9] Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul “Indonesia Menggugat” yang disampa-
ikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[9] Selain memperlihatkan
video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.[9] Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin
emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.[9]
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.[9] Soenuso
mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang.[9] Ia pernah menunjukkan
benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi,
Bogor.[9] Benda-benda tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam re-
gister emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning
dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah.[9] Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia
serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.[9] Meskipun emas yang ditunjukkan
oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.[34]
3.1.6 Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri.[35]
Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah
Mada (19 September 1951), Institut Teknologi Bandung (13 September 1962), Universitas Indonesia (2 Februari
1963), Universitas Hasanuddin (25 April 1963), Institut Agama Islam Negeri Jakarta (2 Desember 1963), Universitas
Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah (1 Agustus 1965).[35] Sementara itu, Universitas
Columbia (Amerika Serikat), Universitas Berlin dan Universitas Heidelberg (18 Juni 1956, Jerman), Universitas Lo-
monosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi
Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.[35]
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden
Afrika Selatan Thabo Mbeki.[9] Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supre-
3.1. SOEKARNO 83
me Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi
emas.[9] Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional
demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam mela-
wan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.[9] Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di
Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya
dalam menerima penghargaan.[9] Penghargaan lainnya Bintang Mahaputera Adipurna (1959),[36] Lenin Peace Prize
(1960),[37] Philippine Legion of Honor (Chief Commander, 3 Februari 1951).[38]
• Sukarno. Cindy Adams. (1965). Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
• Sukarno. Negara Nasional Dan Cita-Cita Islam: Kuliah Umum Presiden Soekarno.
• Sukarno. (1951). Indonesia Menggugat: Pidato Pembelaan Bung Karno di Depan Pengadilan Kolonial.
• Sukarno. (1960). Amanat Penegasan Presiden Soekarno Didepan Sidang Istimewa Depernas Tanggal 9 Dja-
nuari 1960.
• Sukarno. (1964). Tjamkan Pantja Sila ! : Pantja Sila Dasar Falsafah Negara.
• Sukarno. (1964). Komando Presiden/Pemimpin Besar Revolusi: Bersiap-sedialah Menerima Tugas untuk
Menjelamatkan R.I. dan untuk Mengganjang “Malaysia"!
3.1.8 Pidato
• Sukarno, Iman Toto K. Rahardjo (Editor), Herdianto WK (Editor). (2001). Bung Karno dan Wacana Islam:
Kenangan 100 tahun Bung Karno.
• Adams, C. (2011). Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Penerjemah Syamsu Hadi. Ed. Rev.
Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9.
• Ayub Ranoh. Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan Kharismatis Sukarno.
• Books LLC. Sukarno: Indonesia-Malaysia Confrontation, Transition to the New Order, Mohammad Hatta,
Megawati Sukarnoputri, Constitution of Indonesia.
• Maslyn Williams. (1965). Five Journeys from Jakarta: Inside Sukarno’s Indonesia.
• John Hughes. (1967). The End of Sukarno: A Coup That Misfired: A Purge That Ran Wild.
• Christiaan Lambert Maria Penders (1974). The Life and Times of Sukarno.
• Lambert J. Giebels, 1999, Soekarno. Nederlandsch onderdaan. Biografie 1901-1950. Deel I, uitgeverij Bert
Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7
• Lambert J. Giebels, 2001, Soekarno. President, 1950-1970, Deel II, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN
90-351-2294-1 geb., ISBN 90-351-2325-5 pbk.
• Lambert J. Giebels, 2005, De stille genocide: de fatale gebeurtenissen rond de val van de Indonesische president
Soekarno, ISBN 90-351-2871-0
• Rex Mortimer. (1974). Indonesian Communism Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959-1965.
• Bambang S. Widjanarko, Antonie C.A. Dake (Introduction), Rahadi S. Karni (Ed.). (1974). The Devious
Dalang: Sukarno and the So-Called Untung-Putsch.
• Franklin B. Weinstein. (1976). Indonesian Foreign Policy and the Dilemma of Dependence: From Sukarno to
Soeharto.
• Masashi Nishihara, Dean Praty R. (Translator). (1976). Sukarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang:
Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966.
• Fatmawati Sukarno. (1978). Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno (Book, #1).
• Rosihan Anwar. (1981). Sukarno, Tentara, PKI : Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961-1965.
• Ramadhan Kartahadimadja. (1981). Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno.
• Marshall Green. (1990). Dari Sukarno ke Soeharto: G30 S-PKI dari Kacamata Seorang Duta Besar.
• John Subritzky. (2000). Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in
the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961-65.
3.1. SOEKARNO 85
• Angus McIntyre, David Reeve. (2002). Sukarno in Retrospect: Annual Indonesia Lecture Series # 24.
• Victor M. Fic. (2004). Anatomy of the Jakarata Coup: October 1, 1965: The Collusion with China Which
Destroyed the Army Command, President Sukarno and the Communist Party of Indonesia.
• Antonie C.A. Dake. (2005). Sukarno File: Berkas-berkas Soekarno 1965-1967 - Kronologi Suatu Keruntuhan.
• Wijanarka. (2006). Sukarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya.
• Reni Nuryanti. (2007). Perempuan dalam Hidup Sukarno: Biografi Inggit Garnasih.
• Reni Nuryanti. (2007). Istri-istri Sukarno.
• Helen-Louise Hunter. (2007). Sukarno and the Indonesian Coup: The Untold Story.
• M. Yuanda Zara. (2008). Sakura Di Tengah Prahara: Biografi Ratna Sari Dewi Sukarno.
• Wawan Tunggul Alam. (2008). Demi Bangsaku: Pertentangan Sukarno vs Hatta.
• Arifin Suryo Nugroho. (2009). Srihana-Srihani:Biografi Hartini Sukarno.
• Onghokham. (2009). Sukarno, Orang Kiri, & Revolusi G30S 1965.
• Rushdy Hoesein. (2010). Terobosan Sukarno Dalam Perundingan Linggarjati.
• Tim Buku TEMPO. (2010). Sukarno: Paradoks Revolusi Indonesia.
• Arifin Surya Nugraha. (2010). Fatmawati Sukarno : The First Lady.
• M. Ridwan Lubis (2010). Sukarno dan Modernisme Islam.
• Books LLC. (2010). People From Blitar, East Java: Sukarno.
• Bücher Gruppe. (2010). Nationalheld Indonesiens: Tan Malaka, Liste Indonesischer Nationalhelden, Sukarno,
Mohammad Hatta, Abdul Muis, Diponegoro, Iskandar Muda.
• Hong Liu. (2011). Sukarno, Tiongkok, & Pembentukan Indonesia (1949–1965).
• Hephaestus Books. (2011). National Heroes Of Indonesia, including: Tuanku Imam Bonjol, Sukarno, Wage
Rudolf Supratman, Diponegoro, Mohammad Hatta, Adam Malik, Yos Sudarso, Sudirman, Hamengkubuwono
Ix, Sutan Sjahrir, Kartini, Sultan Agung Of Mataram, Abdul Muis, Rizal Nurdin.
• Peter Kasenda. (2012). Hari - Hari Terakhir Sukarno.
• Jesse Russell (Editor), Ronald Cohn (Editor). (2012). Rukmini Sukarno.
• Joseph H. Daves. (2013). The Indonesian Army from Revolusi to Reformasi Volume 1: The Struggle for
Independence and the Sukarno Era.
• Joseph H Daves. (2013). The Indonesian Army from Revolusi to Reformasi: Volume 1 - The Struggle for
Independence and the Sukarno Era.
• Stefan Seefelder. (2014). Die Bedeutung Der Fruhen Komintern Fur Die Kommunistischen Antikolonialen
Bewegungen Asiens. Maos Und Sukarnos.
• Peter Kasenda. (2014). Sukarno, Marxisme & Leninisme: Akar Pemikiran Kiri & Revolusi Indonesia.
• Walentina Waluyanti de Jonge. (2015). Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan.
• Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan Bandung, Pemikir Islam Radikal. PT. Bina Ilmu, 1994, pp 110–
111.
• Leslie H. Palmier. Sukarno, the Nationalist. Pacific Affairs, vol. 30, No, 2 (Jun. 1957), pp 101–119.
• Bob Hering, 2001, Soekarno, architect of a nation, 1901-1970, KIT Publishers Amsterdam, ISBN 90-6832-
510-8, KITLV Leiden, ISBN 90-6718-178-1
• Stefan Huebner, Pan-Asian Sports and the Emergence of Modern Asia, 1913-1974. Singapore: NUS Press,
2016, 174-201.
86 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
Lagu
• Lagu berjudul "Untuk Paduka Jang Mulia Presiden Soekarno" ditulis pada awal dekade 1960-an oleh Soetedjo
dan dipopulerkan oleh Lilis Suryani, solis perempuan terkenal Indonesia era itu. Liriknya penuh dengan puja-
puji untuk Presiden seumur hidup tersebut.
Di kancah perfilman, hiburan televisi, dan panggung teater Indonesia dan negara lain, ada beberapa aktor yang me-
merankan sosok Bung Karno. Semua aktor tersebut, tentu saja bermain dalam film dan panggung pertunjukan dan
judul yang berbeda. Kebanyakan aktor itu, ketika mendapatkan tawaran main, merasa bangga karena memerankan
tokoh besar, pahlawan proklamator, bapak pendiri bangsa, sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.
3.1.10 Catatan
[1] Dalam otobiografi Sukarno, An Autobiography as Told to Cindy Adams (Bobbs-Merrill Company Inc, New York, 1965)
Sukarno menyebutkan lahir di Surabaya, “Bapak dipindah ke Surabaya dan di sanalah aku dilahirkan” (halaman 26),
selanjutnya “Aku dilahirkan pada tahun 1901... Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal 6 Juni.” (halaman
21). Namun dalam beberapa dokumen mencantumkan tanggal 6 Juni 1902 di antaranya “Dalam Buku Induk TH Bandoeng
yang sekarang masih tersimpan di ITB terbaca bahwa tanggal lahir Soekarno adalah 6 Juni 1902.” [1]:37[2]:16 Pendapat lain
adalah “Dari Buleleng, ia mendapat temuan ayah Soekarno dipindah ke Surabaya tahun 1901. Dan pada 1902 Soekarno
lahir. “Kalau akhirnya dibuat 1901 itu mungkin untuk memudahkan sekolahnya saja,” ujar Nurinwa.” [3] Adapun kontradiksi
perbedaan tahun kelahiran ini akhirnya dapat dijelaskan dalam dialog antara Sukarno dan ayahnya pada halaman 35 “Kalau
perlu kita berbohong. Kita akan mengurangi umurmu satu tahun. Pada tahun ajaran yang baru engkau akan didaftarkan
dengan umur tiga belas.” - Oleh karenanya dapat dipastikan bahwa tanggal kelahiran Sukarno yang sesungguhnya adalah
tanggal 6 Juni 1901.
[2] “Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni
1970.” [4]
[3] Bambang Eryudhawan, IAI: Ketika berdiri pada tahun 1920, Technische Hoogeschool te Bandoeng berisi Fakultas Teknik
saja. Bidang ilmu yang diajarkan, terutama: a) Ilmu Pasti, b) Ilmu Alam, c) Mekanika, d) Arsitektur, e) Ilmu bahan
bangunan, f) Sipil Basah/Bangunan air, g) Jalan dan Jembatan, h) Mesin, i) Elektro, j) Surveying and leveling , k) Geodesi,
l) Hukum pemerintahan dan perdagangan, m) Kebersihan, n) Teknik penyehatan, o) Pertanian, p) Geologi terapan, q)
Sejarah kebudayaan
[4] Bambang Eryudhawan, IAI: Soekarno sebagai insinyur dianggap menguasai soal sipil basah, jalan dan jembatan, serta
arsitektur. Di arsitektur, gurunya adalah dua bersaudara Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker dan Prof. Ir. Richard
Leonard Arnold Schoemaker yang mengajar di kelas: arsitektur, sejarah arsitektur, rencana kota, pembuatan bestek dan
taksiran biaya.
[5] Algemeene Studieclub atau Algemeene Studie Club (ASC) adalah klab kuliah umum yang didirikan oleh para intelektual
nasionalis Bumiputera di Tanah Pasundan, Bandung pada jaman Hindia Belanda tahun 1926. Presiden Sukarno adalah
salah satu anggota pendirinya. Sebagai kelanjutan kelompok studi itu, Soekarno dengan kawan-kawan kemudian mendi-
rikan Perserikatan Nasional Indonesia yang merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia pada 4 Juli 1927. Pemerintah
kolonial Belanda tampak sangat khawatir melihat kepopuleran Soekarno, bersama Maskun, Gatot Mangkupradja, Supria-
dinata dan pertumbuhan pesat PNI. Dengan dalih menjaga ketertiban dan keamanan, pemerintah kolonial menangkap dan
menahan ratusan aktivis PNI pada 29 Desember 1929.[19]
3.1.11 Referensi
[1] (Indonesia) Goenarso (1995). Riwayat perguruan tinggi teknik di Indonesia, periode 1920-1942. Bandung: Penerbit ITB.
[2] (Indonesia) Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979. Jilid I: Selintas Perkem-
bangan. Bandung: Penerbit ITB.
[3] Iswidodo (ed.), Surya (Minggu, 29 Agustus 2010 20:28 WIB). “Antropolog UGM: Bung Karno Lahir di Surabaya”. tri-
bunnews.com. Diakses tanggal 11 September 2015.
[4] “Soekarno - biografi”. Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
[5] (Indonesia) Kasenda, Peter (2010). Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933. Jakarta: Komunitas Bambu. ISBN
979-373-177-X.
3.1. SOEKARNO 87
[6] (Indonesia) Warman, Asvi (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah. Jakarta: Kompas Media Nusantara. ISBN 979-709-
404-1.
[7] (Indonesia) Adams, Cindy (1984). Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. ISBN
979-96573-2-6.
[8] (Inggris) Adams, Cindy (1965). Sukarno, an autobiography as told to Cindy Adams. New York: The Bobs Merryl Company
Inc. ASIN B0007DFFFK.
[9] Kisah Istimewa Bung Karno. Kompas Media Nusantara. 2010. ISBN 978-979-709-503-1.
[11] (Inggris) Brown, Colin (2007). Sukarno. Microsoft ® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation.
[12] (Indonesia) Sakri, A. (1979b). Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979. Jilid II: Daftar lulusan
ITB. Bandung: Penerbit ITB.
[13] “Menguak Sisi Artistik Bung Karno”. Arsip Sunjayadi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 10, 2007. Diakses
tanggal 18 September 2015.
[14] Zein, Abdul Baqir (1999). Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.
[15] Santi Widhiasih (Senin, 11 September 2006). “Jejak Arsitektur Sang Presiden”. Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 11
September 2015. Resensi atas buku Bung Karno Sang Arsitek – Kajian Artistik Karya Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior,
Kria, Simbol, Mode Busana, dan Teks Pidato 1926 – 1965
[16] Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman
Republik Indonesia. PT Balai Pustaka.
[17] Yuke Ardhiati, JJ. Rizal (ed.), Edi Sedyawati (pengantar) (Juni 2005). Bung Karno Sang Arsitek - Kajian Artistik Karya
Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana, dan Teks Pidato 1926-1965. Depok: Komunitas Bambu.
[18] Dahm, Bernhard (1987). Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Penerbit LP3ES Jakarta. pp. 47–48.
[19] Yudi Latif (2008). “Indonesian Muslim Intelligentsia and Power”. ISEAS Publishing.
[20] Kasenda, Peter (2013). “SOEKARNO: Membongkar Sisi-sisi Hidup Putra Sang Fajar”. Jakarta Selatan: Jurnal Prisma.
pp. hal 2 & 3. Membaca kembali Sukarno. Sumber lain menyebut tahun 1924 dan 11 Juli 1925 sebagai hari kelahiran
organisasi kuliah umum tersebut
[21] Anwar Khumaini (Jumat, 1 Juni 2012 06:12). “7 Percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno”. Merdeka.com. Diakses
tanggal 9 September 2015.
[22] Ramadhian Fadillah (Kamis, 11 September 2014 01:02). “CIA bikin film porno Presiden Soekarno & pramugari cantik
Rusia”. www.merdeka.com. Diakses tanggal 15 September 2015.
[23] Yudi Anugrah Nugroho. “Film Porno Mirip Sukarno”. historia.id. Diakses tanggal 15 September 2015.
[24] Kurnia Illahi (Minggu, 16 Agustus 2015−06:39 WIB). “Kecerdikan Soekarno Manfaatkan Soviet dan Amerika”. Nasio-
nal.sindonews.com. Diakses tanggal 15 September 2015.
[25] “Ketika Alutsista Diembargo ...”. (ryi/bur/fan) (Kompas.com). Diarsipkan dari versi asli tanggal Wed Oct 04 2000 -
16:46:34 EDT. Diakses tanggal 15 September 2015.
[26] Peter N. Nemetz (1990). The Pacific Rim: Investment, Development and Trade: Second Revised Edition. Vancouver BC:
University of British Columbia Press. pp. 16–20.
[27] Kawin Wilairat. “Singapore’s Foreign Policy”. Singapore: The Institute of Southeast Asean Studies.
[28] (Inggris) Aji, Achmad Wisnu (2010). Kudeta Supersemar: Penyerahan atau Perampasan Kekuasaan?. Garasi House of
Book. ISBN 978-979-25-4689-7. Halaman 36, 145.
[29] Huda M., Nurul (2010). Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?. Starbooks. ISBN 978-979-25-4724-5. Halaman 5,
57, 84-89.
[30] Roy (3 Juni 2008). “Kuba Terbitkan Prangko Bung Karno dan Fidel Castro”. Kompas Cyber Media. Diakses tanggal 3
Juni 2008.
[31] Nurdin Saleh (15 Januari 2001). “Gelora Senayan Siap Berubah Menjadi Gelora Bung Karno”. Tempo Interaktif. Diakses
tanggal 5 Juni 2010.
88 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
[32] Info UBK, Universitas Bung Karno. Diakses pada 5 Juni 2010.
[33] Profil Yayasan, Yayasan Bung Karno. Diakses pada 3 Agustus 2010.
[34] "Satria Piningit Mengaku Temukan Harta Karun Bung Karno”. Suara Merdeka. 17 Mei 2003. Diakses tanggal 3 Agustus
2010.
[35] Apa dan Siapa Ir. Sukarno, Yayasan Bung Karno. Diakses pada 3 Agustus 2010.
[36] “Awards”. kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Oct 2015 02:05:58 UTC. Diakses
tanggal 17 Oct 2015 02:05:58 UTC.
[37] Yearbook of the Great Soviet Encyclopedia. Moscow. Russian: Sovetskaya Entsyiklopediya. 1961.
[38] “Briefer on the Philippine Legion of Honor”. Official Gazette of the Republic of the Philippines. Gov.ph. Diakses tanggal
2013-04-13.
• Marhaenisme, (1926-1927).
• Pancasila, (1945).
• Manifesto politik, Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Ter-
pimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol-Usdek), (1959).
• Sarinah, (1963)
• Trisakti, (1964).
• Berdikari, (1965).
• De-Soekarnoisasi, (1967-1998).
3.2. FREDERICH SILABAN 89
• Bung Karno Dan Para Isteri Hati yang Melihat Wanita - Edisi Khusus Gatra Nomor 29 Beredar 4 Juni 2001
oleh Dewi Sri Utami
• Gambar Sukarno ketika pertemuannya serta Marilyn Monroe di Amerika Serikat pada bulan Juni 1956.
• Wikiquote
• Wikisource
Frederich Silaban memenangkan sayembara pembuatan gambar maket Masjid dengan motto (sandi)
"Ketuhanan" yang kemudian bertugas membuat desain Istiqlal secara keseluruhan. Istiqlal ini juga me-
rupakan masjid terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1970-an
Gedung ini merupakan bagian dari Istana Kepresidenan Cipanas yang terletak di jalur jalan raya pun-
cak, Jawa Barat dan berlokasi tepat di belakang gedung induk dan berdiri di dataran yang lebih dari
bangunan-bangunan lain. Gedung yang sering disebut sebagai tempat Soekarno mencari inspirasi di-
namakan Gedung Bentol karena seluruh dindingnya ditempel batu alam yang membuat kesan bentol-
bentol.
Sekolah pertanian ini telah melahirkan sejumlah tokoh kawakan di berbagai bidang. Beberapa di anta-
ranya bahkan pernah menjabat sebagai menteri. Padahal sekolah yang kini berumur seabad ini sejatinya
“kawah candradimuka” bagi penyuluh dan teknisi di bidang pertanian.
Tugu ini dibangun pertama kali pada 1928 oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda. Pada 1938
dibangun kembali dan disempurnakan oleh Frederich Silaban. Pada 1990 dibangun duplikatnya dengan
ukuran 5 kali lebih besar untuk melindungi tugu khatulistiwa yang asli. Pembangunan yang terakhir
diresmikan pada 21 September 1991
3.3.1 Biografi
Kehidupan Awal
Achmad Noe'man adalah putra dari Muhammad Jamhari, pendiri Muhammadiyah Garut.[3] Noe'man mengenyam
pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Budi Priyayi Ciledug, Garut, kemudian dilanjutkan di Meer Ui-
tgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang sama. Setelah sekolahnya ditutup pasca Kemerdekaan Indonesia),
Noe'man melanjutkan ke MULO Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah Yogyakarta.[3] Noe'man bercita-cita men-
jadi arsitek dan meneruskan ke Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung yang ketika
itu tidak menyediakan jurusan yang diinginkan sehingga ia memilih masuk jurusan bangunan Fakultas Teknik Sipil
di tahun 1948.[4]
Noe'man sempat meninggalkan bangku kuliah untuk bergabung dengan Corps Polisi Militer pada masa penyerahan
kekuasaan dari Belanda terhadap TNI. Saat itu ia masuk dengan pangkat Letnan Dua dan menekuni karier militer
hingga tahun 1953.[5]
Sebagai Arsitek
Setelah mengetahui bahwa Universitas Indonesia, Bandung (sekarang ITB) membuka fakultas teknik jurusan Ar-
sitektur, Noe'man berhenti dari militer dan mengambil pendidikan sebagai arsitek. Pada tahun 1958 Noe'man te-
lah menyumbang keahliannya di tempat ayahnya yaitu Masjid Muhammadiyah Garut sebelum dia mendapat gelar
Insinyur.[6] Setelah lulus pada tahun 1953, Noe'man menjadi asisten Prof. Van Roemondt, dosen arsitektur Islam di
kampusnya dan memulai pembangunan masjid fenomenal pertamanya di ITB dengan gagasan tanpa kubah.[6] Presi-
den Soekarno menyambut positif gagasannya dan memberinya nama Masjid Salman pada tahun 1964.[6] Pada tahun
1975, Noe'man merancang Masjid Al-Markazi di Makassar atas permintaan Jenderal Muhammad Yusuf.[6]
Seusai membuat Masjid Salman dan masjid Al-Markazi, Achmad Noe'man sempat dicap sebagai arsitek “anti-
kubah”. Akhirnya, sekitar tahun 1980-an, Noe'man membuat masjid berkubah, yaitu At-Tin di Taman Mini Indone-
sia Indah, Jakarta.[6] Noe'man juga merupakan salah satu pendiri Ikatan Arsitek Indonesia dan juga aktif mengajar
sebagai dosen di jurusan Arsitektur dan dosen luar biasa di jurusan Seni rupa ITB hingga tahun 2005.[5][7]
3.3.4 Referensi
[1] “Arsitek Masjid Salman Al-Furqan UPI Meninggal Dunia”. Berita UPI. 2016-04-04. Diakses tanggal 2016-04-05.
[2] “Arsitektur 1.000 Masjid Ir Ahmad Noe'man Tutup Usia”. Tribun. 2016-04-04. Diakses tanggal 2016-04-05.
[3] “Ahmad Noe’man, Dari Masjid Salman ITB Hingga Sarajevo dan Afrika”. Salman ITB. 2011-04-19. Diakses tanggal
2016-04-05.
[4] “Mengenal Achmad Noe'man, Sang Arsitek Seribu Masjid”. Rumah.com. 2016-01-16. Diakses tanggal 2016-04-05.
[5] “Mengenal Achmad Noe'man, Sang Arsitek Seribu Masjid”. Okezone. 2016-01-08. Diakses tanggal 2016-04-05.
[6] “Sang Pelopor Masjid Tanpa Kubah”. 2005-10-27. Diakses tanggal 2016-04-05.
[8] “Sang maestro arsitektur masjid di Indonesia”. 2015-04-23. Diakses tanggal 2016-04-05.
[9] “Menara Kembar Masjid Raya Bandung Ramai Pengunjung”. Diakses tanggal 2016-04-05.
[10] “Anak Kenang Achmad Noe'man: Bangun Masjid Besar Kecil Sama-sama Ibadah”. 2016-04-04. Diakses tanggal 2016-
04-05.
3.4.1 Karier
Sastra
Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Mendapatkan penghargaan sastra
se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996.[1] Ia banyak melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya:
Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di ber-
bagai surat kabar di Indonesia. Buku Sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan buku non-fiksi
terbaik tahun 1982.
3.4. Y.B. MANGUNWIJAYA 93
Arsitektur
Dalam bidang arsitektur, ia juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia. Salah satu penghargaan
yang pernah diterimanya adalah Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur[2] , yang merupakan penghargaan tertinggi
karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan permukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta. Ia juga mene-
rima The Ruth and Ralph Erskine Fellowship pada tahun 1995, sebagai bukti dari dedikasinya terhadap wong cilik.[3]
Hasil jerih payahnya untuk mengubah perumahan miskin di sepanjang tepi Kali Code mengangkatnya sebagai salah
satu arsitek terbaik di Indonesia.[4] Menurut Erwinthon P. Napitupulu, penulis buku tentang Romo Mangun yang
akan diluncurkan pada akhir tahun 2011, Romo Mangun termasuk dalam daftar 10 arsitek Indonesia terbaik.[4]
Politik
Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu
membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar.[5] Sebelumnya, Romo membangun gagasan SD yang eksploratif pada
penduduk korban proyek pembangunan waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali
Code, Yogyakarta.
Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik dan kepentingan para pejabat
dengan “jeritan suara hati nurani” menjadikan dirinya beroposisi selama masa pemerintahan Presiden Soeharto.[6]
3.4.2 Kematian
Rama Mangun meninggal pada hari Rabu, 10 Februari 1999 pukul 14:10 WIB di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta,
setelah terkena serangan jantung saat berbicara di Hotel Le Meridien, Jakarta. Ia dimakamkan di makam biara
komunitasnya di Kentungan, Yogyakarta.[7]
3.4.3 Pendidikan
• HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang (1936-1943)
3.4.4 Biografi
Pada tahun 1936, Y. B. Mangunwijaya masuk HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang. Setelah tamat di tahu
1943, dia meneruskan ke ke STM Jetis, Yogyakarta, di mana dia mulai tertarik pada Sejarah Dunia dan Filsafat.
Sebelum sekolah tersebut dibubarkan setahun kemudian, dia aktif mengikuti kingrohosi yang diadakan tentara Jepang
di lapangan Balapan, Yogyakarta. Pada tahun 1945, Y. B. Mangunwijaya bergabung sebagai prajurit TKR Batalyon
X divisi III dan bertugas di asrama militer di Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta. Dia
sempat ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen. Setahun kemudia, dia kembali melanjutkan
sekolahnya di STM Jetis dan bergabung menjadi prajurit Tentara Pelajar.
Setelah lulus pada 1947, Agresi Militer Belanda I melanda Indonesia sehingga Y. B. Mangunwijaya kembali berga-
bung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu.
94 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
Altar dan tabernakel di Gereja Pertapaan Santa Maria Rawaseneng. Sebuah karya ukiran kayu yang dirancang oleh Romo Mangun
mengelilingi tabernakel; Bunda Maria yang mengatupkan tangan terukir di atasnya.[8]
3.4.6 Penghargaan
• Penghargaan Kincir Emas untuk penulisan cerpen dari Radio Nederland
• Aga Khan Award for Architecture untuk permukiman warga pinggiran Kali Code, Yogyakarta [www.akdn.
org/agency/akaa/fifthcycle/indonesia.html]
• Penghargaan arsitektur dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk tempat peziarahan Sendangsono.
• Manusia Pascamodern, Semesta, dan Tuhan: renungan filsafat hidup, manusia modern, 1999
• Ragawidya, 1986
3.4. Y.B. MANGUNWIJAYA 97
• Romo Rahadi, novel, 1981 (terbit dengan nama samaran Y. Wastu Wijaya)
• Rara Mendut, Genduk Duku, Lusi Lindri, novel trilogi, dimuat 1982-1987 di harian Kompas, dibukukan 2008
• Spiritualitas Baru
• Wahid, Abdurrahman. Romo Mangun Di Mata Para Sahabat. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-431-6.
• Priyanahadi, dkk. Y.B. Mangunwijaya, Pejuang Kemanusiaan. Kanisius, 1999. ISBN 979-672-435-9.
• Prawoto, Eko A. Tektonika Arsitektur Y.B. Mangunwijaya. Cemeti Art House Yogyakarta, 1999.
• Mengenang Y.B. Mangunwijaya, Pergulatan Intelektual dalam Era Kegelisahan. Kanisius, 1999. ISBN 979-
672-433-2.
• Sindhunata. Menjadi Generasi Pasca-Indonesia, Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya. Kanisius, 1999. ISBN 979-
672-432-4.
• Purwatma. Romo Mangun Imam bagi Kaum Kecil. Kanisius, 2001. ISBN 979-672-959-8.
• Rahmanto, B. Y.B. Mangunwijaya: Karya dan Dunianya. Grasindo, 2001. ISBN 978-979-96526-1-4.
• Yahya, Iip D. dan Shakuntala, I.B. Romo Mangun Sahabat Kaum Duafa. Kanisius, 2005. ISBN 978-979-21-
0563-6.
3.4.9 Referensi
[1] “Romo Mangun Dianugerahi Bintang Budaya”. Kompas.com. 11 November 2010. Diakses tanggal 13 January 2012.
[2] (Inggris)[www.akdn.org/architecture/pdf/1117_Ind.pdf].
[3] “Perkampungan Code: Memperingati 12 Tahun Kepergian Romo Mangun, Seorang Tokoh Multi Talenta”. Kompasiana.
23 February 2011. Diakses tanggal 13 January 2012.
[4] (Inggris)[www.tempointeractive.com/majalah/free/arc-1.html “An Architectural Culture for the People"] Check |url=
scheme (bantuan). Tempo Interaktif. 17 August 2011. Diakses tanggal 13 January 2012.
[5] “Dinamika Edukasi Dasar”. Dinamika Edukasi Dasar. Diakses tanggal 13 January 2012.
[7] Mangunwijaya, Y.B. 2008. “Rara Mendut: Sebuah Trilogi”. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3583-
8.
[8] Paulus Adhitama, OFM (8 April 2007), Rahib Juga Manusia, hidupkatolik.com
98 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
3.5.1 Pendidikan
• SDN Banjarsari III Bandung 1978-1984
• SMP Negeri 2 Bandung 1984-1987
• SMA Negeri 3 Bandung 1987-1990
• Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung 1990-1995
• Master of Urban Design University of California, Berkeley 1999-2001
3.5.2 Karier
Setelah lulus S2 dari University of California, Berkeley, Ridwan Kamil melanjutkan pekerjaan profesional sebagai
arsitek di berbagai firma di Amerika Serikat. Sebelumnya Ridwan Kamil memulai karier bekerjanya di Amerika
sesaat setelah lulus S1, akan tetapi hanya berkisar empat bulan ia pun berhenti kerja karena terkena dampak krisis
moneter yang melanda Indonesia saat itu. Tidak langsung pulang ke Indonesia, dia bertahan di Amerika sebelum
akhirnya mendapat beasiswa di University of California, Berkeley. Selagi mengambil S2 di Universitas tersebut
Ridwan Kamil bekerja paruh waktu di Departemen Perencanaan Kota Berkeley. Pada tahun 2002 Ridwan Kamil
pulang ke tanah kelahirannya Indonesia dan dua tahun kemudian mendirikan Urbane, perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Kini Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai Prinsipal
PT. Urbane Indonesia, Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung[1] , serta Senior Urban Design
Consultant SOM, EDAW (Hong Kong & San Francisco), dan SAA (Singapura).
Urbane adalah perusahaan yang didirikan oleh Ridwan Kamil pada tahun 2004 bersama teman-temannya seperti
Achmad D. Tardiyana, Reza Nurtjahja dan Irvan W. Darwis. Reputasi Internasional sudah mereka bangun dengan
mengerjakan projek-projek di luar Indonesia seperti Syria Al-Noor Ecopolis di negara Syria dan Suzhou Financial
District di China. Tim Urbane sendiri terdiri dari para profesional muda yang kreatif dan berpikir idealis untuk
mencari dan menciptakan solusi mengenai masalah desain lingkungan dan perkotaan. Urbane juga memiliki projek
berbasis komunitas dalam Urbane Projek Komunitas di mana visi dan misinya adalah membantu orang-orang dalam
sebuah komunitas perkotaan untuk memberikan donasi dan keahlian-keahlian dalam meningkatkan daerah sekitarnya.
Urbane telah banyak dianugerahi penghargaan-penghargaan dari media internasional seperti BCI Asia Awards tiga
tahun berturut-turut pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dan juga BCI Green Award pada tahun 2009 atas projek desain
Rumah Botol (dari botol bekas). Urbane juga sering mengikuti kompetisi di bidang desian arsitektur tingkat nasional
seperti Juara 1 kompetisi desain Museum Tsunami di Nangro Aceh Darrussalam tahun 2007, Juara 1 kompetisi
desain kampus 1 Universitas Tarumanegara tahun 2007, Juara 1 kompetisi desain Fakultas Ilmu Budaya di Universitas
Indonesia tahun 2009, juara 1 kompetisi desain Sanggar Nagari di Kota Baru Parahyangan di Kabupaten Bandung
Barat dan juara 1 kompetisi desain Pusat Seni dan Sekolah Seni di Universitas Indonesia tahun 2009.
3.5. RIDWAN KAMIL 99
3.5.3 Publikasi
• Hasil-hasil karya Urbane:
15. Masjid Al-Irsyad Kota Baru Parahyangan, Kab. Bandung Barat (2008)
21. The Magix Box, Fakultas Seni Budaya Universitas Indonesia (2009)
36. Discovery World Taman Mini Indonesia Indah, Cibubur, Bogor (2011)
1. Taman Bermain Babakan Asih Kopo Bandung. Ini adalah program perbaikan kampung dengan cara membeli
sepetak tanah untuk menjadi taman bermain anak dan kegiatan lomba mewarnai dinding kampung dengan
gambar-gambar kreatif.
2. Komunitas Bandung Berkebun. Kegiatan ini adalah cara warga Bandung memanfaatkan lahan-lahan kosong
untuk dihijaukan oleh tanaman pertanian seperti sayur-sayuran. Lokasi kebun-kebun ini juga menjadi ruang
sosial sebagai alternatif akhir pekan bagi anak-anak. Hasil panen sebagian di jual untuk penghasilan tambahan
anggota komunitas.
3. Gerakan indonesia Bersepeda (Bike Bdg). Kegiatan ini memberikan pilihan kepada warga kota bandung untuk
beraktifitas sehari-hari dengan sepeda sewa (Bike Sharing).
• Arsitektur.
2. Masjid Merapi, merupakan proyek sosial yang menggunakan abu letusan gunung merapi dikonversi menjadi
batako.
3. Rumah Gempa Padang, Proyek sosial ini merupakan pembangunan rumah-rumah tahan gempa dengan mate-
rial kayu dan bambu lokal.
5. Bottle House, rumah yang dirancang dengan konsep ‘courtyard house’ dibangun dengan lebih dari 30000 botol
bekas.
6. Museum Tsunami Aceh. Museum ini merupakan hasil desain karya sayembara pada tahun 2007 untuk mem-
peringati musibah Tsunami
3.5. RIDWAN KAMIL 101
3.5.4 Penghargaan
Penghargaan kepada Ridwan Kamil
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
1. Winner first prize : International Design competition for Aceh Tsunami Museum
2. Winner first prize : Design competition Bintaro CBD Master Plan, Jakarta
3. Winner first prize : Design competition Jakarta Stock Exchange, Jakarta
102 BAB 3. TOKOH - TOKOH ARSITEK INDONESIA
2006
1. Winner International Young Design Entrepreneur of the Year from British Council Indonesia
2. Winner Best Commercial/Superblock Project for Rasuna Epicentrum by Property&Bank Magazine
3. Winner Mowilex Design Awards (Al-Azhar International School)
4. Winner first prize : Design competition Kemayoran Urban Gateway
5. Winner second prize : National design competition - Penabur International School, Jakarta
2005
1. Winner first prize : International Design competition Waterfront Retail Masterplan, Suzhou, RRC
2. Winner first prize : International Design competition Kunming Tech Park, Kunming, RRC
3. Winner first prize : Design competition - IT-Center Pupuk Kaltim, Balikpapan
4. Winner first prize : National design competition – University of Tarumanagara
5. Winner second prize : National design competition - Agung Sedayu Club House, Jakarta
6. Winner third prize : National design competition Jatinegara District Revitalization, Jakarta
2004
1. Winner first prize : International Design competition - Islamic Center, Beijing, RRC,
2. Winner second prize : Design competition Senen District Revitalization
3. Urban Architecture di Universitas Tarumanegara, Rasuna Epicentrum, dan Area Expo Surabaya.
4. JSX Tower.
5. Gan and Oil Tower, Jakarta.
6. Sahid Twin Tower, Jakarta.
7. Beijing Finance Street superblock.
8. Masjid Al Irsyad Kota Baru parahyangan, Jawa barat.
9. Urban Design di Jedah Town, dan Al Noor Ecopolis di Syria.
3.5.5 Lain-lain
Ridwan Kamil tampil sebagai cameo dalam beberapa produksi film dan televisi, khususnya yang ber-setting di kota
Bandung. Penampilannya antara lain adalah di sinetron serial Preman Pensiun dan film The Wedding & Bebek Betutu.
3.5.6 Referensi
[1] “Profil M. Ridwan Kamil”. Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Diakses tanggal 13 September 2013.
[2] “Profil Ridwan Kamil”. Indonesia Kreatif. Diakses tanggal 29 Januari 2010.
Sejarah ARSITEKTUR
4.1 Arsitektur
Pantheon, Roma
• Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu
dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan memba-
ngun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur
juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
103
104 BAB 4. SEJARAH ARSITEKTUR
4.1.3 Sejarah
Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan
cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap
awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan
dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, impro-
visasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia
semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih
dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia pada masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga
masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat.
Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti
sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam
masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya
tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius.
Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode
Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi
(guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan
menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo,
Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas
yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini,
seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya
bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju
4.1. ARSITEKTUR 105
ke estetika. Kemudian bermunculanlah “arsitek priyayi” yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan
berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, École des
Beaux-Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan
konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang
dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup ke-
terampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki
keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari
Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi objek-objek buatan mesin
dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah
Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesis
seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis,
dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek
lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai “master”. Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup
produksi massal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, an-
tara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya.
Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih da-
pat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat
bahwa “gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara
eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah “bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan
fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar
masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, me-
lainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk
mencapai lingkungan yang dapat di tempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti
Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk men-
dapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan
humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelum-
nya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi
arsitek sekarang ini. Namun, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna
simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang
ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
4.1.4 Kesimpulan
bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh
masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-
negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan
tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang
diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi
yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan
hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.
5.1 Text
• Arsitektur Barok Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Barok?oldid=12184205 Kontributor: AABot, Wagino Bot, Ign chris-
tian dan HsfBot
• Arsitektur Bizantium Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Bizantium?oldid=12786198 Kontributor: CommonsDelinker,
AABot, Ign christian dan HsfBot
• Arsitektur Kebangkitan Gothik Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Kebangkitan_Gothik?oldid=12859412 Kontributor:
AABot, Pierrewee, Erik Fastman dan Bagas Chrisara
• Arsitektur Kebangkitan Renaisans Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Kebangkitan_Renaisans?oldid=12160111 Kon-
tributor: AABot, Ign christian dan HsfBot
• Arsitektur Moor Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Moor?oldid=11789517 Kontributor: AABot dan Erik Fastman
• Arsitektur Neoklasik Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Neoklasik?oldid=11703415 Kontributor: EmausBot, AABot
dan What a joke
• Arsitektur Romawi Kuno Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Romawi_Kuno?oldid=11703417 Kontributor: AABot,
Wagino Bot dan Ign christian
• Arsitektur Utsmaniyah Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Utsmaniyah?oldid=11703418 Kontributor: AABot, Wagino
Bot dan Ign christian
• Art Deco Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Art_Deco?oldid=12966971 Kontributor: Midori, RobotQuistnix, Sentausa, Stephensu-
leeman, Borgxbot, Thijs!bot, JAnDbot, CommonsDelinker, Idioma-bot, VolkovBot, TXiKiBoT, Loveless, SieBot, AlleborgoBot, Aldo
samulo, DragonBot, BOTarate, MelancholieBot, CarsracBot, OrophinBot, Luckas-bot, Penambah kategori, Relly Komaruzaman, Ar-
thurBot, Xqbot, SassoBot, Humboldt, Elekhh, KamikazeBot, TjBot, Kenrick95Bot, Jafeluv, EmausBot, ZéroBot, 80Samuel, AABot,
CocuBot, MerlIwBot, Minsbot, Cucuganesha, Addbot, Hidayatsrf, HsfBot dan Pengguna anonim: 8
• Art Nouveau Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Art_Nouveau?oldid=11703444 Kontributor: AABot dan Ign christian
• Gerakan rumah kecil Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_rumah_kecil?oldid=12022374 Kontributor: Kenrick95Bot, AA-
Bot dan Ibensis
• Populuxe Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Populuxe?oldid=12935529 Kontributor: Erik Fastman dan HsfBot
• Rokoko Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Rokoko?oldid=12211550 Kontributor: Sanko, CommonsDelinker, TXiKiBoT, Luckas-
bot, Kenrick95, Bozky, Kenrick95Bot, EmausBot, ZéroBot, AABot, ArdBot, Wagino Bot, PL09Puryono, JThorneBOT, BeeyanBot,
HsfBot dan Pengguna anonim: 2
• Arsitektur Romanesque Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Romanesque?oldid=12184217 Kontributor: Sanko, JAn-
Dbot, SilvonenBot, Alagos, MerlIwBot, Botrie, Addbot dan HsfBot
• Zaha Hadid Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Zaha_Hadid?oldid=12967268 Kontributor: Mimihitam, AABot, Erik Fastman, Ali-
fahmad14, HsfBot dan Pengguna anonim: 3
• Gustave Eiffel Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Gustave_Eiffel?oldid=10543417 Kontributor: Hayabusa future, Bennylin, Borgx,
Chobot, Borgxbot, Andri.h, JAnDbot, Idioma-bot, VolkovBot, TXiKiBoT, SieBot, Alexbot, SilvonenBot, Muro Bot, MystBot, Luckas-
bot, Ptbotgourou, ArthurBot, Xqbot, D'ohBot, Obersachsebot, Tjmoel, TjBot, EmausBot, WikitanvirBot, Novita838, Rachmat-bot dan
Pengguna anonim: 4
• Frank Lloyd Wright Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Frank_Lloyd_Wright?oldid=8164913 Kontributor: Borgxbot, JAnDbot,
CommonsDelinker, Ev, Idioma-bot, Aibot, TXiKiBoT, Loveless, Evremonde, SieBot, Aldo samulo, Synthebot, Alexbot, Athrion, Melan-
cholieBot, WikiDreamer Bot, HerculeBot, Luckas-bot, Amirobot, Penambah kategori, Xqbot, GhalyBot, DSisyphBot, D'ohBot, Tjmoel,
TobeBot, KamikazeBot, TjBot, Kenrick95Bot, EmausBot, ZéroBot, AABot, ChuispastonBot, WikitanvirBot, MerlIwBot, YFdyh-bot
dan Pengguna anonim: 3
107
108 BAB 5. TEXT AND IMAGE SOURCES, CONTRIBUTORS, AND LICENSES
5.2 Images
• Berkas:"Roemah_Passir”,_villa_in_art-decostijl,_Prins_Karelaan_42,_Zoute_(Knokke-Heist).JPG Sumber: https://upload.wikimedia.
org/wikipedia/commons/a/ac/%22Roemah_Passir%22%2C_villa_in_art-decostijl%2C_Prins_Karelaan_42%2C_Zoute_%28Knokke-Heist%
29.JPG Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: VWAmFot
• Berkas:1923_Mahasiswa_pribumi_THS.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/67/1923_Mahasiswa_pribumi_THS.
jpg Lisensi: DU-PemerintahIndonesia Kontributor:
Sukarno (1963). Dibawah bendera revolusi (Jilid I Cetakan ke-2). Jakarta: Panitya Penerbit
Pembuat asli: ?
• Berkas:6_Warszawa_159.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fb/6_Warszawa_159.jpg Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: http://www.poczta-polska.pl/mw Pembuat asli: Marek & Ewa Wojciechowscy
• Berkas:Abdul_Halim.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/67/Abdul_Halim.jpg Lisensi: Public domain
Kontributor: http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ Pembuat asli: неизвестен/uknown
• Berkas:Ali_Sastroamidjojo.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d0/Ali_Sastroamidjojo.jpg Lisensi: Pu-
blic domain Kontributor: “Indonesia in Brief”, Halmahera Printer’s and Publishing Company Pembuat asli: Susi S. Prawirawinata
• Berkas:Altar_ruang_tamu.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/20/Altar_ruang_tamu.jpg Lisensi: CC-
BY-SA-3.0 Kontributor: Friend’s work Pembuat asli: Nelly
• Berkas:Amir_syarifudin.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/65/Amir_syarifudin.jpg Lisensi: Penggunaan wa-
jar Kontributor: ? Pembuat asli: ?
5.2. IMAGES 109