1. Musfirah C051171032
2. Trie Saputri Tuna C051171040
3. Ika Alfionita Liling C051171037
4. Arfan Irwan C051171341
5. Andi Rani Alfiani Mahajaya C051171516
6. Fitri Sain C051171338
7. Nur Aulia Lestari C051171020
8. Sahruni Raja C051171314
9. Nurul Pratiwi C051171520
10. Elvira Hasdin C051171033
11. Chintya Rezky Amaliya Putri C051171007
MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan penulisan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Maternal : Infeksi Pasca Partum” yang merupakan
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 2 mahasiswa keperawatan
Universitas Hasanuddin. Dalam penulisan makalah ini kami bekerja sama dengan semua anggota
kelompok untuk menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami
berharap kepada pembaca agar kiranya member kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan dan perkembanganpengetahuan.Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
wawasan kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi post partum atau infeksi puerperium mungkin merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas ibu di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, infeksi ini terjadi
pada sekitar 2% pada kelahiran pervaginam dan 10 hingga 15% pada kelahiran (Caesar
Katz, 2007 dalam Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013). Infeksi post partum merupakan
infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan. Infeksi ini ditandai
dengan adanya demam 38˚C atau lebih selama 2 hari pada 10 hari pertama post partum.
Pada dasarnya prognosisnya baik jika ditangani dengan pengobatan yang sesuai.
Kasus infeksi pada post partum merupakan kasus yang sering terjadi. Oleh karena
itu, sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akan memberi asuhan keperawatan
pada pasien, perlu untuk mengetahui mengenai infeksi post partum ini, bagaimana
manifestasi klinisnya, hingga bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif bagi pasien dengan infeksi post partum.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi post partum?
2. Apa etiologi infeksi post partum?
3. Apa saja faktor predisposisi infeksi post partum?
4. Apa saja manifestasi klinik infeksi post partum?
5. Bagaimana deteksi dini infeksi post partum?
6. Apa diferensial diagnose untuk infeksi post partum?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk infeksi post partum?
8. Bagaimana penatalaksanaan infeksi post partum?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada infeksi post partum?
C. Tujuan
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi infeksi post partum
2. Mengetahui etiologi infeksi post partum
3. Mengetahui faktor predisposisi infeksi post partum
4. Mengetahui manifestasi klinik infeksi post partum
5. Mengetahui deteksi dini infeksi post partum
6. Mengetahui diferensial diagnosa untuk infeksi post partum
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk infeksi post partum
8. Mengetahui penatalaksanaan infeksi post partum
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada infeksi post partum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Infeksi Pasca Partum
Infeksi pasca partum, atau infeksi peurperium, merupakan infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah keguguran, aborsi yang diinduksi, atau
kelahiran anak. Ditambah dengan adanya demam 38˚C atau lebih selama 2 hari pada 10
hari pertama postpartum (24 jam pertama setelah melahirkan tidak dihitung)
(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013)
Infeksi pasca partum terjadi akibat adanya bakteri di traktus genitalia setelah
melahirkan, akibat adanya perlukaan pada daerah serviks , vulva, vagina, dan perineum
pada proses persalinan. Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam jalan lahir seperti
eksogen (kuman yang datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh), endogen (dari jalan lahir sendiri). Kuman dengan penyebab terbanyak adalah
Streptococcus anaerob. Berikut ini bakteri yang paling sering ditemukan menyebabkan
infeksi antara lain (Wardhani, Sumarno, & Endharti, 2017) :
D. Faktor Predisposisi
1. Endometritis
2. Luka infeksi
Luka terinfeksi juga merupakan infeksi postpartum yang umum terjadi namun
sering terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Tempat infeksi meliputi luka insisi cesar dan
episiotomi atau lokasi jahitan. Tanda-tanda luka infeksi meliputi eritema, edema, hangat,
nyeri, sekret seropurulen, dan pemisahan luka (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013).
ISK terjadi pada 2% sampai 4% ibu postpartum. Faktor risiko terjadinya ISK
meliputi katerisasi urine, seringnya dilakukan pemeriksaan panggul, anestesi epidural,
perlukaan saluran genital, riwayat ISK dan kelahira cesar. Tanda-tanda ISK meliputi
disuria, frekuensi, dan urgensi, demam ringan, retensi urine, hematuria, dan pyuria
(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013)
4. Mastitis
Organisme yang menginfeksi umumnya S.aureus hemolitik. Fisura puting susu yang
terinfeksi biasanya merupakan lesi awal, namun sistem duktus ikut terinfeksi setelahnya.
Edema oleh inflamasi dan oembengakakan payudara segera mengobtruski aliran ASI
dalam lobus, regional, kemudian menyeluruh, dan terjadilah mastitis
Gejala jarang tampak sebelum akhir minggu pertama postpartun dan lebih sering
terjadi pada minggu kedua hingga emoat, menggigil, demam, malaise, dab nyeri
payudara (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013)
F. Pathway Infeksi Pasca Partum
Bakteri patogen:
streptokokus, E. coli,
stafilokokus aureus,
gonokokus, klostridium Persalinan
Kontaminasi sarung tangan Insisi caesar Episiotomi Kateterisasi urin,VT Stasis ASI Fisura pada
petugas, droplet infeksi, VT berulang, kontaminasi puting
berulang kali dan kontaminasi, dari perineum
imunitas menurun
Hygiene yang buruk
pasca persalinan Jaringan mammae
Bakteri patogen masuk
menjadi tegang
Bakteri masuk ke dalam ke traktus urinarius
luka desidua plasenta Port de entry bakteri
patogen Bakteri melekat & Lubang duktus
Perkembangbiakan bakteri mengkolonisasi di laktiferus lebih
ke dalam lapisan uterus epitelium traktus urinarius terbuka
Infeksi pada luka
insisi / episiotomi
Bakteri masuk
Merusak lapisan Infeksi pada traktus
Ulkus & pus urinarius
endometrium
Peradangan
Kerusakan integritas
ISK
Endometritis kulit
Mastitis
Infeksi Postpartum
Inflamasi
Medulla spinalis
Interleukin-1
Interleukin-6
Hipotalamus & sistem
limbik
Pembentukan
prostaglandin
Otak (korteks
somatosensorik)
Hipertermi
Merangsang hipotalamus
untuk meningkatkan titik
patokan suhu Persepsi nyeri
Nyeri akut
Peningkatan suhu tubuh
Hipertermi
G. Deteksi Dini Infeksi Pasca Partum
Suhu 38 ̊C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur
peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang
terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab-
sebab ekstragenital. (Sukma, Hidayati, & Jamil, 2017)
Infeksi dalam sistem reproduksi wanita yang sering disebabkan oleh bakteri dari infeksi
menular seksual seperti chlamydia. PID dan endometriosis memiliki gejala yang sama seperti
nyeri panggul, nyeri haid, nyeri saat berhubungan seks, dan buang air kecil yang menyakitkan.
2. Kista ovarium :
Massa padat di ovarium yang biasanya diisi dengan cairan. Meskipun satu jenis kista
ovarium, endometrioma, adalah tanda endometriosis, ada jenis kista ovarium lainnya yang dapat
terjadi sebagai akibat dari berbagai penyebab. Gejala umum yang dialami oleh kista ovarium dan
endometriosis adalah nyeri haid, nyeri saat berhubungan seks, sering buang air kecil, dan perut
kembung.
3. Fibromyalgia:
Nyeri kronis, rasa sakit yang menyebar di seluruh tubuh, dengan penyebab yang tidak
dipahami dengan baik. Fibromyalgia dapat menyebabkan rasa sakit di banyak area tubuh,
termasuk perut, panggul, punggung, dan kaki, mirip dengan endometriosis.
4. Sistitis interstitial:
Suatu kondisi yang mempengaruhi kandung kemih dan diduga disebabkan oleh iritasi di dalam
lapisan kandung kemih. . Seperti halnya endometriosis, wanita dengan sistitis interstitial juga
dapat mengalami rasa sakit saat buang air kecil, nyeri panggul kronis, atau nyeri saat
berhubungan seks.
5. Adenomyosis:
Terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh ke dinding rahim. Adenomyosis dan
endometriosis memiliki banyak gejala, termasuk perdarahan menstruasi yang tidak normal,
periode nyeri (dismenore), nyeri saat berhubungan seks, dan nyeri panggul kronis.
6. Fibroid rahim:
Pertumbuhan jinak (non-kanker) dalam rahim yang dapat menyebabkan perdarahan
menstruasi dan siklus menstruasi yang abnormal, nyeri panggul, sakit punggung, sakit kaki, dan
kesulitan kandung kemih dan usus.
- Servisitis
- Vaginitis
- Chlamydia trachomatis
- Neisseria Gonorrheae
- Prostatitis
- Sistisis hemoragik
Mastitis :
- Fibroadenoma mamma
- Fibrocystic of the breast (mamary dysplasia)
- Sistosarkoma filoides
- Galactocele
1. Luka Terinfeksi :
Erisipelas, Memiliki batas yang jelas dan tinggi, warna merah terang.
Dermatitis Statis, Biasanya terdapat pada kedua tungkai bawah, riwayat trauma pada
tungkai sebelumnya. Tidak ada nyeri atau demam
Dermatitis Kontak Alergi. Gatal, tidak ada demam, biasanya muncul setelah pemakaian
benda tertentu.
Erupsi Obat. Biasanya terjadi setelah konsumsi obat. Tidak nyeri, kecuali terdapat erosi.
Biasanya muncul pada genitalia, wajah, badan, dan ekstremitas bawah.
Necrotizing Fasciitis. Terdapat trias nyeri hebat, bengkak, dan demam. Terdapat bula,
gas, atau krepitus yang kebiruan atau berdarah. Toksisitas tinggi.
Sweet Syndrome. Sering dianggap sebagai selulitis, namun sebenarnya tidak. Lesi
berbentuk papul dan plak. Biasanya muncul di ekstremitas atas dan wajah.
Non Farmakologis
1. Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit
selama dan sesering payudara kosong kemudian lakukan hal yang sama pada payudara yang
normal
2. Beri kompres panas dengan menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada
payudara yang terkena.
3. Ubah posisi menyusui pada setiap kali menyusui, yaitu dengan posisi tidur, duduk,
atau posisi memegang bola (football position)
Perawatan utama mastitis biasanya diberikan dengan salep atau intramuscular atau injeksi
antibiotik intravena, seperti streptomisin, ampisilin, cloxacillin, penicillin, dan tetrasiklin.
(Tristanti & Nasriyah, 2019)
2. Endometritis
Farmakologis
Non Farmakologi
Anjurkan pasien untuk beristirahat, minum banyak cairan, mempertahankan nutrisi yang
baik, melakukan perawatan perineum dengan baik
3. Luka Infeksi
Farmakologis
Non Farmakologis
Farmakologis
Non Farmakologis
- Sistokopi
- Intervensi pembedahan jika terjadi obstruksi. (Nuari & Widdayti, 2017)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi pasca partum, atau infeksi peurperium, merupakan infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah keguguran, aborsi yang
diinduksi, atau kelahiran anak. Ditambah dengan adanya demam 38˚C atau lebih
selama 2 hari pada 10 hari pertama postpartum (24 jam pertama setelah
melahirkan tidak dihitung). Organisme yang paling sering menginfeksi
diantaranya: Streptococcus Haemoliticus Anaerobic, Staphylococcus Aureus,
Escherichia Coli, Clostridium Welchi. Beberapa infeksi pascapartum yang sering
terjadi adalah endometritis, luka terinfeksi, ISK, dan mastitis. Masalah
keperawatan pada infeksi post partum diantaranya hipertermi, nyeri akut, dan
kerusakan integritas kulit.
B. Saran
Mahasiswa keperawatan perlu untuk memahami konsep teori beserta asuhan
keperawatan pada infeksi post partum, karena infeksi post partum ini adalah kasus
yang sering terjadi dan mungkin akan sering ditemui saat menjalankan profesi
sebagai perawat.
Perlunya peningkatan pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada ibu post partum
DAFTAR PUSTAKA
Apriliana, E., Rukomono, P., Erdian, D. N., & Tania, F. (2013). Bakteri Penyebab Sepsis
Neonatorum Pola Kepekaannya Terhadap Antibiotik. Jurnal Penelitian Universitas
Lampung .
Bahiyantu. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Bataha, Y., Kundre, R., & Prety, V. D. (2017, Februari). Hubungan Perawatan Luka Perineum
Dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. E-Journal Keperawatan, V, 1-9.
Goenawi, L. R., Bodhi, W., & Mantu, F. N. (2015). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Infeksi. Jurnal Ilmiah Farmasi, IV(4).
Hall & Guyton (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2013). Keperawatan Maternitas (8th ed., Vol.
2). (F. Sidartha, & A. Tania, Trans.) Singapore: Elsevier.
Nuari, N. A., & Widdayti, D. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan dan Penatalaksanaan
Keperawatan (1 ed.). Yogjakarta: Deepublish.
Sukma, F., Hidayati, E., & Jamil, N. S. (2017). Asuhan Kebidanan pada masa Nifas. jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Tristanti, I., & Nasriyah. (2019). Mastitis (Literatur Review). Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, X(2).
Wardhani, R. K., Sumarno, & Endharti, A. T. (2017, December 22). Pengaruh Pemberian
Prebiotik Lactobacillus Reuteri Terhadap Presentase Sel Regulator dan Sel T Helper 22
Pada Limpa Mencit Nifas Yang Diinduksi Bakteri Staphylococcus Auresus. Journal Of
Issues In Midwifery, I, 18-28.