sebagai Khalifah
Dari sekian banyaknya makhluk ciptaan Allah, hanya ada satu golongan
makhluk ciptaan yang sempurna. Yang mempunyai akal pikiran, akhlak dan pengetahuan,
bahkan lebih mulia dibanding makhluk ciptaan Allah yang lain. Tidak lain dan tidak bukan,
yaitu manusia.
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra:70 yang artinya:
“Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam, dan Kami angkat
mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan
mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna.”
Selain fungsi khalifah di muka bumi, manusia juga mempunyai tujuan hidup
di bumi sebagai khalifah. Ada 3 hal yang menjadi tujuan penciptaan manusia sebagai kahlifah
di muka bumi, di antaranya:
1. Manusia diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Hal ini terdapat dalam QS. Adz-Dzariyat(51):56, artinya, “Dan Aku (Allah)
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.”
Berarti, semua kehidupan yang dilakukan oleh manusia itu, dalam rangka peribadahannya
kepada Sang Pencipta, dan juga ketaatannya yang dapat membimbingnya ke surganya Allah.
Karena itulah, jika kita dalam setiap melakukan aktivitas selalu merujuk pada konsep
peribadahan kepada Allah, akan selalu berdasarkan kepada keikhlasan yang menjadi
penyempurna suatu amal perbuatan.
Kalau saja kita diperkenankan memilih, tentu kita akan memilih hidup di syurga
saja, tidak ada beban dan tidak ada tugas, nikmat sepanjang masa.Tetapi ketentuan Allah
berlaku bagi ciptaanya. Manusia diciptakan dan ditentukan harus melalui proses perjalan
hidup yang panjang dan berliku. Satu proses hidup yang harus dilalui adalah hidup di dunia.
Mau jadi apa di dunia manusia harus berusaha. Posisi manusia ditentukan oleh pikirannya.
Muhammad Al-Gozali menyatakan. “Anda adalah hasil dari kreatifitas pemikiran anda”.
Baru nanti ditentukan di syurga atau di neraka, tergantung siapakah yang paling baik
amalnya (ayyukum ahsanu amala). Mengapa harus hidup di dunia? karena Allah mempunyai
maksud dan misi. Manusia diciptakan bukan untuk main-main. Allah berfirman dalam QS
AL-MU’MINUN ,23:115
Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?
Atas dasar misi tersebut, Allah menilai manusia sejauh mana bisa
mengimplementasikannya dalam bentuk tugas dan tanggung jawab. Dengan demikian,
manusia telah mengambil peran yang pasti dalam hidup, sehingga tidak masuk kategori
statemen Allah “main-main”.
1. Manusia sebagai a’bid; artinya hamba Allah, sebagai hamba Allah dimuka bumi
memiliki tugas untuk mengabdi atau beribadah kepadaNya. Sebagaimana firmannya Q.S.Adz
Dzaariyat, 51: 56:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya ”
Bila direnungkan dengan mata batin yang mendalam, kemudian dipakai daya nalar dengan
pikiran yang tajam, akan disadari betapa kehadiran manusia di muka bumi ini bukanlah atas
kemauan sendiri, melainkan merupakan kreasi terindah dari Al Khalik. Manusia dilahirkan
sebagai khalifah, yang harus mampu mengubah dunia menjadi “Alam abdiyah yang terang
benderang” karena peran manusia sebagai rahmatan lil ’ alamin.
Kehadiran manusia dimuka bumi harus memberi manfaat bagi lingkungan, menjadi regulator,
memberi kesejukan dan menyejukan arah kehidupan yang terang benderang (Q.S. Al Ahzab,3
: 46).
Allah SWT menciptakan langit dan bumi bukan tanpa maksud (iradah). Diciptakan bumi dan
isinya untuk manusia. Bagaimana manusia mampu mengelola dan mendapatkan manfaat, di
situlah letaknya tantangan bagi manusia. Ketika seseorang mampu menyelesaikan tantangan
dan merobah sesuatu menjadi lebih baik serta melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan
umat manusia, maka dialah yang layak mendapatkan penilaian terbaik dari Allah
sebagaimana dalam Q.S.Al Kahfi, 18: 7, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya. Kami menguji mereka,
siapakah yang terbaik diantara mereka (perbuatannya).”
Agama islam berisi ajaran yang mendorong dan membangkitkan semangat inovatif bagi
pemeluknya. Mengubah yang statis menjadi dinamis, terus bergerak maju memberantas
kebodohan dan mengikis keterbelakangan. Karena itu seorang muslimyang berhasil dan
sukses bukanlah mereka yang sanggup memikul tanggung jawab kepada keluarga semata.
Muslim yang sukses adalah orang yang hidupnya produktif, mampu menggerakan lingkungan
tempat tinggalnya untuk maju, dan keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat/lingkungan
(rahmatan lil ‘ alamin).
Tidak ada amal yang patut diacungi jempol di dunia, selain sikap tanggap dan cepat bertindak
di saat orang lain memerlukan pertolongan. Tidak ada pekerjaan yang bisa menyelamatkan
dan dibanggakan di akhirat kecuali pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas. Responsif
adalah ciri khas dari akhlak Rasulullah. Keteladanan dan langsung turun kebawah
adalahkepribadian Rasullulah. Pepatah menyatakan: Lisanul haali afshahu min lisaanil
maqaal (berbuat nyata lebih membekas di hati daripada kata -kata). Beliau sangat tegas
terhadap penyimpangan, tetapi disampaikan dengan santun dan dengan tutur kata yang lemah
lembut. Beliau penuh kasih sayang terhadap sesama, memberikan pujian kepada orang yang
berprestasi dan berbuat baik, mencela orang yang berbuat aib dan merusak tatanan.
Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi mempunyai tugas menjaga keseimbangan dan
ekosistemnya,tidak boleh membiarkan terjadinya kerusakan dan kehancuran.
b. Mengenal dan menggali rahasia-rahasia alam dan hukum yang ada di balik
alam (takdir) dan hukumAllah yang tersembunyi (sunatullah).
http://bogor-kota.muhammadiyah.or.id/artikel-peran-dan-tugas-manusia-di-muka-bumi-detail-
349.htmlSabtu, 05 Oktober 2013http://dstarzmuslim.blogspot.co.id/2013/03/fungsi-peranan-dan-
fungsi-manusia.html
http://bogor-kota.muhammadiyah.or.id/artikel-peran-dan-tugas-manusia-di-muka-bumi-detail-
349.ht
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di bumi". Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): "Adakah Engkau (Ya
Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah
(berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya".
ٍ ساللَ ٍة ِم ْن ِط
ين
(12) ُ سانَ ِم ْن َ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن
(13)ين ٍ طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك ْ ُث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن
ْ ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم
َضغَة ْ علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم َ َطفَة ْ ُّث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن
َّ ار َك
َُّللا َ َام لَ ْح ًما ث ُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر فَتَب
َ ظَ س ْونَا ْال ِع َ ظا ًما فَ َك َ ِع
(14) َالخَا ِل ِقين ْ س ُن َ أ َ ْح
Artinya :
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.
a. Bersikap rendah hati dan tidak boleh somobong dengan ilmunya, sebab ilmu Allah
luas dan tidak terbatas oleh apapun.
b. Selalu menggunakan akal, pikiran, hati nuraninya unutk menggali ilmu-ilmu Allah swt.
c. Selalu menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Sumber : http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=2&aid=30&pid=arabicid
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah..."
(QS Al Baqarah : 30).
Arti Khilafah Fiil Ardhi dalam ay at di atas adalah sebagai mandataris Allah Subhanahu wa Ta’ala
untuk melaksanakan hukum-hukum dan merealisasikan kehendak-kehendak-Nya di muka bumi.
Manusia telah dipilih Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Khalifah-Nya.
Sedangkan tugas utama manusia adalah memelihara amanah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
pikulkan kepadanya, setelah langit dan gunung enggan memikulnya.
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh," (QS. Al
Ahzab : 72).
Amanat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah berupa tanggung jawab memakmurkan bumi dengan
melaksanakan hukum-Nya dalam kehidupan manusia di bumi ini. Sebagaimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala tegaskan kepada Nabi Daus As.
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan." (QS. As
Shaad : 26).
Untuk menunaikan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini, manusia harus mengerahkan
segala potensi (baik internal maupun eksternal) yang ada pada dirinya, dan harus sanggup berkorban
dengan segala harta dan jiwanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan berkorban, maka
tugas dan peran manusia untuk mewujudkan kekhilafahan dan menegakkan hukum-Nya pasti dapat
terwujud.
Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas dan enggan merealisasikan tugas dan
perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan dzalim. Sebagaimana yang disinyalir oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"... Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS. Al Ahzab : 72).
http://kadohosriah.blogspot.co.id/2014/07/tujuan-dan-fungsi-penciptaan-manusia.html
daftar pustaka